Anda di halaman 1dari 72

ACCOUNTING FOR OIL AND GAS

Agenda

Industri Oil and Gas

Profil Pertamina

Akuntansi Industri Oil & Gas

Akuntansi PSC Contract

PSAK 64 Aset Explorasi dan Evaluasi


Sumber Daya Mineral

2
INDUSTRI OIL & GAS
Proses Bisnis Minyak dan Gas

4
Kegiatan Migas
• Kegiatan Usaha Hulu
• Kegiatan usaha yang berintikan atau bertumpu pada kegiatan usaha eksplorasi
dan eksploitasi.
• Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan menghasilkan minyak dan
gas bumi di wilayah kerja yang ditentukan terdiri dari pengeboran,
penyelesaian sumur, pembangunan saranan pengangkutan, penyumpanan dan
pengolahan untuk pemisahan, pemurnian minyak dan gas bumi di lapangan
serta kegiatna pendukung lainnya.
• Eksplorasi adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh informasi mengenai
kondisi geologi untuk menemukan dan memperoleh perkiraan cadangan
minyak dan gas bumi di wilayah kerja tertentu.
• Kegiatan Usaha Hilir
• Kegiatan usaha yang bertujuan berintikan atu betumpu pada kegiatan usaha
pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan/atau niaga.
• Kegiatan pengolahan adalah kegiatan memurnikan, memperoleh bagian-
bagian, mempertinggi mutu dan mempertinggi nilai tambah minyak dan atau
cadangan gas bumi tetapi tidak termasuk pengolahan di lapangan

UU Migas 5
Karakteristik Migas
• Hulu Migas
• Bisnis Hulu Migas memiliki ketidakpastian tinggi:
• Risiko usaha: perubahan regulasi, audit kepatuhan atas regulasi
• Risiko kegagalan explorasi, ketergantungan pada mitra
• Risiko pasar: fluktuasi harga; kurs
• Refinery – Kilang
• Investasi besar
• Margin kecil
• Hilir – industry marine
• Persaingan ketat
• Tingkat sensitivitas terhadap harga tinggi
• Hilir – Retail
• Pasar monopoli sampai tingkat depot
• Pengaturan harga oleh Pemerintah
• Margin relatif kecil
• HSSE (Health Safety Security and Environment) tinggi
• Perbedaan harga memungkinkan timbulnya pasar gelap – penjualan bahan bakar
dari peruntukan transportasi yang disubsidi kepada industri

6
Minyak dan Gas – Bisnis Global
• Industri migas dunia dikuasai oleh beberapa perusahaan multinasional dan
perusahaan minyak milik negara (NOC).
• Portfolio perusahaan dalam industri migas berbeda, ada yang terintegrasi atau
hanya fokus dalam satu segmen bisnis.
• Industri migas sangat dipengaruhi oleh harga minyak dunia.
• Harga minyak ditentukan oleh banyak faktor seperti supply, demand, produksi,
infrastruktur produksi dan distribusi, substitas migas.
• Harga produk minyak (bensin, solar, dll) sangat dipengaruhi oleh harga minyak
mentah. Porsi HPP tinggi Harga pokok produksi didominasi oleh harga minyak
mentah.
• Ketika harga minyak mentah berubah maka akan langsung perpengaruh terhadap
harga jual produk. Namun ketika Pemerintah menetapkan harga minyak di pasar
dalam negeri, kerugian akan ditanggung oleh Pertamina.

7
Tren Harga Minyak Dunia

8
Beberapa Perusahaan Migas

9
PROFIL PERTAMINA
Pertamina Visi, Misi, 8 Prioritas dan Nilai

Visi Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia

Misi Menjalankan Usaha Minyak, Gas serta Energi Baru dan


Terbarukan secara Terintegrasi, Berdasarkan Prinsip
Komersial yang Kuat

8 Prioritas 1) HSSE Sustainability; 2) Human Capital Development; 3)


Upstream Growth; 4) Gas Growth; 5) Strengthening Refining
& Petrochemical Business; 6) New and Renewable Energy
Development; 7) Infrastructure & Marketing Development;
8) Company Growth.

Nilai Clean; Competitive; Confident; Customer Focus; Commercial;


Capable
6C

18
© 2017 PERTAMINA – ANNUAL REPORT
Bisnis Pertamina
Pertamina’s Scope of Business

Upstream Refinery Shipping/Piping Depot Transportation Gas station

Upstream Downstream
• Producer of oil and gas domestically and overseas • Refining
• Supplier for geothermal energy • Fuel business (kerosene, HSD/Diesel/MFO, etc) for industry
• Gas transporter & trader • Special fuel business for retail (PertaminaDex,
Pertamax/PertamaxPlus)
• Aviation business
• Lube base business
Other • LPG business
• • Petrochemical business
Insurance
• • Responsible for distributing fuel for Public Service Obligation
Hotel
• Medical (PSO), such as kerosene, gasoline, HSD
• Executor for kerosene conversion to LPG
• Dana Ventura

19
© 2017 PERTAMINA – ANNUAL REPORT
Anak Perusahaan Pertamina

© 2017 PERTAMINA – ANNUAL REPORT


Produk

© 2017 PERTAMINA – ANNUAL REPORT


Kinerja Perusahaan 2017

© 2017 PERTAMINA – ANNUAL REPORT


LAPORAN KEUANGAN
• Pembentukan PT pada tahun 2003, peniiaian aset baru diselesaikan pada tahun
2008. KMK Penetapan neraca awal Pertamina.
• 2004 – 2008 diselesaikan tahun 2009 setelah penyelesaian penilaian aset oleh
Pemerintah untuk penetapan neraca awal  setoran modal pemerintah.
• Mulai tahun 2010 laporan keuangan diterbitkan tepat waktu dan tahun 2012
menembus rekor BUMN laporan keuangan tercepat 15 Februari 2013  role
model BUMN
• Tahun 2018 Akuisisi PGN dalam rangka pembentukan Holding Migas

16 15 14 13 12 13 13
21 April 9 Maret
Nopembe Februari Februari Februari Februari Februari Februari
2011 2012
r 2010 2013 2014 2015 2016 2017 2018

© PERTAMINA – FINANCIAL STATEMENT 2010-2017


Laporan Eksternal
• Laporan
Keuangan

• Laporan
Tahunan

• Laporan
Keberlanjutan
Annual Report Award 2014
Non listed Non Financial
AKUNTANSI PERUSAHAAN
OIL & GAS
PSAK 64
Akuntansi Oil & Gas
• Perusahaan oil gas seperti halnya perusahaan pada umumnya.
• Perusahaan hulu
• Mengikuti ketentuan regulasi dan praktik akuntansi yang berlaku umum jika tidak ada
ketentuan khusus dalam regulasi
• Pengaturan khusus atas aset eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral mengikuti
PSAK 64.
• Indonesia kontrak dapat berbentuk PSC (Product Sharing Contract) atau Gross Split.
• Perusahaan midstream – pengolahan
• Perusahaan manufaktur – mengikuti ketentuan standar akuntansi umum.
• Akuntansi biaya dalam menentukan nilai persediaan dan harga pokok penjualan.
• Alokasi join cost karena sampai tahap tertentu proses dilakukan bersama-sama
• Residu dari proses produksi dapat diproses lagi menjadi produk yang lain.
• Tipe pabrik akan mempengaruhi tingkat efisiensi kilang.
• Perusahaan hilir
• Perusahaan distributor migas – menyewakan fasilitas distribusi
• Perusahaan penjual migas
• Perusahaan penjual migas – retail.

20
AKUNTANSI PSC
SKEMA BUSINESS UPSTREAM OPERATION

Oil Storage

Crude Oil
Oil Tanker

Customer
Oil & Gas Natural
Seperator Gas
Field Facility

Wellhead
PSAK 16 Inventory ?
point of sales Customer
PSAK 23

Palti Ferdrico TH Siahaan 22


22
LATAR BELAKANG PRODUCTION SHARING CONTRACT (1/2)
• Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 , menjadi visi pengusahaan migas di Indonesia.
• Pengusahaan migas di Indonesia saat ini menggunakan sistem Production
Sharing Contract (PSC).
• Negara mempunyai kuasa lebih besar terhadap kegiatan operasional yang
dilakukan perusahaan migas internasional.
• Dalam PSC, suatu negara menjalin kerjasama dengan perusahaan migas
lokal (LOC) atau International Oil Company (IOC), dengan menunjuk salah
satu badan dalam pemerintahannya untuk mengatur hasil produksi migas.
• Dalam kerjasama ini pihak pemerintah diwakilkan saat itu oleh Pertamina,
lalu diganti BP Migas, dan sekarang oleh SKK Migas.
• OC memiliki hak mengelola (eksplorasi atau produksi) di area yang telah
ditentukan (kontrak area).
• IC menanggung risiko dari operasional produksi di area tersebut.
• Pada penemuan cadangan yang komersial, OC akan mendapatkan bagian
sebagai bayaran atas pekerjaanya dan tambahan mendapat biaya yang
setimpal hasil produksinya.
• Akan tetapi, jika tidak penemuan cadangan baru, OC tidak mendapatkan
apa-apa.
Palti Ferdrico TH Siahaan 23
23
LATAR BELAKANG PRODUCTION SHARING CONTRACT (2/2)

Dalam PSC, umumnya terdapat empat aspek pendanaan, yaitu:


1) Royalti, yang merupakan bentuk pembayaran awal yang dilakukan
perusahaan migas internasional kepada Negara atas produksi bruto. Bentuk
bayarannya sering kali adalah hasil bagi migas hasil produksi atau bisa juga
dengan harga yang setara dengan penjualan.
2) Cost Oil, yaitu biaya yang dikeluarkan perusahaan migas internasional dalam
proses produksi.
3) Profit Oil, migas yang masih tersisa setelah dikurangi royalty dan cost of oil.
Profit oil ini dibagi ke Negara dan perusahaan migas internasional sesuai
dengan kontrak di PSC. JIka produksi meningkat, maka Negara juga akan
mendapat bagian profit oil yang meningkat.
4) Income Tax; ini adalah pajak penghasilan yang dibayar oleh IOC dalam
produksinya.

Palti Ferdrico TH Siahaan 24


24
PRINSIP DASAR PRODUCTION SHARING CONTRACT (1/2)

Prinsip dasar PSC, yaitu:


1) SKK Migas bertindak sebagai manajemen operasional KPS;
2) KPS bertanggung jawab SKK Migas atas pelaksanaan operasional sesuai
dengan program kerja yang sudah disetujui;
3) KPS menyediakan seluruh dana dan bantuan teknis yang diperlukan guna
melaksanakan operasi perminyakan;
4) KPS menanggung risiko atas biaya operasi (operating costs), sehingga
mempunyai suatu kepentingan ekonomi (economic interest atau working
interest) dalam pengembangan cadangan migas di WKP (Wilayah Kerja
Pertambangan)
5) Jangka waktu kontrak adalah 30 tahun dengan masa eksplorasi antara 6
sampai 10 tahun. Kontrak akan secara otomatis berakhir bila setelah masa
eksplorasi berakhir tidak mencapai tahapan produksi komersial;
6) KPS wajib menyerahan kembali sebagian Wilayah Kerja (relinquishment)
secara bertahap kepada SKK Migas selama masa Kontrak berjalan;
7) KPS menyampaikan suatu rencana kerja dan anggaran tahunan (annual
Work Program & Budget – WP&B) untuk mendapatkan persetujuan SKK
Migas;

Palti Ferdrico TH Siahaan 25


25
PRINSIP DASAR PRODUCTION SHARING CONTRACT (2/2)
8) Semua peralatan yang dibeli oleh KPS menjadi milik SKK Migas bila sudah
masuk ke wilayah Indonesia;
9) Pengadaan Barang & Jasa harus mengikuti Peraturan SKK Migas;
10) SKK Migas memegang hak atas semua data yang diperoleh dari operasi;
11) Produksi yang tersisa setelah dikurangi dengan biaya operasi dibagi antara
SKK Migas dengan KPS;
12) KPS wajib menyerahkan sebagian minyak bagian produksinya untuk
kebutuhan dalam negeri Indonesia (DMO atau Domestic Market Obligation);
13) KPS wajib membayar bonus (signature bonus, production bonus, education
bonus) kepada SKK Migas;
14) Setelah produksi komersial dimulai, Pertamina dapat meminta agar 10%
dari undivided interest (yaitu antara hak & kewajiban tidak boleh dipecah,
artinya Pertamina (pihak lain) harus berpartisipasi sesuai sharesnya atas
semua budget or expenditures di satu Wilayah Kerja) di dalam Kontrak
ditawarkan kepada Pertamina atau suatu badan hukum Indonesia lainnya;
15) Pihak-pihak dalam KPS di satu WK boleh menyerahkan % tertentu dari
economic interest/working interest-nya kepada Pihak ketiga, setelah
mendapat persetujuan SKK Migas.

Palti Ferdrico TH Siahaan 26


26
Hydrocarbon Legal Arrangements

Oil & Gas Legal


Arrangements

Concessionary Contractual

Production Sharing
Agreement/Contract Service Contracts
(PSA/PSC)

Technical
Risk Service
Service
Contract
Agreements

27
Main Differences Concessionary & PSCs

Features Concessionary PSCs


Ownership of resources Held by sovereign state Held by sovereign state
Title transfer point At the well head At the export point
Company entitlement Gross production less Cost oil & gas + profit oil &
royalty gas
Entitlement percentage Typically 90% Typically 50-60%
Ownership facilities Held by the company Held by the state
Management & control Typically less government More direct government
control control and participation
Government participation Less likely More likely
Ring fencing Less likely More likely

28
PSC Characteristic

• Started in the 60s, in Indonesia


• Work commitment
• Bonus payment
• Royalties
• Recovery of production cost
• Profit oil split between company
(contractor) and host country
• Overall share of host country depends on
the bargaining
• Most of developing countries now prefer
PSC

29
PSC Advantage & Disadvantage for Host
Countries

ADVANTAGE DISADVANTAGE

• All financial and operational  Requires highly negotiation skills;


 Requires excellent data &
risk rests with the company;
information of the oil & gas
• Government shares reserves in the particular field;
potential profit without  Requires high degree of
making a direct investment; supervision on cost of
exploration, development and
• PSA can be enacted into law operation;
to provide legal security.  Requires excellent regulatory
management;
 Difficulty to enforce of social &
environment standard, beyond
the contract terms.
Indonesia Hydrocarbon Fiscal
Regime
 Indonesia oil & gas applies
Production Sharing Contract (PSC)
regime:
 Contractor is working on specific
Working Area (or Block).
 Contractor is responsible to all risk.
 Exploration, development and operation
costs are held by the contractor and will
be recovered by the government from
the commercial production.
 Production minus cost recovery will be
split between government and
contractor based on certain percentage.

31
Indonesia Hydrocarbon Fiscal
Regime
 Working Area or block given to
the contractor is ring fence.
 Contractor must pays taxes (e.g.
Income tax).
 All equipments of the contractor
are owned by government.
 Contract period is 30 years,
including 6 to 10 years for
exploration, and can be extended.
 Contractor must supply
petroleum & gas for Domestic
Market Obligation (25% of
contractor’s share).

32
Illustration of Sharing under PSC

Government
(71,15%)
FTP
Share
Government (71,15%) Contractor
(28,15%)

Share
Contractor (28,85%) Taxes: 48%
Share (Contractor/Government):
Costs 15/85
Contractor Share: 0,15/(1-taxes) =
28,85%
Indonesia PSC Fiscal Terms
FISCAL TERM PRODUCTION SHARING CONTRACT
First Tranche Petroleum (FTP)
• First Tranche Petroleum (FTP) merupakan ciri dari PSC generasi ketiga
dengan paket insentif tahun 1988-89.
• Tarif FTP adalah 15% untuk area konvensional dan 20% untuk frontier area
(daerah rintisan atau pelosok).
• Produksi harus dibagi terlebih dahulu sebesar 20% yang kemudian dibagi
kepada GoI dan Kontraktor sebesar porsi masing-masing
(71,1538%/28,8462%). FTP ini merupakan pengurang dari revenue sebelum
dikurangi cost recovery. Bagian kontraktor dari FTP ini merupakan
pendapatan kena pajak.
• Penerapan FTP lebih bisa dipandang sebagai pembatasan cost recovery,
karena produksi yang tersisa untuk pengembalian biaya (cost recovery)
adalah sebesar 80%, terutama jika cost recovery nya lebih besar atau sama
dengan gross revenue. Namun jika cost recovery nya jauh lebih kecil dari
gross revenue, FTP tidak akan menjadi pembatasan cost recovery.
• FTP ini dimaksudkan agar pemerintah tetap mendapatkan revenue dari
produksi minyak dan gas.

Palti Ferdrico TH Siahaan 35


35
FISCAL TERM PRODUCTION SHARING CONTRACT

Investment Credit
• Dalam Production Sharing Contract di Indonesia salah jenis insentif yang
diberikan adalah “Investment Credit”.
• Bunyi dalam kontraknya sebagai berikut: “Contractor may recover an
investment credit amounting to 17% of the capital investment costs directly
required for developing Crude Oil production facilities of each new field out of
deduction from gross production before recovering Operating Costs….”
• Investment credit adalah bentuk pengakuan adanya penundaan kemampuan
untuk menghasilkan pendapatan dari tahap eksplorasi sampai dengan
produksi.
• Investment credit diperbolehkan untuk biaya investasi langsung yang
diperlukan untuk mengembangkan fasilitas produksi minyak mentah seperti
platform, pipa dan peralatan pemrosesan, tidak termasuk biaya pengeboran
(drilling cost) dan biaya penyelesaian (completion costs) yang timbul dari
masing-masing proyek berdasarkan negosiasi dengan persetujuan SKK
Migas.
• Investment credit ini dikenakan pajak. Dalam hierarkinya, investment credit
ini dikurangkan terlebih dahulu sebelum Operating Cost

Palti Ferdrico TH Siahaan 36


36
FISCAL TERM PRODUCTION SHARING CONTRACT
Bonus
• Dalam fiscal term Indonesia mengenal adanya pembayaran bonus yaitu
signature bonus dan production bonus.
• Signature bonus merupakan bonus yang dibayar setelah selesainya
negosiasi dan penandatangan kontrak.
• Production bonus adalah bonus yang dibayar ketika produksi di suatu wilayah
kerja telah mencapai jumlah tertentu. Bonus tidak dapat diperhitungkan
dalam cost recovery (unrecoverable), namun dapat dikurangkan dalam
perhitungan penghasilan kena pajak.
• Besarnya bonus yang akan dibayarkan tergantung negosiasi. Contoh provisi
bonus di suatu PSC adalah signature bonus sebesar US$3,000,000.00,
kemudian dalam tahun pertama setelah kontrak ditandatangani atau atas
permintaan SKK Migas, KKKS menyediakan peralatan atau pelatihan dalam
jumlah yang tidak melebihi US$500,000.00 dan bonus produksi/production
bonus sebesar US$3,000,000.00 akan dibayarkan KKKS kepada SKK Migas
setelah produksi mencapai 50.000 barrel per hari dalam jangka waktu 120
hari, selanjutnya KKKS akan membayar bonus sebesar US$5,000,000.00
sesudah produksi mencapai 75.000 barrel per hari dalam jangka waktu 120
hari.

Palti Ferdrico TH Siahaan 37


37
FISCAL TERM PRODUCTION SHARING CONTRACT
Domestic Market Obligation (DMO)
• Domestic Market Obligation (DMO) merupakan kewajiban dari kontraktor
untuk menjual bagian minyak dari kontraktor untuk kebutuhan dalam negeri
dengan harga di bawah harga pasar.
• Tujuan DMO membantu pemerintah untuk menyediakan minyak untuk rakyat.
Klausa DMO di PSC adalah
• “Contractor shall, after commercial production commences, fulfill its obligation
towards the supply of the domestic market in Indonesia. CONTRACTOR
agrees to sell and deliver to a domestic buyer a portion of the share of the
Petroleum to which CONTRACTOR is entitled pursuant to Section VI
subsections 1.3 and 3.1 calculated for each Year as follows”
• Setelah UU Migas tahun 2001, harga DMO adalah 25% dari market price.
Enam puluh (60) bulan pertama produksi dari suatu lapangan disebut
produksi baru (new oil) dan investor menerima harga pasar untuk minyak
DMO. Masa ini merupakan DMO holiday. Setelah masa tersebut, produksi
disebut old oil dan DMO dijual ke pemerintah dengan 10% dari harga pasar
(setelah tahun 1988) atau 25% untuk kontrak pasca UU migas atau $0,20
(kontrak sebelum tahun 1988). DMO ini dikenakan jika lifting setelah dikurangi
FTP masih lebih besar dari operating cost nya.

Palti Ferdrico TH Siahaan 38


38
FISCAL TERM PRODUCTION SHARING CONTRACT
Indonesia Crude Price (ICP)
• Harga minyak merupakan faktor penting karena akan mempengaruhi
pembagian produksi (lifting) antara pemerintah dan kontraktor.
Pemerintah mengambil peran dalam penetapan metode perhitungan
harga minyak mentah Indonesia.
• Kontraktor menerima minyak atau in-kind-product untuk settlement
biaya dan bagian equity-nya. Karena itu perlu untuk menentukan
harga untuk mengkonversi minyak tersebut ke US$ untuk
menghitung cost recovery , pajak dan fiscal term lainnya.
• Dalam klausul kontrak PSC disebutkan tentang valuation of crude oil
yaitu:“All crude oil taken by CONTRACTOR including its share and
the share for the recovery of the operating costs, and sold to third
parties shall be valued at the net realized price f.o.b. Indonesia
received by CONTRACTOR for such Crude Oil”.
• Terminologi dan metodologi perhitungan harga minyak menggunakan
Indonesian Crude Price (ICP) yang ditetapkan oleh Pemerintah
setiap bulan.

Palti Ferdrico TH Siahaan 39


39
FISCAL TERM PRODUCTION SHARING CONTRACT

Cost Recovery
Cost Recovery merupakan cara dimana kontraktor meminta kembali biaya-biaya
eksplorasi, pengembangan dan operasi dari gross revenue.
GoI melakukan control terhadap cost recovery melalui SKK Migas, yaitu setiap
KPS mengembangkan lapangan, mereka harus menyerahkan POD (Plan of
Development), dan tiap tahun harus menyerahkan WP&B (Work program and
Budget), serta AFE (Authorization for Expenditure) atau otorisasi pengeluaran
untuk proyek-proyek baru agar pengeluaran dapat dikontrol.
Biaya-biaya kecuali bonus akan diganti melalui mekanisme cost recovery dan
untuk capital cost akan diganti melalui depresiasi. Biaya-biaya yang dapat
direcovered adalah biaya-biaya yang merupakan Operating Cost.
Operating Cost terdiri atas:
a) Non Capital Cost tahun berjalan.
b) Depresiasi Capital Cost tahun berjalan.
c) Penggantian tahun berjalan untuk Unrecovered Cost tahun sebelumnya
“….if in any Calender Year, the Operating Costs exceed the value of the Crude
Oil produced and saved hereunder and nit used in Petroleum Operation, then
the unrecovered excess shall be recovered in succeeding Years.”

Palti Ferdrico TH Siahaan 40


40
FISCAL TERM PRODUCTION SHARING CONTRACT

Cost Recovery (Cont’d)


Non-Capital Costs berarti operating costs yang terjadi yang berhubungan dengan
operasi tahun yang bersangkutan yang tidak memiliki masa manfaat lebih dari satu
tahun fiskal. Non capital cost termasuk bagian dari non capital cost periode
sebelumnya yang belum di-recovered.
Current year non-capital costs terdiri dari
a) Biaya eksplorasi antara lain seismic, G&G studies, drilling, administration.
b) Biaya produksi antara lain biaya oil well operations; storage, handling, tansport
and delivery; supervision; maintenance; electricity services; transportation dan
administration.
c) Biaya General and Administration antara lain finance and administration; safety
and security ; transportation; training ; accommodation; personnel expenses;
public relation.
d) Termasuk di dalamnya interest recovery dan biaya overhead.
intangible asset tidak diamortisasikan melainkan langsung dibebankan maka akan
memperbesar non-capital cost ini. Contoh intangible asset adalah drilling operation,
preparation&termination dan completion.

Palti Ferdrico TH Siahaan 41


41
FISCAL TERM PRODUCTION SHARING CONTRACT

Cost Recovery (Cont’d)


Capital Costs atau biaya capital berarti pengeluaran yang dibuat untuk item yang
normalnya mempunyai masa manfaat melebihi 1 tahun. Untuk dibebankan ke
operating costs tahun berjalan, harus didepresiasikan dengan tarif yang telah
ditetapkan.
Capital Cost antara lain terdiri dari:
a) Bangunan fasilitas pendukung operasi perminyakan (Construction utilities and
auxiliaries) – workshop, power and water facilities, warehouse and field roads
except the access roads.
b) Bangunan pemukiman dan fasilitas dukungan (Construction costs of housing
and welfare) – housing, recreational facilities and other tangible property
incidental to construction.
c) Fasilitas produksi (Production facilities) – platform, well head equipment,
subsurface lifting equipment.
d) Movables – surface and subsurface drilling and production tools, equipment and
instrument, barges, floating craft, automotive equipment, aircraft, construction
equipment, furniture and office equipment and miscellaneous equipment.

Palti Ferdrico TH Siahaan 42


42
FISCAL TERM PRODUCTION SHARING CONTRACT

Cost Recovery (Cont’d)


• Depresiasi atas capital asset diperhitungkan pada awal tahun ketika
asset tersebut telah “placed into services” dengan depresiasi penuh
selama 1 tahun.
• Metode depresiasi yang digunakan adalah dengan “declining balance
depreciation method”. Perhitungan dari depresiasi didasarkan pada
capital cost asset individu pada awal tahun dikalikan dengan faktor
depresiasi sebagai berikut:
a) Group 1 = 50%
b) Group 2 = 25%
c) Group 3 = 10%

Palti Ferdrico TH Siahaan 43


43
FISCAL TERM PRODUCTION SHARING CONTRACT

Cost Recovery (Cont’d)


• Interest Cost Recovery merupakan bagian dari cost recovery. Interest Cost
Recovery merupakan sejenis insentif yang membolehkan kontraktor untuk
memulihkan biaya-biaya bunga yang terkait dengan investasi modal untuk
proyek yang telah mendapat persetujuan dari SKK Migas. Interest recovery
dapat diterapkan sampai capital costs dari proyek tersebut telah didepresiasikan
secara penuh. Detail dari rencana pembiayaan dan jumlahnya harus
dimasukkan dalam di anggaran biaya operasi tiap tahun (WP&B) untuk
mendapatkan persetujuan dari BPMigas.
• Interest dari pinjaman yang didapat dari pihak dari afiliasi atau perusahaan induk
atau dari pihak ketiga non afiliasi dapat di-recovered pada tingkat suku bunga
yang tidak melebihi prevailing commercial rates untuk capital investment di
operasi perminyakan. Tingkat suku bunga yang diijinkan bisa ditetapkan oleh
perundang-undangan, dinegosiasikan, atau menjadi obyek yang dilelang.
Basisnya adalah merupakan rata-rata saldo cost recovery yang belum
dibayarkan dalam periode waktu akuntansi.
• Pembebanan biaya bunga tidak diperkenankan dalam PSC karena kontraktor
harus menyediakan semua dana, teknologi dan keahlian yang dibutuhkan dalam
operasi perminyakan, karena itu pemberian Interest Recovery merupakan suatu
insentif bagi kontraktor.

Palti Ferdrico TH Siahaan 44


44
FISCAL TERM PRODUCTION SHARING CONTRACT

Cost Recovery (Cont’d)


• Overhead Cost. Dalam biaya umum dan administrasi (selain direct charges)
yang berhubungan dengan overhead kantor pusat dapat dialokasikan ke operasi
PSC berdasarkan metodologi yang telah disetujui oleh SKK Migas. Metodologi
alokasi overhead ini harus diterapkan secara konsisten.
• Biaya general administrative overhead ini tidak berhubungan langsung dengan
kegiatan akuisisi migas, eksplorasi, pengembangan dan produksi, maka biaya
tersebut tidak dialokasikan per sumur untuk tujuan pelaporan akuntansi dan
keuangan, serta dilaporkan sebagai general and administrative expense.
• KKKS diperbolehkan me-recover head office overhead ini maksimum 2% dari
total pengeluaran sesuai kebijakan yang ditetapkan oleh SKK Migas, walaupun
dalam klausul PSC mengharuskan pembebanan tersebut ditentukan melalui
suatu detailed study dan metode tersebut harus disetujui oleh SKK Migas.
Namun penerapan tarif 2% tersebut masih diperbolehkan karena klausul PSC
sendiri tidak secara jelas menyebutkan berapa tarif overhead yang bisa di-
recover oleh kontraktor. Klausul HOO di PSC sebagai berikut:
• “General and administrative costs, other than direct charges, allocable to this operation
should be determined by a detailed study, and the method determined by such study shall
be applied each year constantly. The method selected must be approved by BPMigas, and
such approval can be reviewed periodically by BPMigas and Contractor”

Palti Ferdrico TH Siahaan 45


45
FISCAL TERM PRODUCTION SHARING CONTRACT

Cost Recovery (Cont’d)


• Inventory. Persediaan non-kapital terdiri dari material, suku cadang (parts) dan
perlengkapan (supplies) yang dipakai untuk perbaikan dan pemeliharaan capital
asset dalam operasi atau dikonsumsi dalam operasi atau material yang
meskipun diperlukan dalam proses produksi tetapi secara tidak langsung
berhubungan dengan capital asset.
• Persediaan capital termasuk material dan suku cadang yang disimpan sebagai
persediaan untuk dikonsumsi atau digunakan sebagai komponen
pembangunan/penambahan/renovasi/modifikasi aktiva modal. Pemulihan biaya
persediaan kapital melalui depresiasi capital asset yang telah PIS yang
pembangunannya menggunakan persediaan kapital.
• Bagi Hasil Profit Minyak dan Gas. Minyak yang tersisa setelah FTP, investment
credit dan cost recovery akan dibagi ke SKK Migas dan kontraktor dengan %
tertentu yang disebut Equity Share. Sesuai dengan konsep PSC bahwa yang
dibagi adalah produksinya setelah dikurangi dengan biaya operasi, dan klausul
tersebut tercantum dalam kontrak sebagai berikut:
• “Of the Crude Oil remaining after deducting First Tranche Petroleum. “investment credit”
and Operating Costs, BPMIGAS shall be entitled to take and receive 71,1538% and
CONTRACTOR shall be entitled to take and receive 28,8462%”.

Palti Ferdrico TH Siahaan 46


46
SHARING THE PRODUCTION
LIFTING
LIFTING
Barrels of Crude

Beginning
Beginning 5,000
5,000
50,000
50,000
Production
Production 55,000
55,000
ICP $100/ bbl FTP
FTP 20%
20%
Lifting
Lifting 50,000
50,000
10,000
10,000
Investment
Investment Credit
Credit
Ending
Ending 10,000
10,000
00
Bonus
Bonus
Cost
0Cost
0 Oil
Oil
Operating
Operating Costs
Costs 1,500,000
1,500,000
Non-Capital

15,000
15,000
C/Y
C/Y Non-Capital
Non-Capital 1,200,000
1,200,000 Equity
Equity Oil
Oil

C/Y
C/Y Depreciation
Depreciation 300,000
300,000 25,000
25,000
Total
Total Expenditures
Expenditures P/Y
P/Y Unrecovered
Unrecovered Costs
Costs 00
500,000
500,000 1,200,000
1,200,000 DMO
DMO 3,606
3,606
Depreciation

Explor
Explor && Devel
Devel DMO
DMO Fee
Fee 541
541
100,000
100,000 800,000
800,000 Tax
Tax 3,375
3,375
Production
Production
Capital

390,000
390,000 360,000
360,000 CONTRACTOR
CONTRACTOR SKK
SKK Migas
Migas
Entitlement
Entitlement Entitlement
Entitlement
Gen
Gen &&Admin
Admin 21,491
21,491 28,509
28,509
10,000
10,000 40,000
40,000
Notes: FTP Share 2,885* FTP Share 7,115
BPMIGAS/Contractor Share : Cost Oil 15,000 Equity Share 17,788
71.1538% / 28.8463%, Equity Share 7,212 DMO 3,606
Depreciation 300,000 at 48% Tax (DMO) (3,606) DMO Fee (541)
- C/Y Assets 125,000 DMO = 25% x 28.8463% x Lifting DMO Fee 541 Tax 3,375
- P/Y Assets 175,000 DMO Fee 15% Tax (3,375) Total 31,344
2885=20%X50.000 x 28.846% Total 18,656
7.212=25.000 x 28.846%
Palti Ferdrico TH Siahaan 47
47
BENTUK KONTRAK MIGAS SELAIN PSC
1) PSC – Joint Operating Agreement (JOA) / Joint Operating Body (JOB)
a. Suatu bentuk PSC yang berlaku untuk suatu ”prospective area” yang
sudah dilakukan eksplorasi;
b. Pertamina menguasai maximum 50% participating interest (PI);
c. Terhadap PI KPS, berlaku syarat-syarat dan split seperti yang berlaku
dalam KPS;
d. KPS bersama-sama Pertamina membiayai eksplorasi dan
pengembangan selanjutnya dari satu lapangan, umumnya 50% “uplift”
diberlakukan terhadap jumlah pengembalian oleh Pertamina kepada
KPS;
e. Kontribusi Pertamina’s Annual Cash Call dimulai setelah operator’s
expenditures match dengan Pertamina’s sunk cost atau setelah akhir
tiga tahun pertama dari periode Kontrak;
f. Pertamina adalah Operator yang dibantu oleh KPS dalam bentuk suatu
Joint Operating Body (JOB) dan disupervisi oleh suatu Joint Operating
Committee (JOC);
g. Pertamina dan KPS membentuk anggota dari JOC, JOC menyetujui
Work Program & Budget (WP&B) dan menetapkan kebijakan-kebijakan.

Palti Ferdrico TH Siahaan 48


48
BENTUK KONTRAK MIGAS SELAIN PSC
2) Technical Assistance Contract (TAC)
a. Suatu bentuk KPS yang tidak mempertimbangkan risiko eksplorasi karena
lapangannya sudah ada atau sudah pernah dilakukan eksplorasi
sebelumnya;
b. Lapangan tersebut bisa lapangan tua, tidak berproduksi, ditutup
(abandoned), atau tidak effisien;
c. Tujuan utama merehabilitasi lapangan tua, menaikkan produksi dan
memperluas kegiatan eksplorasi atas cadangan yang ada, termasuk
melanjutkan produksi dari share Pertamina atas produksi minyak mentah
oleh Kontraktor yang share-nya tidak merupakan bagian yang dibagi (non-
shareable oil) dalam Kontrak (primary crude);
d. Apabila produksi sumur tua tersebut melebihi jumlah produksinya semula,
maka kelebihan tersebut akan dibagi dua antara Pertamina dengan pihak
kontraktor (shareable crude adalah crude di luar primary crude)
e. Biaya equipment dan jasa-jasa yang dikeluarkan untuk produksi primary
crude akan diberlakukan sebagai bagian dari biaya operasi;
f. Biasanya Kontraktor akan me-recover operating costs maximum 65% per
tahun dari crude oil yang diproduksi;
g. Petroleum operations dilakukan oleh Kontraktor;

Palti Ferdrico TH Siahaan 49


49
BENTUK KONTRAK MIGAS SELAIN PSC
3) Enhanced Oil Recovery (EOR)
a. Kontrak jenis ini dilakukan untuk melaksanakan pengurasan tahap kedua,
untuk mengangkat migas dari formasinya dengan jalan menginduksi
tenaga dorongan ke formasi tersebut sehingga migas akan lifted.
b. Suatu bentuk KPS yang berkaitan dengan suatu lapangan yang
berproduksi dengan tujuan merehabilitasi sumur-sumur yang ada,
melakukan studi engineering, injectivity tests, dan pilot flooding;
c. Pertamina memiliki maximum 50% participating interest;
d. Kontraktor bergabung dan membantu Pertamina dalam pengembangan
potensi cadangan migas dengan melakukan operasi EOR dalam bentuk
JOB, yg bertanggung jawab kepada dan disupervisi oleh JOC;
e. Pertamina dan Kontraktor adalah anggota dari JOC, yang menetapkan
policies, programs, dan budgets atas pelaksanaan operasi EOR;
f. Biaya yang dikeluarkan oleh Pertamina untuk kegiatan hilir dibebankan ke
operasi EOR atas dasar pro-rata.
g. Tujuan utama melakukan operasi EOR adalah untuk meningkatkan
produksi minyak.
h. Pertambahan produksi minyak yang ditetapkan untuk tiap-tiap zona
produksi dan telah disetujui sebelum penanda-tangan kontrak disebut
”incremental oil”, dan akan dibagi antara Pertamina dan Kontraktor.
Palti Ferdrico TH Siahaan

Palti Ferdrico TH Siahaan 50


50
BENTUK KONTRAK MIGAS SELAIN PSC
4) Kontrak Unitisasi
Adalah kerja sama antara dua atau lebih perusahaan minyak dan gas bumi
yang dilakukan dengan tujuan untuk mengusahakan dan mengembangkan
kawasan mereka yang secara geologis berdekatan. Dalam perjanjian
tersebut disebutkan mengenai biaya-biaya yang harus ditanggung dan
jumlah produksi yang akan menjadi bagian masing-masing pihak.

WK - A WK - B

FIELD

LEAD 2

LEAD 3
LEAD 1

PROSPECT 2

Palti Ferdrico TH Siahaan 51


51
PSAK 64
Eksplorasi dan Evaluasi
Sumber Daya Mineral
Agenda

Ruang Lingkup

Konsep Pengakuan dan Pengukuran

Penyajian dan Pengungkapan

Ilustrasi

53
Ruang Lingkup
IFRS 6
Exploration for and
PSAK 29 PSAK 33
Evaluation of Mineral Akuntansi Minyak dan Akuntansi
Resources Gas Bumi Pertambangan Umum

1.Exploration 1. Eksplorasi (& evaluasi) 1. Eksplorasi (& evaluasi)


2. Pengembangan 2. Pengembangan &
2.Evaluation
3. Produksi Konstruksi
4. Pengolahan 3. Produksi
5. Transportasi 4. Pengelolaan Lingkungan
6. Pemasaran Hidup
PSAK 64 7. Lain-Lain
Evaluasi Sumber Daya • Pelabuhan Khusus
Mineral • Telekomunikasi
• Kontrak Bantuan Teknis
• Unitisasi
1.Eksplorasi • Kontrak Pengurasan
Tahap Kedua
2.Evaluasi
• Joint Venture
54

54
Standar Akuntansi Berlaku
Technical feasibility &
commercial viability /
Cadangan Terbukti

Tahapan kegiatan pertambangan


Lain–Lain
Pengurusan Eksplorasi & Produksi &
Pengembangan Setelah
Ijin Evaluasi Pengolahan
Produksi
IFRS 6
IAS 8 All other applicable IFRSs
All other IAS 38
applicable
IAS 16
IFRSs
IAS 37
IAS 36
55
Akuntansi Eksplorasi & Evaluasi

Dibebankan pada periode berjalan,  Ditangguhkan & diamortisasi


kecuali jika: pada saat produksi
 Kegiatan eksplorasi yang signifikan  Penurunan nilai - berlaku
masih berjalan, dan Cadangan Terbukti  Estimasi biaya restorasi - berlaku
belum dapat ditentukan.
 Sudah dapat dibuktikan bahwa
terdapat Cadangan Terbukti.

Pertambangan
Pengurusan Eksplorasi & Evaluasi
Ijin Pengembangan
IFRS 6 All other applicable IFRSs Produksi &
IAS 8, 38, 16, Pengolahan
 Beban diakui sebagai aset
 Pengukuran awal, aset dicatat pada 37 & 36 Lain–Lain
harga perolehan Technical feasibility & Setelah Produksi
 Pengukuran selanjutnya sesuai dengan commercial viability /
IAS 16, 38 dan 36.
cadangan Terbukti
56
Akuntansi Pertambangan Umum

Aktivitas eksplorasi PSAK 64

• Pengembangan: KDPPLK &


Aktivitas PSAK 19 (revisi 2016)
pengembangan dan • Konstruksi: PSAK 16 (revisi
konstruksi 2016)

Aktivitas produksi Kecuali pengupasan lapisan


tanah mengikuti PSAK lain

Aktivitas pengelolaan Dihapuskan


lingkungan hidup

Aktivitas pengupasan Pengupasan lapisan tanah saat


lapisan tanah produksi – ISAK 29

57
Tujuan
• Menetapkan pelaporan keuangan atas eksplorasi dan
evaluasi sumber daya mineral.
• pengembangan terbatas atas praktik akuntansi yang ada untuk
pengeluaran eksplorasi dan evaluasi;
• entitas yang mengakui aset eksplorasi dan evaluasi untuk menilai
apakah aset tersebut mengalami penurunan nilai sesuai dengan
Pernyataan ini dan mengukur setiap penurunan nilai sesuai dengan
PSAK 48;
• pengungkapan yang mengidentifikasikan dan menjelaskan jumlah
yang timbul dari eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral dalam
laporan keuangan dan membantu pengguna laporan keuangan
untuk memahami jumlah, waktu, dan kepastian atas arus kas masa
depan dari setiap aset eksplorasi dan evaluasi yang diakui.

58
58
Ruang Lingkup

• Pernyataan ini diterapkan untuk pengeluaran yang terjadi atas


eksplorasi dan evaluasi.
• Tidak mengatur aspek akuntansi lain dari entitas yang
melakukan eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral:
• sebelum eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral seperti
pengeluaran yang terjadi sebelum entitas memperoleh hak hukum untuk
mengeksplorasi suatu wilayah tertentu.
• setelah kelayakan teknis dan kelayakan komersial atas penambangan
sumber daya mineral dapat dibuktikan.

59
59
Pengukuran Aset Explorasi dan Evaluasi

Aset eksplorasi dan evaluasi diukur pada biaya perolehan.

Komponen biaya perolehan:


• Entitas menentukan suatu kebijakan akuntansi yang spesifik
yang mana pengeluaran diakui sebagai aset eksplorasi dan
evaluasi dan menerapkannya secara konsisten.
• Entitas mempertimbangkan tingkat pengeluaran yang dapat
dikaitkan dengan penemuan sumber daya mineral spesifik.

60
60
Contoh Biaya Perolehan

a. perolehan untuk eksplorasi;


b. kajian topografi, geologi, geokimia, dan geofisika;
c. pengeboran eksplorasi;
d. parit;
e. pengambilan contoh; dan
f. aktivitas yang terkait dengan evaluasi kelayakan teknis
dan kelangsungan usaha komersial atas penambangan
sumber daya mineral.

61
61
Pengukuran Biaya Perolehan

• Pengeluaran yang terkait dengan pengembangan sumber daya


mineral tidak diakui sebagai aset eksplorasi dan evaluasi.
• Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
dan PSAK 19 : Aset Takberwujud memberikan panduan
pengakuan aset yang timbul dari pengembangan.
• Sesuai PSAK 57 : Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset
Kontinjensi suatu entitas mengakui setiap kewajiban untuk
pemindahan dan restorasi yang terjadi selama periode tertentu
sebagai konsekuensi dari eksplorasi dan evaluasi sumber daya
mineral.

62
62
Pengukuran setelah Biaya Perolehan

• Setelah pengakuan awal, entitas menerapkan salah satu model


biaya atau model revaluasi atas aset eksplorasidan evaluasi.
• Jika entitas menerapkan model revaluasi (model dalam PSAK
16: Aset Tetap atau model dalam PSAK 19 : Aset takberwujud),
maka diterapkan secara entitas konsisten dengan klasifikasi
atas aset tersebut secara konsisten (lihat paragraf 14).

63
63
Perubahan Kebijakan Akuntansi

• Entitas dapat mengubah kebijakan akuntansinya jika


perubahan kebijakan tersebut dapat membuat laporan
keuangan menjadi lebih relevan dan andal.
• Entitas mempertimbangkan unsur relevan dan
keandalan dengan menggunakan kriteria dalam PSAK
25

64
64
Klasifikasi Aset Explorasi & Evaluasi

• Entitas mengklasifikasi aset eksplorasi dan evaluasi sebagai


aset berwujud atau aset takberwujud sesuai dengan sifat
aset yang diperoleh dan menerapkan klasifikasi tersebut
secara konsisten.
• Beberapa aset eksplorasi dan evaluasi diperlakukan sebagai
aset takberwujud (hak pengeboran), atau aset berwujud
(sarana dan drilling rigs).
• Penggunaan aset berwujud merupakan bagian dari biaya
perolehan aset takberwujud. Penggunaan aset berwujud
untuk mengembangkan suatu aset takberwujud tidak
mengubah aset berwujud menjadi aset takberwujud.

65
65
Pengklasifikasian Kembali Aset Eksplorasi dan Evaluasi

• Suatu aset tidak diklasifikasikan sebagai aset eksplorasi


dan evaluasi ketika kelayakan teknis dan kelangsungan
usaha komersial atas penambangan sumber daya
mineral dapat dibuktikan.
• Aset eksplorasi dan evaluasi diuji penurunan nilainya,
dan setiap rugi penurunan nilai diakui, sebelum
direklasifikasi.

66
66
Penurunan Nilai (par 17)

• Aset eksplorasi dan evaluasi diuji penurunan nilainya


ketika fakta dan kondisi menyatakan bahwa jumlah
tercatat aset eksplorasi dan evaluasi melebihi jumlah
terpulihkan.
• Ketika fakta dan kondisi menyatakan bahwa jumlah
tercatat aset eksplorasi dan evaluasi melebihi jumlah
terpulihkan, entitas mengukur, menyajikan dan
mengungkapkan setiap rugi penurunan nilai sesuai dengan
PSAK 48: Penurunan Nilai Aset, kecuali seperti yang
disajikan dalam paragraf 20.

67
67
Indikasi Penurunan Nilai

• Periode hak eksplorasi kedaluarsa selama periode berjalan atau akan


kedaluarsa dalam waktu dekat, dan tidak diharapkan untuk diperbarui;
• pengeluaran substantif untuk kepentingan lebih lanjut tidak dianggarkan
atau direncanakan;
• eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral tidak menunjukan
penemuan yang memenuhi skala ekonomis atas sumber daya mineral
dan entitas telah memutuskan untuk menghentikan aktivitas pada
wilayah tertentu tersebut;
• keberadaan data yang cukup mengindikasikan bahwa, meskipun
pengembangan pada suatu wilayah tertentu sedang dalam proses
pengerjaan, jumlah tercatat aset eksplorasi dan evaluasi tidak dapat
terpenuhi seluruhnya

68
68
Penurunan Nilai

• Entitas menentukan suatu kebijakan akuntansi untuk


mengalokasikan aset eksplorasi dan evaluasi ke unit penghasil
kas atau kelompok unit penghasil kas untuk tujuan penilaian
aset yang mengalami penurunan nilai.
• Setiap unit penghasil kas atau kelompok unit penghasil kas
yang mana aset eksplorasi dan evaluasi telah dialokasikan
tidak lebih besar dari segmen operasi yang telah ditentukan
sesuai dengan PSAK 3 (revisi 2009): Segmen Operasi. Par 20.

69
69
Pengungkapan

• Entitas mengungkapkan informasi yang mengidentifikasikan


dan menjelaskan jumlah yang telah diakui dalam laporan
keuangan yang timbul dari eksplorasi dan evaluasi sumber
daya mineral.
• kebijakan akuntansi atas pengeluaran eksplorasi dan evaluasi termasuk
pengakuan atas aset eksplorasi dan evaluasi.
• jumlah aset, liabilitas, penghasilan dan beban, dan arus kas operasi dan
arus kas investasi yang timbul dari eksplorasi dan evaluasi sumber daya
mineral.
• Pengungkapan dilakukan sesuai dengan klasifikasinya PSAK 16
(revisi 2007): Aset Tetap atau PSAK 19 (revisi 2010): Aset
Takberwujud secara konsisten

70
70
Tanggal Efektif
• Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk periode
tahun buku yang dimulai pada atau setelah 1 Januari
2012.

Ketentuan Transisi
• Jika persyaratan tertentu di paragraf 17 tidak praktis
(definisi sesuai PSAK 25) diterapkan untuk memberikan
informasi komparatif yang dapat dikaitkan dengan laporan
keuangan tahunan yang dimulai sebnelum 1 Januari 2012,
maka entitas mengungkapkan fakta tersebut.

71
71
Dwi Martani - 081318227080
martani@ui.ac.id atau dwimartani@yahoo.com
http://staff.blog.ui.ac.id/martani/

72

Anda mungkin juga menyukai