Anda di halaman 1dari 33

KESEHATAN

JIWA

PENCEGAHAN DAN DETEKSI


DINI PERCOBAAN BUNUH DIRI
Dr. Diatmika, M.Biomed, SpKJ
Psikiater RSJ Mutiara Sukma
Provinsi NTB
Outline
– Pendahuluan
– Definisi
– Epidemiologi
– Faktor risiko
– Deteksi Dini (SRQ & SED PERSONS)
– Pencegahan Percobaan Bunuh Diri
Pendahuluan
– Pada masa kanak-kanak akhir dan remaja, kejadian bunuh diri
merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia
– Hal ini tidak hanya berdampak pada berkurangnya populasi usia
muda itu secara langsung, tetapi juga menyebabkan terganggunya
aspek psikososial dan sosio-ekonomi pada masyarakat
– Oleh karena itu, diperlukan wawasan yang baik mengenai berbagai
faktor risiko yang berkontribusi terhadap perilaku bunuh diri.
Definisi
– Suicidal ideation keinginan / dorongan untuk mengakhiri hidup
– Suicidal attempt adalah suatu aksi untuk mengakhiri hidup
(mewujudkan ide bunuh diri)
– Suicidal death suatu kondisi kematian sebagai akibat aksi fatal yang
disengaja untuk mengakhiri hidup.
Epidemiologi
– Bunuh diri merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada
anak-anak dan remaja.
– Data dunia menunjukkan sekitar 800.000 orang mati karena bunuh
diri setiap tahunnya
– Diperkirakan terdapat 1,5 juta orang mati karena bunuh diri pada
2020.
– Menurut data global, mortality rate akibat bunuh diri pada tahun 2015
sebesar 10,7 per 100.000
Con’t
– Bunuh diri berada di urutan ke-15 sebagai penyebab kematian global
dan menyumbang angka kematian sebesar 1,4% dari seluruh kematian
di dunia.
– Kejadian bunuh diri lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding
perempuan
– Upaya bunuh diri (suicide attempts) 10—20x lebih sering dibanding
tindakan bunuh diri (actual suicide).
Con’t
– Sekitar 80% dari seluruh kejadian bunuh diri terjadi di negara
dengan tingkat pendapatan menengah ke bawah.
– Asia Tenggara IR: 15,6 / 100.000,
– Timur tengah IR: 5,6 / 100.000
– Eropa 14,1 / 100.000 bervariasi 3,3 / 100.000 di Azerbaijan hingga
32,7 / 100.000 di Lithuania
– Kejadian bunuh diri dapat terjadi di semua usia. Kejadiannya
meningkat seiring meningkatnya usia
Faktor Risiko
Gangguan mental
Genetik Imitasi
/ kejiwaan
Peristiwa kehidupan
Upaya Bunuh diri Faktor Keluarga tertentu (specific life
sebelumnya
event-traits
Tipe kepribadian Keterjangkauan
tertentu akses bunuh diri
1. Gangguan Jiwa (Mental Disorder)
– Banyak studi yang menyatakan bahwa gangguan jiwa berkaitan erat
dengan peristiwa bunuh diri.
– Sekitar 90% orang yang melakukan bunuh diri diketahui memiliki
setidaknya 1 gangguan jiwa.
– Gangguan jiwa berkontribusi sekitar 47-74% terhadap risiko bunuh
diri.
– Gangguan afek, depresi, penyalahgunaan zat, kepribadian antisosial,
eating disorder (anorexia nervosa), schizophrenia.
Con’t
– Gangguan afek adalah yang paling banyak ditemukan.
– Depresi berkontribusi sekitar 50-60% terhadap bunuh diri, lebih
banyak pada perempuan.
– Penyalahgunaan zat banyak ditemukan pada laki-laki dan dewasa
muda
– Kepribadian antisosial berkontribusi sekitar 30-40% terhadap bunuh
diri
2. Upaya bunuh diri sebelumnya
– Banyak studi yang menemukan ada hubungan antara upaya bunuh diri di masa lampau
dengan kejadian bunuh diri di masa kini
– Sekitar 25-33% kejadian bunuh diri saat ini, didahului oleh upaya bunuh diri sebelumnya.
– Pada laki-laki, upaya bunuh diri di masa lalu meningkatkan risiko sekitar 30x lipat
dibanding laki-laki yang tidak melakukan upaya bunuh diri sebelumnya.
– Pada perempuan, upaya bunuh diri di masa lalu meningkatkan risiko sekitar 3x lipat
terhadap kejadian bunuh diri.
– Sekitar 1-6% orang dengan upaya bunuh diri mati akibat bunuh diri dalam 1 thn pertama
3. Tipe kepribadian
– Kejadian Bunuh diri terkait dengan perilaku impulsive. ( Ciri Kepribadian
Emosisonal Tidak Stabil )
– Kesulitan untuk mengontrol emosi, dan fluktuasi mood
– Perfectionist & idealist (rigid thinking process)
– Kemampuan problem solving yang rendah  perilaku pasif, menunggu
seseorang menyelesaikan masalahnya
– Ketidakmampuan menyelesaikan masalah dan mengontrol mood 
gelisahperasaan tidak berguna dan low self-esteem  marah & agresif 
emotional crisis  bunuh diri
4. Faktor Keluarga
– Faktor genetik
– Imitasi terhadap kejadian bunuh diri di keluarga
– Konflik keluarga  komunikasi yang buruk dikeluarga, tidak
tindakan kekerasan, perceraian
– Faktor ekonomi keluarga
5. Peristiwa kehidupan tertentu (specific lif
event-traits)
– Bullying
– Cyber bullying
– Pelecehan seksual
– Masalah hukum  misalnya penyalahgunaan zat
6. Imitasi
– Imitasi perilaku bunuh diri oleh anak muda dapat ditimbulkan melalui laporan media
massa seperti televisi, sosial media, youtube dan lain-lain.
– Dapat pula disebabkan oleh adanya kontak langsung terhadap kejadian bunuh diri dalam
kehidupannya (mis. pada kelompok teman sebaya, lingkungan sekolah dll)
– Efek meniru akan lebih kuat ketika:
1. Ada kesamaan antara dirinya dengan model (misalnya, dalam hal usia, jenis kelamin,
keadaan mood, atau situasi yang melatarbelakangi)
2. Terdapat ikatan yang kuat antara model dengan anak remaja misalnya ketika model
itu seseorang yang mereka kagumi atau tokoh idolanya (mis. Selebriti dll)
3. Tingginya tingkat exposure terhadap perilaku model pada remaja
7. Ketersediaan akses
– Orang yang berpikir tentang bunuh diri biasanya ambivalen tentang hal itu
– Transisi dari ide bunuh diri ke bunuh diri yang sebenarnya sering terjadi secara impulsif sebagai
reaksi terhadap stresor psikososial akut, terutama di kalangan anak muda.
– Ketersediaan / keterjangkauan sarana untuk melakukan bunuh diri bisa sangat berperan dalam
proses transisi dari ide bunuh diri  aksi bunuh diri  kejadian bunuh diri
– Metode bunuh diri yang biasa dilakukan pada anak remaja:
– Menggantung diri - Berlari ke tengah-tengah lalu lintas kendaraan
– Melompat dari tempat tinggi - Meracuni diri sendiri dengan obat / zat kimia.
Self Reporting
Questionnaire
(SRQ)

Dr. Diatmika, M.Biomed,


SpKJ
RSJ. Mutiara Sukma NTB

17
Self Reporting Questionnaire (SRQ)

– Merupakan alat skrining yang dikembangkan oleh WHO dalam meningkatkan temuan kasus
gangguan mental termasuk dalam hal ini adalah depresi, gangguan terkait ansietas dan
gangguan somatoform
– Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menggunakan Self Reporting Questionnaire (SRQ),
menunjukkan bahwa rata-rata 6,4% penduduk di NTB mengalami gangguan mental emosional.
– Namun saat ini, hanya sedikit bahkan tidak ada kasus yang terlaporkan dari Puskesmas.
– Perlu pemahaman bagi tenaga kesehatan apalagi dengan adanya bencana, hal ini dapat
meningkat.
PETUNJUK

– Pertanyaan-pertanyaan berikut berhubungan dengan nyeri tertentu dan masalah yang


mungkin mengganggu selama 30 hari.
– Jika pertanyaan-pertanyaan berikut dirasakan selama lebih dari 30 hari, maka jawab : YA, Jika
pertanyaan-pertantaan berikut TIDAK dialami selama lebih dari 30 hari, maka jawab : TIDAK.
– Jangan membahas pertanyaan dengan siapa pun saat menjawab kuesioner.
– Jika tidak yakin tentang bagaimana menjawab pertanyaan tolong beri jawaban terbaik.
INTERPRETASI

– Jawaban “YA” memiliki skor 1 dan “TIDAK” memiliki skor 0


– Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) nilai pisah ditetapkan 5/6. Artinya, jika subjek
menjawab “YA” pada 6 atau lebih pertanyaan (dari total 20 pertanyaan), maka subjek tersebut
dianggap mengalami gangguan mental emosional atau distres yang berpotensi pada
terjadinya gangguan jiwa
– Untuk saat ini Nilai 8 atau lebih mengalami gangguan mental emosional
SKOR SUB SKALA

NO GEJALA NOMOR
1 Depresi 6, 9, 10, 14, 15, 16 dan 17
2 Cemas 3, 4 dan 5
3 Somatik 1, 2, 7, dan 19
4 Kognitif 8, 12 dan 13
5 Penurunan energi 8, 11, 12, 13, 18 dan 20
DIAGNOSA YANG DAPAT
TERDETEKSI
KODE DIAGNOSA KODE DIAGNOSA
DEPRESI GANGGUAN SOMATOFORM
F32 Episode depresi F45.0 Gangguan somatisasi
F33 Gangguan depresi berulang F45.1 Gangguan somatoform tak terdiferensiasi
F34.1 Distimia GANGGUAN NEUROTIL LAIN
GANGGUAN BERHUBUNGAN KECEMASAN F48.0 Neurastenia
F40 Gangguan cemas fobik
F41.0 Gangguan panik
F41.1 Gangguan cemas menyeluruh
F41.2 Gangguan campuran cemas-depresi
F42 Gangguan obsesif-compulsif
F43.2 Gangguan Penyesuaian
TINDAK LANJUT HASIL

– SRQ bukan pengganti diagnosa


– Bila menemukan kasus, lakukan anamnesis mendalam pada setiap item dengan jawaban YA
– Penegakan diagnosis dilakukan oleh dokter
– Bila kondisi cukup berat, lakukan rujukan ke layanan kesehatan sekunder atau primer
Faktor –faktor risiko terjadinya bunuh diri

1. Sex (Laki > wanita)


2. Age (<19 th ; > 45 th)
3. Depression
4. Previous Suicide
5. Excessive Alkohol/Narkoba
6. Rational thingking loss (psikotik, GMO)
7. Support system loss
8. Organized plan
9. No social support
10. Sickness
→ (Skala SAD PERSONS)
Tindakan Pencegahan bunuh diri
Skor 1-2
– 1. Identifikasi dan jauhkan barang-barang yang bisa dipakai
untuk bunuh diri.
– 2. Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertemu oleh
anggota keluarga atau volunteer yang dapat memberikan
dukungan psikis.
Tindakan Pencegahan bunuh diri
Skor 3-6
– 1. Identifikasi dan jauhkan barang-barang yang bisa dipakai
untuk bunuh diri.
– 2. Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertemu oleh
anggota keluarga atau volunteer yang dapat memberikan
dukungan psikis.
– 3. Libatkan pasien dan keluarga tentang rencana perawatan,
menyangkut perawatan setelah keluar dari rumah sakit
Tindakan Pencegahan bunuh diri
Skor 7-10
– 1. Identifikasi dan jauhkan barang-barang yang bisa dipakai untuk bunuh
diri.
– 2. Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertemu oleh anggota
keluarga atau volunteer yang dapat memberikan dukungan psikis.
– 3. Libatkan pasien dan keluarga tentang rencana perawatan,
menyangkut perawatan setelah keluar dari rumah sakit
– 4. Siagakan staf atau petugas untuk setiap tanda atau gejala akan
terjadinya bunuh diri.
– 5. Setiap pergantian shift, komunikasikan setiap perubahan kondisi atau
jika terjadi tanda-tanda percobaan bunuh diri.
Teknik komunikasi pd PBD

–Terhadap Pasien/Pelaku PBD


–Sarankan menyampaikan keinginan mati bila muncul,pd orang yang
dipercaya.
–Seringan apapun ancaman, tanggapi dengan serius.
–Beri empati, bahwa kita memahami apa yang dirasakan pasien saat ini.
–Yakinkan bahwa kita akan memberi support psikis apa yang dia butuhkan
saat ini (mis: jd pendengar yg baik).
–Hubungi kembali call center setiap saat bila rasanya tidak mampu
menahan dorongan untuk mati.
–Sarankan rawat RS, bila tidak ada dukungan sosial, impulsif, ada
perencanaan tindakan PBD.
Teknik komunikasi pd PBD

– Terhadap keluarga/pendamping
– Tetap dampingi dan awasi pelaku/klien, krn ada kecenderungan
mengulangi kembali dalam 24 jam pertama.
– Sarankan menahan diri tidak marah dan berkata-kata
menyerang harga diri klien, bersikap empati dan beri support.
– Segera ke RS bila kondisi klien perlu tindakan segera (mis:
keracunan zat, perdarahan/luka, jeratan, dll).
– Petugas tunjukkan kepedulian melalui ucapan dan tindakan.
Kesimpulan
• Bunuh diri merupakan masalah kesehatan jiwa masyarakat yang
penting.
• Kaum muda terutama remaja pada dasarnya adalah kelompok yang
rentan untuk mengalami masalah kesehatan mental
• Bunuh diri relatif jarang pada anak-anak, prevalensinya meningkat
secara signifikan sepanjang masa remaja hingga dewasa akhir.
Con’t
• Setiap kejadian bunuh diri adalah hasil dari suatu interaksi yang
kompleks, dinamis dan unik antara banyak faktor.
• Terdapat beberapa hal yang diketahui menjadi faktor risiko utama
pada kejadian bunuh diri pada masa remaja antara lain gangguan
mental, upaya bunuh diri sebelumnya, tipe kepribadian, faktor
genetik, faktor keluarga, stresor psikososial, paparan model dan
keterjangkauan / ketersediaan sarana untuk bunuh diri
Daftar Pustaka
1. Bilsen J. Suicide and Youth: Risk Factors. Front Psychiatry. 2018;9(October):1–5.
2. Cha CB, Franz PJ, M. Guzmán E, Glenn CR, Kleiman EM, Nock MK. Annual
Research Review: Suicide among youth – epidemiology, (potential) etiology, and
treatment. J Child Psychol Psychiatry Allied Discip. 2018;59(4):460–82.
3. Shain B. Suicide and Suicide Attempts in Adolescents. Pediatrics.
2016;138(1):e20161420–e20161420.
4. Shiekh S. Suicidal Behaviours in Children, Adolescent & Homoeopathy. J
Homeopath Ayurvedic Med. 2015;3(3).
5. Turecki G, Brent DA. Suicide and suicidal behaviour. Vol. 387, The Lancet. 2016.
p. 1227–39.
TERIMA KASIH

@iputudiatmika

iputudiatmika

08123-947-617

Anda mungkin juga menyukai