Anda di halaman 1dari 118

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR


PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PEMUKIMAN DAN PENGEMBANGAN
INFRASTRUKTUR W ILAYAH

Modul 2.
Bahan dan
pengujian
bahan
perkerasan
kaku
DIKLAT PERKERASAN KAKU 1
OUTLINE

1. • Pendahuluan

• Bahan untuk perkerasan


2. kaku

• Pengujian bahan
3. perkerasan kaku

2
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
1. pendahuluan
bahan yang diperlukan untuk perkerasan kaku terdiri dari
campuran beton, tulangan, dan bahan pengisi sambungan

komponen bahan untuk campuran beton terdiri atas


semen, air, agregat halus dan agregat kasar dan bahan
tambah jika diperlukan

Karakteristik dari setiap material perkerasan kaku tersebut


harus memenuhi persyaratan yang ditentukan melalui
pengujian di laboratorium.

Hasil pengujian akan menentukan penerimaan atau


penolakan, baik bahan maupun hasil pekerjaan, maka
pengujian harus dilakukan sesuai dengan standar yang
berlaku

3
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
2. •Bahan untuk
perkerasan kaku

4
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
Pengertian beton
Suatu campuran yang terdiri
dari bahan-bahan air, semen,
agregat halus, agregat kasar
dan apabila perlu, bahan
tambahan (admixture),
dengan sifat-sifat tertentu
serta komposisi
perbandingan tertentu ;

Bersifat plastis dan basah


saat permulaan dibuat,
kemudian perlahan-lahan
berubah menjadi keras
dan kaku seperti batu ;
5
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
Bahan campuran beton
Bahan
Agregat Semen Air tambah
sebagai sebagai untuk mengubah
bahan bahan berproses sifat-sifat
pengisi pengikat kimiawi beton agar
Proporsi- Proporsi- dengan menjadi
nya 60% – lebih
nya 10% semen
70 % dari dari berat untuk cocok
berat untuk
campuran membasa-
campuran kondisi
beton hi agregat, tertentu
beton
untuk memperbai
memberi- ki kinerja
kan beton
kemuda-
han dalam
pekerjaan
beton
6
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
AGREGAT

• Sifat agregat yang perlu diperhatikan, untuk bahan


beton, ialah:
• Volume udara : udara yang terdapat dalam campuran
beton, mempengaruhi proses pembuatan beton,
terutama setelah terbentuknya pasta semen
• Volume padat : kepadatan volume agregat akan
mempengaruhi berat isi beton jadi
• Berat jenis agregat mempengaruhi proporsi campuran
dalam berat.
• Penyerapan agregat akan mempengaruhi berat jenis
• Kadar air permukaan agregat mempengaruhi pada
penggunaan air sewaktu pencampuran

7
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
AGREGAT

berat

Gradasi bentuk

Jenis agregat
berdasarkan

Tekstur
Ukura butir
permuk
aan
8
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
AGREGAT
Kekuatan agregat
• merupakan hal yang penting, karena kekuatan
beton tidak lebih tinggi dari kekuatan agregat yang
digunakannya.
• Bahan agregat sangat menentukan kekuatan atau
kekerasan agregat tersebut.
• Modulus agregat yang tinggi, menunjukkan kekuatan
agregat yang tinggi. Modulus elastisitas agregat akan
memberikan kontribusi terhadap modulus elastisitas
beton, sehingga modulus agregat ini perlu diketahui.
• Kekuatan agregat dapat diuji dengan menggunakan
alat
9
Los Anggeles Test.
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
AGREGAT

Sifat-sifat agregat:

Penyerapan air dan kadar air agregat

Berat jenis dan daya serap agregat


Gradasi agregat

Hubungan pori dengan kekuatan beton

Modulus kehalusan butir

Ketahanan kimia
kekekalan
10
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
Semen

material halus yang terdiri


dari bahan-bahan
campuran
utama seperti kapur, silica,
alumina, besi, dan gypsum

bahan pengikat hidrolis


karena jika semen
berhubungan dengan
air
akan menjadi bahan
campuran yang aktif
secara kimiawi 11
Semen

KOMPOSISI KIMIA TIPE SEMEN SIFAT FISIK


PORTLAND

• Trikalsium silikat • Tipe I (ordinary • Kehalusan Butir


– C 3S portland cement) (fineness)
• Dikalsium silikat Tipe II (Modified • Konsistensi dan
– C 2S cement) Waktu
• Trikalsium Tipe III (Rapid- Pengikatan
aluminat – C3A hardening • Perubahan
• Tetrakalsium porland cement) Volume
Aluminoferrit – • Tipe IV (Low-heat (soundness)
C4AF Portland cement) • Kekuatan
• Tipe V (Sulphate-
resisting cement)

12
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
AIR

Air yang dapat diminum pada umumnya dapat


digunakan untuk campuran beton

Perbandingan air dengan semen merupakan faktor


penting dalam mencapai kekuatan beton

Air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya


gelembung air setelah proses hidrasi selesai,
sedangkan
air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses
hidrasi tidak selesai seluruhnya, sehingga akan
mempengaruhi kekuatan beton
13
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
BAHAN TAMBAH
memodifikasi beton segar

• Menambah sifat kemudahan pekerjaan tanpa menambah


air, atau mengurangi kandungan air dengan kemudahan
pengerjaan yang sama.
• Menghambat atau mempercepat waktu pengikatan awal
adukan beton.
• Mengurangi atau mencegah secara preventif penurunan
atau perubahan volume beton.
• Mengurangi segregasi.
• Mengembangkan dan meningkatkan sifat penetrasi dan
pemompaan beton segar.
• Mengurangi kehilangan konsistensi adukan

14
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
BAHAN TAMBAH
memodifikasi beton keras

• Menghambat atau mengurangi panas selama pengerasan awal.


• Mempercepat laju pengembangan kekuatan beton pada umur
muda.
• Menambah kekuatan beton.
• Menambah sifat keawetan beton atau ketahanan terhadap
serangan garam-garam sulfat.
• Mengurangi sifat permeabilitas.
• Mengontrol pengembangan yang disebabkan oleh reaksi
alkali.
• Mengembangkan ketahanan gaya impact dan ketahanan
abrasi.
• Mencegah korosi yang terjadi pada baja. 15
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
BAHAN TAMBAH
Bahan Tambah Kimia
Bahan Tambah Mineral
• Tipe Normal Water-Reducing
• Abu Terbang Batubara
• Tipe Retarding
(fly ash)
• Tipe Accelerating
• Slag
• Tipe Retarding Water-
• Silica fume
Reducing
• Tipe Accelerating
Water-
Reducing
• Tipe High Range Water-
Reducing
• Tipe Retarding High
Range
Water Reducing
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
16
TULANGAN
Tujuan utama penulangan untuk :
• Membatasi lebar retakan, agar kekuatan pelat tetap dapat
dipertahankan
• Memungkinkan penggunaan pelat yang lebih panjang agar
dapat mengurangi jumlah sambungan melintang sehingga
dapat meningkatkan kenyamanan
• Mengurangi biaya pemeliharaan
• Jumlah tulangan yang diperlukan dipengaruhi oleh jarak
sambungan susut, sedangkan dalam hal beton bertulang
menerus, diperlukan jumlah tulangan yang cukup untuk
mengurangi sambungan susut.
• Berdasarkan bentuknya, baja tulangan beton dibedakan
menjadi 2 (dua) jenis yaitu baja tulangan beton polos dan
baja tulangan beton sirip
17
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
TULANGAN
• Baja tulangan beton polos
• Baja tulangan beton polos adalah baja
tulangan beton berpenampang bundar
dengan permukaan rata tapi tidak bersirip,
disingkat BjTP.
• Baja tulangan beton sirip

Baja tulangan beton sirip adalah baja
tulangan beton dengan bentuk khusus yang
permukaannya memiliki sirip melintang
dan
rusuk memanjang yang dimaksudkan untuk
meningkatkan daya lekat dan guna
menahan gerakan membujur dari batang
secara relatif terhadap beton, disingkat 18
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
BAHAN PENUTUP
SAMBUNGAN
• Penutup sambungan dimaksudkan untuk mencegah
masuknya air dan atau benda lain ke dalam sambungan
perkerasan.
• Benda-benda lain yang masuk ke dalam sambungan
dapat menyebabkan kerusakan berupa gompal dan atau
pelat beton yang saling menekan ke atas (blow up).
• Penutupan ulang sambungan umumnya menggunakan
bahan penutup yang bersifat termoplastik dituangkan
dalam keadaan panas atau bersifat termoseting yang
dituangkan dalam keadaan dingin atau jenis bahan
penutup yang dibentuk (preformed joint sealant
19
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
BAHAN PENUTUP
SAMBUNGAN
Bahan penutup termoplastik yang dipasang
dalam keadaan panas
• bahan penutup berbasis aspal yang secara
tipikal menjadi keras pada saat didinginkan
dan menjadi lembek pada saat dipanaskan,
• Bahan penutup termoplastik mempunyai
variasi elastisitas dan sifat-sifat termal,
• Bahan penutup termoplastik umumnya
dipasang setelah dipanaskan (pemasangan
cara panas).
20
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
BAHAN PENUTUP
SAMBUNGAN
Bahan penutup termoseting yang dipasang dalam
keadaan dingin

• terdiri dari satu atau dua komponen bahan melalui pelepasan


pelarut atau mengeras melalui reaksi kimia.
• Ada berbagai jenis bahan penutup termoseting, contohnya
polisulfida, poliuretan, dan silikon.
silikon merupakan jenis yang paling banyak digunakan
dan telah menunjukkan kinerja jangka panjang yang baik.
• Bahan penutup silikon merupakan bahan penutup dipasang
dalam keadaan dingin yang mempunyai sifat elastisitas yang
baik dan ketahanan yang tinggi terhadap pelapukan.

21
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
BAHAN PENUTUP
SAMBUNGAN

22
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
3. • Pengujian bahan
untuk perkerasan kaku

23
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN BAHAN UNTUK CAMPURAN BETON

• Beton tersusun dari bahan semen, agregat dan air, jika


diperlukan biasanya digunakan bahan tambah (admixtures)
• Karakteristik bahan untuk membuat beton dapat ditentukan
dengan pasti dilaboratorium
• Karena itu untuk membuat beton dengan karakteristik yang
diinginkan, pengujian terhadap material agregat, semen, air dan
bahan tambah harus dikerjakan secara berkala dengan
pengujian di laboratorium.
• Pengambilan contoh dan pengujian merupakan dua hal yang
sangat penting dalam fungsi pengendalian mutu. Data dari
pengujian ini merupakan alat untuk menilai kualitas produksi
apakah memenuhi syarat atau tidak. Dengan alasan ini,
pengambilan contoh dan prosedur pengujian harus dilakukan
dengan
DIKLAT hati-hati
PERKERASAN dan
KAKU – Modul benar.
2. Bahan
24
dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN BAHAN UNTUK CAMPURAN BETON
• Salah satu kesalahan dalam menguji material adalah kegagalan
untuk mengambil contoh yang mewakili.
• Apabila contoh yang dikirim ke laboratorium tidak mewakili
kondisi bahan yang sebenarnya, maka hasil pengujian akan sia-
sia, bahkan apabila digunakan, mungkin menyesatkan.
• Oleh karena itu, pengambilan contoh harus dilakukan dengan
prosedur standar, baik Standar Nasional Indonesia (SNI)
maupun AASHTO atau ASTM atau standar internasional yang
lain.
• Pengujian kualitas bahan secara umum dapat dipisahkan
menjadi 3 kelompok, yaitu :
• Pengujian kualitas bahan baku
• Pengujian kualitas bahan campuran
• Pengujian kualitas bahan jadi atau terpasang
25
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN AGREGAT
• Agregat terdiri dari 70 sampai 80% dari total volume beton
keras
• Agregat yang digunakan dalam campuran beton terdiri
dari agregat halus dan agregat kasar.
• Fungsi agregat dalam campuran beton adalah sebagai
bahan pengisi, memberikan nilai ekonomis, memberikan
kekuatan dan keawetan, serta memberikan stabilitas dan
kekakuan terhadap beton keras.

agregat mempunyai dampak yang besar pada perilaku
beton, maka perlu diketahui karakteristiknya dengan
metoda pengujian agregat yang tepat untuk megevaluasi
agregat dalam perkerasan beton.
26
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN AGREGAT
• Contoh bahan agregat yang hendak diuji harus
menggambarkan bahan yang sama dengan yang disimpan
di tempat penimbunan agregat atau pada kemasan yang
sudah siap dikirim, serta diambil pada saat yang
bersamaan juga. Teknik atau cara pengambilan contoh
bahan uji berpengaruh besar terhadap ketelitian hasil
pengujian.
• Dalam hal pengambilan contoh uji agregat dimaksudkan
untuk mendapatkan contoh yang dapat mewakili kondisi
sebenarnya, sehingga dapat dihindari faktor-faktor terlalu
sedikitnya contoh dibandingkan stok bahan yang akan
digunakan, ketidakseragaman mutu bahan di quarry,
faktor
peralatan produksi, dan kesalahan penanganan bahan di 27
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN AGREGAT
• Frekuensi pengambilan contoh agregat dipengaruhi oleh
beberapa faktor-berikut:
• Keseragaman deposit
• Luas areal quarry
• Frekuensi perubahan lokasi pengambilan bahan di
• quarry Cara penanganan agregat dari tempat produksi ke
lokasi proyek
• Tempat-tempat yang memungkinkan untuk pengambilan
contoh:
• Di tempat produksi agregat
• Di stok bahan tempat produksi agregat
• Dari kendaraan pengangkut
• Dari pemasok agregat
• Di stok bahan di lokasi proyek
28
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN AGREGAT
• Pengambilan contoh agregat Ukuran Agregat Berat
• Untuk mendapatkan hasil pengujian nominal Agregat
agregat dengan ketelitian yang baik, dalam (kg)
mengambil contoh bahan harus No. 8 (2,36 mm) 10
diperhatikan ketentuan jumlah minimum
dan cara pengambilan No. 4 (4,75 mm) 10
• cara pengambilan contoh agregat sebagai 3/8” (9,50 mm) 10
berikut : 1/2” (12,5 mm) 15
• Bila keadaan memungkinkan, sekurang- 3/4” (19,0 mm) 25
kurangnya sepuluh bagian harus diambil
dari tempat-tempat yang berlainan dari 1” (25,0 mm) 50
keseluruhan bahan. Seluruh bagian itu 1½” (37,5 mm) 75
harus dipersatukan agar membentuk
contoh bahan uji utama untuk dikirim ke 2” (50,0 mm) 100
laboratorium. Jumlah yang dikirim ke 2½” (63,0 mm) 125
laboratorium tidak boleh kurang dari yang
tercantum pada Tabel. 3” (75,0 mm) 150

29
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN AGREGAT

•Pengambilan contoh bahan uji yang terbaik


ialah dilakukan ketika agregat sedang dimuat
ke dalam atau sedang dibongkar dari suatu
kendaraan, maupun ketika bahan-bahan ini
sedang dituang dari suatu ban berjalan.
•Perlu juga diperhatikan cara-cara
penanganan
yang benar dan yang salah, karena apabila
contoh bahan diambil dari agregat itu salah
akan berpengaruh terhadap mutu contoh uji.
30
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGAMBILAN CONTOH AGREGAT
• prosedur pengambilan contoh
agregat mengacu pada SNI 03-6889-
2002:
timbunan agregat bentuk
kerucut
tumpukan agregat bentuk
trapesium
ban berjalan
Pengangkutan
hamparan lapangan
sumber agregat potensial
sumber batuan padat/kompak dari timbunan agregat bentuk kerucut
dan trapezium
31
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGAMBILAN CONTOH AGREGAT

sumber batuan padat/kompak sumber batuan dari ban berjalan


padat/kompak (conveyor belt)
(massive)

dari pengangkutan dari hamparan lapangan

32
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN AGREGAT

Penyiapan benda uji


(SNI 13-6717-2002)
Metode alat
pembagi contoh
spliter
Metode pembagi/reduksi contoh
dengan perempatan
Metode gundukan mini
33
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
Pemutaran video metoda pengambilan contoh
dengan alat splitter

34
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
Pemutaran video metoda pengambilan
contoh dengan perempatan

35
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
1. PENGUJIAN ANALISA
SARINGAN
AGREGAT KASAR & HALUS
(SNI 03-1968-1990)

36
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN ANALISA SARINGAN
• Analisis saringan (sieve analysis) adalah suatu proses membagi
contoh (sample) agregat ke dalam fraksi-fraksii berdasarkan
ukuran partikel.
• Analisis saringan dimaksudkan untuk menentukan gradasi atau
penyebaran butir agregat.
• Dari hasil analisis saringan juga dapat diketahui kesesuaian atau
ketidak-sesuaian gradasi dengan spesifikasi.
• Untuk mendapatkan campuran beton yang baik, salah satu
syarat yang harus dipenuhi adalah gradasi.
• Gradasi agregat tidak berpengaruh secara langsung terhadap
kekuatan beton, tetapi berpengaruh langsung tehadap
konsistensi, keseragaman, dan pencapaian kepadatan
maksimum adukan beton
37
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN ANALISA SARINGAN

Gradasi menerus
(continuous/wellgraded)

Gradasi senjang (gap graded)


Ukuran butiran yang
tidak ada

Gradasi seragam (uniformly graded)

38
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. DASAR-DASAR KARAKTERISTIK BETON
PENGUJIAN ANALISA SARINGAN

100
P e rsen Lo los (% )

80

60

40

20

0
0,01 0,1 1 10
100
Ukuran Saringan (mm)

Gradasi Rapat Gradasi


Senjang Gradasi Seragam
39
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. DASAR-DASAR KARAKTERISTIK BETON
PENGUJIAN ANALISA SARINGAN
Benda uji diperoleh
dari alat pemisah Ukuran Agregat Berat minimum
maksimum
contoh atau cara
perempat No. 8 (2,36 mm) 100 gram
No. 4 (4,75 mm) 500 gram
3/8” (9,50 mm) 1 kg
1/2” (12,5 mm) 2,5 kg
3/4” (19,0 mm) 5 kg
1” (25,0 mm) 10 kg
1½” (37,5 mm) 15 kg
2” (50,0 mm) 20 kg
Berat benda uji
2½” (63,0 mm) 25 kg
agregat seperti
tertera pada tabel 3” (75,0 mm) 30 kg

40
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN ANALISA SARINGAN
• Prosedur

Berat kumulatif benda uji tertahan x 100 %


Berat total benda uji setelah disaring
41
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
Pemutaran video pengujian analisa
saringan agregat

42
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN ANALISA SARINGAN
Berat Jumlah PROSENTASE KUMULATIF
Saringan Spesifikasi
Tertahan Tertahan (%)
mm (inci) gram gram Tertahan Lewat
76.2 ( 3” )
63.5 ( 2 ½” )
50.8 ( 2” )

Contoh 36.1 ( 1 ½” )
25.4 ( 1” )
hasil 19.1 ( ¾” )
pengujian 12.7 ( ½” )
analisis 9.52 ( 3/8” ) 0 100
saringan No. 4 23 23 4,6 95,4
No. 8 67 90 18 82
No. 16 72 162 32,4 67,6
No. 30 88 250 50 50
No. 50 167 417 83,4 16,6
No. 100 60 477 95,4 4,6
No. 200 16 493 98,6 1,4
Pan 7 500 100 0
Modulus Kehalusan : 2,84

43
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
2. PENGUJIAN BERAT JENIS
AGREGAT KASAR (SNI
1969:2008)

44
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN BERAT JENIS AGREGAT KASAR

• Berat jenis digunakan untuk menentukan volume yang


diisi oleh agregat.
• Berat jenis dari agregat akan menentukan berat jenis
dari beton sehingga secara langsung menentukan
banyaknya campuran agregat dalam campuran beton.
• Berat jenis digunakan dalam Perhitungan
perencanaan campuran beton.
• Dari pengujian ini dapat dapat ditentukan berat
jenis
bulk, berat jenis-kering permukaan jenuh (SSD =
dan penyerapan
saturated agregat
surface dry), berat jenis semu (apparent)
45
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN BERAT JENIS AGREGAT KASAR
• Berat jenis bulk ialah perbandingan antara
berat agregat kering dan berat air suling yang
isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan jenuh pada suhu tertentu
• Berat jenis kering-permukaan jenuh (SSD)
ialah perbandingan antara berat agregat
kering-permukaan jenuh dan berat air suling
yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan jenuh pada suhu tertentu

Berat jenis semu (apparent) ialah
perbandingan antara berat agregat kering
dan berat air suling yang isinya sama dengan
isi agregat dalam keadaan kering pada suhu
• tertentu
Penyerapan ialah persentase berat air yang
dapat diserap pori terhadap berat agregat
kering.
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
46
Pemutaran video pengujian berat jenis
agregat kasar

47
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN BERAT JENIS AGREGAT KASAR

48
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
Pemutaran video pengujian berat jenis
agregat halus

49
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN BERAT JENIS AGREGAT HALUS

• Berat jenis curah = (B - 500 - Bt


500
• Berat jenis jenuh kerinq permukaan
500-.Ht)
= Bk
• Berat jenis semu =
B+
l 1
- k-
500--B-k x 1'0,110
',
• Penyerapa B
001 B
n=
k
beratbends uji kerrrl!J oV\en,gra
daam m
din1anaB : = berat piknometer bersi air�
Bk = B� dalam piknon1eter ber�i
= beratgram dalam
500
benda= berat
uj i benda gra mperm ukaan gram
�i da�m kread aan k ermg
dan acr�
jen uh d3l3m
50
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
Contoh hasil pengujian berat jenis
agregat halus
Pengujian A B Rata-rata satuan
Berat benda uji kering permukaan jenuh (SSD) 500 500,0 500,0 gr
Berat benda uji kering oven (Bk) 497,7 493,2 gr
Berat piknometer diisi air (25°C) (B) 822,6 850,0 gr
Berat piknometer + benda uji (SSD) + Air (25°C) (Bt) 1127,6 1153,3 gr

Bk
2,55 2,54 2,53
Berat jenis (Bulk) = B  50 0 
B t
500
Berat jenis kering permukaan jenuh = B  5 0 0  B t  2,55 2,54 2,56

Bk
Berat jenis semu (Apparent) = B  B k 2,61 2,63 2,62
 B t
500  Bk 
Penyerapan (Absorption) =  100% 1,39 1,35 1,32
Bk

51
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
3. PENGUJIAN SIFAT KEKEKALAN
BENTUK AGREGAT TERHADAP
LARUTAN NATRIUM SULFAT DAN
MAGNESIUM SULFAT
(SNI 3407:2008)

52
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN SIFAT KEKEKALAN BENTUK AGREGAT
TERHADAP LARUTAN NATRIUM SULFAT
DAN MAGNESIUM SULFAT
• sebagai acuan dan pegangan dalam menguji sifat
kekekalan agregat terhadap proses pelarutan dalam
larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat
• untuk mengetahui nilai ketangguhan/kekekalan
agregat terhadap proses pelarutan, disintegrasi oleh
perendaman didalam larutan natrium atau
magnesium sulfat
• Klasifikasi ketangguhan batu adalah sebagai
berikut :
batas tangguh bila diuji dengan menggunakan larutan
natrium sulfat diperoleh index kekekalan < 10% atau
bila diuji menggunakan Iarutan magnesium sulfat 53
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
Pemutaran video pengujian sifat kekekalan bentuk agregat
terhadap larutan natrium sulfat dan magnesium sulfat

54
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
Contoh hasil pengujian
Berat dari
Ukuran Saringan
Berat dari masing2, Kehilanga % Berat
Gradsi % Berat
masing2 setelah tes n rata
dari dari bagian ( dikoreksi
sebelum (disaring berat dari rata- oleh %
Lolos Tertahan contoh yang hilang
di tes dengan masing-
dalam %
saringan masing yang
A B C D=B-C E = (D / B) x 100) F = hilang
(A x E) /) 100
berikutnya yang
PENGUJIAN DARI BATU-BATU HALUS
lebih kecil)
No. 100 (149 micron)
No. 50 (297 micron) No. 100 (149 8,2 100 97,5 2,5 2,5 0,21
No. 30 (290 micron) micron)
No. 50 (297 micron) 10,6 100 98,6 1,4 1,4 0,15
No. 16 (1190 micron) No. 30 (290 micron) 14,0 100 99,3 0,7 0,7 0,10
No. 8 (2380 micron) No. 16 (1190 micron) 17,4 100 98,8 1,2 1,2 0,21
No. 4 (4760 micron) No. 8 (2380 micron) 20,7 100 95,4 4,6 4,6 0,95
3/8" No. 4 (4760 micron) 10,4 100 89,8 10,2 10,2 1,06
Jumlah 2,673
PENGUJIAN DARI BATU-BATU KASAR
2 1/2" 1 1/2"
1 1/2" 1"
1" 3/4"
3/4" 1/2" 39,9 670,5 658,8 11,7 1,7 0,70
1/2" 3/8" 38,7 330,8 322,5 8,3 2,5 0,97
3/8" 4 19,0 300,0 292,9 7,1 2,4 0,45
Jumlah 2,12

Catatan : 1. Untuk yang halus diperlukan contoh untuk tiap fraksi min. 100 gr
2. Untuk yang kasar diperlukan contoh tiap fraksi min. Sebagai
berikut : Tertahan d 1 1/2" = 2,000 gr
1" = 1,000 gr
3/4" = 500 gr
1/2" = 670 gr
3/8 " = 330 gr
No.4 = 300 gr

55
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
4. UJI JUMLAH BAHAN DALAM
AGREGAT LOLOS SARINGAN
NO. 200
(SNI 03-4142-1996)

56
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
UJI JUMLAH BAHAN DALAM AGREGAT LOLOS
SARINGAN NO. 200

•Tujuan pengujian untuk mengetahui persen


jumlah agregat yang lolos saringan no. 200.
•Jumlah bahan dalam agregat yang lolos
saringan no. 200, dinyatakan dengan
persen dari selisih berat contoh sebelum
dan
sesudah pencucian, yang merupakan bahan
halus yang terkandung dalam agregat

57
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
Pemutaran video pengujian bahan dalam agregat
lolos saringan no. 200

58
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
Contoh hasil pengujian
Ukuran Maksimum Agregat
No. Contoh 1/5 No. 4 (4,75 mm) Satuan
I II
Berat Kering Benda Uji + Wadah (W1) 800 825 Gram
Berat Wadah (W2) 150 125 Gram
Berat Kering benda Uji Awal (W3) = 650 700 Gram
(W1 –
W2) Kering Benda Uji Sesudah
Berat
Pencucian + Wadah 780 680 Gram
(W4) Berat Kering Benda Uji
Sesudah 630 680 Gram
Persen Bahan Lolos Saringan (W5)
Pencucian
No.
= (W4200–(0,075
W2) mm)
W6 = {(W3-W5) / W3} x 100 % 3,0 2,8 %
Hasil I = %
Hasil II = %
Rata-rata = (I + 2,9 %
II) / 2

59
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
5. PENGUJIAN GUMPALAN
LEMPUNG
DAN BUTIR-BUTIR MUDAH
PECAH
DALAM AGREGAT
(SNI 03-4141-1996)
60
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN GUMPALAN LEMPUNG DAN BUTIR-BUTIR
MUDAH PECAH DALAM AGREGAT
• Keberadaan lempung, tanah liat, dan abu batu dalam
agregat harus dibatasi kandungan maksimumnya.
Bahan-bahan ini tidak dapat menyatu dengan semen
sehingga menghalangi lekatan antara semen dengan
agregat dan akibatnya kekuatan beton akan berkurang.
Untuk mengetahui keneradaan lempung maka dilakukan
pengujian gumpalan lempung dan butir-butir mudah
pecah dalam agregat.
• Gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah dalam
agregat alam adalah butir-butir agregat yang mudah
pecah dengan cara ditekan di antara Ibu jari dan jari
telunjuk, setelah agregat tersebut direndam dalam air
suling selama (24 ± 4) jam
61
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN GUMPALAN LEMPUNG DAN BUTIR-
BUTIR MUDAH PECAH DALAM AGREGAT
• Perhitungan

(𝑊
𝑃− 𝑥
=�� 100
�%
�)
• P = gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah dalam
agregat
• W = berat benda uji (gram);
• R = berat benda uji kering oven yang tertahan pada masing-
masing ukuran saringan setelah dilakukan penyaringan
basah (gram)
62
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PEMUTARAN VIDEO PENGUJIAN GUMPALAN LEMPUNG
DAN BUTIR-BUTIR MUDAH PECAH DALAM AGREGAT

63
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
Contoh hasil pengujian
Ukuran Agregat Gradasi Berat Berat Kehilangan Kadar Kadar KET
(%) Contoh Contoh Berat Lempung Lempung
Awal Setela (gram) (%) setelah
(gram) h diuji dikoreksi
(gram) (%)
> 1 ½”
( > 35,5 mm)
- 1 ½” + ¾”
(-35,5 mm +19.0 mm)
- ¾” + 3/8”
(-19,0 mm +9,5 mm)
- 3/8” + No.4
6.2 500 496.5 3.5 0.70 0.04
(-9,5 mm +4,75 mm)
- No. 4 + No. 16
34 500 487.3 12.7 2.54 0.86
(-4,75 mm +1,18 mm)
JUMLAH 0.91

64
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
6. PENGUJIAN KEAUSAN
AGREGAT
(SNI 03-2417-1991)

65
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT

•Mengetahui durabilitas agregat secara


mekanis
•Sbg indikator dari kualitas sumber agregat yg
mempunyai komposisi mineral yang sama.
•Perhatikan: - sampel harus bersih
- berat bola-bola baja

66
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
Pengujian Keausan Agregat dengan
Mesin Abrasi Los Angeles
SNI 2417:2008
Peralatan

Alat mesin Abrasi saringan, timbangan, bola- Oven


Los Angeles bola baja
PEMUTARAN VIDEO PENGUJIAN KEAUSAN
AGREGAT

68
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
CONTOH HASIL PENGUJIAN
Ukuran saringan Gradasi dan berat benda uji ( gram)

Lolos Tertahan
saringan saringan
A B C D E F G
mm inci mm inci
75 3,0 63 2 1/2 - - - - 2500±50 - -
63 2 1/2 50 2,0 - - - - 2500 ± 50 - -
50 2,0 37,5 1 1/2 - - - - 5000 ± 50 5000 ± 50 -
1250±
37,5 11/2 25 1 - - --- - 5000 ± 25 5000 ± 25
25
25 1 19 3/4 1250±25 - - - - - 5000 ± 25
19 3/4 12,5 1/2 1250±10 2500±10 - - - - -
12,5 1/2 9,5 3/8 1250±10 2500±10 - - - - -
9,5 3/8 6,3 ¼ - - 2500±10 - - - -
6,3 1/4 4,75 No.4 - - 2500±10 2500±10 - - -
4,75 No. 4 2,36 No. 8 - - - 2500±10 - - -
Total 5000±10 5000±10 5000±10 5000±10 10000±10 10000±10 10000±10
Jumlah bola 12 11 8 6 12 12 12
Berat bola (gram) 5000±25 4584±25 3330±20 2500±15 5000±25 5000±25 5000±25

69
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
9. Butiran Agregat Kasar berbentuk
Pipih, Lonjong, atau Pipih dan
Lonjong
(RSNI T-01-2005)

70
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. Bahan dan pengujian bahan perkerasan kaku
Butiran Agregat Kasar berbentuk
Pipih,
Lonjong, atau Pipih dan Lonjong
• Tujuan pengujian untuk mengetahui persentase dari butiran
agregat kasar berbentuk pipih, lonjong, atau pipih dan
lonjong
• Butiran agregat kasar, adalah butiran agregat yang
berdiameter lebih besar dari 9,5 mm (3/8 inci)
• Butiran agregat berbentuk lonjong, adalah butiran agregat
yang mempunyai rasio panjang terhadap lebar lebih besar
dari nilai yang ditentukan dalam spesifikasi
• Butiran agregat berbentuk pipih, adalah butiran agregat
yang mempunyai rasio lebar terhadap tebal lebih besar
dari
nilai yang ditentukan dalam spesifikasi
Butiran Agregat Kasar berbentuk
Pipih,
Lonjong, atau Pipih dan Lonjong
•Menilai secara kuantitatif distribusi agregat
yang berbentuk pipih dan lonjong
•Dalam struktur perkerasan
agregat pipih
dan lonjong , mudah patah shg
mempengaruhi gradasi agregat,
interlocking & peningkatan
porositas
perkerasan tidak beraspal
Butiran Agregat Kasar berbentuk
Pipih,
Lonjong, atau Pipih dan Lonjong
•Butiran adalah pipih, jika ketebalannya
dapat ditempatkan dalam bukaan yang
lebih kecil
•Butiran adalah lonjong, jika lebarnya
dapat ditempatkan dalam bukaan yang
lebih kecil
•Butiran adalah pipih dan lonjong, jika
ketebalannya dapat ditempatkan
dalam bukaan yang lebih kecil
Bentuk butir

Agregat pipih
Agregat Lonjong

Agregat pipih dan Lonjong Agregat kubikal


Peralatan

Alat jangkar ukur rasio, timbangan, oven


wadah dan contoh agregat
Prosedur

1. Pengambilan contoh agregat harus sesuai dengan SNI 03-


6889-2002 dan penyiapan benda uji dari contoh agregat
dengan SNI 03-6717-2002.
2. Siapkan benda uji agregat kasar dalam keadaan kering
dengan berat masing-masing disesuaikan dengan ukuran
nominal maksimum agregat tersebut

Benda uji untuk masing2 ukuran nominal maksimum


Ukuran nominal Berat Ukuran nominal Berat
maksimum mm (inci) minimum maksimum mm (inci) minimum
Benda uji Benda uji
(kg) (kg)
9,5 (3/6) 1 75,0 (3) 60
12,5 2 90,0 3 ½) 100
(1/2) 5 100,0 (4) 150
19,0 10 112,0 (4 200
(3/4) 15 ½) 300
25,0 (1) 20 125,0 (5) 500
37,5 (1 35 150,0 (6)
½)
50,5 (2)
Prosedur
3. Pengujian dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
a. Berdasarkan berat, benda uji sebelumnya dikeringkan
dalam
oven pada suhu (110 ± 5)oC sampai beratnya tetap
b. Berdasarkan jumlah butiran, pengeringan agregat tidak
diperlukan
4. a.
Pengujian
Gunakan Kepipihan Agregat
alat jangkar ukur rasio (Proportional caliper device)
pada posisinya dengan perbandingan yang sesuai

 Bukaan
besar
Bukaan
kecil 

b
Prosedur

.b. Atur bukaan yang besar sesuai dengan lebarnya butiran.


Butiran adalah pipih, jika ketebalannya dapat
ditempatkan dalam bukaan yang lebih kecil

c. Setelah butiran dikelompokkan, tentukan perbandingan


contoh dalam masing-masing kelompok masing
kelompok
dengan menghitung jumlah butir-nya atau beratnya,
tergantung kebutuhan
Prosedur
5. Pengujian Kelonjongan Agregat
Butiran adalah lonjong, jika lebarnya dapat ditempatkan dalam
bukaan yang lebih kecil. Setelah butiran dikelompokkan,
tentukan perbandingan contoh dalam masing-masing
dengan menghitung jumlah butirnya atau beratnya, tergantung
kelompok
kebutuhan

6. Pengujian Kepipihan dan Kelonjongan Agregat


Butiran adalah pipih dan lonjong, jika ketebalannya dapat
ditempatkan dalam bukaan yang lebih kecil. Sama seperti
halnya kepipihan atau kelonjongan, setelah butiran
dikelompokkan, tentukan perbandingan contoh dalam
masing- masing kelompok dengan meng-hitung jumlah
butirnya atau beratnya, tergantung kebutuhan
Pemeriksaan Jumlah Agregat Kasar
Berbidang Pecah
SNI 7619 : 2012

Peralatan

timbangan, saringan, dan contoh uji Oven


dengan wadahnya
Prosedur
1. Siapkan benda uji agregat yang tertahan saringan No.4 (4.76
mm) yang telah dicuci. Contoh tersebut harus dalam keadaan
kering oven.
2. Pisahkan agregat diatas saringan 4,75 mm dan singkirkan agregat
lolos saringan 4,75 mm, kemudian ditimbang (=B=berat total
benda uji yang tertahan saringan 4,75 mm)

3. Seleksi agregat pecah yang terdapat pada benda uji, timbang


agregat yang mempunyai bidang pecah) (=A)
Pengujian Berat Isi dan Rongga
Udara Dalam Agregat
SNI 03-4804-1998

Peralatan

a. Timbangan
b. Batang penusuk dan mistar perata
c. Alat penakar berbentuk silinder terbuat dari logam
d. Sekop atau sendok
Prosedur
1. Contoh uji harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
jumlah mendekati 125% - 200% dari jumlah yang akan
diuji kering oven atau kering permukaan

2. Kondisi padat, dilakukan dengan cara tusuk dan cara ketuk


a. Cara tusuk:
Isi penakar sepertiga dari volume penuh, Tusuk lapisan
agregat dengan 25 x tusukan batang penusuk, Isi lagi sampai
volume menjadi dua per tiga penuh kemudian ratakan dan
tusuk seperti diatas, Isi penakar sampai berlebih dan tusuk
lagi. Catat beratnya sampai ketelitian 0,05 kg.
Prosedur

b. Cara ketuk:
Isi agregat dalam penakar dalam tiga tahap sesuai dengan cara
tusuk, Padatkan untuk setiap lapisan dengan cara mengetuk-
ngetukkan alas penakar secara bergantian di atas lantai yang
rata sebanyak 50 kali. Ratakan permukaan agregat dengan
batang perata sampai rata. Tentukan berat penakar dan isinya
sama seperti cara tusuk. Catat beratnya sampai ketelitian 0,05
kg.
Prosedur
.c. Kondisi gembur
Kondisi gembur dengan cara sekop atau sendok. Isi penakar
dengan agregat memakai sekop atau sendok secara
berlebihan dan hindarkan terjadinya pemisahan dan butir
agregat. Ratakan permukaan dengan batang perata dan
tentukan berat penakar dan isinya, dan berat penakar sendiri.
Prosedur
B E R AT I S I L E PA S S AT U A N I II III

B E R AT C O N T O H + T E M PAT kg 6,730 6,725 6,732

B E R AT T E M PAT kg 2,735 2,735 2,735

B E R AT C O N T O H kg 3,995 3,990 3,997

V O L U M E T E M PA T liter 2,832 2,832 2,832

B E R AT I S I C O N T O H kg /liter 1,411 1,409 1,411

B E R AT I S I R ATA - R ATA kg /liter 1,410

B E R AT I S I PA D AT S AT U A N I II III

B E R AT C O N T O H + T E M PAT kg 6,760 6,765 6,757

B E R AT T E M PAT kg 2,735 2,735 2,735

B E R AT C O N T O H kg 4,025 4,030 4,022

V O L U M E T E M PAT liter 2,832 2,832 2,832

B E R AT I S I C O N T O H kg /liter 1,421 1,423 1,420

B E R AT I S I R ATA - R ATA kg /liter 1,421


B E R AT A G R E G AT + A I R +
kg
T E M PAT
B E R AT A I R kg

VOLUME AIR liter


UJI SEMEN

Pengujian semen yang akan diuraikan dalam


modul ini meliputi:
a. Kehalusan semen portland
b. Berat jenis semen portland
c. Konsistensi normal semen portland
d. pengikatan semen portland
Pengujian kehalusan semen portland
SNI 15-2530-1991

Peralatan

a. Saringan No. 100 dan No. 200


b. Neraca analitis kapasitas maksimum 200 gram dengan ketelitian 0,1%
dari berat contoh
c. Kuas dengan ukuran tangkai dan bulu kuas yang sesuai dengan
keperluan ini
Prosedur
1. Contoh uji, Semen Portland sebanyak + 50 gram
2. Masukkan benda uji semen ke dalam saringan No. yang
100
terletak di atas saringan No. 200 dan dipasang pan di bawahnya.
Goyangkan saringan sedemikian rupa secara perlahan-lahan,
sehingga bagian benda uji yang tertahan kelihatan bebas dari
partikel-partikel halus

3. Tutuplah saringan dan lepaskan pan, ketok saringan perlahan-lahan


dengan tangkai kuas sampai abu yang menempel terlepas dari
saringan Bersihkan sisi bagian bawah saringan dengan kuas,
kosongkan dan bersihkan pan, kemudian pasang kembali.
Prosedur
4. Ambil tutup saringan dengan hati-hati, apabila ada partikel pada
tutup saringan, kembalikan ke dalam saringan, lalu lanjutkan
penyaringan dengan cara menggoyang-goyangkan saringan secara
perlahan selama 9 menit.

5. Tutuplah saringan, lanjutkan kembali penyaringan selama 1 menit


dengan cara menggerakkan saringan ke depan dan ke belakang
dengan posisi sedikit miring, setiap 25 kali gerakan putar saringan
kira-kira 60˚
6. Timbang benda uji yang tertahan di atas masing masing
saringan,
lalu hitung dan nyatakan dalam persen terhadap berat contoh awal
Prosedur

Contoh hasil pengujian


Kehalusan
Ukuran Berat Tertahan Spesifikasi
(% tertahan saringan)
Saringan (gram) (%)
(%)
No. 100 0 0
0 % tertahan
Maks. 20 %
No. 200 5 10 tertahan

Pan 45 90
Berat jenis semen portland
SNI15-2531-1991

Peralatan

a. Botol Le Chatelier
b. Termometer
c. Corong, pipet, kertas tissue, wadah
d. Timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh
e. Kerosin bebas air atau Naptha dengan BJ 62 API
f. Alat bantu lainnya.
Prosedur
1. Benda uji yang digunakan dalam pengujian ini adalah semen
portland (PC) sebanyak + 64 g.

2. botol di atas permukaan cairan Isi botol le chatelier dengan


kerosin atau naptha sampai skala antara 0 – 1, keringkan
bagian dalam
Prosedur

3. Masukkan botol yang beirisi cairan ke dalam bak air, biarkan sampai
diperoleh suhu yang konstan. Kemudian baca skala pada botol (V1)

4. Masukkan benda uji semen ke dalam botol sedikit-demi sedikit, jaga


agar agar tidak ada benda uji yang menempel pada dinding botol di
atas permukaan cairan. Setelah semua benda uji dimasukkan, putar
botol dengan posisi miring secara perlahan-lahan sampai
gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan cairan.
Prosedur

5. Masukkan kembali botol ke dalam bak air, biarkan sampai


diperoleh suhu konstan. Kemudian baca skala pada botol (V2)

6. Contoh hasil perhitungan:

URAIAN HASIL PENGUJIAN NOTASI


Berat Semen (gram) 64 64 64 W
Volume Kerosin Awal (mL) 0,2 0,3 0,3 V1
Volume Kerosin + Semen (mL) 21 21,2 21 V2
Berat Jenis Semen :
3,07 3,06 3,09 ρ
((W / (V2 – V1)) x d
Pengujian konsistensi normal semen
portland dengan alat vicat
SNI 03-6826-2002
Peralatan

a. Satu set alat Vicat yang terdiri dari alat Vicat, jarum besar dan
cincin konik
b. Neraca analitis kapasitas maksimum 200 gram dengan
ketelitian 0,1% dari berat contoh
c. Gelas kimia
d. Sendok perata
e. Mixer pengaduk Stopwatch
Prosedur
1. Contoh uji, semen Portland sebanyak 300 gram dan air suling

2. Masukkan air pencampur berupa air suling dan semen ke dalam


mangkok pengaduk lalu diamkan selama 30 detik. Jalankan mesin
pengaduk dengan kecepatan rendah (140+ 5 rpm) selama 30 detik
Prosedur
3. Hentikan pengadukan selama 15 detik, sementara itu
bersihkan pasta yang menempel di pinggir mangkuk. Jalankan
kembali pengadukan dengan kecepatan sedang (285 + 10
60 detik
rpm), selama

4. Hentikan pengadukan, keluarkan pasta dari dalam mangkuk,


bentuklah pasta menyerupai bola dengan tangan, kemudian
lemparkan dari satu ke tangan lainnya selama 6 kali dengan
jarak lemparan 15 cm. Pegang bola pasta dengan satu
tangan, masukkan ke dalam cincin konik yang terletak di
atas permukaan
pelat kaca melalui lubang besar cincin hingga terisi penuh.
Prosedur
5. Ratakan kelebihan pasta pada permukaan cincin, letakkan pelat
kaca di atasnya, balikkan cincin lalu ratakan kembali
permukaan atasnya. Letakkan cincin di bawah jarum besar
Vicat dan kontakkan jarum tepat di atas permukaan pasta.
Longgarkan baut pengikat jarum besar vicat dan biarkan jarum
turun secara bebas dan catat penurunan yang diperoleh
setelah waktu penurunan 30 detik.

6. Ulangi pengujian konsistensi dari langkah awal, sampai


diperoleh penurunan sebesar 10 + 1 mm setelah 30 detik.
Prosedur

Berat Air yg
Bahan Berat Air yg ditambahka
Penurunan
Berat tambahan ditambahka n
Jarum
No. Seme (thd berat n (thd berat KET
selama 30”
n semen) (mL) semen)
(mm)
(gram) (%) (%)

1 300 - 84 28 40
2 300 - 72 24 4
3 300 - 78 26 16
4 300 - 75 25 7
5 300 - 76,5 25,5 10
Pengujian waktu ikat awal semen portland dengan
menggunakan alat vicat
SNI 03-6827-2002

Peralatan a. Satu set alat Vicat yang


terdiri dari alat Vicat, jarum
kecil dan cincin konik
b. Neraca analitis kapasitas
maksimum 200 gram dengan
ketelitian 0,1% dari berat
contoh
c. Gelas kimia
d. Sendok perata
e. Mixer pengaduk
f. Stopwatch
g. Thermometer
beton
h. Moist cabinet
Prosedur
1. Contoh uji: semen Portland sebanyak 300 gram, air suling

2. Masukkan air pencampur berupa air suling dan semen ke dalam


mangkok pengaduk lalu diamkan selama 30 detik. Jalankan mesin
pengaduk dengan kecepatan rendah (140+ 5 rpm) selama 30
detik. Hentikan pengadukan selama 15 detik, sementara itu
bersihkan pasta yang menempel di pinggir mangkuk
Prosedur
3. Jalankan kembali pengadukan dengan kecepatan sedang (285 +
10 rpm), selama 60 detik. Hentikan pengadukan, keluarkan
pasta dari dalam mangkuk, bentuklah pasta menyerupai bola
dengan tangan, kemudian lemparkan dari satu ke tangan
lainnya selama 6 kali dengan jarak lemparan 15 cm.

4. Pegang bola pasta dengan satu tangan, masukkan ke dalam


cincin konik yang terletak di atas permukaan pelat kaca melalui
lubang besar cincin hingga terisi penuh. Ratakan kelebihan
pasta pada permukaan cincin, letakkan pelat kaca di atasnya,
balikkan
cincin lalu ratakan kembali permukaan atasnya.
Prosedur

5. Letakkan cincin konik yang berisi pasta tersebut di dalam suatu


moist cabinet selama 30 menit, letakkan thermometer beton di
atas permukaan pasta

6. Keluarkan cincin dari dalam moist cabinet, lepaskan thermometer


can catat suhunya, letakkan cincin di bawah jarum kecil Vicat dan
kontakkan jarum tepat di atas permukaan pasta. Longgarkan
baut pengikat jarum besar vicat dan biarkan jarum turun secara
bebas dan catat penurunan yang diperoleh setelah waktu
penurunan 30 detik
Prosedur
7. Pengujian pengikatan awal dilakukan terus menerus dalam
interval waktu menjatuhkan jarum setiap 15 menit sampai
diperoleh penurunan sebesar 25 mm setelah 30 detik.
Lanjutkan kembali pengujian sampai diperoleh penurunan
sebesar 0 mm setelah 30 detik
Waktu
8. Contoh Hasil Uji pengukuran
Penuruna
No. n Jarum Keterangan
penurunan
(mm)
(menit ke..)
1. 45 40 % air diperoleh dari hasil
2. 60 40 konsistensi Normal pada
3. 75 37 Penurunan 10 mm + 1
4. 90 34 mm
5. 105 28
6. 120 24
7. 135 20
8. 150 16
9. 165 11
10. 180 6
11. 195 4
12. 210 0
13.
UJI TULANGAN

Pengujiaan tulangan meliputi:


a. Pemeriksaan Visual Tulangan
Yaitu meliputi pemeriksaan diameter tulangan
yang dipakai dengan jangka sorong dan
pemeriksaan tulangan terhadap adanya cacat luar
.
b. Pengujian Tarik Tulangan
Pengujian tarik dilakukan terhadap sampel
tulangan dengan berbagai diameter dengan
menggunakan mesin uji tarik sehingga didapatkan
data regangan,tegagann leleh maupun kuat tarik
baja.
Baja Tulangan Beton
SNI 07-2052-2002

Peralatan
Prosedur
1. Cara pengambilan sampel :
a. Pengambilan contoh dilakukan oleh petugas yang
berwenang
b. Pengambilan contoh dilakukan secara acak (random)
2. Jumlah contoh uji:
a. Setiap kelompok yang terdiri lebih dan situ nomor leburan
yang sama diambil contoh
b. Setiap kelompok yang terdiri lebih dan situ nomor leburan
(campuran) sari satu ukuran dan satu kelas baja yang
sama, diambil 1 (satu) contoh uji setiap 25 (dua puluh lima)
ton dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) contoh
c. Contoh untuk uji sifat mekanis diambil sesuai dengan
kebutuhan masing- masing, maksimum 1,50 mm yang
dipotong dari salah satu ujung batang baja tulangan beton
dan tidak boleh dengan cara panas
Prosedur
3. Cara uji:
a. Uji sifat tampak, dilakukan secara visual tanpa
bantuan alat untuk memeriksa adanya cacat-cacat
b. ukuran dan bentuk
- Baja tulangan beton polos diukur pada satu tempat diukur
dengan menggunakan jangka sorong pada satu tempat untuk
menentukan diameter minimum dan maksimum. Pengukuran
dilakukan pada 3 (tiga) tempat yang berbeda dalam 1
(satu) contoh uji dan dihitung nilai rata-ratanya.
- Baja tulangan beton sirip diukur jarak sirip, tinggi sirip, lebar
rusuk, diameter dalam dan tulangan sudut sirip
Prosedur

c. Uji mekanis

- Batang uji tarik dan lengkung harus lurus dan kulit


canai tidak bole dikerjakan (dihilangkan)
- Jumlah batangh uji, Uji tarik dan lengkung dilakukan masing-
masing 1(satu) kali percobaan dari masing- masing potongan
contoh uji
- Uji tarik dilakukan sesuai SNI 07-0408-1989, Cara uji tarik
untuk logam, dengan batang uji sesuai SNI 07-0371-1998,
Batang uji tarik untuk bahan logam (batang uji tarik no. 2
untuk diameter < 25 mm dan batang uji tarik no. 3 untuk
diameter ≥25 mm). untuk menghitung batas ulur dan kuat
tarik baja tulangan beton polos dan sirip digunakan nilai luas
penampang yang dihitung dari diameter nominal contoh uji
Prosedur

Uji lengkung dilakukan sesuai


SNI 07-0410-1989, Cara uji
lengkung tekan
UJI BAHAN SEALANT
(SNI 03-4814-1998)
PENGUJIAN PENETRASI BAHAN-
BAHAN BITUMEN
SNI06-4526-1991
Peralatan

 1 Unit alat pengujian nilai penetrasi lengkap, mencakup :


pemegang jarum (47,5 ± 0,05) gram, pemberat (50 ± 0,05)
gram atau (100 ± 0,05) gram masing2 untuk pengukuran
penetrasi beban 100 gr dan 200 gram.
 Cawan contoh atau gelas berbentuk silinder dasar rata
 Bak perendam
 Tempat air kecil untuk merendam contoh
 Termometer.
 Pengukur waktu, stop wacth
Prosedur
1. Persiapan benda uji
• Siapkan benda uji (aspal keras) sebanyak ± 100 gram
• Panaskan benda uji perlahan-lahan dan aduk, hingga
cukup cair
• Tuang bahan uji ke kap penetrasi, diamkan hingga dingin,
buat 2 benda uji (duplo);
• Tutup benda uji dan diamkan pada suhu ruangh selama 1 –
1,5 jam (benda uji kecil) atau 1,5 – 2 jam (benda uji
besar)
Prosedur
2. Letakkan benda uji ke dalam tempat air kecil, berikutnya masukan
tempat air kecil berikut benda uji kedalam bak perendam bersuhu 25o C
selama 1 - 2 jam.

3. Periksa pemegang jarum dan bersihkan jarum penetrasi dan pasang,


kemudian letakkan pemberat 100 gram pada pemegang jarum hingga
berat total 150 gram. Pindahkan tempat air berikut benda uji dari bak
perendam ke bawah alat penetrasi. Atur jarum hingga menyentuh
permukaan benda uji dan tentukan angka nol pada arloji penetrometer.
Prosedur
4. Lepaskan pemegang jarum dan bersamaan itu jalankan
stop watch selama (5+0,1) detik. Putarlah arloji penetrometer
dan baca serta catat angka penetrasinya (bulatkan hingga
angka 0,1 mm terdekat);

5. Lepaskan jarum dari pemegang jarum, kemudian lakukan


pengujian pada benda uji yang sama paling sedikit 3 kali.
Prosedur
Contoh hasil pengujian
Contoh dipanaskan Mulai : pk. 08.20 Suhu oven : 110 oC

selesai : pk. 08.30

Didiamkan pada suhu ruang Mulai : pk. 08.30

selesai : pk. 10.00

Direndam pada suhu 250C Suhu waterbath : 25 o C


Mulai : pk. 10.00

selesai : pk. 11.30

Suhu alat : 25 o C
Pemeriksaan penetrasi Mulai : pk. 11.30

Pada 250C selesai : pk. 11.50

A B C D
Pemeriksaan penetrasi
pada 250C
100 gram, 5 detik I II I II I II I II

Pengamatan 1 73 72
2 69 72
3 72 73
4 72 71
5 72 72
Rata-rata 71.6 72.0
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PEMUKIMAN DAN
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH

Terimakasih atas perhatiannya…!

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 2. DASAR-DASAR KARAKTERISTIK BETON

Anda mungkin juga menyukai