Anda di halaman 1dari 15

KELOMPOK 4

1. IDA MALIANA
2. INTAN MILIYANTI
3. ISNAENIYAH HIYA LAZULFA
4. JESSY SRI LASMAWATY
5. KARTIKA DEWI FEBRIANTI
6. MALINDA
PROSES IMUN
Sistem imun adalah sekelompok sel, protein, jaringan,
dan organ khusus yang bekerja sama melawan segala hal
yang berbahaya bagi tubuh.
Sistem ini terdiri dari banyak komponen, mulai dari sel
hingga organ. Salah satu jenis sel yang paling penting
dalam jaringan tersebut adalah sel darah putih (leukosit).
Leukosit dihasilkan atau disimpan pada berbagai
tempat di tubuh. Di antaranya yaitu timus, limpa, dan
sumsum tulang, di mana organ-organ ini dikenal sebagai
organ limfoid. Kadang leukosit juga disimpan dalam
gumpalan jaringan limfoid (kelenjar limpa) yang tersebar di
seluruh tubuh.
SISTEM IMUN BEKERJA
Mikroorganisme dan zat-zat asing yang menyerang tubuh disebut sebagai
antigen alias bibit penyakit. Saat antigen terdeteksi, serangkaian respon imun akan
terjadi untuk melindungi tubuh dari terinfeksi.
Pada proses tersebut, beberapa macam sel bekerja sama untuk mengenali
antigen dan memberikan respon. Sel-sel ini kemudian merangsang limfosit B
untuk menghasilkan antibodi. Antibodi adalah protein yang didesain khusus untuk
menempel pada antigen tertentu. Setelah itu, sel T mencari antigen yang telah
ditumpangi dan menghancurkannya. Sel T juga membantu memberi sinyal pada
sel-sel lain (seperti fagosit) untuk melakukan tugasnya.
Begitu dihasilkan, antibodi akan berada dalam tubuh seseorang selama
beberapa waktu, sehingga apabila antigen atau bibit penyakit kembali, antibodi
sudah tersedia untuk melakukan misinya.
Antibodi juga dapat menetralkan racun yang dihasilkan oleh organisme dan
mengaktifkan sekelompok protein yang disebut komplemen. Komplemen adalah
bagian dari sistem imun yang membantu membunuh bakteri, virus atau sel-sel
yang terinfeksi.
Bersama, semua sel-sel khusus dan bagian sistem imun menghasilkan
perlindungan bagi tubuh terhadap penyakit. Proteksi inilah yang disebut imunitas.
REAKSI AUTOIMUN

