Anda di halaman 1dari 96

PERIODONSIUM

NORMAL

PITU WULANDARI,DRG.,S.PSI,SP.PERIO
GINGIVA
Bagian periodonsium yang:
- secara klinis terlihat
- membalut tulang alveolar dan mengelilingi
leher gigi
Merupakan bagian dari mukosa mulut:
mukosa mastikatori (gingiva dan mukosa
yang membalut palatum durum)
Mukosa specialized mucosa yang membalut bagian
dorsal lidah
mukosa oral yang membalut daerah rongga
mulut lainnya
Gambaran klinis
Terdiri dari 3 bagian:
1. Gingiva bebas atau gingiva tidak cekat
(free gingiva atau unattached gingiva)
2. Gingiva cekat (attached gingiva)
3. Gingiva interdental (interdental gingiva)
Gingiva bebas
- merupakan bagian gingiva paling koronal dan
tidak melekat ke permukaan gigi, melainkan
mengelilinginya seperti layaknya kerah baju
- lebarnya sekitar 1,0 mm
- membentuk dinding jaringan lunak dari sulkus
gingiva (gingival sulcus)
- berbatasan dengan gingiva cekat oleh suatu
indentasi (lekukan) yang dinamakan alur gusi
bebas (free gingival groove)

Alur gusi bebas berada pada level yang setentang dengan tepi
apikal epitel penyatu, tetapi tidak berarti bahwa level-nya
setentang dengan dasar sulkus gingiva.
Alur gusi bebas hanya dijumpai pada 50% individu, dan ada atau
tidaknya alur tersebut pada individu tidak dapat dikaitkan
dengan terinflamasi atau tidaknya gingiva.
Sulkus gingiva

- merupakan suatu celah dangkal disekeli-


ling gigi dengan dinding sebelah dalam
adalah permukaan gigi dan dinding sebelah
luar adalah epitel sebelah dalam dari
gingiva bebas

- bentuknya seperti huruf V, dan kedalamnya


dapat diselipkan alat prob periodontal
Gingiva cekat
- merupakan lanjutan gingiva bebas ke arah
apikal
- kaku, lenting dan melekat erat ke perios-
teum tulang alveolar yang berada dibawah-
nya
- pada permukaan vestibular, ke arah apikal
gingiva cekat berbatasan dengan mukosa
alveolar yang relatif longgar dan bergerak
oleh suatu batas yang dinamakan batas
mukogingival (mucogingival junction)
- pada permukaan lingual mandibula, gingiva cekat
berakhir pada perbatasannya dengan mukosa oral
sebelah lingual, yang akan berlanjut dengan mem-
bran mukosa yang membalut dasar mulut
- lebarnya bervariasi antara 1,0 - 9,0 mm.
Biasanya paling lebar pada daerah insisivus
(3,5 - 4,5 mm pada RA dan 3,3 - 3,9 pada
RB), dan paling sempit pada daerah P1
(1,9 mm pada RA dan 1,8 mm pada RB)
- Lebar gingiva cekat adalah jarak antara
batas mukogingival dengan proyeksi dasar
sulkus gingiva atau saku kearah luar

- Lebar gingiva cekat merupakan suatu para-


meter klinis yang penting

- harus dibedakan dari lebar gingiva berkera-


tin, yang merupakan lebar gingiva cekat dan
gingiva bebas
Gingiva interdental
- bagian gingiva yang mengisi embrasur
gingiva (gingival embrassure), yaitu ruang
interproksimal dibawah area kontak gigi
- Bentuknya bisa berupa piramida seperti
yang terlihat pada gigi geligi depan, atau
berbentuk lembah (col) seperti yang terli-
hat pada gigi geligi belakang
Pada papila interdental yang berbentuk
lembah terdapat dua papila (pada sisi
vestibular dan sisi oral) yang keduanya
dihubungkan oleh suatu daerah landai
seperti lembah (interdental col) yang
mengikuti bentuk kontak proksimal.
- Permukaan vestibular dari gingiva interden-
tal meruncing ke daerah kontak interproksi-
mal, sedangkan permukaan mesial dan
distal sedikit konkaf.
Bagian tepi dan puncak papila interdental
dibentuk oleh perluasan gingiva bebas dari
daerah yang berbatasan, sedangkan bagian
tengahnya dibentuk oleh gingiva cekat
- Apabila terdapat diastema diantara dua gigi
yang bertetangga, papila interdental tidak
dijumpai
Berdasarkan aspek morfologis dan
fungsio-
nalnya
- epitel
dibedakan
oral/luaratas
(oral/outer
tiga bagian:
epithelium)
- epitel sulkular/krevikular (sulcular/
crevicular epithelium)
- epitel penyatu/jungsional (junctional
epithelium)
Epitel oral
- epitel skuama berlapis yang berkeratin (keratin-
ized) atau berparakeratin (parakeratinized) yang
membalut permukaan vestibular dan oral gingiva.
- meluas dari batas mukogingival ke krista tepi
gingiva (crest gingival margin), kecuali pada per-
mukaan palatal dimana epitel ini menyatu dengan
epitel palatum.
- lamina basal yang menyatukan epitel gingiva ke
jaringan ikat gingiva bersifat permeabel terhadap
cairan, namun dapat menjadi penghalang bagi
bahan partikel tertentu.

- mempunyai rete peg yang menonjol ke arah


lamina propria.
Epitel sulkular
- mendindingi sulkus gingiva dan menghadap ke
permukaan gigi tanpa melekat padanya
- merupakan epitel skuama berlapis yang tipis,
tidak berkeratin, tanpa rete peg dan perluasan-
nya mulai dari batas koronal epitel penyatu sam-
pai ke krista tepi gingiva
- penting sekali artinya karena
bertindak sebagai membran
semipermeabel yang dapat
dirembesi oleh produk bakteri
masuk ke gingiva, dan oleh
cairan gingiva yang keluar ke
sulkus gingiva
Epitel penyatu
- membentuk perlekatan antara gingiva dengan
permukaan gigi
- berupa epitel skuama berlapis tidak berkeratin
- pada usia muda epitel penyatu terdiri atas 3 - 4
lapis, namun dengan bertambahnya usia lapisan
epitelnya bertambah menjadi 10 - 20 lapis

- melekat ke permukaan gigi dengan bantuan


lamina basal
Pembaharuan gingiva

- Epitel oral memgalami pembaharuan secara


terus menerus
- Ketebalan epitel terpelihara oleh adanya ke-
seimbangan antara pembentukan sel baru pada
lapisan basal dan lapisan spinosa dengan
pengelupasan sel-sel tua pada permukaan

- Laju aktivitas mitotik tersebut paling tinggi


pada pagi hari dan paling rendah pada sore hari
Serat-serat gingiva
Fungsinya
1. Mendukung gingiva bebas sehingga
rapat bersandar ke permukaan gigi.
2. Menimbulkan kekakuan pada gingiva
bebas sehingga tidak terkuak menjauhi
gigi bila terkena tekanan pengunyahan.
3. Menyatukan gingiva bebas dengan
sementum akar gigi dan gingiva cekat.
Tersusun dalam beberapa kelompok:
1. Kelompok utama, terdiri atas serat
dentogingival, alveologingival, dento-
periosteal, sirkular, dan transeptal.
2. Kelompok sekunder yang terdiri atas
serat periostogingival, interpapilari,
transgingival, intersirkular, intergingival,
dan semisirkular.
Kelompok serat gingiva: (1) Dentogingival; (2) Alveologingival;
(3) Interpapilari; (4) Transgingival;
(5) Sirkular dan Semisirkular; (6) Dento-
periosteal; (7) Transeptal; (8) Periosto-
gingival;
KORELASI GAMBARAN KLINIS
GINGIVA NORMAL DENGAN
GAMBARAN MIKROSKOPISNYA

Warna

- Warna yang normal: merah jambu (coral


pink)
Warna gingiva dipengaruhi oleh:
1. pasok vaskular
2. ketebalan dan derajat keratinisasi epitel
3 keberadaan sel-sel yang mengandung
pikmen
- Warna gingiva bervariasi antar individu, ada
korelasi dengan pikmentasi pada kulit (lebih
gelap pada individu yang warna kulitnya lebih
gelap)
- Mukosa alveolar yang berbatasan dengan gingiva
cekat berbeda sekali warnanya dari warna gingiva
(warnanya lebih merah).

