Anda di halaman 1dari 36

HISPRUNG

HESTY AMELIA MAYORA


1911313025
DEFINISI

Penyakit Hirschsprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini


merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan (aganglionik).
Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas) yang tidak
mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi “kelumpuhan” usus besar dalam
menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon). Panjang usus
besar yang terkena berbeda- beda untuk setiap individu.
Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan
 pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan
berat lahir < 3 Kg, lebih banyak laki –laki dari pada perempuan. ( Arief Mansjoeer, 2000).
Penyakit hirschsprung adalah anomali kongenital yang mengakibatkan obstruksi
mekanik karena ketidak adekuatan motilitas sebagian dari usus. (Donna L. Wong, 2003 :
507).
ETIOLOGI
1)Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel ”Neural Crest” ambrional yang berimigrasi ke dalam dinding
usus atau kegagalan pleksus mencenterikus dan submukoisa untuk  berkembang ke arah kranio kaudal di
dalam dinding usus.
2)Disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion para simpatis dari pleksus Auerbach di kolon.
3)Sebagian besar segmen yang aganglionik mengenai rectum dan bagian bawah kolon sigmoid dan terjadi
hipertrofi serta distensi yang berlebihan pada kolon.
(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985 )

1)Sering terjadi pada anak dengan ”Down Syndrome”.


2)Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi kraniokaudal pada
myenterik dan submukosa dinding pleksus.
(Suriadi, 2001 : 242)
MANIFESTASI
Gejala klinis yang menunjukan penyakit Hirschsprung umumnya muncul mulai saat lahir dengan
terlambatnya pengeluaran mekonium ( normal 48 jam setelah lahir). Manifestasi pada bayi, terlihat
abdomen besar, konstipasi, muntah. Gejala klinik tergantung derajar aganglionosis atau pembesaran usus.
Individu seringkali kurus, anemil dan jarang defekasi. Sering sekali di sertai kelainan lain seperti sindrom
Down (Tambayong. 1999).
Beberapa manifestasi klinis klasik/ umum yang timbul pada penyakit hirschsprungyaitu :
1. Obstruksi usus pada neonatal, dalam waktu 24 jam/ beberapa minggu setelah lahir bayi akan sakit.
Seringkaliperut bayi buncit, tidak dapat mentolerir makanan dan muntah berulangkali dengan
karakteristik warna kuning atau hijau (empedu).
2. Perforasi usus pada neonatal, gejala termasuk distensi abdomen, susah makan, muntah , lesu dan
kurangnya buang air besar, kebanyakan perforasi usus pada penyakit hirschsprung terjadi pada usia 2
bulan, dan sekitar 50% anak dengan penyakit ini kehilangan sel-sel saraf setidaknya sedengah dari
usu besar.
3. Diare Berdarah pada neonatal, anak dengan penyakit hirsprung beresiko tinggi mengalami peradangan
usus/ penyakit hirschsprung dengan enterocolitis.
4.ebelit kronis, sembelit merupakan gejala yang fisiologis pada sebagian anak, tetapi gejala
sembelit yang tidak berubah setelah pengobatan harus dicurigai terutama jika terjadi pada
beberapa bulan setelah lahir dan sembelit disertai dengan muntah, distensi abdomen atau
pertumbuhan bayi yang buruk.
5.Enterokilitis, pengenalan dini enterokolitis sangat penting untuk menurunkan morbiditas dan
mortalitas
PATOFISIOLOGI
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanyakerusakan primer
dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosakolon distal. Segmen aganglionic
hampir selalu ada dalam rectum dan bagianproksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini
menimbulkan keabnormalan atautidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan
tidak adanya evakuasiusus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga
mencegahkeluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada ususdan
distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega
Colon ( Betz, Cecily & Sowden).
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1)Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat penghisap and mencari sel ganglion
pada daerah submukosa.
2)Biopsi otot rektum, yakni pengambilan lapisan otot rektum, dilakukan dibawah narkose. Pemeriksaan ini
bersifat traumatik
3)Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin esterase dari hasil biopsi isap. Pada penyakit ini khas terdapat
peningkatan aktivitas enzim asetikolin enterase.
4)Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus.
(Ngatsiyah, 2005 : 220)

1)Foto abdomen ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.