Penyakit autoimun adalah kondisi ketika sistem


kekebalan tubuh seseorang menyerang tubuh sendiri.
Normalnya, sistem kekebalan tubuh menjaga tubuh dari
serangan organisme asing, seperti bakteri atau virus.
Namun, pada seseorang yang menderita penyakit
autoimun, sistem kekebalan tubuhnya melihat sel tubuh
yang sehat sebagai organisme asing. Sehingga sistem
kekebalan tubuh akan melepaskan protein yang disebut
autoantibodi untuk menyerang sel-sel tubuh yang sehat.
• Penyebab Penyakit Autoimun
beberapa faktor di bawah ini dapat meningkatkan risiko
seseorang untuk menderita penyakit ini:
• Etnis. Beberapa penyakit autoimun umumnya menyerang etnis
tertentu. Misalnya, diabetes tipe 1 umumnya menimpa orang
Eropa, sedangkan lupus rentan terjadi pada orang Afrika-Amerika
dan Amerika Latin.
• Gender. Wanita lebih rentan terserang penyakit autoimun
dibanding pria. Biasanya penyakit ini dimulai pada masa kehamilan.
• Lingkungan. Paparan dari lingkungan, seperti cahaya matahari,
bahan kimia, serta infeksi virus dan bakteri, bisa menyebabkan
seseorang terserang penyakit autoimun dan memperparah
keadaannya.
• Riwayat keluarga. Umumnya penyakit autoimun juga menyerang
anggota keluarga yang lain. Meski tidak selalu terserang penyakit
autoimun yang sama, mereka rentan terkena penyakit autoimun
yang lain.
• Gejala Penyakit Autoimun
gejala-gejala awal penyakit autoimun adalah:
• Kelelahan.
• Pegal otot.
• Ruam kulit.
• Demam ringan.
• Rambut rontok.
• Sulit berkonsentrasi.
• Kesemutan di tangan dan kaki.
Macam – macam penyakit autoimun:
• Lupus
• Penyakit Graves
• Psoriasis
• Multiple sclerosis
• Myasthenia gravis
• Tiroiditis Hashimoto atau penyakit Hashimoto
• Kolitis ulseratif dan Crohn’s disease,dll
REAKSI ALOIMUN
Alloimunitas (kadang-kadang disebut isoimunitas) adalah respons imun
terhadap antigen nonself dari anggota spesies yang sama, yang disebut
alloantigens atau isoantigen. Dua tipe utama alloantigen adalah antigen
golongan darah dan antigen histokompatibilitas. Pada alloimunitas, tubuh
menciptakan antibodi terhadap alloantigen, menyerang darah yang
ditransfusikan, jaringan allotransplant, dan bahkan janin dalam beberapa kasus.
Respons alloimun (isoimun) mengakibatkan penolakan cangkok, yang
dimanifestasikan sebagai kemunduran atau hilangnya fungsi cangkok.
Sebaliknya, autoimunitas adalah respons imun terhadap antigen diri sendiri.
(Awalan allo-berarti “lain”, sedangkan awalan otomatis berarti “diri”.)
Alloimunisasi (isoimunisasi) adalah proses menjadi alloimun, yaitu,
mengembangkan antibodi yang relevan untuk pertama kalinya.
Alloimunitas disebabkan oleh perbedaan antara produk-produk dari gen yang
sangat polimorfik, terutama gen dari kompleks histokompatibilitas utama, dari
donor dan penerima cangkok. Produk-produk ini dikenali oleh limfosit-T dan
leukosit mononuklear lain yang menyusup ke graft dan merusaknya.
IMUNODEFISIENSI
Imunodefisiensi adalah keadaan dimana terjadi
penurunan atau ketiadaan respon imun normal. Keadaan
ini dapat terjadi secara primer, yang pada umumnya
disebabkan oleh kelainan genetik yang diturunkan, serta
secara sekunder akibat penyakit utama lain seperti infeksi,
pengobatan kemoterapi, sitostatika, radiasi, obat-obatan
imunosupresan(menekan sistem kekebalan tubuh) atau
pada usia lanjut dan malnutrisi (Kekurangan gizi).
Beberapa penyebab dari immunodefisiensi yang didapat:
1. Penyakit keturunan dan kelainan metabolisme
- Diabetes
- Sindroma Down
- Gagal ginjal
- Malnutrisi
- Penyakit sel sabit
2.Bahan kimia dan pengobatan yang menekan sistem kekebalan
- Kemoterapi kanker
- Kortikosteroid
- Obat immunosupresan
- Terapi penyinaran
3.Infeksi
- Cacar air
- Infeksi sitomegalovirus
- Campak Jerman (rubella kongenital)
- Infeksi HIV (AIDS)
- Mononukleosis infeksiosa
- Campak
- Infeksi bakteri yang berat
- Infeksi jamur yang berat
- Tuberkulosis yang berat
• 
• 
4. Penyakit darah dan kanker
- Agranulositosis
- Semua jenis kanker
- Anemia aplastik
- Histiositosis
- Leukemia
- Limfoma
- Mielofibrosis
- Mieloma
5. Pembedahan dan trauma
- Luka bakar
- Pengangkatan limpa
6. Lain-lain
- Sirosis karena alkohol
- Hepatitis kronis
- Penuaan yang normal
- Sarkoidosis
- Lupus eritematosus sistemik.
 