- Mukosa alveolar yang berbatasan dengan gingiva


cekat berwarna lebih merah yang disebabkan ada-
nya perbedaan pada struktur mikroskopisnya:
1. Epitel mukosa alveolar lebih tipis, tidak ber-
keratin, dan tidak mengandung rete-peg
2. Jaringan ikat mukosa alveolar tersusun lebih
longgar dan mengandung lebih banyak pem-
buluh darah.
Besar
- Tergantung pada:
1. Jumlah elemen seluler
2. Jumlah elemen interseluler
3. Pasok vaskular

- Bertambahnya besar gingiva karena bertam-


bahnya jumlah elemen seluler dan interseluler
serta pasok vaskular merupakan gambaran
yang umum dijumpai pada gingiva yang ter-
inflamasi.
Kontur

Dipengaruhi oleh:
1. bentuk gigi geligi dan susunan gigi
geligi pada lengkung rahang
2. lokasi dan besar area kontak proksimal
3. dimensi embrasur gingiva pada
sisi vestibular dan oral
Konsistensi

Konsistensi normal adalah kaku (firm) dan


lenting (resilient)
lamina proprianya
mengandung ba-
Konsistensi gingiva nyak serat kola-
cekat yang kaku gen dan melekat
ke mukoperiosteum
tulang alveolar
mengandung serat2
Konsistensi gingiva gingiva meskipun
bebas yang kaku tidak melekat ke
tulang alveolar
Tekstur permukaan

Tekstur permukaan (surface texture) normal:


seperti kulit jeruk
- gingiva cekat
(stippled/stippling)
- gingiva bebas licin
seperti kulit
bagian jeruk
- gingiva tengah
interdental
bagian tepi licin
- Pola dan perluasan stippling adalah berva-
riasi antar individu dan antar sisi pada satu
individu
- Pada permukaan oral stippling tidak begitu
jelas, dan pada beberapa orang bisa tidak
dijumpai

- Stippling timbul sebagai akibat adaptasi gin-


giva untuk menerima fungsi, yang secara
mikroskopis disebabkan oleh adanya protu-
beransia (penonjolan) dan depresi pada
permukaan gingiva
Erupsi gigi yang kontiniu
- Menurut konsep ini erupsi gigi tidak berhenti
setelah gigi berkontak dengan gigi antogis
melainkan berlangsung terus selama hidup

- Terdiri atas erupsi aktif dan erupsi pasif

Erupsi aktif adalah bergeraknya gigi ke arah


dataran oklusal

Erupsi pasif adalah terpaparnya gigi karena


migrasi gingiva ke arah apikal
Erupsi pasif berlangsung dalam empat tahap.
Dulu erupsi pasif dianggap sebagai proses fisiologis yang normal,
namun sekarang proses ini dianggap sebagai proses patologis.

Tahap I : Gigi mencapai dataran oklusi;


epitel penyatu dan dasar sulkus
berada pada enamel mahkota gigi

Tahap II : Epitel penyatu telah proliferasi


ke apikal sehingga sebagian ber-
ada pada enamel dan sebagian
pada sementum; dasar sulkus
masih berada pada enamel

Tahap III : Keseluruhan epitel penyatu telah


berada pada sementum; dasar
sulkus pada batas sementum
enamel

Tahap IV : Epitel penyatu telah proliferasi


lebih ke apikal; dasar sulkus
pada sementum, dan sebagian
sementum telah tersingkap
- Jaringan yang mengelilingi akar gigi dan
mengikatkan akar tersebut ke tulang alveolar
- Berlanjut dengan jaringan ikat gingiva dan
berhubungan dengan sumsum tulang melalui
kanal-kanal vaskular yang terdapat pada
tulang alveolar

- Meskipun keadaannya fibrous, ligamen


periodontal merupakan struktur seluler yang
mempunyai beragam fungsi yang penting
bagi kesehatan alat mastikasi (pengunyahan)
dalam jangka panjang
Serat-serat periodontal

Elemen ligamen periodontal yang terpenting


adalah serat-serat utama (principal fibers) yg
dibentuk oleh kolagen, tersusun dalam bun-
del, dan pada potongan longitudinal terlihat
merentang seperti gelombang
Bagian ujung dari serat utama yg tertanam
dalam sementum dan tulang alveolar dinama-
kan serat-serat Sharpey (Sharpey's fibers)
Bundel-bundel serat utama terdiri atas serat
serat yg membentuk anyaman anastomose
yg kontiniu antara gigi dengan tulang alveolar
Serat utama ligamen periodontal tersusun dalam
5 (lima) kelompok:

AC : Alveolar crest
(krista alveolar)
H : Horizontal
OBL : Oblique (Oblik)
PA : Periapical (Peri-
apikal)
IR : Interradicular
(Interradikular)
Elemen seluler
Terdiri atas:
1. Sel-sel jaringan ikat : fibroblas, sementoblas, dan
osteoblas
2. Sisa-sisa sel epitel : merupakan sisa-sisa epitel
Malassez, dan berada dekat
ke sementum
3. Sel-sel sistem imun : netrofil, limfosit, makrofag,
sel-sel mast, dan eosinofil
4. Sel-sel yang berkaitan dengan sistem neurovaskular

Fibroblas merupakan sel jaringan ikat yang paling


1. mensintesis
Banyak dijumpai, kolagen
fungsinya:
2. memfagositosis serat2 kolagen tua dan meng-
hancurkannya dgn bantuan enzim hidrolisis.
Substansi dasar

Substansi dasar mengisi ruang-ruang yang


ada diantara serat-serat dan sel-sel.
Dua komponen utama dari substansi dasar
adalah:
1. glisaminoglikans, seperti asam hialuro-
nat dan proteoglikans
2. glikoprotein seperti fibronektin dan
laminin.
Substansi dasar juga mengandung air (70%)
Fungsi ligamen periodontal
1. Fungsi fisikal atau suportif (merupakan
fungsi utama) : fungsi utama
2. Fungsi formatif atau remodeling
3. Fungsi nutritif atau nutrisional
4. Fungsi sensori
Fungsi fisikal/suportif:

1. Menghantarkan tekanan oklusal ke tulang


alveolar
2. Melekatkan gigi ke tulang alveolar
3. Mempertahankan hubungan jaringan gingiva
ke gigi
4. Menahan dampak tekanan oklusal (shock
absorption)
5. Sebagai wadah jaringan lunak yang melindungi
pembuluh darah dan saraf dari cedera akibat
tekanan mekanis
Teori yang menjelaskan mekanisme
shock absorption :
1. Teori tensional :
Yang paling berperan dalam menahan dampak tekanan
oklusal adalah serabut utama ligamen periodontal.

Apabila gigi terkena tekanan oklusal, serabut utama


akan meng- hantarkan tekanan ke tulang alveolar
sehingga tulang mengalami deformasi elastis yang
memungkinkan gigi menghindar menjauhi tekanan.

Apabila deformasi tulang alveolar mencapai maksimal,


tekanan disalurkan ke tulang basal.
2.Teori sistem visko elastik

Yang berperan bukan serabut ligamen perio-dontal


melainkan gerakan cairan.

Apabila tekanan ringan mengenai gigi, tekanan akan


diredam oleh cairan intravaskular yang keluar dari
pembuluh darah.
Apabila tekanan sedang, tekanan akan diredam
oleh cairan ekstravaskular yang akan didorong
keluar dari ruang ligamen periodontal masuk ke
ruang sumsum tulang melalui foramina pada
lapisan kortikal tulang.
3. Teori tiksotropik
Ligamen periodontal mempunyai sifat reologis
dari jel tiksotropik, yaitu dapat mencair bila
terkena tekanan dan berubah kembali
menjadi semisolid apabila tekanan hilang.

