2)Konservatif
Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui pemasangan sonde lambung
serta pipa rectal untuk mengeluarkan mekonium dan udara
KOMPLIKASI
1)Gawat pernapasan (akut)
2)Enterokolitis (akut)
3)Striktura ani (pasca bedah)
4)Inkontinensia (jangka panjang)
(Betz, 2002 : 197)
1)Obstruksi usus
2)Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
3)Konstipasi
(Suriadi, 2001 : 241)
ASKEP TEORITIS
1.Pengkajian
1)Identitas Pasien
Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, tanggal pengkajian,
pemberi informasi
2)Keluhan utama
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan pengkajian, pada klien
Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen, kembung, muntah.
3)Riwayat kesehatan dahulu
Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan, persalinan dan kelahiran, riwayat
alergi, imunisasi
4)Riwayat kesehatan sekarang
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir, distensi abdomen dan
muntah hijau atau fekal. Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana
upaya klien mengatasi masalah tersebut.
5)Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita Hirschsprung.
6)Riwayat Nutrisi
meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak.
7)Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan rendah diri.
8)Riwayat tumbuh kembang
Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.
9)Riwayat kebiasaan sehari-hari
Meliputi - kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.
PEMERIKSAAN FISIK
1.Sistem integument
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat capilary refil, warna kulit, edema
kulit.
2.Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
3.Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi apikal, frekuensi denyut nadi /
apikal.
4.Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
5.Sistem Gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya kembung pada
abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi dan karakteristik muntah) adanya keram,
tendernes.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi
a.Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak adanya
daya dorong
b.Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang inadekuat
c.Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare
Post operasi
a.Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan
b.Nyeri b/d insisi pembedahan
c.Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan kolostomi
INTERVENSI
Pre operasi
1)Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak adanyadaya dorong.
Tujuan : klien tidak mengalami ganggguan eliminasi dengan kriteria defekasi normal, tidakd istensi
abdomen.
Intervensi :
a.Monitor cairan yang keluar dari kolostomi.
Rasional : Mengetahui warna dan konsistensi feses dan menentukan rencana selanjutnya
b.Pantau jumlah cairan kolostomi.
Rasional : Jumlah cairan yang keluar dapat dipertimbangkan untuk penggantian cairan
c.Pantau pengaruh diet terhadap pola defekasi.
Rasional : Untuk mengetahui diet yang mempengaruhi pola defekasi terganggu.
2)Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria dapat mentoleransi diet sesuai kebutuhansecara
parenteal atau per oral
Intervensi :
a.Berikan nutrisi parenteral sesuai kebutuhan.
Rasional : Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
b.Pantau pemasukan makanan selama perawatan.
Rasional : Mengetahui keseimbangan nutrisi sesuai kebutuhan 1300-3400 kalori
c.Pantau atau timbang berat badan.
Rasional : Untuk mengetahui perubahan berat badan
1 Memberikan microlac rectal tiap S: Ibu;-Anaknya baru bisa BAB jika diberi
hariMemberikan ASI3. Mengobservasi obat lwat dubur.-BAB 1-2×/hr,
bising usus, distensi abdomen, lingkar konsisitensi lembek, berwarna kuning.O:-
abdomen4. Mengobservasi frekuensi Tampak distensi abdomen.- Lingkar
dan karakteristikfeses tiap BAB5. abdomen 39 cm.- Bising usus 10×/mntA:
Mengetahui peristaltic usus6. Konstipasi teratasi.P : rencana tindakan 1
Membantu memperlancar defekasi dihentikan, rencana 2, 3,4 dan 5
untuk melunakkan feses denagn dilanjutkan
menambah intake cairan
2 1. Menganjurkan pada orangtua untuk S:- Ibu mengatakan, kondisi anaknyasudah
mengekspresikan perasaan2. tidak muntah dan sudah bisa BAB, jadi
Menggunakan komunikasi terapeutik sudah sembuh, mestinya boleh pulang.-
(kontak tubuh, sikap tubuh)3. Ibu mengatakan, saya bingung karena
Menjelaskan pada orangtua mengenai dokter satu membolehkan pulang dan
penyakit anak, perawatan dan rawat jalan tapi dokter satunya belum
pengobatan4. Melibatkan orangtua boleh karena sekalian mau dioperasi.O:-
dalam perawatan anak5. Menganjurkan Wajah tampak kusut- Kurang perhatian
orangtua(ibu) berdoa sesuai keyakinan (rambut dan baju acak-acakan)- Interaksi
dengan Ibu-Ibu lain kurang.- Afek datar-
Emosi rendah- Tidak ada diaforesis- T =
130/80- N = 80×/mnt- RR = 20 ×/mntA:
Ansietas ibu berkurang sebagianP : Semua
rencana tindakan dilanjutkan
TELAAH JURNAL
Hipoalbuminemia prabedah sebagai faktor prognostik
enterokolitis pascabedah penderita megakolon kongenital
(Hirschsprung’s disease)
A.Pendahuluan
a)Metode Pencarian Literature
Pada telaah jurnal ini, reviewer menggunakan Google Scholar dengan kata kunci penyakit
megakolon kongenital . Dari kata kunci tersebut, reviewer memperoleh ribuan literature. Proses
seleksi literature menggunakan sinkronisasi judul dengan isi dan rentang tahun dari 2013-2015.
b)Abstrak
Penyakit Hirschsprung atau megakolon kongenital adalah kelainan kongenital berupa ketiadaan
sel ganglion pada kolon. Rektum selalu terlibat dan 90% kelainan ini didapatkan pada rektum
dan sigmoid. Ketiadaan sel ganglion akan menyebabkan gangguan peristaltik sehingga
mengakibatkan terjadinya ileus
fungsional. Keberhasilan terapi tergantung pada beberapa faktor antara lain umur saat operasi,
berat badan, kadar hemoglobin, albumin, lama operasi, lama perawatan, dan faktor-faktor
prognostik lainnya. Enterokolitis dan komplikasi pascabedah lainnya masih merupakan
masalah yang harus dihadapi oleh para ahli bedah anak. bukan merupakan faktor prognostik
enterokolitis pascabedah pada anak dengan megakolon kongenital
B.Deskripsi Jurnal
a)Deskripsi Umum
Jurnal yang ditelaah reviewer berjudul “Hipoalbuminemia prabedah sebagai faktor prognostik
enterokolitis pascabedah penderita megakolon kongenital” yang ditulis oleh Rochadi yang
dipublikasikan oleh Jurnal Gizi Klinik Indonesia Vol. 9, No. 3, Januari 2013: 111-116.
Telaah dilakukan oleh :
Nama : Hesty Amelia Mayora
Tanggal Telaah : 10 September 2021
b)Deskripsi Content
1)Tujuan penelitian
Menilai pengaruh kadar albumin prabedah terhadap kejadian enterokolitis pascabedah pada
penderita penyakit megakolon kongenital.
2)Hasil Penelitian
Dari 104 anak dengan penyakit Hirschsprung, diperoleh 53 (51%) anak dengan
hipoalbuminemia dan 51 (49%) anak dengan normoalbuminemia. Enterokolitis pascabedah
terjadi pada 18 (17,3%) anak, diantaranya terdapat 11 (61,1%) anak dengan hipoalbuminemia
dan 7 (38,9%) anak dengan normoalbuminemia. Kadar albumin bukan merupakan faktor
prognostik enterokolitis pascabedah pada anak megakolon kongenital (RR=1,51; IK 95%:0,64-
3,60; p=0,34).
c)Kesimpulan Penelitian
adar albumin secara statistik tidak berpengaruh terhadap terjadinya enterokolitis pascabedah
penderita penyakit megakolon kongenital (Hirschsprung’s disease). Namun, secara klinis perlu
dipertimbangkan untuk melakukan operasi dengan kadar albumin lebih dari 3,5 g/dl.
C.Telaah Jurnal
a.Fokus Penelitian
Penulis sangat jelas dalam menjelaskan masalah penelitian yaitu mengenai Hipoalbuminemia prabedah
sebagai faktor prognostik enterokolitis pascabedah penderita megakolon kongenital sehingga pembaca
dapat dengan mudah mendapatkan gambaran tentang isi penelitian.
b.Gaya dan Sistematika Penulisan
Gaya penulisan dan sistematika penulisan dari jurnal sudah bagus.
c.Penulis
Dalam jurnal penelitian, nama penulis tertera dengan jelas sehingga dapat mengurangi unsur plagiatisme.
Umumnya penulis menuliskan nama di cover halaman depan dengan font 12 pada jurnaln namun tertera
kecil.
d.Judul Penelitian
Dalam jurnal, judul dan isinya sudah jelas dan saling berkaitan atau sinkron.
e.Abstrak
Abstrak terdiri dari satu paragraph dan sudah memenuhi semua komponen yang harus ada di abstrak
yaitu IMRAD (Introduction, Metode, Result, Analize, dan discussion). Jumlah kata seharusnya tidak lebih
dari 250 kata, jurnal ini sudah memenuhi yaitu sebanyak 223 kata.
f.Masalah dan Tujuan Penelitian
Pada jurnal ini sudah dijelaskan tujuannya
g.Pendahuluan
Penyakit Hirschsprung adalah kelainan kongenital pada kolon yang ditandai dengan tidak adanya sel
ganglion parasimpatis pada pleksus submukosus Meissneri dan pleksus mienterikus Auerbachi. Penyakit
ini disebabkan oleh terhentinya migrasi kraniokaudal sel krista neuralis di daerah kolon distal pada minggu
kelima sampai minggu keduabelas kehamilan untuk membentuk sistem saraf intestinal dan sembilan puluh
persen terjadi pada rektum dan sigmoid.Insiden penyakit Hirschsprung adalah 1 dalam 5000 kelahiran
hidup sehingga di Indonesia diperkirakan akan lahir 1200 bayi dengan penyakit Hirschsprung setiap
tahunnya dan rasio laki-laki dibanding perempuan adalah 4:1. Diagnosis penyakit Hirschsprung harus
dapat ditegakkan sedini mungkin karena berbagai komplikasi yang dapat terjadi akan sangat
membahayakan pasien seperti terjadinya konstipasi, enterokolitis, perforasi usus serta sepsis yang dapat
menyebabkan kematian.
h.Literature dan Tinjauan Pustaka
Penulis sudah menguraikan dengan secara umum berbagai aspek teoritis yang mendasari studi.
Penulisan jurnal sudah menggunakan analitis kritis berdasarkan literature yang ada.
i.Hipotesis/ Pertanyaan Penelitian
Pada jurnal, reviewer menganalisa tidak ada hipotesis atau pertanyaan penelitiannya.
j.Populasi dan sampel
Pada jurnal, reviewer menganalisa bahwa Populasi penelitian ini adalah anak dengan megakolon
kongenital (Hirschsprung’s disease) yang dilakukan operasi dan besar sampel dihitung berdasar rumus
untuk penelitian kohort dengan uji hipotesis terhadap risiko relatif, sehingga didapatkan sejumlah 104
orang
k.Definisi Operasional
Konsep yang ada dalam penelitian ini sudah dibuat batasan dalam istilah operasional sehingga tidak ada
makna ganda dari semua istilah yang digunakan dalam studi ini.
l.Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan desain kohort ambidireksional pada anak dengan penyakit Hirschsprung yang
dilakukan operasi dengan metode ERPT dan PSNRHD di RSUP Dr. Sardjito, RS Panti Rapih, dan RS
Permata Husada Yogyakarta. Kadar albumin dibedakan menjadi normoalbuminemia (>3,5 g/dl) dan
hipoalbuminemia (≤3,5 g/dl). Kadar albumin prabedah sebagai faktor prognostik enterokolitis pascabedah
dinyatakan dengan RR dan IK 95%.
m.Data dan Analisis Data
Pada jurnal tidak dijelaskan
n.Hasil Penelitian
Dari 104 anak dengan penyakit Hirschsprung, diperoleh 53 (51%) anak dengan hipoalbuminemia dan 51
(49%) anak dengan normoalbuminemia. Enterokolitis pascabedah terjadi pada 18 (17,3%) anak,
diantaranya terdapat 11 (61,1%) anak dengan hipoalbuminemia dan 7 (38,9%) anak dengan
normoalbuminemia. Kadar albumin bukan merupakan faktor prognostik enterokolitis pascabedah pada
anak megakolon kongenital (RR=1,51; IK 95%:0,64-3,60; p=0,34).
o.Pembahasan Hasil Penelitian
Enterokolitis pascabedah merupakan komplikasi paling berbahaya yang ditandai dengan adanya distensi
abdomen, diare, muntah, dan demam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 104 subjek penelitian
yang dilakukan operasi dengan menggunakan metoda ERPT maupun PSNRHD, diperoleh kejadian
enterokolitis pascabedah pada 18 subjek (17,3%) dan menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna
antara kedua teknik operasi tersebut (p=0,001). Hal ini terjadi karena pada teknik ERPT, irisan operasi
dilakukan dengan membuka dinding perut bagian depan dan dalam posisi terlentang, mengeluarkan usus
besar, dan memotong rektum yang spastik kemudian dilakukan penyambungan usus besar secara
endorektal. Sebaliknya, pada teknik PSNRHD, irisan operasi adalah melalui irisan intergluteal pada posisi
telungkup tanpa mengeluarkan dan memotong rektum. Beberapa penelitian
melaporkan angka kejadian enterokolitis pascabedah sebesar 42,3% dari 78 kasus (19) dan 30% pada
135 penderita yang dilakukan operasi
p.Referensi/ Daftar Pustaka
Daftar pustaka sesuai ketentuan APA Style.
q.Kesimpulan
Kadar albumin secara statistik tidak berpengaruh terhadap terjadinya enterokolitis pascabedah penderita
penyakit megakolon kongenital (Hirschsprung’s disease). Namun, secara klinis perlu dipertimbangkan
untuk melakukan operasi dengan kadar albumin lebih dari 3,5 g/dl.
r.Kelebihan Penelitian
1.Peneliti menyusun jurnal secara teratur, kata yang digunakan bersifat baku dan sesuai dengan kaidah
Ejaan Bahasa Indonesia (EBI).
2.Penelitian dilakukan dengan terstruktur dan didukung oleh penelitian-penelitian sebelumnya yang
relevan.
3.Mengungkap secara jeas dan lengkap latar belakang dilakukan penelitian, deskripsi hasil penelitian dan
kesimpulan penelitian.
4.Peneliti juga melakukan intervensi langsung pada pasien untuk melihat seberapa efektif pengaruh terapi
kognitif terhadap pasien isolasi sosial
s.Kekurangan Penelitian
1.Nama penulis tidak terpampang jelas
2.Data dan analisis data tidak begitu di jelaskan
D.Penutup
Dengan adanya suatu penelitian akan memberikan manfaat berupa timbulnya gagasan dan
penemuan-penemuan baru. Kemampuan metodologi penelitian sangat penting dimiliki oleh
penulis agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap isi penelitian.