 
REAKSI ANAFILAKSIS

Syok anafilaktik atau anafilaksis adalah reaksi alergi yang tergolong berat karena
dapat mengancam nyawa penderitanya. Reaksi alergi ini berkembang dengan cepat
dan membutuhkan penanganan medis segera ketika terjadi. Syok anafilaktik terjadi
dalam hitungan detik atau menit setelah penderita terpapar oleh penyebab alergi
(alergen)
Penyebab Syok Anafilaktik
• Alergen adalah zat apa pun yang dapat menjadi penyebab terjadinya reaksi alergi
dalam tubuh penderita. Reaksi anafilaksis terjadi ketika sistem imun tubuh merespons
alergen yang dianggap berbahaya secara berlebihan, sehingga mengakibatkan
tekanan darah turun tiba-tiba (syok).
• Beberapa alergen yang dapat memicu reaksi syok anafilaktik, di antaranya adalah:
• Makanan, seperti hidangan laut, telur, susu, kacang-kacangan atau buah-buahan.
• Sengatan serangga, seperti lebah atau tawon.
• Obat-obatan tertentu, seperti obat antiinflamasi nonsteroid, antibiotik dan obat bius.
• Lain-lain, misalnya menghirup debu lateks.
• Sejumlah faktor yang dapat memperbesar risiko seseorang untuk mengalami syok
anafilaktik adalah memiliki penyakit asma dan alergi, serta riwayat syok anafilaktik
sebelumnya, baik pada pasien sendiri ataupun anggota keluarga yang lain.
Gejala Syok Anafilaktik
Gejala awal syok anafilaktik biasanya terlihat seperti gejala
alergi. Gejala ini berupa ruam pada kulit dan pilek. Namun setelah
30 menit berlalu, sejumlah gejala serius mulai terlihat.
Gejala syok anafilaktik lainnya yang patut diperhatikan adalah:
• Badan tiba-tiba terasa hangat.
• Pembengkakan bibir dan lidah.
• Bengkak di tenggorokan atau kesulitan menelan.
• Sensasi kesemutan pada kulit kepala, mulut, tangan, dan kaki.
• Mual, muntah, dan diare.
• Sakit perut.
• Tampak bingung dan gelisah.
• Terasa melayang, ingin pingsan, sampai kehilangan kesadaran
• Sesak atau mengi.
• Berdebar-debar, denyut nadi lemah, keringat dingin, dan pucat.
• Pengobatan Syok Anafilaktik
Beberapa tindakan yang akan dilakukan dokter dan
perawat, yaitu:
• Memberikan suntikan adrenalin.
• Memberi oksigen tambahan.
• Melakukan CPR bila terjadi henti jantung atau henti napas.
• Memberikan cairan infus.
• Memberikan obat lain untuk mengurangi gejala, seperti
antihistamin, kortikosteroid, atau obat beta agonis seperti
salbutamol.
Komplikasi Syok Anafilaktik
Syok anafilaktik dapat mengakibatkan komplikasi berupa
gagal ginjal, aritmia, serangan jantung, kerusakan otak, dan
syok kardiogenik. Untuk itu, segera minta pertolongan dari
dokter agar syok anafilaktik bisa segera tertangani.
• Pencegahan Syok Anafilaktik
Reaksi anafilaktis sulit untuk dicegah bila Anda tidak mengetahui
bahwa Anda memiliki alergi terhadap zat tertentu, karena pencegahan
terbaik untuk mencegah syok anafilaktik adalah menghindari alergen
tersebut. Dengan membaca label keterangan pada kemasan makanan,
menghindari gigitan serangga, atau mengonsumsi antibiotik jenis lain
yang tidak menyebabkan alergi, Anda dapat terhindar dari reaksi alergi
dan syok anafilaktik.
Bila Anda pernah mengalami reaksi alergi atau syok anafilaktik,
sebaiknya segera melakukan tes alergi di rumah sakit atau klinik terdekat.
Buat dan bawalah selalu obat-obatan, terutama adrenalin auto-injector,
serta catatan kecil berisi daftar alergen Anda dan apa yang harus
dilakukan oleh orang-orang di sekitar Anda jika serangan syok anafilaktik
terjadi. Selalu lengkapi dan perbarui persediaan obat-obatan yang Anda
perlukan untuk mengantisipasi saat situasi darurat terjadi.
Syok anafilaktik dapat berujung kepada kematian yang disebabkan
oleh terhentinya detak jantung dan pernapasan. Pengenalan gejala dan
mempelajari tindakan pencegahan dapat membantu pasien terhindar dari
risiko kematian akibat syok anafilaktik.

Anda mungkin juga menyukai