Respon fisiologis ligamen periodontal terhadap


tekanan oklusal adalah berupa viskositas dari
sistem biologis.
Teori manakah yang paling
berterima?

tekanan oklusal teori sistem visko-


ringan sampai sedang elastik

tekanan oklusal
besar teori tensional

Kebenaran teori tiksotropik sulit diterima meng-


ingat kenyataan bahwa ligamen periodontal di-
bentuk oleh jaringan kolagen, dan bukan berupa
Jel.
Fungsi formatif/remodeling :

Dapat berperan formatif/remodeling kare-


na ligamen periodontal mengandung sel-
sel yang dapat membentuk maupun me-
resorbsi struktur periodontal pendukung
(tulang alveolar, sementum dan ligamen
periodontal)
berdiferensiasi menjadi
sel-sel khusus:
Sel-sel ektomesenki- - osteoblas yang mem-
mal yang tidak berdi- bentuk tulang
ferensiasi, (berada - sementoblas yang
disekeliling pembuluh membentuk sementum
buluh darah) - fibroblas yang mem-
bentuk serabut jaringan
ikat

Sel-sel multinukleus - osteoklas (sel pere-


(berasal dari makrofag sorbsi tulang)
darah) - odontoklas (sel pere-
sorbsi gigi)
Fungsi nutritif/nutrisional:

Fungsi ini dimungkinkan oleh adanya sistem


vaskularisasi yang baik pada ligamen
periodontal, yang menjamin
pasok nutrien ke sementum, tulang alveolar
dan gingiva dan tersedianya drainase limfatik.
Fungsi sensori:

Fungsi sensori dimungkinkan oleh adanya reseptor bagi rasa sakit


dan tekanan pada ligamen periodontal. Ini berasal dari saraf-saraf
dental yang menembus fundus alveolus masuk ke ruang ligamen
periodontal, dimana saraf-saraf tersebut akan kehilangan selubung
mielinnya (myelinated sheath) dan menjadi nerve ending.

Reseptor taktil akan memberikan sensitivitas taktil yang


penting artinya karena:
1. Memungkinkan terdeteksi dan terlokalisernya tekanan
eksternal yang mengenai gigi.
2. Berperan dalam mekanisme neuromuskular yang
mengatur otot-otot pengunyahan.
Adaptasi ligamen periodontal
terhadap tekanan oklusal

Struktur ligamen periodontal dipengaruhi


dipengaruhi oleh stimulasi dari tekanan oklusal.

Apabila tekanan oklusal meningkat (tetapi masih dalam


batas-batas fisiologis) dapat diadaptasi
oleh ligamen periodontal dengan cara:
1. Bertambahnya lebar ruang ligamen perio-
dontal
2. Menebalnya ikatan serabut
3. Bertambahnya diameter serta jumlah
serabut Sharpey
Apabila tekanan telah melampaui kemampuan
adaptasi ligamen periodontal, terjadilah cedera
yang dinamakan trauma karena oklusi
(trauma from occlusion).
Apabila tekanan oklusal berkurang atau hilang,
maka:
1. Ligamen periodontal atrofi
2. Ruang ligamen periodontal mengecil
3. Jumlah dan kepadatan serabut ber-
kurang
4. Serabutnya terentang sejajar dengan
permukaan akar gigi
Jaringan ikat termineralisasi yang membalut
akar gigi dan merupakan tempat tertanamnya
serabut gingiva dan ligamen periodontal.

Fungsi utamanya: untuk menjangkarkan


gigi ke tulang alveolar
Klasifikasi
Sementum radikular (dijumpai pada akar
gigi)
Berdasarkan lokasinya Sementum koronal (terbentuk diatas
enamel yang membalut mahkota gigi)

Sementum seluler (mengandung sementosit


didalam lakuna diantara matriks sementum)
Berdasarkan selulernya Sementum aseluler (tidak mengan-
dung sel dalam matriksnya)

Sementum fibrilar (matriksnya mengandung


Berdasarkan keberadaan fibril kolagen tipe I)
fibril kolagen Sementum afibrilar (matriksnya tidak me-
ngandung kolagen tipe I)

Sementum serabut ekstrinsik (mengandung


serabut Sharpey yang dihasilkan oleh fibro-
Berdasarkan sumber blas ligamen periodontal sehingga berfungsi
serabut matriksnya dalam penjangkaran),
Sementum serabut intrinsik (mengandung
serabut intrinsik yang dihasilkan sementoblas)
Klasifikasi menurut Schroeder dan Page:

Tipe I Sementum aseluler, afibrilar, dijumpai diatas


Enamel dekat batas sementum- enamel

Tipe II Sementum aseluler, serabut ekstrinsik, di-


jumpai pada 2/3 koronal permukaan akar gigi;
paling berperan dalam penjangkaran gigi

Tipe III Sementum seluler, serabut intrinsik, dijumpai


pada daerah yang mengalami perbaikan, se-
hingga dinamakan sementum sekunder

Tipe IV Sementum seluler, serabut bercampur; sera-


but intrinsik lebih dominan dari serabut eks-
trinsik (serabut Sharpey)
BATAS SEMENTUM-ENAMEL
Ada 3 bentuk batas sementum-enamel:
A. ujung sementum tidak ber-
temu dengan ujung enamel
(5 - 10%)
B. ujung sementum bertemu de-
ngan ujung enamel (30%)
C. sementum menindih enamel
(60 - 65%)
Bentuk batas sementum-enamel perlu diperhatikan pada waktu
melakukan prosedur penskeleran (scaling) dan penyerutan akar
(root planing).
Meskipun bentuk (A) insidensnya relatif rendah, namun jika terjadi
resesi gingiva bisa mengakibatkan:
1. Hipersensitivitas dentin akibat tersingkapnya dentin yang tidak
tertutup sementum
2. Jika BSE yang tersingkap ditumpuki oleh kalkulus sukar dide-
teksi sehingga besar kemungkinan tertinggalnya partikel kalkulus
pada waktu penskeleran
ANOMALI PADA SEMENTUM
Beberapa anomali bisa dijumpai pada sementum
akibat terjadinya kelainan dalam proses perkem-
bangannya.

Mutiara enamel / enamel pearl

Masa enamel yang terlokaliser


berbentuk seperti mutiara yang
berkembang secara ektopikal (tumbuh
kearah luar) pada permukaan akar gigi
dekat ke batas sementum-enamel.
Proyeksi enamel /
enamel projection

Penonjolan enamel kearah


furkasi gigi berakar banyak.

Terbentuk karena proses amelogenesis tidak ber-


henti setelah enamel mahkota selesai dibentuk,
sehingga organ enamel secara kontiniu membentuk
enamel diatas dentin akar.

Keberadaan proyeksi enamel mempermudah terja-


dinya lesi periodontal pada daerah furkasi.
Hipersementosis
Deposisi sementum seluler yang sangat
banyak pada sepertiga apikal dari satu atau
lebih akar gigi sehingga membentuk
pembesaran bulbous pada akar gigi.

Anomali ini bisa menyebabkan kesukaran pada


waktu pencabutan akar gigi.

Penyebab anomali ini belum jelas diketahui.


Bagian tulang rahang dimana terdapat
alveoli (soket gigi) tempat tertanamnya gigi.

Perkembangan tulang alveolar sangat ter-


gantung pada erupsi gigi dan terpertahan-
kannya gigi.
Pada gigi yang tidak erupsi (misalnya karena anodonsia),
tulang alveolar tidak terbentuk.

Apabila semua gigi geligi telah dicabut, seba-


gian besar tulang alveolar akan menyusut se-
hingga tulang rahang hanya terdiri dari tulang
basal saja. Akibatnya tulang rahang yang ter-
sisa akan sangat berkurang tingginya.
1. Tulang alveolar utama
2. Tulang alveolar pendukung
3. Plat tulang vestibular
4. Septum interdental
5. Tulang interradikular
Terdiri atas :
1.Lempeng eksternal (lempeng sebelah luar)
dari tulang kortikal yang dibentuk oleh
tulang haversian dan lamela tulang kompak
2. Dinding soket sebelah dalam berupa tu-
lang kompak tipis yang dinamakan seba-
gai tulang alveolar utama (alveolar bone
proper/cribriform plate/lamina dura )
dan juga dibentuk oleh tulang pautan
(bundle bone)
3. Trabekula kanselous yang berada dian-
tara dua tulang kompak tadi, yang ber-
tindak sebagai tulang alveolar pendu-
kung (supporting alveolar bone)
SEL DAN MATRIKS INTERSELULER
Tulang alveolar terdiri atas matriks ter-
kalsifikasi dengan osteosit yang berada di-
dalam suatu ruang yang dinamakan lakuna.
Dari osteosit yang berada dalam lakuna
menjulur penonjolan kedalam kanalikuli.

Kanalikuli membentuk suatu sistem anasto-


mosis sepanjang matriks interseluler tulang,
yang akan membawa oksigen dan nutrisi ke
osteosit melalui darah dan membuang sisa
metabolisme.
Komposisi:
- kalsium dan posfat*
- hidroksil, karbonat,
Bahan anorganik - sitrat,Na+, Mg+, F+
(2/3 bagian) - Kristal hidroksiapatit
(65-70% dari struktur
tulang)
- Kolagen tipe I (90%)
Matriks organik - protein morfogenik
1/3 bagian
tulang
- Posfoprotein
- proteoglikans
Osteoklas mendeposisikan matriks tulang
yang tidak termineralisasi dan dinamakan
osteoid.
Sementara osteoid baru dideposisikan,
osteoid yang lebih dulu terbentuk dan ber-
ada dibawah lapisan osteoid baru akan
termineralisasi.
SUMSUM TULANG
Pada orang dewasa sumsum pada tulang
rahang adalah berupa sumsum kuning yang
inaktif, namun kadang-kadang didapati
fokus sumsum tulang merah.
Sumsum tulang biasanya terdapat pada
tuberositas maksilaris serta daerah molar
dan premolar maksila dan mandibula, yang
pada gambaran radiografis terlihat seba-
gai daerah radiolusens.
PERIOSTEUM DAN ENDOSTEUM
Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan ja-
ringan ikat osteogenik yang tidak berdife-
rensiasi.
Periosteum adalah jaringan yang membalut
permukaan luar tulang
Endosteum adalah jaringan yang mendin-
dingi rongga tulang internal.
Periosteum terdiri dari dua lapisan:
1.Lapisan dalam yang terdiri dari sel-sel
yang berpotensi berdiferensiasi men-
jadi osteoblas
2.Lapisan luar yang kaya pembuluh darah
dan saraf, dan terdiri dari serabut
kolagen dan fibroblas.
Apabila ruang interdentalnya sempit, sep-
tum interdental hanya terdiri dari tulang
alveolar utama saja.
Ruang interdental antara P2 dengan M1
mandibula pada 85% kasus dibentuk oleh
tulang alveolar utama dan tulang kanselous,
sedangkan pada 15% kasus hanya diben-
tuk oleh tulang alveolar utama saja.
Apabila akar gigi yang bertetangga terlalu
rapat, bisa dijumpai jendela antara kedua
akar tersebut.
Pada molar maksila:
- pada 66,6% kasus septum interdental
terdiri atas tulang alveolar utama dan
tulang kanselous
- pada 20,8% kasus terdiri dari tulang
alveolar utama saja
- pada 12,5% kasus terjadi pembentukan
jendela
Angulasi mesial-distal dari krista septum
interdental:
- sejajar dengan garis khayal yang di-
tarik dari batas sementum-enamel
dua gigi yang bertetangga
Jarak antara krista tulang alveolar de-
ngan batas sementum-enamel pada dewasa
muda bervariasi 0,75-1,49 mm (rata-rata
1,08 mm).
Jarak tersebut meningkat dengan bertam-
bahnya umur menjadi rata-rata 2,81 mm.

Dimensi mesial distal dan vestibular oral, dan


bentuk septum interdental tergantung pada:
1. Ukuran dan konveksitas mahkota dua
gigi yang bertetangga
2. Posisi gigi pada tulang rahang dan
derajat erupsinya
Anatomi tulang alveolar bervariasi antar
individu, dan mempunyai implikasi klinis
yang penting.

Tinggi dan tebal lempeng tulang vestibular


dan oral adalah dipengaruhi oleh:
1. Susunan gigi geligi
2. Angulasi akar gigi terhadap tulang
3. Tekanan oklusal
FENESTRASI DAN DEHISENSI
Fenestrasi adalah daerah
terisoler dimana akar gigi
tidak mempunyai dinding
tulang dan permukaan akar
gigi hanya dibalut oleh
periosteum dan gingiva di
lapisan luar.
Pada keadaan tersebut tepi
tulang masih utuh.

Apabila daerah yang tersingkap meluas sampai ke tepi


tulang, cacatnya dinamakan dehisensi.
REMODELING TULANG ALVEOLAR
Tulang alveolar adalah jaringan periodontal yang
paling tidak stabil (meskipun kaku/keras ), karena
strukturnya secara kontiniu mengalami perubahan
(remodeling).

Remodeling internal terjadi dengan adanya resorpsi


dan pembentukan tulang baru, yang diatur oleh:
1. Pengaruh lokal : kebutuhan fungsional
pada gigi; perubahan sel2
tulang berkaitan dengan
pertambahan umur
2. Pengaruh sistemik : hormonal (seperti hormon
paratiroid), kalsitonin,
dsb.
Remodeling tulang alveolar mempengaruhi:
1. Tinggi tulang
2. Kontur tulang
3. Kepadatan tulang

Remodeling tulang alveolar terlihat pada tiga


daerah:
1. Daerah yang berbatasan dengan ligamen
periodontal
2. Daerah yang berkaitan dengan periosteum
pada lempeng vestibular dan oral
3. Sepanjang permukaan endosteal ruang
sumsum
MIGRASI GIGI SECARA FISIOLOGIS

Pergerakan gigi tidak berhenti setelah erupsi aktif


selesai dan gigi telah mencapai oklusi fungsional.

Akibat keausan, daerah kontak proksimal gigi menjadi datar


dan gigi cenderung bergerak ke arah mesial.
Keadaan ini dinamakan sebagai migrasi fisio-
logis ke mesial (physiologic mesial migration).

Akibat migrasi fisiologis, pada usia 40 tahun panjang lengkung gigi


dari garis tengah ke molar ketiga berkurang sekitar 0,5 cm
TEKANAN OKLUSAL DAN
PERIODONSIUM
Tulang alveolar mengalami remodeling fisiologis
yang kontiniu sebagai responsnya terhadap tekanan oklusal.

Tulang akan disingkirkan dari sisi dimana tidak lagi


dibutuhkan dan dideposisikan ke sisi yang kebutuhannya meningkat.

Respons tulang alveolar terhadap tekanan oklusal terrefleksi


pada dinding soket. Osteoblas dan osteoid yang baru terbentuk
menjadi pinggir soket pada sisi yang mendapat tarikan;
osteoklas dan resorpsi tulang terjadi pada sisi yang mendapat tekanan.
Osteoblas dan osteoid yang baru terbentuk menjadi pinggir soket pada
sisi yang mendapat tarikan; osteoklas dan resorpsi tulang terjadi
pada sisi yang mendapat tekanan.

Tekanan oklusal juga mempengaruhi jumlah, kepa-


datan, dan susunan trabekula kanselous.
Apabila tekanan oklusal meningkat, trabekula kanselous meningkat
jumlah dan ketebalannya, dan tulang baru bisa ditambahkan ke
permukaan eksternal dari lempeng vestibular dan oral.

Apabila tekanan oklusal telah melampaui kemampuan adaptasi


periodonsium, akan terjadi cedera berupa trauma karena oklusi.
Apabila tekanan oklusal berkurang, jumlah dan ketebalan trabekula
berkurang, keadaan mana dinamakan sebagai atrofi afungsional
(disuse atau afunctional atrophy).

Pada kondisi tersebut sementum bisa tidak terpengaruh tetapi


bisa juga mengalami penebalan, dan jarak antara
batas sementum-enamel ke krista tulang alveolar bertambah besar.
Selamat Belajar

Anda mungkin juga menyukai