Modul 2.
Bahan dan
pengujian
bahan
perkerasan
kaku
DIKLAT PERKERASAN KAKU 1
OUTLINE
1. • Pendahuluan
• Pengujian bahan
3. perkerasan kaku
2
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
1. pendahuluan
bahan yang diperlukan untuk perkerasan kaku terdiri dari
campuran beton, tulangan, dan bahan pengisi sambungan
3
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
2. •Bahan untuk
perkerasan kaku
4
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
Pengertian beton
Suatu campuran yang terdiri
dari bahan-bahan air, semen,
agregat halus, agregat kasar
dan apabila perlu, bahan
tambahan (admixture),
dengan sifat-sifat tertentu
serta komposisi
perbandingan tertentu ;
7
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
AGREGAT
berat
Gradasi bentuk
Jenis agregat
berdasarkan
Tekstur
Ukura butir
permuk
aan
8
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
AGREGAT
Kekuatan agregat
• merupakan hal yang penting, karena kekuatan
beton tidak lebih tinggi dari kekuatan agregat yang
digunakannya.
• Bahan agregat sangat menentukan kekuatan atau
kekerasan agregat tersebut.
• Modulus agregat yang tinggi, menunjukkan kekuatan
agregat yang tinggi. Modulus elastisitas agregat akan
memberikan kontribusi terhadap modulus elastisitas
beton, sehingga modulus agregat ini perlu diketahui.
• Kekuatan agregat dapat diuji dengan menggunakan
alat
9
Los Anggeles Test.
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
AGREGAT
Sifat-sifat agregat:
Ketahanan kimia
kekekalan
10
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
Semen
12
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
AIR
14
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
BAHAN TAMBAH
memodifikasi beton keras
21
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
BAHAN PENUTUP
SAMBUNGAN
22
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
3. • Pengujian bahan
untuk perkerasan kaku
23
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN BAHAN UNTUK CAMPURAN BETON
29
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN AGREGAT
32
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN AGREGAT
34
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
Pemutaran video metoda pengambilan
contoh dengan perempatan
35
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
1. PENGUJIAN ANALISA
SARINGAN
AGREGAT KASAR & HALUS
(SNI 03-1968-1990)
36
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN ANALISA SARINGAN
• Analisis saringan (sieve analysis) adalah suatu proses membagi
contoh (sample) agregat ke dalam fraksi-fraksii berdasarkan
ukuran partikel.
• Analisis saringan dimaksudkan untuk menentukan gradasi atau
penyebaran butir agregat.
• Dari hasil analisis saringan juga dapat diketahui kesesuaian atau
ketidak-sesuaian gradasi dengan spesifikasi.
• Untuk mendapatkan campuran beton yang baik, salah satu
syarat yang harus dipenuhi adalah gradasi.
• Gradasi agregat tidak berpengaruh secara langsung terhadap
kekuatan beton, tetapi berpengaruh langsung tehadap
konsistensi, keseragaman, dan pencapaian kepadatan
maksimum adukan beton
37
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN ANALISA SARINGAN
Gradasi menerus
(continuous/wellgraded)
38
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. DASAR-DASAR KARAKTERISTIK BETON
PENGUJIAN ANALISA SARINGAN
100
P e rsen Lo los (% )
80
60
40
20
0
0,01 0,1 1 10
100
Ukuran Saringan (mm)
40
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN ANALISA SARINGAN
• Prosedur
42
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN ANALISA SARINGAN
Berat Jumlah PROSENTASE KUMULATIF
Saringan Spesifikasi
Tertahan Tertahan (%)
mm (inci) gram gram Tertahan Lewat
76.2 ( 3” )
63.5 ( 2 ½” )
50.8 ( 2” )
Contoh 36.1 ( 1 ½” )
25.4 ( 1” )
hasil 19.1 ( ¾” )
pengujian 12.7 ( ½” )
analisis 9.52 ( 3/8” ) 0 100
saringan No. 4 23 23 4,6 95,4
No. 8 67 90 18 82
No. 16 72 162 32,4 67,6
No. 30 88 250 50 50
No. 50 167 417 83,4 16,6
No. 100 60 477 95,4 4,6
No. 200 16 493 98,6 1,4
Pan 7 500 100 0
Modulus Kehalusan : 2,84
43
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
2. PENGUJIAN BERAT JENIS
AGREGAT KASAR (SNI
1969:2008)
44
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN BERAT JENIS AGREGAT KASAR
47
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN BERAT JENIS AGREGAT KASAR
48
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
Pemutaran video pengujian berat jenis
agregat halus
49
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN BERAT JENIS AGREGAT HALUS
Bk
2,55 2,54 2,53
Berat jenis (Bulk) = B 50 0
B t
500
Berat jenis kering permukaan jenuh = B 5 0 0 B t 2,55 2,54 2,56
Bk
Berat jenis semu (Apparent) = B B k 2,61 2,63 2,62
B t
500 Bk
Penyerapan (Absorption) = 100% 1,39 1,35 1,32
Bk
51
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
3. PENGUJIAN SIFAT KEKEKALAN
BENTUK AGREGAT TERHADAP
LARUTAN NATRIUM SULFAT DAN
MAGNESIUM SULFAT
(SNI 3407:2008)
52
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN SIFAT KEKEKALAN BENTUK AGREGAT
TERHADAP LARUTAN NATRIUM SULFAT
DAN MAGNESIUM SULFAT
• sebagai acuan dan pegangan dalam menguji sifat
kekekalan agregat terhadap proses pelarutan dalam
larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat
• untuk mengetahui nilai ketangguhan/kekekalan
agregat terhadap proses pelarutan, disintegrasi oleh
perendaman didalam larutan natrium atau
magnesium sulfat
• Klasifikasi ketangguhan batu adalah sebagai
berikut :
batas tangguh bila diuji dengan menggunakan larutan
natrium sulfat diperoleh index kekekalan < 10% atau
bila diuji menggunakan Iarutan magnesium sulfat 53
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
Pemutaran video pengujian sifat kekekalan bentuk agregat
terhadap larutan natrium sulfat dan magnesium sulfat
54
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
Contoh hasil pengujian
Berat dari
Ukuran Saringan
Berat dari masing2, Kehilanga % Berat
Gradsi % Berat
masing2 setelah tes n rata
dari dari bagian ( dikoreksi
sebelum (disaring berat dari rata- oleh %
Lolos Tertahan contoh yang hilang
di tes dengan masing-
dalam %
saringan masing yang
A B C D=B-C E = (D / B) x 100) F = hilang
(A x E) /) 100
berikutnya yang
PENGUJIAN DARI BATU-BATU HALUS
lebih kecil)
No. 100 (149 micron)
No. 50 (297 micron) No. 100 (149 8,2 100 97,5 2,5 2,5 0,21
No. 30 (290 micron) micron)
No. 50 (297 micron) 10,6 100 98,6 1,4 1,4 0,15
No. 16 (1190 micron) No. 30 (290 micron) 14,0 100 99,3 0,7 0,7 0,10
No. 8 (2380 micron) No. 16 (1190 micron) 17,4 100 98,8 1,2 1,2 0,21
No. 4 (4760 micron) No. 8 (2380 micron) 20,7 100 95,4 4,6 4,6 0,95
3/8" No. 4 (4760 micron) 10,4 100 89,8 10,2 10,2 1,06
Jumlah 2,673
PENGUJIAN DARI BATU-BATU KASAR
2 1/2" 1 1/2"
1 1/2" 1"
1" 3/4"
3/4" 1/2" 39,9 670,5 658,8 11,7 1,7 0,70
1/2" 3/8" 38,7 330,8 322,5 8,3 2,5 0,97
3/8" 4 19,0 300,0 292,9 7,1 2,4 0,45
Jumlah 2,12
Catatan : 1. Untuk yang halus diperlukan contoh untuk tiap fraksi min. 100 gr
2. Untuk yang kasar diperlukan contoh tiap fraksi min. Sebagai
berikut : Tertahan d 1 1/2" = 2,000 gr
1" = 1,000 gr
3/4" = 500 gr
1/2" = 670 gr
3/8 " = 330 gr
No.4 = 300 gr
55
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
4. UJI JUMLAH BAHAN DALAM
AGREGAT LOLOS SARINGAN
NO. 200
(SNI 03-4142-1996)
56
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
UJI JUMLAH BAHAN DALAM AGREGAT LOLOS
SARINGAN NO. 200
57
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
Pemutaran video pengujian bahan dalam agregat
lolos saringan no. 200
58
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
Contoh hasil pengujian
Ukuran Maksimum Agregat
No. Contoh 1/5 No. 4 (4,75 mm) Satuan
I II
Berat Kering Benda Uji + Wadah (W1) 800 825 Gram
Berat Wadah (W2) 150 125 Gram
Berat Kering benda Uji Awal (W3) = 650 700 Gram
(W1 –
W2) Kering Benda Uji Sesudah
Berat
Pencucian + Wadah 780 680 Gram
(W4) Berat Kering Benda Uji
Sesudah 630 680 Gram
Persen Bahan Lolos Saringan (W5)
Pencucian
No.
= (W4200–(0,075
W2) mm)
W6 = {(W3-W5) / W3} x 100 % 3,0 2,8 %
Hasil I = %
Hasil II = %
Rata-rata = (I + 2,9 %
II) / 2
59
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
5. PENGUJIAN GUMPALAN
LEMPUNG
DAN BUTIR-BUTIR MUDAH
PECAH
DALAM AGREGAT
(SNI 03-4141-1996)
60
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN GUMPALAN LEMPUNG DAN BUTIR-BUTIR
MUDAH PECAH DALAM AGREGAT
• Keberadaan lempung, tanah liat, dan abu batu dalam
agregat harus dibatasi kandungan maksimumnya.
Bahan-bahan ini tidak dapat menyatu dengan semen
sehingga menghalangi lekatan antara semen dengan
agregat dan akibatnya kekuatan beton akan berkurang.
Untuk mengetahui keneradaan lempung maka dilakukan
pengujian gumpalan lempung dan butir-butir mudah
pecah dalam agregat.
• Gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah dalam
agregat alam adalah butir-butir agregat yang mudah
pecah dengan cara ditekan di antara Ibu jari dan jari
telunjuk, setelah agregat tersebut direndam dalam air
suling selama (24 ± 4) jam
61
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN GUMPALAN LEMPUNG DAN BUTIR-
BUTIR MUDAH PECAH DALAM AGREGAT
• Perhitungan
(𝑊
𝑃− 𝑥
=�� 100
�%
�)
• P = gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah dalam
agregat
• W = berat benda uji (gram);
• R = berat benda uji kering oven yang tertahan pada masing-
masing ukuran saringan setelah dilakukan penyaringan
basah (gram)
62
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PEMUTARAN VIDEO PENGUJIAN GUMPALAN LEMPUNG
DAN BUTIR-BUTIR MUDAH PECAH DALAM AGREGAT
63
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
Contoh hasil pengujian
Ukuran Agregat Gradasi Berat Berat Kehilangan Kadar Kadar KET
(%) Contoh Contoh Berat Lempung Lempung
Awal Setela (gram) (%) setelah
(gram) h diuji dikoreksi
(gram) (%)
> 1 ½”
( > 35,5 mm)
- 1 ½” + ¾”
(-35,5 mm +19.0 mm)
- ¾” + 3/8”
(-19,0 mm +9,5 mm)
- 3/8” + No.4
6.2 500 496.5 3.5 0.70 0.04
(-9,5 mm +4,75 mm)
- No. 4 + No. 16
34 500 487.3 12.7 2.54 0.86
(-4,75 mm +1,18 mm)
JUMLAH 0.91
64
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
6. PENGUJIAN KEAUSAN
AGREGAT
(SNI 03-2417-1991)
65
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT
66
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
Pengujian Keausan Agregat dengan
Mesin Abrasi Los Angeles
SNI 2417:2008
Peralatan
68
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
CONTOH HASIL PENGUJIAN
Ukuran saringan Gradasi dan berat benda uji ( gram)
Lolos Tertahan
saringan saringan
A B C D E F G
mm inci mm inci
75 3,0 63 2 1/2 - - - - 2500±50 - -
63 2 1/2 50 2,0 - - - - 2500 ± 50 - -
50 2,0 37,5 1 1/2 - - - - 5000 ± 50 5000 ± 50 -
1250±
37,5 11/2 25 1 - - --- - 5000 ± 25 5000 ± 25
25
25 1 19 3/4 1250±25 - - - - - 5000 ± 25
19 3/4 12,5 1/2 1250±10 2500±10 - - - - -
12,5 1/2 9,5 3/8 1250±10 2500±10 - - - - -
9,5 3/8 6,3 ¼ - - 2500±10 - - - -
6,3 1/4 4,75 No.4 - - 2500±10 2500±10 - - -
4,75 No. 4 2,36 No. 8 - - - 2500±10 - - -
Total 5000±10 5000±10 5000±10 5000±10 10000±10 10000±10 10000±10
Jumlah bola 12 11 8 6 12 12 12
Berat bola (gram) 5000±25 4584±25 3330±20 2500±15 5000±25 5000±25 5000±25
69
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
9. Butiran Agregat Kasar berbentuk
Pipih, Lonjong, atau Pipih dan
Lonjong
(RSNI T-01-2005)
70
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
Butiran Agregat Kasar berbentuk
Pipih,
Lonjong, atau Pipih dan Lonjong
• Tujuan pengujian untuk mengetahui persentase dari butiran
agregat kasar berbentuk pipih, lonjong, atau pipih dan
lonjong
• Butiran agregat kasar, adalah butiran agregat yang
berdiameter lebih besar dari 9,5 mm (3/8 inci)
• Butiran agregat berbentuk lonjong, adalah butiran agregat
yang mempunyai rasio panjang terhadap lebar lebih besar
dari nilai yang ditentukan dalam spesifikasi
• Butiran agregat berbentuk pipih, adalah butiran agregat
yang mempunyai rasio lebar terhadap tebal lebih besar
dari
nilai yang ditentukan dalam spesifikasi
Butiran Agregat Kasar berbentuk
Pipih,
Lonjong, atau Pipih dan Lonjong
•Menilai secara kuantitatif distribusi agregat
yang berbentuk pipih dan lonjong
•Dalam struktur perkerasan
agregat pipih
dan lonjong , mudah patah shg
mempengaruhi gradasi agregat,
interlocking & peningkatan
porositas
perkerasan tidak beraspal
Butiran Agregat Kasar berbentuk
Pipih,
Lonjong, atau Pipih dan Lonjong
•Butiran adalah pipih, jika ketebalannya
dapat ditempatkan dalam bukaan yang
lebih kecil
•Butiran adalah lonjong, jika lebarnya
dapat ditempatkan dalam bukaan yang
lebih kecil
•Butiran adalah pipih dan lonjong, jika
ketebalannya dapat ditempatkan
dalam bukaan yang lebih kecil
Bentuk butir
Agregat pipih
Agregat Lonjong
Bukaan
besar
Bukaan
kecil
b
Prosedur
Peralatan
Peralatan
a. Timbangan
b. Batang penusuk dan mistar perata
c. Alat penakar berbentuk silinder terbuat dari logam
d. Sekop atau sendok
Prosedur
1. Contoh uji harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
jumlah mendekati 125% - 200% dari jumlah yang akan
diuji kering oven atau kering permukaan
b. Cara ketuk:
Isi agregat dalam penakar dalam tiga tahap sesuai dengan cara
tusuk, Padatkan untuk setiap lapisan dengan cara mengetuk-
ngetukkan alas penakar secara bergantian di atas lantai yang
rata sebanyak 50 kali. Ratakan permukaan agregat dengan
batang perata sampai rata. Tentukan berat penakar dan isinya
sama seperti cara tusuk. Catat beratnya sampai ketelitian 0,05
kg.
Prosedur
.c. Kondisi gembur
Kondisi gembur dengan cara sekop atau sendok. Isi penakar
dengan agregat memakai sekop atau sendok secara
berlebihan dan hindarkan terjadinya pemisahan dan butir
agregat. Ratakan permukaan dengan batang perata dan
tentukan berat penakar dan isinya, dan berat penakar sendiri.
Prosedur
B E R AT I S I L E PA S S AT U A N I II III
B E R AT I S I PA D AT S AT U A N I II III
Peralatan
Pan 45 90
Berat jenis semen portland
SNI15-2531-1991
Peralatan
a. Botol Le Chatelier
b. Termometer
c. Corong, pipet, kertas tissue, wadah
d. Timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh
e. Kerosin bebas air atau Naptha dengan BJ 62 API
f. Alat bantu lainnya.
Prosedur
1. Benda uji yang digunakan dalam pengujian ini adalah semen
portland (PC) sebanyak + 64 g.
3. Masukkan botol yang beirisi cairan ke dalam bak air, biarkan sampai
diperoleh suhu yang konstan. Kemudian baca skala pada botol (V1)
a. Satu set alat Vicat yang terdiri dari alat Vicat, jarum besar dan
cincin konik
b. Neraca analitis kapasitas maksimum 200 gram dengan
ketelitian 0,1% dari berat contoh
c. Gelas kimia
d. Sendok perata
e. Mixer pengaduk Stopwatch
Prosedur
1. Contoh uji, semen Portland sebanyak 300 gram dan air suling
Berat Air yg
Bahan Berat Air yg ditambahka
Penurunan
Berat tambahan ditambahka n
Jarum
No. Seme (thd berat n (thd berat KET
selama 30”
n semen) (mL) semen)
(mm)
(gram) (%) (%)
1 300 - 84 28 40
2 300 - 72 24 4
3 300 - 78 26 16
4 300 - 75 25 7
5 300 - 76,5 25,5 10
Pengujian waktu ikat awal semen portland dengan
menggunakan alat vicat
SNI 03-6827-2002
Peralatan
Prosedur
1. Cara pengambilan sampel :
a. Pengambilan contoh dilakukan oleh petugas yang
berwenang
b. Pengambilan contoh dilakukan secara acak (random)
2. Jumlah contoh uji:
a. Setiap kelompok yang terdiri lebih dan situ nomor leburan
yang sama diambil contoh
b. Setiap kelompok yang terdiri lebih dan situ nomor leburan
(campuran) sari satu ukuran dan satu kelas baja yang
sama, diambil 1 (satu) contoh uji setiap 25 (dua puluh lima)
ton dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) contoh
c. Contoh untuk uji sifat mekanis diambil sesuai dengan
kebutuhan masing- masing, maksimum 1,50 mm yang
dipotong dari salah satu ujung batang baja tulangan beton
dan tidak boleh dengan cara panas
Prosedur
3. Cara uji:
a. Uji sifat tampak, dilakukan secara visual tanpa
bantuan alat untuk memeriksa adanya cacat-cacat
b. ukuran dan bentuk
- Baja tulangan beton polos diukur pada satu tempat diukur
dengan menggunakan jangka sorong pada satu tempat untuk
menentukan diameter minimum dan maksimum. Pengukuran
dilakukan pada 3 (tiga) tempat yang berbeda dalam 1
(satu) contoh uji dan dihitung nilai rata-ratanya.
- Baja tulangan beton sirip diukur jarak sirip, tinggi sirip, lebar
rusuk, diameter dalam dan tulangan sudut sirip
Prosedur
c. Uji mekanis
Suhu alat : 25 o C
Pemeriksaan penetrasi Mulai : pk. 11.30
A B C D
Pemeriksaan penetrasi
pada 250C
100 gram, 5 detik I II I II I II I II
Pengamatan 1 73 72
2 69 72
3 72 73
4 72 71
5 72 72
Rata-rata 71.6 72.0
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PEMUKIMAN DAN
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH