Anda di halaman 1dari 21

Satipatthana

Visudhi Magga
Kelompok 5
Kelompok 5
1. Camelia 200202020108
2. Febrijaya 200202010131
3. Noviardi 200202010184
4. Rinuar Pangestu 200202010192
5. Madeliene Owen 200202010172
6. Michael Billy, BBA., S.E. 200202010180
7. Daniel Salim 200202010112
8. Jimmi 200202010150
9. Wijaya, S.E. 200202010224
Arti Satipatthana

• Sati : berarti mengingat dhamma-dhamma bajik, d


imana sifat sejati dari fenomena dapat dilihat, seperti
lima indria, lima kekuatan, tujuh faktor pencerahan,
Jalan Mulia Berunsur Delapan, dan pencapaian
wawasan.

• Paṭṭhāna - “mengajukan, mengedepankan;" dalam


literatur Buddhis selanjutnya juga "asal", "titik awa
l", "sebab“.
Sati-paṭṭhāna - "landasan perhatian,"
menggarisbawahi objek yang
digunakan untuk memperoleh
perhatian.
Pada suatu hari Sang Bhagava berada di antara
suku Kuru di kota Kammassadhamma. Ketika itu
Beliau bersabda kepada para bhikkhu: “Para
bhikkhu, terdapat jalan untuk membuat manusia
menjadi suci; terbebas dari kesedihan, duka-cita
dan melenyapkan penderitaan dan kesengsaraan
dengan menempuh jalan yang benar, sehingga
dapat merealisasi Nibbana. Jalan ini dengan
melaksanakan EMPAT PERHATIAN BENAR.
Empat Perhatian Benar
I. Dalam hal ini seorang bhikkhu harus melakukan perenungan terhadap
TUBUH (kayanupassana), dengan tekun, selalu sadar dan penuh
perhatian mengamat-amati ketamakan dan kesedihan dalam dirinya.
II. Ia harus melakukan perenungan terhadap PERASAAN
(vedananupassana), dengan tekun, selalu sadar dan penuh perhatian
mengamat-amati ketamakan dan kesedihan dalam dirinya.
III. Ia harus melakukan perenungan terhadap KESADARAN (cittanupassan
a), dengan tekun, selalu sadar dan penuh perhatian mengamat-amati
ketamakan dan kesedihan dalam dirinya.
IV. Ia harus melakukan perenungan terhadap BENTUK-BENTUK PIKIRAN
(dhammanupassana), dengan tekun, selalu sadar dan penuh perhatian
mengamat-amati ketamakan dan kesedihan dalam dirinya.
I. Perhatian Terhadap Tubuh

Bagaimana caranya seorang bhikkhu merenung tentang tubuhnya sendiri? Di


sini seorang bhikkhu yang berdiam di hutan atau di bawah pohon atau di
tempat yang sunyi harus duduk bersila, badan tegak, mengembangkan
perhatian benar.

Perhatian pada tubuh :


1. Perhatian benar pada napas panjang / pendek
2. Perenungan muncul dan hancurnya tubuh ini
3. Perhatian benar terhadap berjalan / berbaring
4. Perenungan melihat ke dalam, dari luar, dari sudut-sudut keduanya secara
bergantian
Kemudian, bhikkhu itu harus mengetahui dengan jelas mengenai :
1. Perhatian benar pada gerak maju dan mundur
2. Perhatian benar pada saat melihat ke depan / menoleh ke kiri dan kanan
3. Perhatian benar pada saat menekuk / membentangkan tangan
4. Perhatian benar pada saat memakai jubah luar, jubah dalam, membawa
mangkuk untuk mengumpulkan makanan
5. Perhatian benar pada saat sedang makan, minum, mengunyah, menelan
6. Perhatian benar pada saat sedang melakukan kebutuhan biologis (buang
air besar dan kecil)
7. Perhatian benar pada saat berjalan, berdiri, duduk, berbaring, bangun dari
tidur, berbicara, diam
Kemudian, bhikkhu itu harus mengamat-amati tubuhnya
sendiri yang terdiri dari berbagai macam unsur yang kotor
dibungkus oleh kulit; dari telapak kaki ke atas dan dari pu
cuk rambut ke bawah; tubuh ini yang terdiri dari rambut
di kepala, rambut di badan, kuku, gigi, kulit, daging, urat-
urat, tulang-belulang, sumsum, ginjal, jantung, hati,
selaput, limpa, paru-paru, lendir, nanah, darah, keringat,
lemak, air mata, ludah, cairan tubuh, air seni.’
Seperti juga sebuah karung dengan dua lobang yang
diisi dengan berbagai macam padi-padian seperti gabah,
padi, ketan, kacang, jemawut, beras; dan seorang yang
mempunyai penglihatan tajam menuang karung itu dan
segera dapat mengenal benda-benda yang keluar dari
karung: ‘Ini gabah, ini padi, ini ketan, ini kacang, ini
jemawut dan ini beras.’

Dan ia berpikir: ‘Ini adalah sebuah tubuh.’ , berdiam


dalam perenungan dengan perhatian benar terhadap
tubuhnya.
II. Perhatian Terhadap Perasaan

Bagaimanakah seorang bhikkhu harus merenung dengan perhatian


benar terhadap perasaannya?

Perhatian pada perasaan :


1. Perhatian benar pada perasaan senang / tidak senang
2. Perhatian benar pada perasaan netral (bukan perasaan senang da
n juga bukan perasaan tidak senang)
III. Perhatian Terhadap Kesadaran

Bagaimanakah seorang bhikkhu harus merenung dengan perhatian


benar terhadap kesadarannya?

Perhatian pada kesadaran :


1. Perhatian benar pada kesadaran ada / tidak adanya keserakahan
(lobha / alobha)
2. Perhatian benar pada kesadaran ada / tidak adanya kebencian
(dosa / adosa)
3. Perhatian benar pada kesadaran ada / tidak adanya kegelapan
batin (moha / amoha)
Bhikkhu juga harus menyadari dengan jelas mengenai ada / tidak
adanya :
1. Kebingungan
2. Kemalasan
3. Cita-cita besar
4. Cita-cita tinggi / rendah
5. Ketenangan
6. Kebebasan
IV. Perhatian Terhadap Bentuk-bentuk Pikiran

Bhikkhu itu melakukan perhatian benar terhadap


bentuk-bentuk pikiran yang ada hubungannya dengan
Lima Rintangan (Nivarana):
1. keinginan indria (nafsu indria)
2. niat buruk
3. kemalasan dan kelambanan
4. kegelisahan dan kekhawatiran
5. keraguan
5 khanda (5 agregat / kelompok kehidupan):
A. unsur, jasmani, bentuk atau materi (rupa)
B. perasaan (vedana)
C. pencerapan (sanna)
D. bentuk-bentuk pikiran / mental (sankhara)
E. kesadaran (vinnana)

Dengan demikian ia merenung tentang bentuk-bentuk pikiran


dan ia meneruskan perenungannya dengan tidak
menggantungkan diri atau melekat kepada bentuk-bentuk
pikiran itu. Itulah yang harus dilakukan oleh seorang bhikkhu
yang berdiam dalam perenungan dengan perhatian benar
terhadap bentuk-bentuk pikiran yang ada hubungannya denga
n Lima Khandha.
Siapa saja yang melaksanakan perenungan Empat Perhatian
Benar ini selama tujuh tahun, dapat memperoleh salah satu
dari dua hasil ini: Ia akan memperoleh Penerangan Sempurna
sekarang juga atau, apabila masih terdapat sisa keinginan untuk
terlahir di alam dewa yang tinggi, ia akan mencapai tingkat
kesucian Anagami (Orang suci yang tak akan terlahir lagi
sebagai manusia di dunia ini).

Sebenarnya tidak usah selama tujuh tahun. Mereka yang


melaksanakan perenungan Empat Perhatian Benar ini selama
enam tahun, lima tahun, empat tahun, tiga tahun, dua tahun,
satu tahun, tujuh bulan, tujuh hari; mereka juga dapat
mengharapkan salah satu dari dua hasil ini: Ia akan
memperoleh Penerangan Sempurna sekarang juga atau, apabila
masih terdapat sisa keinginan untuk terlahir di alam dewa ia
akan mencapai kesucian Anagami.
Apa yang diuraikan di atas ada hubungannya dengan sabda-Ku:
‘Ini adalah satu-satunya Jalan untuk memperoleh Kehidupan Suci dan
melenyapkan kesedihan dan ratap-tangis, penderitaan dan
kesengsaraan; Jalan yang benar untuk merealisasikan Nibbana. Yang d
imaksud adalah pelaksanaan dari Empat Perhatian Benar.'
Enam Landasan Indriya :
A. mata
B. hidung
C. telinga
D. pikiran
E. badan jasmani
F. lidah dan rasa yang di kecap
Tujuh Faktor Penerangan Agung :

A. Perhatian Benar (sati)


B. Penyelidikan terhadap Dharma
(dhammavicaya )
C. Semangat (viriya)
D. Kegiuran (piti)
E. Ketenangan (passaddhi)
F. Konsentrasi Benar (samadhi)
G. Keseimbangan Batin (upekkha)
4 kesunyataan mulia :

A. Dunia ini adalah Penderitaan


( Dukkha Sacca : Kebenaran tentang Dukha )
B. Sebab penderitaan adalah Nafsu Keinginan ( Tanha )
-> Samudaya Sacca.
C. Berakhirnya Penderitaan ( Nibbana )
-> Nirodha-Sacca
D. Jalan Menuju Berakhirnya Penderitaan
( Ariya Athangika Magga ; Jalan Arya / Mulia beruas
delapan ) -> Magga-Sacca.

Anda mungkin juga menyukai