Anda di halaman 1dari 72

Sistem Nasional

Penanggulangan
Bencana

YUNUS
YUNUS MUSTOFA
MUSTOFA
SEKILAS INFO

YUNUS MUSTOFA, S.Kep


PELATIHAN PROGRAM HIV AIDS :

• KONSELOR HIV / AIDS (VCT)2004


• CARE SUPPORT & TREATMEN HIV/AIDS (CST) 2005
• REPORTING & RECORDING ARV (RR) 2005
• PREVENTION MOTHER To CHILD TRANSMITION (PMTCT)
2006
• INTEGRATE MANAGEMEN ADULT & ILLNES (IMAI) 2006
• PENGELOLAAN OBAT Anti Retro Viral 2007
• PENATALAKSANAAN JENAZAH ODHA 2007
• SISTEM PELAPORAN HIV AIDS ONLINE 2011
• TOT PENANGGULANGAN HIV/AIDS PERSONIL POLRI
2012
• Monev Kohort HIV AIDS 2015 dan 2017
PELATIHAN BIDANG MANAJEMEN :

• CLINICAL INSTRUKUR 2007


• MANAJEMEN BIDANG KEPERAWATAN 2011
• AUDIT MEDIS PERSI JATIM 2012
• MANAJEMEN REKAM MEDIS 2012
• MANAJEMEN ARSIP REKAM MEDIK 2013
• DIKLAT PIM III LEMDIKPOL BANDUNG 2013
• Manajemen dan Aplikasi Sistem BPJS 2014
• Coding ICD-10 ICD-9 Verifikator BPJS 2014
• Sistem Nasional Penangulangan Bencana 2017
• Sistem Nasional Akreditasi RS -2018
PENUGASAN
RS Bhay. Tulungagung 1986 – 1996
RS Bhay. HS Samsoeri Mertojoso 1996-skrg
•Unit Perawatan 1986 - 1992
•Kamar Operasi 1992 - 1994
•Ka RU ICU 1994 - 2002
•Ka RU IGD 2002 - 2010
•Komite Keperawatan2010 - 2011
•Ka UR SIM & RM 2011 – 2017
•WASINTERN / SPI 2018 - Skrg
•RR Klinik VCT HIV AIDS 2005 – skrng
PPNI :
Ketua Komisariat PPNI Bhayangkara 1995-skrg
Anggota Divisi Hukum dan Pemberdayaan Politik
DPD/DPW PPNI JATIM 2015-2020
Pengurus PERSI Bid Keperawatan 2008-skrg
• Blok A/10
• HP./WA : 08123164030
• Email : yunus.mustofa67@gmail.com
yunus_mustofa@yahoo.com
Pokok Bahasan
• Pengertian bencana
• Jenis-jenis bencana
• Siklus Bencana
• Situasi Kebencanaan di Indonesia
• Istilah-istilah dalam PB
• Pergeseran paradigma PB
• Sistem Nasional Penanggulangan Bencana :
– Legislasi
– Kelembagaan
– Perencanaan
– Penyelenggaraan
– Pendanaan
– Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Bencana
Bencana  disebabkan alam/non alam
 tiba-tiba atau perlahan-lahan
 hilangnya jiwa manusia, harta benda,
Kerusakan
 di luar kemampuan masyarakat

BENCANA adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang


mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
(UU 24/2007)
Jenis Bencana (UU 24/2007)
 Bencana alam  diakibatkan peristiwa alam
(antara lain gempabumi, tsunami, gunung meletus,
banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor)
 Bencana non-alam  diakibatkan peristiwa

nonalam (antara lain berupa gagal teknologi, gagal


modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit).
 Bencana sosial  diakibatkan peristiwa yang

diakibatkan oleh manusia (konflik sosial


antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat,
dan teror).
Kejadian Bencana

Pemicu

Bahaya

Resiko BENCANA
Bencana

Kerentanan
Bahaya dan Kerentanan
• Bahaya merupakan fenomena atau kondisi
yang sulit untuk dirubah atau diperbaiki.
• Kerentanan merupakan situasi/sikap/
perilaku individu/masyarakat yang relatif
dapat dilakukan perubahan.
• Oleh karena itu Pengurangan Risiko
Bencana dapat dilakukan dengan cara
memperkecil kerentanan.
Permasalahan :
1. Sistem informasi yang belum berjalan dengan
baik
2. Mekanisme koordinasi belum berfungsi dengan
baik
3. Mobilisasi bantuan dari luar lokasi bencana
masih terhambat akibat masalah transportasi
4. Sistem pembiayaan belum mendukung
5. Sistem kewaspadaan dini belum berjalan dengan
baik
6. Keterbatasan logistik
Siklus Bencana

Pra Tanggap Darurat Pasca


Bencana Bencana
Pencegahan (prevention)

Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk


mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik
melalui pengurangan ancaman bencana maupun
kerentanan pihak yang terancam bencana (UU no.
24/2007).
Misalnya:
- Melarang pembakaran hutan
dalam perladangan
- Melarang penambangan batu di
daerah yang curam.
Mitigasi (mitigation)
• Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran
dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana (UU no. 24/2007)

• Ada 2 bentuk mitigasi :


 Mitigasi struktural (membuat chekdam, bendungan, tanggul
sungai, dll.)
 Mitigasi non struktural (peraturan, tata ruang, pelatihan)
termasuk spiritual.
Kesiapsiagaan (preparedness)

Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk


mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna (UU no.
24/2007).
Misalnya: Penyiapan sarana komunikasi, pos
komando, penyiapan lokasi evakuasi, Rencana
Kontinjensi, dan sosialisasi peraturan /
pedoman penanggulangan bencana.
Tanggap Darurat (response)

• Serangkaian kegiatan yang dilakukan


dengan segera pada saat kejadian bencana
untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana
dan sarana (UU no. 24/2007)
Pergeseran Paradigma PB

LAMA BARU
Bersifat response Pengurangan Risiko (Pencegahan dan
kesiapsiagaan)
Penanganan Multi Sektor, (eg. pemadaman kebakaran hutan
sektoral dan lahan oleh multi sektor dalam BNPB)
Sistem sentralistik Desentralistik (perkecualian untuk kondisi
emergensi tetap harus ada unsur sentralistik/
komando)
Cara-cara Holistik, penanganan dilakukan pada semua fase
konvensional mulai dari prabencana, pada saat dan pasca
bencana dan dilakukan oleh Pemerintah,
Masyarakat dan Dunia Usaha
Anggaran urusan Peran serta masyarakat dan dunia usaha
pemerintah
Pelajaran Yang Dapat Diambil
1. Bencana selalu terjadi pada saat kita tidak siap.
2. Untuk kesiapan, daerah perlu memiliki rencana
penanggulangan bencana yang didukung dengan
penyiapan anggaran yang memadai
3. Perlindungan masyarakat terhadap bencana harus
dilakukan sejak kesiapsiagaan, pada saat tanggap
darurat dan pasca bencana untuk mengurangi risiko
dan dampak bencana
4. Penanganan pasca bencana (rehabilitasi dan
rekonstruksi) dengan pola gotong royong untuk
memperkuat solidaritas sosial yang akan
membangun ketahanan masyarakat terhadap
bencana
Pelajaran Yang Dapat Diambil
5. Dalam kondisi darurat (kesiapsiagaan) bencana
diperlukan mekanisme kemudahan akses.
6. Pelatihan dan gladi penanggulangan bencana
harus terus dilakukan untuk meningkatkan
kesiapsiagaan serta menguji rencana kedaruratan
yang ada
7. Informasi bencana harus dapat dikelola dengan
baik untuk memperlancar upaya penanganan,
sehingga reputasi pemerintah tetap terjaga
8. Bencana dan risiko bencana bersifat dinamis, satu
bencana dapat memicu terjadinya bencana
lainnya. Untuk itu upaya mitigasi dan pengurangan
risiko harus terus menerus dilakukan pada semua
tahapan.
Arahan Presiden dalam PB
• Setiap kejadian bencana merupakan tanggungjawab
Bupati/Walikota dengan didukung oleh SKPD terkait di
daerahnya
• Gubernur merapat untuk memberikan dukungan.
• Pemerintah Pusat memberikan bantuan pada kondisi
yang ekstrim.
• TNI dan POLRI dilibatkan dalam penanganan darurat
bencana
• Penanggulangan Bencana harus dilakukan sedini
mungkin
Sistem Nasional
Penanggulangan Bencana
Komponen:
• Legislasi
• Kelembagaan
• Perencanaan
• Penyelenggaraan
• Pendanaan
• Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi
1. Peraturan dan Perundangan
(Legislasi)
• Nasional:
– Undang-undang Nomor 24/2007
– Peraturan Pemerintah
• Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana
• Nomor 22 Tahun 2008 tentang
Pendanaan dan Pengelolaan
bantuan Penanggulangan Bencana
• Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran
Lembaga Internasional dan Lembaga
Asing Non Pemerintah
1. Peraturan dan Perundangan
(Legislasi)
• Nasional:
– Peraturan Presiden
• Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pembentukan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
– Peraturan Kepala BNPB
• Nomor 1 Tahun 2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Badan Nasional Penanggulangan
Bencana
• Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan
BPBD
• Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Rencana
Penanggulangan Bencana
• Daerah:
– Peraturan Daerah tentang Pembentukan BPBD
2. Kelembagaan

