Anda di halaman 1dari 10

BISNIS & AKUNTANSI INTERNASIONAL

Tentang
DIMENSI KULTUR NASIONAL

Kelompok 1

1. OSIAS TLONAEN
2. YORESTHY R. E LETTE
3. YULIANA A. LAOS
DEFINISI

KULTUR ( BUDAYA )
Kultur mengandung pola, eksplisit maupun implisit dari dan
untuk perilaku yang dibutuhkan dan diwujudkan dalam simbol,
menunjukan hasil dalam kelompok manusia secara berbeda
termasuk benda-benda hasil ciptaan manusia.
Inti utama dari kultur terdiri dari ide tradisional (turun-
temurun dan terseleksi) terutama pada nilai yang menyertai.
KARAKTERISTIK KULTUR

• Mempelajari : Kultur diperlukan dan diwujudkan dalam belajar,observasi dan


pengalaman
• Saling Berbagi : Individu dalam kelompok, keluarga dan masyarakat saling
membagi kultur
• Transgenerasi : Merupakan Kumalatif dan melampaui generasi satu ke generasi
lain
• Persepsi Pengasuh : Membentuk periaku dan struktur bagaimana seorang menilai
dunia
• Adaptasi : Kultur didasarkan pada kapasitas seseorang berubah atau
beradaptasi
KULTUR NASIONAL
Kultur Nasional merupakan sekumpulan nilai-nilai, sikap, keyakinan
dan norma-norma yang berbaur oleh mayoritas dari penduduk suatu
negara kemudian menjadi sifat-sifat penting dalam hukum juga
peraturan masyarakan dan menjadi norma-norma yang secara umum
diterima dalam system sosial negara.
Masyarakat kemudian belajar apa yang harus dipatuhi dan yang tidak
serta bagaimana mereka bergaul satu sama lain dan bagaimana mereka
menangani tanggungjawab, keberhasilan dan kegagalan.
Kebanyakan mereka tidak sadar bagaimana sesungghunya kultur
mereka telah mempengaruhi nilai-nilai, sikap, kepercayaan dan
norma-norma.
Gerard Hendrik Hofstede merupakan salah satu yang
mengembangkan suatu metode untuk mengetahui dimensi
kultur dari setiap negara di seluruh dunia. Dimensi kultur
ini beliau bedakan menjadi 6 (enam) dimensi yaitu:

1. Jarak kekuasaan (power distance)


2. Tingkat ketergantungan (individualism)
3. Maskulinitas (masculinity)
4. Penghindaran ketidakpastian (uncertainly avoidance)
5. Orientasi jangka panjang (long term orientation) dan
6. Tingkat kesenangan/kepuasan (indulgence)
TUJUAN KULTUR NASIONAL

• Mengetahui Jarak kekuasaan (power distance),


• Mengetahui Tingkat ketergantungan (individualism),
• Mengetahui Maskulinitas (masculinity),
• Mengetahui Penghindaran ketidakpastian (uncertainly avoidance),
• Mengetahui Orientasi jangka panjang (long term orientation) dan
• Mengetahui Tingkat kesenangan/kepuasan (indulgence )
 Jarak kekuasaan (power distance) – PDI
Dimensi ini berkaitan bahwa semua individu dalam suatu komunitas atau masyarakat tidak setara. Bisa
dikatakan bahwa dimensi ini menerangkan bagaimana sikap budaya suatu negara terhadap ketidaksetaraan
di antara individu.
Dimensi ini didefinisikan sebagai sejauh mana penerimaan anggota lembaga atau organisasi yang kurang
berkuasa di suatu negara menerima bahwa kekuasaan didistribusikan secara tidak merata.
 Individualisme (Individualism) - IDV
Individualisme lebih menekankan kepada sejauh mana tingkat saling ketergantungan di dalam suatu
masyarakat atau organisasi terhadap satu sama lain. Hal ini berkaitan erat dengan cara seseorang melihat
citra diri masing-masing pribadi sebagai “saya” atau “kami”.
Dalam masyarakat yang individualis, biasanya orang hanya berfokus kepada diri sendiri dan keluarga inti,
sedangkan masyarakat yang kolektivis lebih melihat kelompok sebagai bagian dari mereka.
 Masculinity – Femininity - MAS
Maksud dari dimensi ini adalah masculinity ditekankan kepada yaitu dalam suatu masyarakat atau organisasi,
mereka lebih didorong oleh suatu persaingan, prestasi dan kesuksesan. Berbeda dengan masculinity¸
femininity lebih menekankan bahwa nilai-nilai kehidupan lebih didominasi oleh kepedulian sesama.
Dimensi ini menekankan apa yang memotivasi seseorang, ingin menjadi lebih baik (masculinity) atau
menyukai apa yang mereka lakukan (femininity).
 Penghindaran ketidakpastian (Uncertainty Avoidance) - UAI
Bagaimana cara masyarakat menghadapi kenyataan bahwa masa depan tidak pernah dapat diketahui: haruskah
kita mencoba mengendalikan masa depan atau membiarkannya terjadi?
Ambiguitas ini membawa tingkat kecemasan dan budaya yang berbeda-beda dari setiap negara sehingga
menjadi kultur yang berbeda tentang cara mengatasi kecemasan ini. Sejauh mana anggota masyarakat atau
organisasi merasa terancam oleh situasi yang ambigu dan tidak diketahui.
 Orientasi jangka panjang (long term orientation)
Dimensi ini lebih menggambarkan bagaimana cara masyarakat memelihara hubungan masa lalu yang dimilikinya
dengan tantangan yang akan dihadapi masa kini dan masa depan nanti. Hal ini nantinya akan menciptakan dua
cara pandang yang berbeda, yaitu normatif dan pragmatis.
Masyarakat yang normatif, akan memiliki kecurigaan yang tinggi, karena perubahan yang terjadi bertentangan
dengan nilai atau tradisi yang mereka punya selama ini. Masyarakat yang pragmatis lebih melihat bahwa
kebenaran akan sangat bergantung kepada konteks, situasi dan waktu. Masyarakat pragmatis ini akan memiliki
kemampuan menyesuaikan tradisi atau nilai yang dimiliki terhadap kondisi yang berubah-rubah dengan mudah.
 Tingkat kesenangan atau kepuasan (indulgence) - IDI
Dimensi ini lebih menekankan bagaimana orang-orang mengontrol keinginan mereka dilihat dari nilai yang
mereka dapatkan selama hidup. Kontrol yang relatif lemah akan digolongkan ke dalam “indulgence” dan relatif
kerasa akan dimasukkan ke dalam “restraint”. Masyarakat yang memiliki sifat “restraint” lebih cenderung
kepada masyarakat yang sinis dan pesimis, dikekang oleh norma-norma sosial yang berlaku. Sedangkan
masyarakat yang lebih ke arah “indulgence” dapat mengontrol dan lebih bebas dalam bertindak.
KESIMPULAN

Secara pribadi, jika kita lebih melihat lebih teliti


metodologi yang dilakukan oleh Hofstede, Tujuan
penelitiannya berfokus kepada kultur nasional secara
umum, tidak melihat secara keseluruhan ciri khas suatu
negara, seperti Indonesia yang merupakan negara
kepulauan. Sebagian besar sample yang diambil oleh
Hofstedeg didominasi oleh etnis grup jawa, sedangkan
Indonesia bermacam-macam etnis.
Sekian & Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai