Anda di halaman 1dari 27

MACAM-MACAM

MODEL
PEMBELAJARAN
INOVATIF
L U L U N U R FA J R I K 4 5 1 9 0 4 1
Model Problem Solving
A. Menurut Jackson, et al (2006) ada 4 tahapan dalam model CPS yaitu:
1) Question formula (memformulasikan pertanyaan), dimana akan dikemukan berbagai pertanyaan
yang kerucut pada pertanyaan “bagaimana kita dapat menyelesaikan masalah?”;
2) Idea generation (mengembangkan ide), yang meliputi dua hal yaitu analogi dan teknik
mengembangkan ide-ide yang diolah berdasarkan pertanyaan awal, kemudian ide-ide tersebut
disusun menjadi urutan prioritas untuk menyelesaikan suatu masalah;
3) Evaluation and action planing (evaluasi dan merencanakan tindakan), dimana pada tahap ini
dilakukan evaluasi terhadap ide-ide yang muncul untuk kemudian dipilih menjadi rencana
tindakan;
4) Action implementation (melaksanakan tindakan), yaitu menerapkan rencana tindakan yang telah
ditentukan sebelumnya adalah menyelesaikan masalah.
Model Problem Solving
B. Giangreco, et al (1994) menyatakan tahapan 2) Fact-Finding (menemukan fakta), dimana
model CPS yang diadaptasi dari pendapat pemecah masalah mengumpulkan informasi
Osborn (1993) dan Parnes (1992) meliputi: sebanyak mungkin tentang tantangan atau

1) Visionizing or Objective-Finding masalah yang dipilih dengan menggunakan


(menemukan visi atau tujuan), dimana semua persepsi dan indra mereka. Hal ini
pada tahap awal ini, pemecah masalah dapat dilakukan melalui pertanyaan “siapa,
meningkatkan kesadaran mereka apa, dimana, kapan, mengapa, dan

melalui pengimajinasian bagaimana”. Pemecah masalah

(membayangkan) tantangan-tantangan menyelesaikan tahap ini dengan


potensial yang diberikan. Hal tersebut mengidentifikasi fakta-fakta yang mereka

dapat dilakukan melalui proses yakini paling relevan dengan tantangan atau
identifikasi tujuan dari tantangan atau masalah.

masalah yang diberikan.


3) Problem-Finding (menemukan masalah), dimana tujuan dari tahap ini adalah untuk memperjelas tantangan atau
masalah dengan mendefinisikan kembali dengan cara yang baru dan berbeda. Dalam hal ini pemecah masalah
dapat mengajukan pertanyaan “Dalam hal apa saya/kami mungkin ...?”; dan dengan menanyakan pertanyaan
“Mengapa?” atau “Apa yang ingin benar-benar saya/kamu capai?” Proses ini diulang sampai pemecah masalah
menyajikan kembali masalah dengan cara yang paling masuk akal dan paling menarik bagi mereka.

4) Idea-Finding (menemukan ide), tahap ini tujuannya adalah untuk menghasilkan ide sebanyak mungkin yang

berpotensi digunakan untuk memecahkan tantangan. Pada tahap ini pemecah masalah mencoba untuk

membuat koneksi baru antara ide-ide melalui analogi, manipulasi ide, ataupun membuat asosiasi baru

dari ide orang lain.

5) Solution-Finding (menemukan solusi), dimana pada tahapan ini pemecahan masalah akan

mempertimbangkan berbagai kriteria dan dipilih untuk mengevaluasi kelebihan dari ide-ide yang

dikemukakan. Pemecahan masalah menggunakan kriteria untuk membantu dalam memilih solusi terbaik.

6) Acceptance-Finding (menemukan penerimaan), dimana pemecah masalah memperbaiki solusi supaya

lebih mudah diterapkan. Tujuannya adalah untuk mengubah ide menjadi tindakan melalui pengembangan

dan pelaksanaan rencana tindakan. Tahapan ini menghasilkan kesimpulan akhir sebagai penyelesaian dari

masalah atau tantangan yang telah diberikan.


Model Problem Solving
C. Model CPS menurut Pepkin (2000) menggabungkan prosedur Van Oech dan Osborn yaitu:

1) Klarifikasi masalah, dimana pada tahapan ini akan diberikan penjelasan pada siswa tentang
masalah yang diajukan. Pada tahap ini harus dipastikan bahwa seluruh siswa memahamii
masalah yang diajukan, termasuk menelaah kriteria kesuksesan dalam proses penyelesaian
masalah tersebut; 2) Pengungkapan pendapat (brainstorming), yaitu tahapan pengajun ide-
ide yang dapat digunakan sebagai strategi penyelesaian masalah; 3) Evaluasi dan pemilihan,
dimana pada tahap ini, siswa akan mendiskusikan ide-ide atau strategi-strategi mana yang
cocok digunakan untuk menyelesaikan masalah. Pada tahap ini, siswa mengevaluasi,
memodifikasi, dan mengeliminasi setiap ide sebagai produk dari brainstorming, untuk
mengambil suatu keputusan (pilihan); dan 4) Implementasi, yaitu menentukan strategi mana
yang dapat diambil untuk menyelasaikan masalah, kemudian menerapkannya sampai
menemukan solusi terbaik dari masalah yang diajukan.
Model Inkuiri
A. Menurut Sanjaya (2006: 202-205) terdiri dari 5 tahapan ditambah 1 tahapan diawal pembelajaran,:
1) Orientasi, guru mengkondisikan agar peserta didik siap melaksanakan proses pembelajaran;

2) Merumuskan masalah, membawa peserta didik pada suatu persoalan yang mengandung
teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir
memecahkan teka-teki tersebut;

3) Merumuskan hipotesis, memberikan jawaban sementara dari suatu permasalahan yang


sedang dikaji;

4) Mengumpulkan data, aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis
yang diajukan;
5) Menguji hipotesis, adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan
data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data;
6) Merumuskan kesimpulan, adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Model Inkuiri
B. Menurut Llewellyn (dalam Detagory, Hanurawan, & Mahanal, 2017) berpendapat bahwa sintak
untuk model pembelajaran Inkuiri adalah:

1) Menyelidiki sebuah fenomena. Mengeksplorasi pengetahuan awal siswa dengan


mengungkapkan fenomena.
2) Memfokuskan pada pertanyaan. Guru membimbing siswa untuk merumuskan pertanyaan.

3) Merencanakan investigasi. Memfasilitasi siswa dalam merancang investigasi untuk


mengumpulkan data.

4) Melaksanakan investigasi. Memfasilitasi siswa untuk melaksanakan investigasi.

5) Menganalisis data dan bukti. Membimbing siswa dalam menginterpretasi data dan bukti.
6) Membangun pengetahuan baru. Membimbing siswa untuk menghubungkan pengetahuan
baru dan awal siswa.
7) Mengomunikasikan pengetahuan baru. Memfasilitasi diskusi hasil investigasi dalam kelas.
Model Inkuiri
C. Sintaks model Inkuiri oleh Joyce dan Weil (2000), terdiri dari 6 tahap yaitu,
1) Identifikasi dan penetapan ruang lingkup masalah

2) Perumusan hipotesis
3) Pengumpulan data
4) Interpretasi data
5) Pengembangan simpulan, dan

6) Menganalisis proses inkuiri


Model Discovery
A. Menurut Anitah (2009) Pembelajaran discovery learning mempunyai langkah-langkah sebagai
berikut : 1) Identifikasi masalah, pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mencari dan mengumpulkan sebanyak mungkin masalah yang berhubungan dengan tema yang
akan dipelajari. 2) Mengembangkan solusi, pada tahap ini siswa diajak untuk membuat suatu
hipotesis atas masalah yang telah ditentukan sebelumnya. 3) Pengumpulan data, pada tahap ini
guru memberikan waktu kepada siswa untuk mengumpulkan data yang terkait dengan masalah.
Data tersebut bisa dari observasi langsung, internet, buku, eksperimen, ataupun sumbersumber
yang lain. 4) Analisis dan intepretasi data, pada tahap ini siswa menganalisis data hasil temuannya,
lalu mengembangkan pernyataan pendukung data. Setelah itu data diuji hipotesis dan disimpulkan.
5) Uji kesimpulan, setelah ada kesimpulan dari siswa, muncullah data baru dan ditahap ini
dilakukan pengujian terhadap hasil kesimpulan. Jika terjadi kekurangan dapat dilakukan revisi
kesimpulan tersebut.
Model Discovery
B. Menurut Balim (2009) Model pembelajaran ini terdiri atas 5 sintaks / langkah pembelajaran yaitu
observation, manipulation, generalization, verification, dan application.
1) Observation yaitu pengamatan terhadap fenomena yang ada.

2) Manipulation yaitu melakukan percobaan/pengujian terhadap pengamatan yang dilakukan.

3) Generalization yaitu menentukan hasil analisis terhadap hasil eksperimen.


4) Verification yaitu melakukan validasi dengan teori ilmiah yang sudah terbangun oleh para ilmuwan.

5) Application yaitu penerapan konsep yang dimiliki untuk menyelesaikan permasalahan baru.
Melalui sintaks discovery learning siswa terfasilitasi untuk belajar konsep secara bermakna dan
menekankan pada diri mereka tentang belajar sepanjang hayat.
Model Discovery
C. Kurniasih & Sani (2014: 68- 71) mengemukakan langkah-langkah operasional model discovery
learning yaitu sebagai berikut.
a. Tahap Persiapan Model Discovery Learning

1) Menentukan tujuan pembelajaran.

2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa.


3) Memilih materi pelajaran.

4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif.


5) Mengembangkan bahanbahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas, dan

sebagainya untuk dipelajari siswa.


b. Prosedur Penerapan Model Discovery Learning

1) Stimulation (stimulasi/ pemberian rangsang)


Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan, kemudian
dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki
sendiri. Guru dapat memulai dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan
belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

2) Problem statemen (pernyataan/identifikasi masalah)


Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi masalahmasalah yang
relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis.
3) Data Collection (Pengumpulan Data)

Tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mengumpul kan berbagai data dan informasi yang
relevan, melalui wawancara, observasi ,membaca posisi gps, literatur, mengamati objek,
melakukan uji coba menentukan objek sendiri untuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar tidaknya hipotesis.
4) Data processing (Pengolahan Data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh siswa
melalui antara lain Deliniasi (member garis batas), Overlay (paduan dua layer), Clip
(perpotongan suatu area ) Intersection ( perpotongan dua area), Buffer (menambahkan area),
Query (seleksi data ), Union (penggabungan dua area), Merge ( penggabungan dua data
berbeda) Dissolve (gabungkan beberapa nilai ). Tahap ini berfungsi sebagai pembentukan
konsep dan generalisasi, sehingga siswa akan mendapatkan pengetahuan baru dan mendapat
jawaban dan pembuktian secara logis.

5) Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melalakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis (dalam hal ini posisi suatu tempat) yang ditetapkan tadi dengan temuan
alternatif dan dihubungkan dengan hasil pengolahan data.

6) Generalization (Menarik Kesimpulan)

Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat
dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi.
Model Siklus Belajar 4E
Menurut Sole & Wilujeng (2013), model pembelajaran learning cycle empat fase (4E) yang meliputi:

1) Fase eksplorasi (exploration). Pada tahap ini, peserta didik berinteraksi dengan materi, bahan,
dan alat-alat praktikum.

2) Fase eksplanasi (explanation). Pada tahap ini, guru dan peserta didik berinteraksi untuk
menemukan konsep.
3) Fase ekspansi (expansion). Pada tahap ini, guru membimbing peserta didik berinteraksi untuk
memggunakan konsep dan gagasan dalam keshidupan sehari-hari.
4) Fase evaluasi (evaluation). Pada tahap ini, evaluasi dapat dalam bentuk formal atau informal
selama siklus berlangsung.
Model Siklus Belajar 5E
Menurut Bybee (2006) Model pembelajaran ini terdiri atas 5 fase, yaitu engage, explore, explain,
elaborate, dan evaluate.
1) Engage (melibatkan), guru membantu siswa untuk menggali pengetahuan awal siswa dan
mengungkap miskonsepsi terhadap topik yang akan dipelajari.

2) Explore (mengeksplorasi), siswa diberi kesempatan untuk bereksplorasi secara fisik dan mental
terhadap masalah yang dibahas sehingga siswa memperoleh suatu konsep baru, proses belajar dan
keterampilan.
3) Explain (menjelaskan), siswa menjelaskan konsep baru yang diperoleh pada fase eksplorasi.

4) Elaborate (mengelaborasi), siswa dilibatkan pada suatu diskusi kelompok yang membahas suatu
situasi atau permasalahan baru sehingga siswa dapat menerapkan konsep yang telah ditemukan
sebelumnya.

5) Evaluate (mengevaluasi), siswa diajak untuk mengingat kembali kegiatan yang telah dilakukan
selama pembelajaran berlangsung
Model Siklus Belajar 6E
Johnston (2001) dalam Iskandar (2006) menambahkan satu fase ke dalam siklus belajar Bybee
menjadi sebagai berikut. Elicite, Engagement, Exploration, Explanation, Elaboration, Evaluation
1) Elicite: instruktur menyebutkan standar kompetensi instruksi, mis. Mahasiswa mampu
menjelaskan tentang Teori Kinetik.

2) Engagement: instruktur menanyakan pertanyaan berikut, "Apa yang Anda ketahui tentang Teori
Kinetic?" Ia memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan tanpa
berkonsultasi dengan buku teks. Siswa menjawab pertanyaan tersebut.

3) Exploration: instruktur menanyakan pertanyaan berikut, "Apakah jawaban Anda benar atau
salah?" Dia mengizinkan siswa untuk mengeksplorasi buku teks, kemudian menjawab pertanyaan
apakah jawaban mereka benar atau salah.

4) Explanation: instruktur menanyakan pertanyaan berikut, “Dapatkah Anda menjelaskan mengapa


Anda mengatakan bahwa jawaban Anda benar? Salah?" Siswa menjelaskan dengan
membandingkan jawaban mereka dengan buku teks.
5) Elaboration: instruktur menanyakan pertanyaan berikut, “Bisakah Anda menerapkan
pengetahuan Anda tentang Teori Kinetik dengan memberikan contoh fenomena alam dalam
kehidupan sehari-hari Anda yang dapat dijelaskan menggunakan Teori Kinetik?” Siswa
menjawab pertanyaan instruktur. Jika siswa masih mengalami kesulitan dalam mengikuti
tahapan-tahapan tersebut, maka pengajar dapat mengulangi proses tersebut dari tahapan
manapun dimana permasalahan dimulai.
6) Evaluation: dapat dilakukan dengan memberikan tes kepada siswa yang dapat berupa tes
pensil dan kertas atau tes lisan
Model Siklus Belajar 7E
Menurut Eisenkraft (2003:58) yang diterjemahkan oleh Sutrisno, Dwiastuti, dan Karyanto (2012: 186-187)
menjelaskan tahapan-tahapan model learning cycle 7E sebagai berikut:
1) Elicit (Mendatangkan Pengetahuan Awal Siswa)

Pada fase ini, guru berusaha menimbulkan atau mendatangkan pengetahuan awal siswa. Pada fase ini guru
dapat mengetahui sampai dimana pengetahuan awal siswa terhadap pelajaran yang akan dipelajari dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang pengetahuan awal siswa agar timbul respon dari
pemikiran siswa serta menimbulkan kepenasaran tentang jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
oleh guru. Fase ini dimulai dengan pertanyaan mendasar yang berhubungan dengan pelajaran yang akan
dipelajari dengan mengambil contoh yang mudah yang diketahui siswa seperti kejadian dalam kehidupan
sehari-hari.

2) Engage (Mengajak dan Menarik Perhatian Siswa)

Fase digunakan untuk memfokuskan perhatian siswa, merangsang kemampuan berpikir serta membangkitkan
minat dan motivasi siswa terhadap konsep yang akan diajarkan. Fase ini dapat dilakukan dengan demonstrasi,
diskusi, membaca, atau aktivitas lain yang digunakan untuk membuka pengetahuan siswa dan
mengembangkan rasa keigintahuan siswa.
3) Explore (Mengeksplorasi)
Pada fase ini siswa memperoleh pengetahuan dengan pengalaman langsung yang berhubungan
dengan konsep yang akan dipelajari. Siswa diberi kesempatan untuk bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru. Pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk
mengamati data, merekam data, mengisolasi variabel, merancang dan merencanakan eksperimen,
membuat grafik, menafsirkan hasil, mengembangkan hipotesis serta mengatur temuan mereka. Guru
merangkai pertanyaan, memberi masukan, dan menilai pemahaman.

4) Explain (Menjelaskan)
Pada fase ini siswa diperkenalkan pada konsep, hukum dan teori baru. Siswa menyimpulkan dan
mengemukakan hasil dari temuannya pada fase explore. Guru mengenalkan siswa pada beberapa kosa
kata ilmiah, dan memberikan pertanyaan untuk merangsang siswa agar menggunakan istilah ilmiah
untuk menjelaskan hasil eksplorasi.

5) Elaborate (Menerapkan)
Fase yang bertujuan untuk membawa siswa menerapkan simbol, definisi, konsep, dan keterampilan
pada permasalahan yang berkaitan dengan contoh dari pelajaran yang dipelajari.
6) Evaluate (Menilai)
Fase evaluate (evaluasi) model pembelajaran learning cycle 7E terdiri dari evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Evaluasi formatif tidak boleh dibatasi pada siklus-siklus tertentu saja, sebaiknya guru
selalu menilai semua kegiatan siswa. Pada fase elicit dapat dilakukan evaluasi formatif, begitu pula
pada fase engage, explore, explain, elaborate, dan extend. Pada fase explore dan explain dapat
disertai evaluasi dengan cara guru mengecek pemahaman siswa.
7) Extend (Memperluas)

Pada tahap ini bertujuan untuk berfikir, mencari menemukan dan menjelaskan contoh penerapan
konsep yang telah dipelajari bahkan kegiatan ini dapat merangsang siswa untuk mencari hubungan
konsep yang mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum mereka pelajari.
Model Problem Based Learning
A. Rusman (2011) menyebutkan bahwa langkah-langkah Model pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based Learning) adalah sebagai berikut: 1) Orientasi siswa kepada masalah ,dimana guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar
terlibat pada pemecahan masalah yang dipilihnya; 2) Mengorganisasi siswa untuk belajar, dimana
guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut; 3) Membimbing penyelidikan individual dan kelompok, dimana guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya; 4) Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya, dimana guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, video dan model serta membantu mereka berbagi tugas dengan temannya; dan 5)
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, dimana guru membantu siswa
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka
gunakan.
Model Problem Based Learning
B. Menurut (Amri, 2013) terdapat 5 fase dalam sintak model Problem Based Learning yaitu: 1)
Orientasi siswa kepada masalah, dimana pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai, menjelaskan logistik yang siswa butuhkan, mengurangi motivasi agar siswa dapat
melakukan problem solving; 2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar, yakni pendidik dituntut
menjadi sosok yang membantu siswa mendeskripsikan sekaligus menggolongkan tugas belajar yang
dikaitkan terhadap masalah yang diberikan, 3) Membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok, yaitu pendidik memberikan stimulus kepada siswa untuk mencari informasi yang dapat
digunakan untuk pemecahan masalah, 4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dimana
guru memantau para siswa dalam melakukan perencanaan dan penyiapan karya yang sesuai
misalnya laporan, video, model, serta guru membantu para siswa berbagi tugas antar anggota
dalam kelompok; 5) Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, yaitu didalam
setiap proses yang dilakukan siswa, guru membantu para siswa dalam melakukan refleksi ataupun
evaluasi.
Model Problem Based Learning
C. Menurut Arends (2008:57), sintak pembelajaran model PBL adalah sebagai berikut:

1) Orientasi siswa kepada masalah.Guru menginformasikan tujuan-tujuan pembelajaran,


mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa agar terlibat dalam
kegiatan pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri;
2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar.Guru membantu siswa menentukan dan mengatur
tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah itu;
3) Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok. Guru mendorong siswa mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, mencari penjelasan, dan solusi;

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta memamerkannya. Guru membantu siswa
dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai seperti laporan, rekaman video, dan
model, serta membantu mereka berbagi karya mereka;
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu siswa melakukan
refleksi atas penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.
Model Project Based Learning
A. Menurut Rosenfeld (2001), langkah-langkah pembelajaran PBL adalah sebagai berikut.

1) Membuat pertanyaan yang akan dijadikan proyek.


2)Memilih pertanyaan utama atau menentukan proyek.

3) Membaca dan mencari materi yang relevan dengan masalah.


4) Merancang masalah.

5) Menulis proyek proposal.

6) Implementasi dan membuat dokumen tugas.


7) Analisis data dan membuat kesimpulan.

8) Membuat laporan final.

9) Mempresentasikan proyek final.


Model Project Based Learning
B. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013), langkah-langkah pembelajaran PBL
adalah sebagai berikut.

1) Penentuan proyek,

2) Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek,


3) Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek,

4) Penyelesaian proyek dengan fasilitasi dan monitoring guru,

5) Penyusunan lapora dan presentasi/publikasi hasil proyek, dan


6) Evaluasi proses dan hasil proyek
Model Project Based Learning
C. Menurut Lestari (2015) bahwa langkah-langkah model Project Based Learning adalah sebagai
berikut:

1) Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start with the big question)

Pembelajaran dimulai dengan sebuah pertanyaan driving question yang dapat memberi penugasan
terkait topik realita dunia nyata pada siswa untuk melakukan suatu aktivitas dengan investigasi
mendalam,
2) Merencanakan proyek (design a plan for the project)

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pendidik dengan peserta didik terkait aturan main,
pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial dengan
mengintegrasikan berbagai subjek yang mendukung, serta menginformasikan alat dan bahan yang
dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan proyek,
3) Menyusun jadwal aktivitas (create a schedule)

Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan
proyek,

4) Mengawasi jalannya proyek (monitor the students and the progress of the project)
Pendidik bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama
menyelesaikan proyek,

5) Penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess the outcome)


Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian standar, berperan
dalam mengevaluasi kemajuan masing masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat
pemahaman yang sudah dicapai oleh peserta didik, serta membantu pendidik dalam menyusun
strategi pembelajaran berikutnya,

6) Evaluasi (evaluate the experience)


Pada akhir proses pembelajaran, pendidik dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas
dan hasil proyek yang sudah dijalankan.

Anda mungkin juga menyukai