Presiden RI

Kepala
BNPB

Unsur Pengarah Unsur Pelaksana

Pejabat Pemerintah Kantor BNPB,


terdiri atas personil yang
profesional dan ahli dibidangnya
Masyarakat Profesional
Kepala
BPBD Prov.

Kepala
BPBD Kab./Kota
3. Pendanaan
• Dana DIPA (APBN/APBD)
– untuk mendukung kegiatan rutin dan operasional
lembaga/departemen terutama untuk kegiatan
pengurangan risiko bencana
• Dana Contingency
– untuk penanganan kesiapsiagaan
• Dana Siap Pakai (on call)
– untuk bantuan kemanusiaan (relief) pada saat terjadi
bencana atau pada saat dinyatakan kondisi darurat
• Dana bantuan Sosial berpola Hibah
– Dana yang dialokasikan untuk bantuan pasca bencana di
daerah
• Dana yang bersumber dari masyarakat
4. Perencanaan
 Pemaduan PB dalam Perencanaan Pembangunan
(Nasional & Daerah)
o Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2014-2018
o PB dalam RPJP (D), RPJM (D) dan RKP (D)
o Penyusunan RAN-PRB dan RAD-PRB (berdasarkan
Kerangka Aksi Hyogo)

 Perencanaan PB
◦ Pembuatan Rencana PB (DM Plan)
◦ Rencana Kontinjensi (Contingency Plan)
◦ Rencana Operasi (Operation Plan)
◦ Rencana Pemulihan (Recovery Plan)
5. IPTEK
• Pendidikan dan Pelatihan
– Memasukkan pendidikan kebencanaan dalam kurikulum
sekolah
– Membuka program studi “disaster management” di
perguruan tinggi
– Melakukan pelatihan manajer dan teknis
– Mencetak tenaga profesional dan ahli PB
• Penelitian dan pengembangan Iptek Kebencanaan
– Pemahaman karakteristik ancaman/hazard dan
teknologi penanganannya
• Penerapan Teknologi Penanggulangan Bencana, contoh:
– Pemetaan dan Tataruang
– Deteksi dini/EWS (gunungapi, Tsunami, Banjir, Tanah
Longsor,dll)
– Bangunan Tahan Gempa/building code (PU)
6. Penyelenggaraan
Politik
 Perencanaan
 Pencegahan
Situasi Tidak  Pengurangan Risiko
Ada Bencana  Pendidikan
 Pelatihan
Penetapan  Penelitian
Prabencana  Penaatan Tata Ruang
Kebijakan
 Mitigasi
Pem- Situasi Terdapat  Peringatan Dini
bangunan Potensi Bencana  Kesiapsiagaan
Pentahapan

 Kajian Cepat

Ekonomi
 Status Keadaan Darurat
Sosial

 Penyelamatan & Evakuasi


Saat Tanggap  Pemenuhan Kebutuhan
Dasar
Darurat  Perlindungan
 Pemulihan :

 Prasarana dan Sarana


Rehabilitasi  Sosial
 Ekonomi
Pascabencana  Kesehatan
Rekonstruksi  Kamtib
 Lingkungan

Lingkungan
6. Penyelenggaraan (lanjutan...)

 Dalam tanggap darurat dilaksanakan secara Incident


Command System (Komando Penanganan Darurat).
 Ditunjuk seorang Incident Comander sebagai
penanggung jawab lapangan yang bertanggung jawab
kepada Kepala Daerah setempat.
 Pelaksanaan dilakukan dengan membentuk POSKO,
sebagai aktivasi dari Pusat Pengendali Operasi.
6. Penyelenggaraan (lanjutan...)

RUANG RUTIN RUANG KOORDINASI


RAPID HEALTH
ASSESMENT
TUJUAN
Peserta memahami

 Memahami proses manajemen untk


intervensi kesehatan

 Memahami langkah-langkah untuk


menilai situasi kedaruratan
PENILAIAN /ASSESMENT

Kebutuhan ketersediaan sumber


masyarakat Kebutuhan dasar
& pelayanan
PENILAIAN / ASSESSMENT
Mencari ketimpangan antara...

kebutuhan Ketersediaan sumber


Kebutuhan dasar
& pelayanan
masyarakat
Ketersediaan sumber
kebutuhan Kebutuhan dasar
korban & pelayanan

Lumpuhnya sistem pemerintahan


Meningkatnya kebutuhan terkait :
Kerusakan lingkungan, alat, bahan,
• Meningkatnya jumlah populasi
obat-obatan.
• Penampungan pengungsi
SDM jadi korban
• Banyaknya korban luka.
Masalah keamanan ???.
• Air bersih dan sarana sanitasi
dll
• dll
kebutuhan Ketersediaan sumber
kebutuhan dasar
korban & pelayanan

Tergantung pada jenis bencana / Tergantung pada “political will’


situasi kedaruratan yang ada Masih sanggup ??
Ada penyebab lain (underlying Adakah bantuan pihak lain
causes) : suku, diskriminasi, dll
dilapangan ???
Ketersediaan sumber
daya/kebutuhan dasar
kebutuhan & pelayanan

korban

Contoh masalah

Jumlah korban yang tak tertangani.


Korban yang tak dapat akses ke makanan yang ada.
Penerimaan bantuan yang tidak tepat.
Populasi yang tak akses ke sarana air bersih.
dll
Manajemen Bencana

Tanggap Transisi Darurat ke


Kesiapsiagaan Pemulihan
Darurat
Manajemen Darurat Bencana

Manajemen Risiko Bencana Manajemen Pemulihan

Pengurangan Risiko Bencana PemulihanDini Rehabilitasi Rekonstruksi

Prabencana Saat Bencana Pascabencana


PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA

BENCANA
RAPID
ASS. RENOPS EVALUASI/NEED ASSESMENT

WAKT
PERINGATAN
DINI
U
TIM TANGGAP
TIM BANTUAN PB
PENGURANGAN RISIKO DARURAT/SRC:
BENCANA: SAR, (DIATUR DG CLUSTER):
• ANALISIS RISIKO KESEHATAN, SAR
• MITIGASI RAPID
ASSESMENT KESEHATAN
• PROGRAM2 PRB, DLL POSKO, DAPUR LOGISTIK
UMUM,
KOMINFO, PENGUNGSI
DLL DAN PERLINDUNG
KESIAPSIA PENDIDIKAN
GAAN: SARANA-PRASARANA
REHABILITASI /


SDM
SKPD EKONOMI REKONSTRUKS
PEMULIHAN DINI


LOGISTIK
RENKON
I
I
• DLL

PRA TANGGAP DARURAT


BENCANA SIAGA PEMULIHAN
DARURAT
R/R
DARURAT
PENYELENGGARAAN KESEHATAN
PADA PENANGGULANGAN BENCANA
BENCANA/
KRISIS
KESH
RHARENOPS
. EVALUASI/HEALTH NEED ASSESMENT
KESH
WAKTU
SISTEM
KEWASPADAAN DINI
PENGURANGAN RISIKO
TRC KES:
KESEHATAN - BENCANA:
TIM MEDIS, TIM RHA,
• ANALISIS RISIKO KESH TIM SURVAILANS,
• MITIGASI KESH AIR-SANITASI.
• PROGRAM2 KESH-PRB,
DLL TIM BANTUAN KESH-PB:
KUALITAS AIR MINUM/BERSIH
KESIAPSIAP DAN SANITASI KEWASPADAAN
SIAGAAN: SURVAILANS,
• SDM KESH PELAYANAN KESEHATAN DASAR, KLB,
• UNIT
KERJA KES
PENGENDALIAN PENYAKIT,
IMMUNISASI.
R/R SARKES,


LOGISTIK
RENKON
GIZI DARURAT, KESEHATAN JIWA, DLL
• DLL KESEHATAN REPRODUKSI,
PELAYANAN FARMASI, DLL

PRA TANGGAP DARURAT


BENCANA SIAGA PEMULIHAN
DARURAT
R/R
DARURAT
UPAYA PENANGGULANGAN PADA KONDISI
TANGGAP DARURAT

SEHARUSNYA DIDASARKAN PADA


HASIL RAPID ASSESSMENT.
SERINGKALI UPAYA PENANGGULANGAN DAMPAK SITUASI
BENCANA – PENGUNGSIAN / EMERGENSI TIDAK
DIDASARKAN PADA MASALAH ATAU FAKTA KEBUTUHAN
LAPANGAN

RESIKO ( segi teknis ) ?


• TIDAK TEPAT SASARAN.
• PEMBOROSAN.

CONTOH ???
RAPID HEALTH ASSESSMENT :

MERUPAKAN KEGIATAN UNTUK MENGUKUR


BESARAN MASALAH KESEHATAN YANG
BERKAITAN DENGAN AKIBAT BENCANA /
PENGUNGSIAN atau SITUASI DARURAT, YANG
DILAKUKAN :
1. DALAM WAKTU CEPAT / TERBATAS
2. SELAMA / SESEGERA SESUDAH SESUATU
TERJADI
Beberapa saat setelah kejadian (situasi emergency),
informasi hasil RHA akan dimanfaatkan untuk :
Bahan untuk menetapkan dan menyesuaikan strategi
dan perencanaan penanggulangan.

PERENCANAAN OPERASIONAL

Tetapi kegiatan tanggap darurat tidak selalu harus


menunggu hasil RHA, terutama kegiatan spesifik
yang dapat diperkirakan.
TUJUAN RHA:
1. Konfirmasi kejadian.
2. Menggambarkan type, dampak dan kemungkinan resiko
akibat situasi.
3. Mengukur kondisi dan resiko kesehatan.
4. Menilai kemampuan respon setempat dan kebutuhan
bantuan segera.
5. Membuat rekomendasi untuk penangulangan segera.
HASILNYA ?

HASIL ANALISIS TERHADAP DATA/


INFORMASI MASALAH LAPANGAN
ADALAH REKOMENDASI YANG DISUSUN
BERSAMA UNTUK PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DALAM UPAYA
PENANGGULANGAN.

PERENCANAN OPERASIONAL
LINGKUP ASSESSMENT
• ASPEK MEDIS, untuk menilai dampak
pelayanan medis terhadap korban & potensi
pelayanan kesehatan.
• ASPEK EPIDEMIOLOGI, untuk menilai
potensi munculnya KLB penyakit menular pada
periode pasca kejadian / bencana.
• ASPEK KESEHATAN LINGKUNGAN, untuk
menilai masalah yang terkait dengan sarana
kesehatan lingkungan yang diperlukan bagi
pengungsi & potensi yang dapat dimanfaatkan
ASSESSMENT

Mengumpulkan data dan informasi...


 Rumuskan tujuan assessment
 Review information yang lalu dan yang ada
 Interview tokoh-tokoh kunci
 Kelapangan, observasi, interview & dengar…
 rumuskan berbagai informasi dan
kesimpulannya
 laporkan segera
MEMPERSIAPKAN RHA :

• INFORMASI AWAL YANG ADA (kejadian)


• PENETAPAN TIM
• INFORMASI APA YANG AKAN DI ASSESS.
• KOMUNIKASI DAN KOORDINASI DENGAN
DAERAH BENCANA & TIM LAIN ( akses ke
daerah, bantuan awal diperlukan, dll)
• PERSIAPAN ADMINISTRASI.
ASSESSMENT
PERTANYAAN KUNCI :

WHO?
WHAT?
WHERE?
WHEN?
HOW?
SIAPA / ORGANISASI PELAKSANA ?
• Petugas Puskesmas.
• Dinas Kesehatan Kabupaten.
Dibantu :
Dinas Kesehatan Propinsi dan Depkes.

TIM RHA ???


• Petugas Medis.
• Epidemiologist.
• Sanitarian (kesehatan lingkungan).
Diharapkan Tim :

MEMILIKI KEMAMPUAN ANALISIS YANG BAIK


DALAM BIDANGNYA.

DAPAT BEKERJASAMA DAN DAPAT DITERIMA

MEMILIKI KAPASITAS UNTUK MENGAMBIL


KEPUTUSAN.
KAPAN RHA DILAKUKAN ?

1. DALAM SITUASI YANG MEMERLUKAN


PERTIMBANGAN KEAMANAN, WAKTU PELAKSANAAN
PENILAIAN DAPAT DIPERSINGKAT.
2. BENCANA BANJIR, PENGUNGSIAN PENDUDUK
DALAM JUMLAH BESAR, DLL) SELAMBAT-
LAMBATNYA 2 - 4 HARI SETELAH KEJADIAN.
3. KEDARURATAN MENDADAK (BENCANA GEMPA BUMI
DAN KERACUNAN, KECELAKAAN KIMIAWI, DLL)
PERLU DILAKUKAN SECEPAT MUNGKIN ATAU
BEBERAPA JAM SETELAH KEJADIAN.

JARAK DAN AKSES YANG SULIT PERLU


DIPERTIMBANGKAN
INFORMASI AWAL, sebagai hasil initial assessment:

• BENCANA / KEJADIAN DAN WAKTU TERJADINYA


• MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN KESEHATAN
SEBAGAI DAMPAKNYA:
– KORBAN MENINGGAL DAN LUKA.
– JUMLAH PENGUNGSI
– KERUSAKAN SARANA KESEHATAN & YANG MASIH DAPAT
DIMANFAATKAN.(PUSKESMAS, PUSLING, PUSTU, RUMAH SAKIT,
DLL)
– TERSEDIANYA OBAT-OBATAN & VAKSIN.
– KEMUNGKINAN KEMUDAHAN UNTUK MENJANGKAU DAERAH
YANG TERKENA MASALAH.
• UPAYA KESEHATAN YANG TELAH DILAKUKAN.
• BANTUAN AWAL YANG DIPERLUKAN.
Dalam pengumpulan data/informasi, harus
diingat keterbatasan informasi dan sumber-2 nya

CARA PENGUMPULAN DATA/INFORMASI:


1. Mengkaji data / informasi yang ada.
2. Observasi lapangan di daerah bencana dan
sekitarnya.
3. Wawancara
4. Survei cepat.
KAJI INFORMASI YANG ADA
DATA-DATA DEMOGAFI & LINGKUNGAN
1. YANKES DAN PROGRAM KESEHATAN YANG
SEDANG BERJALAN SEBELUM KEADAAN
DARURAT.
2. SDM KESEHATAN YANG BISA BEKERJA SAAT
INI.
3. SARANA PELAYANAN KESEHATAN YANG
MASIH BERFUNGSI.
4. PENGUNGSIAN (JUMLAH, LOKASI, DLL)
OBSERVASI LAPANGAN :
1. LUASNYA DAERAH BENCANA
2. LOKASI PERPINDAHAN PENDUDUK/PENGUNGSI.
3. FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN.

HASIL ?
HASIL ?

BUAT PETA SECARA KASAR, YANG MEMUAT:


1. LUAS DAERAH BENCANA.
2. PERSEBARAN PENDUDUK YANG MENGUNGSI
3. TEMPAT PENGUNGSIAN, DLL
4. LOKASI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
(PUSKESMAS, RUMAH SAKIT, DLL).
5. SUMBER-SUMBER AIR BERSIH.
6. AKSES JALAN KE SARANA PELAYANAN KESEHATAN
7. PERSEBARAN BREEDING PLACES VECTOR.
WAWANCARA

1. PEJABAT DAERAH.
2. PETUGAS KESEHATAN, TERMASUK DI
RUMAH SAKIT
3. PERORANGAN (TOMA, TOGA, GURU, DLL)
INFORMASI YANG DIJARING:
1. KEADAAN SEBELUM BENCANA.
2. DATA-DATA KORBAN (meninggal, luka, pengungsi)
3. SDM KESEHATAN YANG BISA DIMANFAATKAN,
4. POTENSI YANG TERSEDIA DI RUMAH SAKIT
5. KETERSEDIAAN AIR BERSIH DAN SANITASI.
6. ENDEMISITAS PENYAKIT
7. MASALAH GIZI.
8. KETERSEDIAAN OBAT, BAHAN DAN ALAT YANG
MASIH BISA DIPAKAI.
9. POTENSI KEMAMPUAN RESPONSE KESEHATAN
10. DLL.
SURVAI CEPAT ;
UNTUK MENJARING INFORMASI YANG TIDAK DAPAT
DIPEROLEH DARI SUMBER-SUMBER YANG ADA:
1. Distribusi umur, sex,
2. Jumlah orang kelompok rentan.
3. Angka kematian saat ini.
4. Angka-angka kasus penyakit menular potensial wabah.
5. Status gizi.
6. Cakupan vaksinasi.
7. Akses ke pelayanan kesehatan, makanan, air bersih, tempat
pengungsian, dll.
ANALISIS HASIL LAPANGAN, terhadap (1) :

• Menilai kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah


sakit dibanding dengan korban yang harus
dilayani.
• Menilai kecukupan obat-obatan, bahan dan alat .
• Menilai kecukupan SDM kesehatan.
• Menilai dampak segera terhadap , kesehatan,
seperti resiko kemungkinan terjadinya KLB
penyakit menular.
ANALISIS HASIL LAPANGAN (2)

• Data endemisitas penyakit menular potensial


wabah yang selama ini ada.
• Kerusakan sarana lain yang berpotensi
menimbulkan masalah kesehatan (air bersih,
listrik, jalan, sarana komunikasi, dll).
• Mengidentifikasi ketersediaan air bersih yang ada
dan potensi yang masih dapat dimanfaatkan.
• Menilai potensi kesehatan yang ada di sekitar
daerah benana
• Potensi kemampuan response setempat, termasuk
kemampuan operasional.
RHA
untuk sistem yankes
Apa masy. dapat akses ke sarana yankes?

YA
terjangkau semuanya?
TIDAK
Ya tidak
kenapa?
Tak perlu intervensi?

INTERVENSI !!!
KESIMPULAN ANALISIS

Diarahkan secara spesifik pada:


1. Kebutuhan pelayanan medis korban bencana /
kejadian.
2. Epidemiologi penyakit potensial wabah.
3. Masalah dan petensi sarana kesehatan
lingkungan.

REKOMENDASI
UPAYA PENANGGULANGAN
HASIL RHA ???
REKOMENDASI, a.l. memuat:
• Bantuan obat-obatan, bahan dan alat.
• Bantuan tenaga medis/paramedis, survailans dan
kesehatan lingkungan.
• Penyakit menular yang perlu diwaspadai.
• Sarana kesehatan lingkungan yang memerlukan
pengawasan & perbaikan serta yang perlu dibuat.
• Pengelolaan makanan.
• Bantuan lain yang diperlukan baik dari tingkat
diatasnya maupun dari sumber lain.
UNTUK MEMULIHKAN FUNGSI
PELAYANAN KESEHATAN
• Jangan terlalu ambisius untuk kumpulkan data: waktu
sangat terbatas
• Data-data kasar tapi diperlukan lebih baik dari pada
data detail tetapi tak berguna
• Berdasarkan data dan informasi yang ada dapat diambil
dibuat suatu rekomendasi untuk pengambilan keputusan.
RAPID RESPON UPAYA KESEHATAN :
TERUTAMA:
1. PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT MEDIK
MASSAL.
2. SURVAILANS PENYAKIT & FAKTOR RISIKO.
3. PERBAIKAN KUALITAS AIR BERSIH DAN
SANITASI.
4. PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
5. PELAYANAN KESEHATAN DASAR.
HASIL RAPID HEALTH ASSESSMENT, PERLU
DITINDAKLANJUTI DENGAN:

PENYUSUNAN RENCANA
OPERASIONAL &
SURVEYLANCE EMERGENCY
SEMOGA KITA TERHINDAR DARI BENCANA
RS BHAYANGKARA
SURABAYA TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai