Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
EPIDEMIOLOGI
DR Drg Henry Setyawan S, MSc
Pengertian Surveilans
• Analisis scr sistematis & terus menerus
thd penyakit /masalah-2 kesehatan &
kondisi yg pengaruhi terjadinya
peningkatan & penularan penyakit atau
masalah kesehatan, agar dapat dilakukan
penanggulangan scr efektif & efisien
melalui proses pengumpulan data,
pengolahan & penyebaran informasi
epidemiologi kpd penyelenggara program
Surveilans kesehatan masyarakat
• Pengumpulan, analisis, & analisis data
scr terus menerus & sistematis yg
kemudian didiseminasikan
(disebarluaskan) kpd pihak-2 yg
bertanggungjawab dlm pencegahan
penyakit & masalah kesehatan lainnya
(DCP2, 2008).
Prinsip Surveilan
1. Pengumpulan data penyakit &
faktor risiko;
2. Pengolahan & analisis data;
3. Interpretasi & rekomendasi; dan
4. Penyebarluasan hasil interpretasi
& rekomendasi.
Surveilans menghubungkan
informasi tersebut kpd pembuat
keputusan agar dapat dilakukan
langkah-2 pencegahan &
pengendalian penyakit (Last,
2001).
• Surveilans memungkinkan pengambil
keputusan utk memimpin & mengelola
dgn efektif.
• Surveilans kesmas beri informasi
kewaspadaan dini bg pengambil
keputusan & manajer ttg masalah-2
kesehatan yg perlu diperhatikan pd suatu
populasi.
• Merupakan instrumen penting utk cegah
outbreak penyakit & kembangkan respons
segera ktk penyakit mulai menyebar.
TUJUAN SURVEILENS
• Surveilans bertujuan memberikan
informasi tepat waktu ttg masalah
kesehatan populasi, shg penyakit &
faktor risiko dapat dideteksi dini &
dapat dilakukan respons pelayanan
kesehatan dgn lebih efektif.
TUJUAN SURVEILENS
(1) Memonitor kecenderungan (trends)
penyakit;
(2) Mendeteksi perubahan mendadak
insidensi penyakit, utk deteksi dini
outbreak;
(3) Memantau kesehatan populasi, menaksir
besarnya beban penyakit (disease burden)
pd populasi;
TUJUAN SURVEILENS
(4) Menentukan kebutuhan kesehatan
prioritas, membantu perencanaan,
implementasi, monitoring & evaluasi
program kesehatan;
(5) Mengevaluasi cakupan & efektivitas
program kesehatan;
(6) Mengidentifikasi kebutuhan riset
(Last, 2001; Giesecke, 2002; JHU, 2002).
• Surveilans berbeda dgn pemantauan
(monitoring) biasa. Surveilans dilakukan scr
terus menerus tanpa terputus (kontinyu),
sedang pemantauan dilakukan
intermiten /episodik.
• Dgn mengamati secara terus-menerus &
sistematis maka perubahan-2
kecenderungan penyakit & faktor yg
berpengaruh dapat diamati /diantisipasi,
shg dapat dilakukan langkah-2 investigasi &
pengendalian penyakit dg tepat.
PENGUMPULAN DATA
• Apa yang harus dikumpulkan ?
• Keluhan-keluhan kondisi tidak
sehat
• Tanda dan gejala (penyakit)
• Karakteristik umum penderita
• Faktor risiko yg mungkin
• Sumber data ?
– SD, Posyandu, PKK, dll
• Cara mengumpulkan data ?
– Langsung
– Berjenjang
– Kombinasi
• Media pengumpulan data
– Lisan
– Tertulis
– SMS
– CB
• Koordinator/penanggung jawab ?
– Bidan PKD
– PL Raeci
PRINSIP PENGUMPULAN DATA
• Lengkap
• Valid
• Tepat waktu
• Berkesinambungan
Pengolahan dan Analisa Data
• Daftar register
• Susun tabel
• Buat grafik : batang, garis, pie dll.
• Buat peta : spot-map
• Bandingkan dengan data bulan
kemarin
• Bandingkan dengan kondisi bulan
sama tahun yang lalu.
. .
..... .