2)Enema barium ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
3)Biopsi rectal ; untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion.
4)Manometri anorektal ; untuk mencatat respons refleks sfingter interna dan eksterna.
(Betz, 2002 : 197).
PENATALAKSANAAN
Menurut Yuda (2010), penatalaksanaan hirsprung ada dua cara, yaitu pembedahan dan konservatif.
1)Pembedahan
Pembedahan pada mega kolon/penyakit hisprung dilakukan dalam duatahap. Mula mula dilakukan
kolostomi loop atau double barrel sehingga tonus danukuran usus yang dilatasi dan hipertrofi dapat
kembali normal (memerlukanwaktu kira-kira 3 sampai 4 bulan). Tiga prosedur dalam pembedahan
diantaranya:
a.Prosedur duhamel
b.Prosedur swenson
c.Prosedur soave

2)Konservatif
Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui pemasangan sonde lambung
serta pipa rectal untuk mengeluarkan mekonium dan udara
KOMPLIKASI
1)Gawat pernapasan (akut)
2)Enterokolitis (akut)
3)Striktura ani (pasca bedah)
4)Inkontinensia (jangka panjang)
(Betz, 2002 : 197)

1)Obstruksi usus
2)Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
3)Konstipasi
(Suriadi, 2001 : 241)
ASKEP TEORITIS
1.Pengkajian
1)Identitas Pasien
Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, tanggal pengkajian,
pemberi informasi
2)Keluhan utama
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan pengkajian, pada klien
Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen, kembung, muntah.
3)Riwayat kesehatan dahulu
Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan, persalinan dan kelahiran, riwayat
alergi, imunisasi
4)Riwayat kesehatan sekarang
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir, distensi abdomen dan
muntah hijau atau fekal. Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana
upaya klien mengatasi masalah tersebut.
5)Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita Hirschsprung.
6)Riwayat Nutrisi
meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak.
7)Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan rendah diri.
8)Riwayat tumbuh kembang
Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.
9)Riwayat kebiasaan sehari-hari
Meliputi - kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.

PEMERIKSAAN FISIK
1.Sistem integument
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat capilary refil, warna kulit, edema
kulit.
2.Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
3.Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi apikal, frekuensi denyut nadi /
apikal.
4.Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
5.Sistem Gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya kembung  pada
abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi dan karakteristik muntah) adanya keram,
tendernes.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi
a.Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak adanya
daya dorong
b.Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang inadekuat
c.Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare
Post operasi
a.Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan
b.Nyeri b/d insisi pembedahan
c.Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan kolostomi
INTERVENSI
Pre operasi
1)Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak adanyadaya dorong.
Tujuan : klien tidak mengalami ganggguan eliminasi dengan kriteria defekasi normal, tidakd istensi
abdomen.
Intervensi :
a.Monitor cairan yang keluar dari kolostomi.
Rasional : Mengetahui warna dan konsistensi feses dan menentukan rencana selanjutnya
b.Pantau jumlah cairan kolostomi.
Rasional : Jumlah cairan yang keluar dapat dipertimbangkan untuk penggantian cairan
c.Pantau pengaruh diet terhadap pola defekasi.
Rasional : Untuk mengetahui diet yang mempengaruhi pola defekasi terganggu.

2)Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria dapat mentoleransi diet sesuai kebutuhansecara
parenteal atau per oral
Intervensi :
a.Berikan nutrisi parenteral sesuai kebutuhan.
Rasional : Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
b.Pantau pemasukan makanan selama perawatan.
Rasional : Mengetahui keseimbangan nutrisi sesuai kebutuhan 1300-3400 kalori
c.Pantau atau timbang berat badan.
Rasional : Untuk mengetahui perubahan berat badan

3)Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.


Tujuan : Kebutuhan cairan tubuh terpenuhi dengan kriteria tidak mengalami dehidrasi, turgorkulit normal.
Intervensi:
a.Monitor tanda-tanda dehidrasi.
Rasional : Mengetahui kondisi dan menentukan langkah selanjutnya
b.Monitor cairan yang masuk dan keluar.
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh
c.Berikan caiaran sesuai kebutuhan dan yang diprograrmkan.
Rasional : Mencegah terjadinya dehidrasi
Post operasi
1)Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan
Tujuan : memberikan perawatan perbaikan kulit setelah dilakukan operasi
Intervensi:
a.kaji insisi pembedahan, bengkak dan drainage.
b.Berikan perawatan kulit untuk mencegah kerusakan kulit.
c.Oleskan krim jika perlu.

2)Nyeri b/d insisi pembedahan


Tujuan :Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria tenang, tidak menangis, tidak mengalami
gangguan pola tidur.
Intervensi:
a.Observasi dan monitoring tanda skala nyeri.
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan langkah selanjutnya
b.Lakukan teknik pengurangan nyeri seperti teknik pijat punggung dansentuhan.
Rasional : Upaya dengan distraksi dapat mengurangi rasa nyeri
c.Kolaborasi dalam pemberian analgetik apabila dimungkinkan.
Rasional : Mengurangi persepsi terhadap nyeri yamg kerjanya pada sistem saraf pusat
3)Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan kolostomi.
Tujuan : pengetahuan keluarga pasien tentang cara menangani kebutuhan irigasi, pembedahandan
perawatan kolostomi tambah adekuat.
Intervensi :
a.Kaji tingkat pengetahuan tentang kondisi yang dialami perawatan di rumah dan pengobatan.
b.Ajarkan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaan, kecemasan dan perhatian tentangirigasi
rectal dan perawatan ostomi.
c.Jelaskan perbaikan pembedahan dan proses kesembuhan.
d.Ajarkan pada anak dengan membuat gambar-gambar sebagai ilustrasi misalnya bagaimanadilakukan
irigasi dan kolostomi.
Ajarkan perawatan ostomi segera setelah pembedahan dan lakukan supervisi saat orang tuamelakukan
perawatan ostomi.
EVALUASI
Pre operasi Hirschsprung
1.Pola eliminasi berfungsi normal
2.Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3.Kebutuhan cairan dapat terpenuhi
4.Nyeri pada abdomen teratasi
Post operasi Hirschsprung
1.Integritas kulit lebih baik
2.Nyeri berkurang atau hilang
3.Pengetahuan meningkat tentang perawatan pembedahan terutama pembedahan kolon
KASUS
Seorang anak M (pr) berusia 1 bulan dibawa ibunya ke rumah sakit pada
tanggal 2 Juni 2008 dikarenakan perutnya kembung dan tidak bisa BAB.
Setelah mendapatkan pelayanan dari rumah sakit, ibu mengatakan, anaknya
baru bisa BAB jika diberi obat lewat dubur, anaknya sudah tidak muntah dan
sudah bisa BAB, jadi sudah sembuh, mestinya boleh pulang, ibu bingung
karena dokter umum membolehkan pulang dan rawat jalan tapi dokter spesialis
anak belum boleh karena sekalian mau di operasi.
1.Pengkajian 2)Keluhan utama
1)Biodata Tidak bisa BAB sehingga perut anak besar sehingga tidak
Data bayi mau makan dan minum
Nama : By. M 3)Riwayat penyakit sekarang
Jenis kelamin : perempuan Kembung, pasien muntah setelah minum susu, muntah
Tanggal Lahir : 8 Mei 2008 berupa susu yang diminum, muntah sejak 3 hari yang lalu.
Tanggal MRS : 2 juni 2008 4)Riwayat penyakit sebelumnya
BB/PB : 2900 g/ 54cm Lahir spontan ditolong dokter, langsung boleh pulang, tidak
ada kelainan.
Dx medis : hirsprung
5)Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian : 9 Juni
Tidak ada saudara yang sakit seperti ananknya
Data Ibu
6)Pemeriksaan fisik
Nama : Ny. K
a.Tanda-tanda vital
Pekerjaan : Tidak kerja
Tekanan darah : 90/60mm/hg
Pendidikan : SLTA
Denyut nadi : 114/menit
Alamat : Kedinding Tenagh SBY
Suhu tubuh : 36,5
Nama ayah : Tn T
RR : 40/menit
Pekerjaan : PT PAL
b.Pemeriksaan persistem
Pendidikan : SLTA
B1 reathing : normal
B2 Blood : normal BOF (2-6-08
B3 Brain : normal Dilatasi dan peningkatan gas usus halus dan usus
B4 Bladder : normal besar (menyokong gambaran Hirsprung Disease
B5 Bowel:kembung, bising usus 10x/ menit, Colon in loop (5-6-08):
muntah, Peningkatan nyeri abdomen Tampak pelebaran rectosigmoid
B6 Bone : normal Tampak area aganglionik di rectum dengan jarak ±
7)Data Tambahan : 1,5 cm dari anal dengan daerah hipoganglionik
Radiologi : diatasnya.
Torax Foto (2-6-08): Tampak bagian sigmoid lebih besar dari rectum.
Cor : besar & bentuk kesan normal Kesimpulan : Sesuai gambaran Hirschprung
Diseases
Pulmo : tidak tampak infiltrat, sinus
phrenicocostalis D.S tajam
Thymus : positif
Kesimpulan : foto torax tidak tampak kelainan
Baby gram (2-6-08):
Dilatasi dan peningkatan gas usus halus dan usus
besar
ANALISIS DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 S: Ibu;-Anaknya baru Aganglionisis Konstipasi
bisa BAB jika diberi obat parasimpatikus↓Mesenterikus↓
lwat dubur.-BAB 1-2×/hr, Daya dorong lemah↓Feses
konsisitensi lembek, tidak bisa keluar↓Konstipasi
berwarna kuning.O:-
Tampak distensi
abdomen.- Lingkar
abdomen 39 cm.- Bising
usus 10×/mnt
2 S:- Ibu mengatakan, kondisi Kurang pengetahuan tentangpenyakit Cemas Orang Tua (Ibu)
anaknya sudah tidak muntah dan terapi yangdiprogramkan
dan sudah bisa BAB, jadi
sudah sembuh, mestinya boleh
pulang.- Ibu mengatakan, saya
bingung karena dokter satu
membolehkan pulang dan
rawat jalan tapi dokter satunya
belum boleh karena sekalian
mau dioperasi.O:- Wajah
tampak kusut- Kurang
perhatian (rambut dan baju
acak-acakan)- Interaksi dengan
Ibu-Ibu lain kurang.- Afek
datar- Emosi rendah- Tidak ada
diaforesis- T = 130/80- N =
80×/mnt- RR = 20 ×/mnt
DIAGNOSA
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
1 Konstipasi Tujuan: konstipasi dapat 1. Berikan microlac rectal 1. Untuk mangetahui kondisi
berhubungandenga Teratasi dalam 4 × 24 tiap hariBerikan ASI 3. usus melalui feses2. ASI tetap
n jamKriteria hasil:1. BAB Observasi bising usus, diberikan secara kontinyu
aganglionisisparasi teratur 3-4 ×/hr2. distensi abdomen, lingkar untuk memenuhi nutrisi dan
mpatis area rektum Konsisitensi lembek3. Abdomen 4. Observasi cairan tubuh anak3. Adanya
Distensi abdomen frekuensi dan karakteristik bunyi abnormal bisa
berkurang4. Lingkar feses tiap BAB 5. Membantu menunjukkan adanya
abdomen berkurang memperlancar defekasi untuk komplikasi darifungsi GI4.
melunakkan feses dengan Indikator kembalinya fungsi
menambah intake cairan gastro-intestinal (GI),
mengidentifikasi ketepatan
intervensi.5. Intake cairan
yang adekuat dapat membantu
melunaakkan feses
2 Ansietas (ibu) Tujuan: Ansietas 1. Anjurkan pada 1. Pengungkapan
berhubungande (ibu) berkurang orang tua untuk perasaan membantu
ngan kurang dalam 24 jam mengekspresikan mengurangi rasa
pengetahuante Kriteria Hasil:Ibu perasaan2. Gunakan cemas2. Komunikasi
ntang penyakit mangungkapkan komunikasi terapeutik yang tepat sebagai
dan terapi yang suatu pemahaman (kontak tubuh, sikap wujud rasa empati 3.
diprogramkan yang baik tentang tubuh)3. Jelaskan pada Informasi membantu
proses penyakit orangtua mengenai orangtua memahami
anaknya2. Ibu penyakit anak, kondisi penyakit anak,
memahami terapi perawatan dan perawatan dan
yang diprogramkan Pengobatan 4. pengobatan4.Orangtua
tim dokter Libatkan orangtua merasa tenang
dalam perawatan 5.Dengan berdoa
anak5. Anjurkan membuat hati tenang,
berdoa sesuai cemas berkurang
keyakinan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NO IMPLEMENTASI EVALUASI

1 Memberikan microlac rectal tiap S: Ibu;-Anaknya baru bisa BAB jika diberi
hariMemberikan ASI3. Mengobservasi obat lwat dubur.-BAB 1-2×/hr,
bising usus, distensi abdomen, lingkar konsisitensi lembek, berwarna kuning.O:-
abdomen4. Mengobservasi frekuensi Tampak distensi abdomen.- Lingkar
dan karakteristikfeses tiap BAB5. abdomen 39 cm.- Bising usus 10×/mntA:
Mengetahui peristaltic usus6. Konstipasi teratasi.P : rencana tindakan 1
Membantu memperlancar defekasi dihentikan, rencana 2, 3,4 dan 5
untuk melunakkan feses denagn dilanjutkan
menambah intake cairan
2 1. Menganjurkan pada orangtua untuk S:- Ibu mengatakan, kondisi anaknyasudah
mengekspresikan perasaan2. tidak muntah dan sudah bisa BAB, jadi
Menggunakan komunikasi terapeutik sudah sembuh, mestinya boleh pulang.-
(kontak tubuh, sikap tubuh)3. Ibu mengatakan, saya bingung karena
Menjelaskan pada orangtua mengenai dokter satu membolehkan pulang dan
penyakit anak, perawatan dan rawat jalan tapi dokter satunya belum
pengobatan4. Melibatkan orangtua boleh karena sekalian mau dioperasi.O:-
dalam perawatan anak5. Menganjurkan Wajah tampak kusut- Kurang perhatian
orangtua(ibu) berdoa sesuai keyakinan (rambut dan baju acak-acakan)- Interaksi
dengan Ibu-Ibu lain kurang.- Afek datar-
Emosi rendah- Tidak ada diaforesis- T =
130/80- N = 80×/mnt- RR = 20 ×/mntA:
Ansietas ibu berkurang sebagianP : Semua
rencana tindakan dilanjutkan
TELAAH JURNAL
Hipoalbuminemia prabedah sebagai faktor prognostik
enterokolitis pascabedah penderita megakolon kongenital
(Hirschsprung’s disease)
A.Pendahuluan
a)Metode Pencarian Literature
Pada telaah jurnal ini, reviewer menggunakan Google Scholar dengan kata kunci penyakit
megakolon kongenital . Dari kata kunci tersebut, reviewer memperoleh ribuan literature. Proses
seleksi literature menggunakan sinkronisasi judul dengan isi dan rentang tahun dari 2013-2015.
b)Abstrak
Penyakit Hirschsprung atau megakolon kongenital adalah kelainan kongenital berupa ketiadaan
sel ganglion pada kolon. Rektum selalu terlibat dan 90% kelainan ini didapatkan pada rektum
dan sigmoid. Ketiadaan sel ganglion akan menyebabkan gangguan peristaltik sehingga
mengakibatkan terjadinya ileus
fungsional. Keberhasilan terapi tergantung pada beberapa faktor antara lain umur saat operasi,
berat badan, kadar hemoglobin, albumin, lama operasi, lama perawatan, dan faktor-faktor
prognostik lainnya. Enterokolitis dan komplikasi pascabedah lainnya masih merupakan
masalah yang harus dihadapi oleh para ahli bedah anak. bukan merupakan faktor prognostik
enterokolitis pascabedah pada anak dengan megakolon kongenital
B.Deskripsi Jurnal
a)Deskripsi Umum
Jurnal yang ditelaah reviewer berjudul “Hipoalbuminemia prabedah sebagai faktor prognostik
enterokolitis pascabedah penderita megakolon kongenital” yang ditulis oleh Rochadi yang
dipublikasikan oleh Jurnal Gizi Klinik Indonesia Vol. 9, No. 3, Januari 2013: 111-116.
Telaah dilakukan oleh :
Nama : Hesty Amelia Mayora
Tanggal Telaah : 10 September 2021
b)Deskripsi Content
1)Tujuan penelitian
Menilai pengaruh kadar albumin prabedah terhadap kejadian enterokolitis pascabedah pada
penderita penyakit megakolon kongenital.
2)Hasil Penelitian
Dari 104 anak dengan penyakit Hirschsprung, diperoleh 53 (51%) anak dengan
hipoalbuminemia dan 51 (49%) anak dengan normoalbuminemia. Enterokolitis pascabedah
terjadi pada 18 (17,3%) anak, diantaranya terdapat 11 (61,1%) anak dengan hipoalbuminemia
dan 7 (38,9%) anak dengan normoalbuminemia. Kadar albumin bukan merupakan faktor
prognostik enterokolitis pascabedah pada anak megakolon kongenital (RR=1,51; IK 95%:0,64-
3,60; p=0,34).
c)Kesimpulan Penelitian
adar albumin secara statistik tidak berpengaruh terhadap terjadinya enterokolitis pascabedah
penderita penyakit megakolon kongenital (Hirschsprung’s disease). Namun, secara klinis perlu
dipertimbangkan untuk melakukan operasi dengan kadar albumin lebih dari 3,5 g/dl.
C.Telaah Jurnal
a.Fokus Penelitian
Penulis sangat jelas dalam menjelaskan masalah penelitian yaitu mengenai Hipoalbuminemia prabedah
sebagai faktor prognostik enterokolitis pascabedah penderita megakolon kongenital sehingga pembaca
dapat dengan mudah mendapatkan gambaran tentang isi penelitian.
b.Gaya dan Sistematika Penulisan
Gaya penulisan dan sistematika penulisan dari jurnal sudah bagus.
c.Penulis
Dalam jurnal penelitian, nama penulis tertera dengan jelas sehingga dapat mengurangi unsur plagiatisme.
Umumnya penulis menuliskan nama di cover halaman depan dengan font 12 pada jurnaln namun tertera
kecil.
d.Judul Penelitian
Dalam jurnal, judul dan isinya sudah jelas dan saling berkaitan atau sinkron.
e.Abstrak
Abstrak terdiri dari satu paragraph dan sudah memenuhi semua komponen yang harus ada di abstrak
yaitu IMRAD (Introduction, Metode, Result, Analize, dan discussion). Jumlah kata seharusnya tidak lebih
dari 250 kata, jurnal ini sudah memenuhi yaitu sebanyak 223 kata.
f.Masalah dan Tujuan Penelitian
Pada jurnal ini sudah dijelaskan tujuannya
g.Pendahuluan
Penyakit Hirschsprung adalah kelainan kongenital pada kolon yang ditandai dengan tidak adanya sel
ganglion parasimpatis pada pleksus submukosus Meissneri dan pleksus mienterikus Auerbachi. Penyakit
ini disebabkan oleh terhentinya migrasi kraniokaudal sel krista neuralis di daerah kolon distal pada minggu
kelima sampai minggu keduabelas kehamilan untuk membentuk sistem saraf intestinal dan sembilan puluh
persen terjadi pada rektum dan sigmoid.Insiden penyakit Hirschsprung adalah 1 dalam 5000 kelahiran
hidup sehingga di Indonesia diperkirakan akan lahir 1200 bayi dengan penyakit Hirschsprung setiap
tahunnya dan rasio laki-laki dibanding perempuan adalah 4:1. Diagnosis penyakit Hirschsprung harus
dapat ditegakkan sedini mungkin karena berbagai komplikasi yang dapat terjadi akan sangat
membahayakan pasien seperti terjadinya konstipasi, enterokolitis, perforasi usus serta sepsis yang dapat
menyebabkan kematian.
h.Literature dan Tinjauan Pustaka
Penulis sudah menguraikan dengan secara umum berbagai aspek teoritis yang mendasari studi.
Penulisan jurnal sudah menggunakan analitis kritis berdasarkan literature yang ada.
i.Hipotesis/ Pertanyaan Penelitian
Pada jurnal, reviewer menganalisa tidak ada hipotesis atau pertanyaan penelitiannya.
j.Populasi dan sampel
Pada jurnal, reviewer menganalisa bahwa Populasi penelitian ini adalah anak dengan megakolon
kongenital (Hirschsprung’s disease) yang dilakukan operasi dan besar sampel dihitung berdasar rumus
untuk penelitian kohort dengan uji hipotesis terhadap risiko relatif, sehingga didapatkan sejumlah 104
orang
k.Definisi Operasional
Konsep yang ada dalam penelitian ini sudah dibuat batasan dalam istilah operasional sehingga tidak ada
makna ganda dari semua istilah yang digunakan dalam studi ini.
l.Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan desain kohort ambidireksional pada anak dengan penyakit Hirschsprung yang
dilakukan operasi dengan metode ERPT dan PSNRHD di RSUP Dr. Sardjito, RS Panti Rapih, dan RS
Permata Husada Yogyakarta. Kadar albumin dibedakan menjadi normoalbuminemia (>3,5 g/dl) dan
hipoalbuminemia (≤3,5 g/dl). Kadar albumin prabedah sebagai faktor prognostik enterokolitis pascabedah
dinyatakan dengan RR dan IK 95%.
m.Data dan Analisis Data
Pada jurnal tidak dijelaskan
n.Hasil Penelitian
Dari 104 anak dengan penyakit Hirschsprung, diperoleh 53 (51%) anak dengan hipoalbuminemia dan 51
(49%) anak dengan normoalbuminemia. Enterokolitis pascabedah terjadi pada 18 (17,3%) anak,
diantaranya terdapat 11 (61,1%) anak dengan hipoalbuminemia dan 7 (38,9%) anak dengan
normoalbuminemia. Kadar albumin bukan merupakan faktor prognostik enterokolitis pascabedah pada
anak megakolon kongenital (RR=1,51; IK 95%:0,64-3,60; p=0,34).
o.Pembahasan Hasil Penelitian
Enterokolitis pascabedah merupakan komplikasi paling berbahaya yang ditandai dengan adanya distensi
abdomen, diare, muntah, dan demam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 104 subjek penelitian
yang dilakukan operasi dengan menggunakan metoda ERPT maupun PSNRHD, diperoleh kejadian
enterokolitis pascabedah pada 18 subjek (17,3%) dan menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna
antara kedua teknik operasi tersebut (p=0,001). Hal ini terjadi karena pada teknik ERPT, irisan operasi
dilakukan dengan membuka dinding perut bagian depan dan dalam posisi terlentang, mengeluarkan usus
besar, dan memotong rektum yang spastik kemudian dilakukan penyambungan usus besar secara
endorektal. Sebaliknya, pada teknik PSNRHD, irisan operasi adalah melalui irisan intergluteal pada posisi
telungkup tanpa mengeluarkan dan memotong rektum. Beberapa penelitian
melaporkan angka kejadian enterokolitis pascabedah sebesar 42,3% dari 78 kasus (19) dan 30% pada
135 penderita yang dilakukan operasi
p.Referensi/ Daftar Pustaka
Daftar pustaka sesuai ketentuan APA Style.
q.Kesimpulan
Kadar albumin secara statistik tidak berpengaruh terhadap terjadinya enterokolitis pascabedah penderita
penyakit megakolon kongenital (Hirschsprung’s disease). Namun, secara klinis perlu dipertimbangkan
untuk melakukan operasi dengan kadar albumin lebih dari 3,5 g/dl.
r.Kelebihan Penelitian
1.Peneliti menyusun jurnal secara teratur, kata yang digunakan bersifat baku dan sesuai dengan kaidah
Ejaan Bahasa Indonesia (EBI).
2.Penelitian dilakukan dengan terstruktur dan didukung oleh penelitian-penelitian sebelumnya yang
relevan.
3.Mengungkap secara jeas dan lengkap latar belakang dilakukan penelitian, deskripsi hasil penelitian dan
kesimpulan penelitian.
4.Peneliti juga melakukan intervensi langsung pada pasien untuk melihat seberapa efektif pengaruh terapi
kognitif terhadap pasien isolasi sosial
s.Kekurangan Penelitian
1.Nama penulis tidak terpampang jelas
2.Data dan analisis data tidak begitu di jelaskan
D.Penutup
Dengan adanya suatu penelitian akan memberikan manfaat berupa timbulnya gagasan dan
penemuan-penemuan baru. Kemampuan metodologi penelitian sangat penting dimiliki oleh
penulis agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap isi penelitian.

Anda mungkin juga menyukai