Malaria per Age and Sex group, Kr. Sengon 2000
70 Male
60 Female
50
40
Kasus
30
20
10
0
<1 1 ~ 4 5 ~ 9 10 ~ 14 > 15
Interpretasi & Rekomendasi
Interpretasi
• Interpretasi /kesimpulan hasil surveilans :
penyampaian pokok hasil analisa data sesuai
tujuan surveilans yg sampaikan ttg :
• Besarnya (angka tunggal) penyebaran penyakit
& kematian menurut tempat, waktu & sifat
penderita,
• Penyebab penyakit & faktor risiko yg dapat
cegah /bantu penyebaran penyakit.
• Trend kecenderungan perkembangan penyakit.
• Prioritas permasalahan yg harus ditanggulangi.
Rekomendasi
• Rekomendasi/saran : penyampaian berbagai tindakan yg
harus dilakukan berdasarkan hasil interpretasi utk
penanggulangan (penemuan kasus dan pengobatan) &
pencegahan (penyuluhan, pencegahan spesifik &
imunisasi) oleh penanggung jawab pengelola program
sesuai jenjang administrasi & hirarki organisasi.
• Rekomendasi sampaikan :
– Langkah teknis penanggulangan :
» pencegahan (penyuluhan, pencegahan
spesifik & imunisasi)
» penanggulangan (penemuan kasus,
pengobatan dini, rujukan & rehabilitasi).
• Langkah manajemen utk :
» Perencanaan berupa : penetapan tujuan,
target & prioritas wilayah & kegiatan
penanggulangan, pembiayaan,
pengorganisasian, kemitraan & penjadwalan
kerja.
» Pelaksanaan berupa : cara pemantauan &
pengawasan, utk jaga mutu pelayanan
penanggulangan sesuai pedoman serta
» Penilaian berupa : cara evaluasi atas semua
kegiatan penanggulangan.
Sistem Kewaspadaan Dini
• SKD : suatu sistem informasi yg baik &
peka utk dapat deteksi adanya KLB
/kemungkinan terjadinya KLB sedini
mungkin.
• SKD-KLB : sistem pemantauan yg terus
menerus thd munculnya kerawanan yg
terjadi pd :
– Unsur dasar yg jadi penyebab terjadinya KLB.
– Meningkatnya jumlah penderita, yg
merupakan indikasi adanya kemungkinan
meletusnya suatu KLB penyakit ttt.
JENIS SURVEILENS
• (1) Surveilans individu;
• (2) Surveilans penyakit;
• (3) Surveilans sindromik;
• (4) Surveilans berbasis Laboratorium;
• (5) Surveilans terpadu;
• (6) Surveilans kesmas global.
1. Surveilens Individu
• Deteksi & monitor individu-2 yg alami
kontak dgn penyakit serius, misalnya
pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam
kuning, sifilis.
• Memungkinkan dilakukannya isolasi
institusional segera thd kontak, shg
pnykt yg dicurigai dapat dikendalikan.
• Karantina mrpk isolasi institusional
yg batasi gerak & aktivitas orang-2
/binatang yg sehat tp telah terpapar
oleh suatu kasus penyakit menular
selama periode menular.
• Tujuan karantina cegah transmisi
penyakit selama masa inkubasi
seandainya terjadi infeksi (Last,
2001).
• Isolasi institusional pernah
digunakan kembali ketika timbul
AIDS 1980an dan SARS. Dikenal
dua jenis karantina:
(1) Karantina total;
(2) Karantina parsial.
• Karantina total : batasi kebebasan gerak
semua orang yg terpapar penyakit
menular selama masa inkubasi, utk
cegah kontak dgn orang yg tak terpapar.
• Karantina parsial : batasi kebebasan
gerak kontak secara selektif,
berdasarkan perbedaan tingkat
kerawanan & tingkat bahaya transmisi
penyakit.
• Contoh :
• Anak sekolah diliburkan utk cegah
penularan penyakit campak, sedang
orang dewasa diperkenankan terus
bekerja.
• Satuan tentara yg ditugaskan pd pos
tertentu dicutikan, sedang di pos2
lainnya tetap bekerja.
2. Surveilens Penyakit
• Pengawasan terus-menerus terhadap
distribusi dan kecenderungan
insidensi penyakit, melalui
pengumpulan sistematis, konsolidasi,
evaluasi thdp laporan-2 penyakit &
kematian, serta data relevan lainnya.
Jadi fokus perhatian surveilans
penyakit adlh penyakit, bukan
individu.
3. Surveilens Sindromik
• Pengawasan terus-menerus thd
sindroma (kumpulan gejala)
penyakit, bukan masing-2 penyakit.
• Surveilans sindromik andalkan
deteksi indikator- 2 kesehatan
individual maupun populasi yg bisa
diamati sebelum konfirmasi
diagnosis.
• Surveilans sindromik mengamati
indikator-2 individu sakit,
• Spt pola perilaku, gejala-2,
tanda, /temuan laboratorium, yg
dapat ditelusuri dr aneka sumber,
sebelum diperoleh konfirmasi
laboratorium ttg suatu penyakit.
• CDC terapkan kegiatan surveilans sindromik
berskala nasional trhd penyakit-2 yg mirip
influenza (flu-like illnesses) berdasarkan lap
berkala praktik dokter di AS.
• Para dokter yg berpartisipasi lakukan
skrining pasien berdasarkan definisi kasus
sederhana (demam & batuk /sakit
tenggorok) & membuat laporan mingguan ttg
jumlah kasus, jumlah kunjungan mnrt kel
umur & jenis kelamin, dan jumlah total kasus
yg teramati.
• Surveilans tersebut berguna utk
monitor aneka penyakit yg
menyerupai influenza, termasuk
flu burung, & antraks, shg dapat
berikan peringatan dini & dapat
digunakan sbg instrumen utk
monitor krisis yg tengah
berlangsung (Mandl et al., 2004;
Sloan et al., 2006).
• Suatu sistem yg andalkan laporan semua
kasus penyakit ttt dr fasilitas kesehatan,
laboratorium, / anggota komunitas, pd
lokasi tertentu, disebut surveilans
sentinel.
• Pelaporan sampel mel sistem surveilans
sentinel merupakan cara yg baik utk
monitor masalah kesehatan dgn gunakan
sumber daya yg terbatas (DCP2, 2008;
Erme dan Quade, 2010).
4. Surveilens Berbasis Lab
• Digunakan utk deteksi & menonitor pnykt
infeksi.
• Contoh, pd penyakit yg ditularkan mel
makanan spt salmonellosis, penggunaan
sebuah lab sentral utk deteksi strain
bakteri ttt mungkinkan deteksi outbreak
penyakit dgn lebih segera & lengkap drpd
sistem yg mengandalkan pelaporan
sindroma dr klinik (DCP2, 2008).
5. Surveilens Terpadu
• Menata dan memadukan semua kegiatan
surveilans di suatu wilayah yurisdiksi
(negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sbg
sebuah pelayanan publik bersama.
• Surveilans terpadu menggunakan struktur,
proses, & personalia yg sama, lakukan
fungsi kumpulkan informasi yg diperlukan
untuk tujuan pengendalian penyakit.
(WHO, 2001, 2002; Sloan et al., 2006).
• Karakteristik pendekatan surveilans
terpadu:
(1) Memandang surveilans sebagai
pelayanan bersama (common
services);
(2) Menggunakan pendekatan solusi
majemuk;
(3) Menggunakan pendekatan
fungsional, bukan struktural;
• (4) Lakukan sinergi antara fungsi inti
surveilans (yakni, pengumpulan,
pelaporan, analisis data, tanggapan) &
fungsi pendukung surveilans (yakni,
pelatihan dan supervisi, penguatan
laboratorium, komunikasi, manajemen
sumber daya);
• (5) Dekatkan fungsi surveilans dgn
pengendalian penyakit.
6. Surveilens Kesmas Global
• Perdagangan dan perjalanan
internasional di abad modern, migrasi
manusia dan binatang serta organisme,
memudahkan transmisi penyakit infeksi
lintas negara. Konsekunsinya, masalah-2
yg dihadapi negara-2 berkembang dan
negara maju di dunia makin serupa dan
bergayut. perlu surveilens Global
PENDEKATAN SURVEILENS
(1) Surveilans pasif;
(2) Surveilans aktif (Gordis, 2000).
• Surveilans pasif pantau penyakit scr
pasif, dg gunakan data penyakit yg
harus dilaporkan (reportable
diseases) yg tersedia di fasilitas
pelayanan kesehatan
• Kelebihan surveilans pasif, relatif murah
& mudah untuk dilakukan.
• Negara-2 anggota WHO wajib laporkan
sejumlah penyakit infeksi, shg dapat
dilakukan analisis perbandingan
penyakit internasional.
• Kekurangan surveilans pasif : kurang
sensitif dlm deteksi kecenderungan
penyakit.
• Data yg dihasilkan cenderung under-
reported, krn tidak semua kasus datang
ke fasilitas pelayanan kesehatan formal.
Tingkat pelaporan & kelengkapan
laporan biasanya rendah, krn waktu
petugas terbagi dgn tanggungjawab
utama berikan pelkes.
• Utk mengatasi problem tsb, instrumen
pelaporan perlu dibuat sederhana &
ringkas.
• Surveilans aktif gunakan petugas khusus
surveilans utk kunjungan berkala ke
lapangan, desa-2, tempat praktik pribadi
dokter & tenaga medis lainnya,
puskesmas, klinik, & RS, dg tujuan
identifikasi kasus baru penyakit
/kematian, disebut penemuan kasus
(case finding), & konfirmasi laporan kasus
indeks.
• Kelebihan surveilans aktif, lebih akurat
drpd surveilans pasif, sebab dilakukan
oleh petugas yg memang dipekerjakan
utk jalankan tanggungjawab itu.
• Surveilans aktif dapat identifikasi
outbreak lokal.
• Kelemahan surveilans aktif, lebih
mahal & lebih sulit utk dilakukan drpd
surveilans pasif.
• Sistem surveilans dapat diperluas
pd level komunitas, disebut
community surveilance.
• Dlm community surveilance,
informasi dikumpulkan langsung
dr komunitas oleh kader
kesehatan, shg perlukan pelatihan
diagnosis kasus bg kader
kesehatan.
• Definisi kasus yg sensitif dapat bantu para
kader kesehatan kenali & rujuk kasus
mungkin (probable cases) ke fasilitas
kesehatan tingkat I.
• Petugas kesehatan di tingkat lebih tinggi
dilatih gunakan definsi kasus lebih spesifik,
yg perlukan konfirmasi laboratorium.
Community surveilans mengurangi
kemungkinan negatif palsu (JHU, 2006).
Modul-01
MANAJEMEN PPMPL
TERPADU BERBASIS
WILAYAH
Tujuan pembelajaran
Umum:
• Memahami konsep dan mampu menerapkan prinsip Mgt
PPMPL-T dalam pemberantasan penyakit menular di
daerah
Khusus:
Mampu menjelaskan kecenderungan penyakit menular
Memahami Healt Sector Reform di Indonesia dan
implikasinya thd program PPMPL
Menghayati pentingnya intervensi terpadu dan
komprehensif dalam program PPMPL
Memahami konsep dan prinsip manajemen PPMPL-
Terpadu berbasis wilayah
Materi yg akan dibahas
1. LATAR BLKG MGT PPMPL-TERPADU
a. Kecenderungan penyakit menular
b. Reformasi Sektor Kesehatan,
c. Implikasinya thd program PPMPL
2. LATIHAN KELOMPOK
3. MANAJEMEN PPMPL-TERPADU
a. Konsep dasar
b. Operasionalisasi
c. Fungsi pokok
d. Indikator
MATERI -1
LATAR BELAKANG MANAJEMEN PPMPL TERPADU
BERBASIS WILAYAH
1. Morbiditas
(1) Prevalens dan insidens bbrp penyhakit menular tetap
tinggi dan ada yg cenderung naik
(2) Kembalinya penyakit menular lama: leptospirosis,
framboesia, dll
(3) Penyakit menular baru (SARS, HIV/SID)
2. Pengetahuan ttg faktor resiko berkembang
3. Kebijakan-2 pembangunan pengaruh thd penyakit
menular
4. Intervensi tidak terbatas oleh sektor kesehatan
5. Anggaran kesehatan sangat terbatas (nasional & daerah)
6. Orientasi belanja kesehatan: fisik, kuratif
Health Sector Reform
DEFINISI:
= proses perubahan yg mendasar pada kebijakan dan institusi
kesehatan, berkelanjutan, untuk meningkatkan kinerja sektor
kesehatan, yg diharapkan memperbaiki derajat kesehatan
KATA KUNCI:
1. Perubahan mendasar
2. Perubahan kebijakan
3. Perubahan Institusi
4. Berkelanjutan
5. Kinerja sistem kesehatan
6. Derajat kesehatan
Tujuan HSR
1. Equity
2. Efisiensi
3. Effectiveness/quality
4. Accountability/good governance
Kenapa HSR ?
1. Inefisiensi penggunaan sumberdaya yg terbatas
2. Akses ke pelayanan kesehatan rendah
3. Program tidak responsif thd need masyarkat
Area HSR
1. Desentralisasi
2. Integrasi program
3. User fee di fasilitas pemerintah
4. Fokus pada paket pelayanan
5. Sector wide approach (intervensi pd faktor resiko)
6. Reformasi pel pada masyarakat
7. Korporatisasi RS (swadana, BUMD, Perjan)
8. Peran swasta
9. Cakupan asuransi
Area HSR (pembagian lain)
Contoh-2 di Indonesia
Adm. umum
1. Angg. Aparatur Operasional & Pemelih
Belanja barang modal
Adm. umum
2.Angg. Pel.Publik Operasional & Pemelih
Belanja barang modal
• Perubahan pola tarif ?? Perda
• Pengembangan asuransi
kesehatan ???
Reformasi sistem adm/mgt
• Desentralisasi
• Join Health Council
• District Health Forum
• Hospital Governing Board
• P2KT
• Mgt PPMPL-Terpadu Berbasis
Wilayah
Implikasi HSR thd program PPMPL
Operasionalisasi Konsep
Mgt PPM-PL Terpadu
Outline
• Kerangka konsep Mgt PPM-PL Terpadu
• Operasionalisasi Konsep
• Analisis Fungsi
• Pelaku-pelaku
• Jadwal
• Monitoring & Evaluasi
• Implikasi thd sistem kesehatan daerah
Manajemen PPM-PL Advocacy
Daerah Kemitraan
OR TEK P2KT
Lingkungan Strategis
Advocacy
Dinkes Kemitraan
Puskesmas
RSUD Sektor
lain
TEK/TEPUS Swasta
Kemitraanc
Pemasaran
Sektor
sosial
RSUD
lain
Intervensi
GIS lingkungan
CTN UPT P2MPL
Masy/Swasta
Intervensi
perilaku
Surveilans Res. Ling
OR BES Res.Prilaku
SLPV Dll
Audit kasus
Audit PH asco/2003
1 Pengadaan Data/informasi
5 Monitoring/evaluasi
Pelaku Utama
• Dinas Kesehatan/TEK
• RSUD
• Puskesmas/TEPUS
• Sektor lain terkait
• Swasta/LSM
• Masyarakat/Rumah Tangga
Fungsi manajemen umum Modul
1 Prinsip dan operasionalisasi Mgt PPMPL Terpadu (a)
2 Organisasi dan manajemen TEK (a)
3 Organisasi dan manajemen TEPUS (a)
Fungsi informasi (termasuk monitoring & evaluasi)
4 Analisis kependudukan (a)
5 Surveilans (a)
6 Analisis faktor resiko perilaku (a)
7 Analisis faktor resiko lingkungan (a)
8 GIS (a)
9 CTN (a)
10 OR (a)
Fungsi perencanaan
11 P2KT (*)
Fungsi pelaksanaan
12 Penemuan kasus dan pengobatan (*)
13 Intervensi thd faktor resiko (a)
14 Pemasaran sosial (a)
15 Pengembangan kemitraan (a)
16 Pemberdayaan keluarga (a)
17 Audit kasus (a)
18 Audit PH (*)
(*) Modul P2KT terpisah dari pak et modul ini
(*) Pedoman temuan k asus dan pengobatan, ada dlm
bentu pedoman program yg sudah bak u
(*) Modul Audit PH belum ada
Analisis Fungsi
Pelaksana kegiatan:
Puskesmas, Bidan di desa, masing-masing Subdin di Dinas Kesehatan
Indikator:
Kelengkapan laporan rutin ttg 4 masalah ICDC yang diterima (diperoleh) oleh
TEK
Instrumen/pedoman
Masing-masing program(malaria, tb-paru, ISPA/Pneumonia dan Immunisasi)
sudah ada format laporan baku yang secara rutin dipergunakan (oleh Puskesmas
dan Dinas Kesehatan)
Riset operasional
Output:
Identifikasi masalah pelaksanaan program di lapangan yang solusinya
memerlukan riset operasional, antara lain:
a. epidemiologi 4 masalah
b. hasil analisis sumber penyakit
c. analisis faktor resiko lingkungan
d. analisis faktor resiko perilaku dan sosial budaya
e. potensi kemitraan
Rekomendasi untuk memecahkan masalah program di lapangan secara tepat
Waktu
Sumber data:
Laporan hasil riset operasional
Kegiatan:
Pelaksanaan riset operasional
Pelaksana kegiatan:
Dinas Kesehatan, Puskesmas, RSUD, LSM, Pergururan Tinggi
Indikator:
Pelaksanaan Riset Operasional yang tepat waktu
Hasil riset operasional yang relevan dan siap pakai
Implementasi rekomendasi dari hasil riset operasional
Instrumen/pedoman:
Pedoman pelaksanaan OR (Proyek ICDC/Dirjen PPM-PL dan Badan Litbangkes)
Surveilans
Output:
Data epidemiologi 4 masalah PPM-PL (insidens, prevalens, distribusi menurut
kelompok penduduk dan wilayah, serta faktor-faktor yang berkaitan)
Sumber data:
Laporan rutin, survei khusus
Kegiatan:
Manajemen data epidemiologis, analisis dan penyajian data
Pelaksana kegiatan:
Dinas Kesehatan/Subdin PPM-PL
Indikator:
Adanya laporan rutin da berkala tentang malaria, tb-paru, ISPA/Pneumonia dan
PD3I
Instrumen/pedoman
Pedoman pelaksanaan surveilans (hasil Konsultan Paket B/Proyek ICDC)
GIS (Geographic Information System)
Output:
Pemetaan 4 masalah PPM-PL (distribusi spasial) dalam lingkup wilayah daerah,
termasuk peta jumlah kasus dan perkembangannya dan peta faktor resiko yang
berkaitan dengan masalah tersebut
Sumber data:
Laporan rutin Puskesmas, RSUD dan survey khusus
Kegiatan:
Data entry dan membuat peta (GIS)
Pelaksana kegiatan:
Dinas Kesehatan
Indikator:
Tersedianya laporan GIS secara berkala untuk 4 masalah PPM-PL
Instrumen/pedoman:
Pedoman pelaksanaan GIS untuk malaria, tb-paru, ISPA/Pneumonia dan PD3I.
CTN (Computerized Technological Network)
Output:
Diseminasi data dan informasi tentang 4 program PPM-PL
Sumber data:
Data dari laporan rutin, hasil surveilans, GIS, SLPV, OR, REA, dll
Kegiatan:
Pengelolaan hardware dan software CTN, pegumpulan dan penyimpanan data/
informasi, diseminasi data dan informasi
Pelaksana kegiatan:
Dinas kesehatan
Indikator:
Penggunaan IT dalam pengumpulan, penyimpanan dan diseminasi data dan
informasi tentang 4 program PPM-PL
Instrumen/pedoman:
Pedoman pengelolaan CTN
SLPV (Station Lapangan Pengendalian Vektor)
Output:
Data dan informasi tentang entomologi penyebar malaria
Sumber data:
Survei entomologi di lapangan
Kegiatan:
Manajemen SLPV, survei entomologi, diseminasi data dan informasi entomologi
dengan menggunakan CTN dan GIS
Pelaksana kegiatan:
SLPV
Indikator:
Diseminasi data dan informasi nyamuk malaria, laporan kegiatan SLPV
Instrumen/pedoman:
Pedoman kerja SLPV
REA (Rapid Ethnographic Assessment)
Output:
Data dan informasi tentang faktor perilaku dan sosial budaya yang berkaitan
dengan kejadian penyakit (malaria, tb-paru, ISPA/Pneumonia dan Pd2I) yang
spesifik daerah
Sumber data:
Hasil laporan REA
Kegiatan:
Pelaksanaan studi antropologis yang spesifik berkaitan dengan 4 masalah PPM-
PL
Pelaksana kegiatan:
Dinas Kesehatan, Perguruan Tinggi, LSM, Swasta
Indikator:
Pelaksanaan REA di daerah, pemanfaatan hasil REA dalam intervensi spesifik
(khususnya intervensi faktor resiko perilaku penduduk)
Instrumen/pedoman:
Pedoman pelaksanaan REA (Hasil proyek ICDC/Paket C)
Analisis data oleh TEK
Output:
Deskripsi situasi malaria, tb-paru, ISPA/Pneumonia dan PD3I di wialayah
kabupaten/kota (insidens, prevaoens, distribusi menurut kelompok penduduk dan
tempat, trend menurut waktu)
Deskripsi faktor resiko lingkungan dan perilaku yang berkaitan dengan masing-
masing masalah tersebut
Analisis tentang efektivitas (kinerja) program, analisis constraints program
Rekomendasi dan masukan untuk perencanaan program tahunan
Sumber data:
Laporan rutin, hasil surveians, hasil OR, GIS, REA, dll
Kegiatan:
Analisis data dan formulasi rekomendasi
Pelaksana kegiatan:
TEK
Indikator:
Kegiatan pertemuan dan analisis oleh anggota TEK
Instrumen/pedoman:
??
Penyusunan rencana dan anggaran terpadu
Output:
Rencana program terpadu untuk malaria, tb-paru, ISPA/Pneumonia dan PD3I
serta rencana anggaran terpadu untuk program-pogram tersebut
Kegiatan:
Pelaksanaan P2KT
Pelaksana:
Dinas Kesehatan/Subdin dan TU, Puskesmas dan RSUD
Indikator:
Tersusunnya rencana dan anggaran program terpadu untuk 4 masalah PPM-PL
Instrumen/pedoman:
Pedoman P2KT
Pelaksanaan advocacy
Output:
Kegiatan advocacy terhadap pengambil keputusan daerah (Pemda dan
DPRD) untuk menggalang komitmen politik dan komitmen anggaran
Kegiatan advocacy terhadap sektor lain dan swasta dalam rangka menggalang
kemitraan dalam pelaksanaan program malaria, tb-paru, ISPA/Pneumonia dan
PD3I
Kegiatan :
Kegiatan advocacy, bisa bersifat pertemuan umum, lokakarya ataupun loby
Pelaksana:
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau oleh fihak ketiga (perguruan tinggi)
Indikator:
Terlaksananya advocacy 1 kali terhadap pengambil keputusan, 1 x terhadap mitra
Instrumen/pedoman:
Pedoman advocacy PPM-PL, khususnya untuk malaria, tb-paru, ISPA/Pneumonia
dan PD3I
Penemuan dan penanganan kasus
Output:
Intensifikasi penemuan dan pengobatan kasus serta immunisasi
Kegiatan:
Penemuan kasus di lapangan
Pelaksana:
Bidan, Posyandu, Pustu, Puskesmas, RSUD, survei khusus
Indikator:
Meningkatnya jumlah kasus yang ditemukan relatif terhadap kinerja tahun
sebelumnya
Instrumen/pedoman:
Pedoman penemuan kasus
Pedoman standar penanganan/pengobatan kasus
Pedoman kemitraan dalam penemuan kasus (misalnya “peer group” ex pasien tb-
paru dalam penemuan kasus tb-paru; kelompok ibu-ibu balita dalam penemuan
kasus pneumonia, dll)
Audit kasus
Output:
Rekomendasi tindangan koreksi untuk meningkatkan mutu pelayanan terhadap
kasus malaria, tb-paru, ISPA/Pneumonia dan PD3I
Kegiatan:
Pelaksanaan audit kasus sesuai pedoman
Pelaksana:
Puskesmas, Bidan di desa, RSUD, Dinas Kesehatan
Indikator:
Laporan pelaksanaan audit kasus
Instrumen/pedoman:
Pedoman audit kasus malaria, tb-paru, ISPA/Pneumonia dan PD3I (output proyek
ICDC)
Intervensi lingkungan
Output:
Kegiatan program untuk menghilangkan faktor resiko lingkungan yang berkaitan
dengan 4 masalahPPM-PL
Kegiatan:
Progam intervensi terhadap faktor lingkugan dan perilaku spesifik (tertentu),
misalnya terhadap sarang nyamuk untuk malaria, perbaikan ventilasi rumah untuk
pneumonia dan tb-paru, dll
Pelaksana:
Dinas Kesehatan/Subdin PPM-PL, Puskesmas
Indikator:
Laporan program intervensi terhadap faktor resiko lingkungan
Instrumen/pedoman:
Sesuai dengan pedoman yang sudah ada dan baku
Intervensi perilaku penduduk
Output:
Kegiatan promosi kesehatan yang berkaitan dengan 4 masalah PPM-PL
Kegiatan:
Mempersiapkan bahan promosi kesehatan yang bersifat spesifik daerah. Misalnya
motivasi motivasi penggunaan kelambu untuk malaria, motivasi untuk
menggunakan obat tb-paru secara benar, dll
Pelaksana:
Dinas Kesehatan/Subdin PKM, Puskesmas, RSUD, Bidan desa.
Indikator:
Laporan kegiatan promosi kesehatan
Instrumen/pedoman:
Seuai dengan pedoman yang sudah ada dan baku
Audit Public Health
Output:
Rekomendasi untuk meningkatkan kinerja program PPM-PL yang berkaitan
dengan malaria, tb-paru, ISPA/Pneumonia dan PD3I atas dasar audit PH
Kegiatan:
Audit PH terhadap program malaria, tb-paru, ISPA/Pneumonia dan PD3I
Pelaksana:
Dinas Kesehatan
Indikator:
Laporan hasil audit PH
Instrumen/pedoman:
Pedoman pelaksanaan audit PH
Penggalangan kemitraan
Output:
Keterlibatan sektor terkait, LSM, swasta/masyarakat dalam 4 program PPM-PL
Kegiatan:
Advocacy terhadap mitra
Mengadakan kesepakatan kerja sama dengan mitra
Memberi dukungan tehnis kepada mitra
Pelaksana:
Dinas Kesehatan
Indikator:
Dokumen kesepakatan dengan mitra
Laporan pelaksanaan kegiatan oleh mitra
Instrumen/pedoman:
Pedoman pengembangan kemitraan (hasil proyek ICDC ???)
Pembagian tugas fungsi
Fungsi mgt Dinkes TEK Puskes RSUD SLPV Sektor Swasta Masya-
PPM-PL Terpadu mas lain LSM rakat
1 Laporan rutin + + + +
2 Surveilans + +
3 OR + + + + +
4 GIS +
5 CTN + +
6 SLPV + +
7 REA + +
8 SM +
9 Analisis oleh TEK + +
10 P2KT +
11 Advocacy + +
12 Temuan kasus & Th/ + + + +
13 Audit kasus + + + +
14 Intervensi lingkungan + + + + +
15 Intervensi perilaku + + + + +
16 Audit PH + + +
17 Kemitraan + + + + +
SIKLUS/JADWAL KEGIATAN MANAJEMEN PPM-PL TERPADU
Kegiatan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1. Laporan rutin + + + + + + + + + + + +
2. OR (sesuai keperluan)
3. Surveilans + + + + + + + + + + + +
4. GIS + + + + + + + + + + + +
5. CTN + + + + + + + + + + + +
6. SLPV + + + + + + + + + + + +
7. REA (sesuai keperluan)
8. Analisis oleh TEK + + + + + + + + + + + +
9. Penyusunan P2KT + + + + + + +
10. Adocacy + + + +
11. Case finding & Th/ + + + + + + + + + + + +
12. Audit kasus + + + +
13. Intervensi lingkungan + + + + + + + + + + + +
14. Intervensi perilaku + + + + + + + + + + + +
15. Penggalangan kemitraan + + + + + + + + + + + +
16. Audit PH + + + +
Monitoring
Kelembagaan
Ketenagaan
Pembiayaan
Logistik
Sistem informasi
Mekanisme/hubungan kerja