Anda di halaman 1dari 40

Haemorrhoid

• Definisi
Hemoroid adalah jaringan normal yang
terdapat pada semua orang,yang terdiri atas
pleksus arteri-vena,berfungsi sebagai katub
dalam saluran anus, untuk membantufungsi
sfingter anus,mencegah inkontinensia flatus
dan cairan.
Hemoroid dibedakan antara yang interna
dan eksterna
Hemoroid interna diklasifikasikan
menjadi 4 derajat yaitu :

Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan


penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di sebelah
distal linea dentata/garis mukokutan di dalam jaringan
di bawah epitel anus
• Gejala klinis
Perdarahan umumnya merupakan tanda
pertama dari hemoroid interna akibat trauma oleh
faeces yang keras. Hemoroid yang membesar
secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol
keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awal,
penonjolan ini hanya terjadi pada waktu defekasi
dan disusul reduksi spontan setelah defekasi.
• Diagnosis Banding
1. Karsinoma kolorektum
2. Penyakit divertikel
3. Polip
4. Kolitis ulserosa
• Penatalaksanaan
• Terapi non bedah
Terapi obat-obatan (medikamentosa) / diet
Skleroterapi
Ligasi dengan gelang karet
Krioterapi / bedah beku
• Terapi bedah
Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami
trombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong
segera dengan hemoroidektomi.
RA-SAB
Regional Anestesi – Subarachnoid Block
Definisi Anestesi

• Istilah ini diturunkan dari dua kata yunani yang


secara bersama-sama yang berarti “ hilangnya
rasa sensasi”. Istilah ini di gunakan oleh para
ahli saraf dengan maksud untuk menyatakan
bahwa terjadi kehilangan rasa secara patologis
pada bagian tertentu dari tubuh
Target Anestesi
• Tindakan anestesi yang memadai, meliputi 3
komponen:
▫ Hipnotik (tidak sadarkan diri = mati ingatan)
▫ Analgesia (bebas nyeri = mati rasa)
▫ Relaksasi otot rangka (mati gerak)
• Untuk mencapai ketiga target tersebut, dapat
digunakan hanya dengan mempergunakan satu
jenis obat, misalnya eter . Ketiga target tersebut
disebut “Trias Anestesia”.3
Stadium Anestesia
Anestesi Lokal
• Anestetik lokal ialah obat yang menghasilkan
blokade konduksi atau blokade lorong natrium
pada dinding saraf secara sementara terhadap
rangsang transmisi sepanjang saraf, jika digunakan
pada saraf sentral atau perifer.
• Beberapa anastetik lokal yang sering digunakan :
 Kokain
 Prokain (novokain)
 Klorprokain (nesakain)
 Lidokain
 Bupivakain
 EMLA (eutetic mixture of local anesthetic)
 Ropivakain (naropin) dan levobupivakain (chirokain)
Analgesia Regional
• Penggunaan obat analgetik lokal untuk
menghambat hantaran saraf sensorik, sehingga
impuls nyeri dari suatu bagian tubuh diblokir
untuk sementara (reversible). Fungsi motorik
dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya.
Penderita tetap sadar.
• Menurut teknik cara pemberian dibagi dalam :
▫ Infiltrasi lokal
▫ Blok lapangan (field block)
▫ Blok saraf (nerve blok)
▫ Analgesia permukaan (topical)
▫ Analgesia regional intravena
a. Anelgesia Spinal
• Analgesia spinal (intratekal, intradural, subdural,
subarakhnoid) ialah pemberian obat anastetik lokal
ke dalam ruang subarakhnoid. Anestesia spinal
diperoleh dengan cara menyuntikkan anastetik
lokal ke dalam ruang subarakhnoid. Teknik ini
sederhana, cukup efektif dan mudah dikerjakan.
• Analgesia spinal (anestesi lumbal, block
subarachnoid) dihasilkan bila kita menyuntikkan
obat analgetik lokal kedalam ruang subarachnoid
didaerah antara vertebra L2-L3 atau L3-L4 atau
L4-L5.
Anatomi

Tulang Punggung

Lapisan punggung
lumbal
Vertebra Lumbal
• Indikasi Anestesi Spinal
▫ Bedah ekstremitas bawah
▫ Bedah panggul
▫ Tindakan sekitar rektum-perineum
▫ Bedah obstetri-ginekologi
▫ Bedah urologi
▫ Bedah abdomen bawah
▫ Pada bedah abdomen atas dan bedah pediatri
biasanya dikombinasi dengan anestesia umum
ringan.
Indikasi kontra absolut : Indikasi kontra relatif :

Pasien menolak Infeksi sistemik (sepsis,


Infeksi pada tempat bakteremia)
suntikan Infeksi sekitar tempat
Hipovolemia berat, syok suntikan
Koagulopati atau mendapat Kelainan neurologis
terapi antikoagulan Kelainan psikis
Tekanan intrakranial Bedah lama
meninggi Penyakit jantung
Fasilitas resusitasi minim Hipovolemia ringan
Kurang pengalaman/tanpa Nyeri punggung kronis.
didampingi konsultan
anestesia.
• Persiapan analgesia spinal
▫ Informed consent (izin dari pasien)
▫ Pemeriksaan fisik
▫ Pemeriksaan laboratorium anjuran
• Peralatan analgesia spinal
▫ Peralatan monitor
▫ Peralatan resusitasi
▫ Jarum spinal dengan ujung tajam (ujung bambu runcing,
Quincke-Babcosk) atau jarum spinal dengan ujung pensil (pencil
point, whitecare).
▫ Obat anastetik lokal yang digunakan adalah prokain, tetrakain,
lidokain atau bupivakain
Teknik Anestesi Spinal
Tindakan Penusukan
Jarum

Potongan sagital
vertebra lumbal
• Komplikasi tindakan
▫ Hipotensi berat
▫ Bradikardi
▫ Hipoventilasi
▫ Trauma pembuluh darah
▫ Trauma saraf
▫ Mual-muntah
▫ Gangguan pendengaran
▫ Apnea
▫ Kesulitan bicara
• Komplikasi pasca tindakan
▫ Nyeri tempat suntikan
▫ Nyeri punggung
▫ Nyeri kepala karena kebocoran likuor
▫ Retensio urin
▫ Meningitis.
b. Anelgesia Epidural
• Analgesia epidural ialah blokade saraf dengan
menempatkan obat di ruang epidural (peridural,
ekstradural). Ruang ini berada diantara
ligamentum flavum dan duramater. Bagian atas
berbatasan dengan foramen magnum di dasar
tengkorak dan dibawah dengan selaput
sakrokoksigeal. Kedalaman ruang ini rata-rata 5
mm dan dibagian posterior kedalam maksimal
pada daerah lumbal.
Perbedaan Spinalanestesi Dengan Epidural
Anestes
d. Anelgesia Kaudal
• Anestesia kaudal sebenarnya sama dengan
anestesia epidural, karena kanalis kaudalis
adalah kepanjangan dari ruang epidural dan
obat ditempatkan di ruang kaudal melalui hiatus
sakralis.
e. Anelgesia Spinal Total
• Anestesia spinal total ialah anestesia spinal
intratekal atau epidural yang naik sampai diatas
daerah servikal. Anestesia ini biasanya tidak
disengaja, pasien batuk-batuk, dosis obat
berlebihan, terutama pada analgesia epidural
dengan posisi pasien yang tidak
menguntungkan.
Penilaian Dan Persiapan Pasien Pra-
anestesia (Evaluasi Pra Anestesia)

• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan laboraturium, radiologi dan
lainnya
• Menentukan prognosis pasien
Tatalaksana Jalan Napas
• Sungkup Muka
• Laringoskopi
• Teknik Intubasi Trakea
Tatalaksana Pasca Anestesia

Setelah operasi selesai pasien dibawa ke ruang


pemulihan (recovery room) atau ke ruang
perawatan intensif (bila ada indikasi). Secara
umum, ekstubasi terbaik dilakukan pada saat
pasien dalam anestesi dengan ringan atau sadar.
Di ruang pemulihan dilakukan pemantauan
keadaan umum, kesadaran, tekanan darah, nadi,
pernapasan, suhu, sensibilitas nyeri, perdarahan
dari drain, dll.
LAPORAN KASUS
Anamnesa pribadi
• Nama : Rediah
• Umur : 45 tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Alamat :
• Agama : Islam
• Suku : Batak
• Berat badan : 45 kg
• No.MR : 95.11.10
Anamnesa penyakit
• Keluhan utama : Buang Air Besar Berdarah
• Telaah : Hal ini dialami pasien sejak 2 bulan ini.
Buang air besar pasien disertai darah merah segar dan
disertai nyeri saat BAB. Awalnya pasien mengaku
bahwa sebelumnya BAB nya keras yag disertai
mengejan yang kuat. Os juga mengeluhkan keluar
daging keil dari anus sebesar ujung jari kelingking.
Daging tersebut tidak dapat dimasukkan lagi kedalam
anusnya.
• RPT : Tidak Dijumpai
• RPO : Tidak jelas
Keadaan prabedah
• Status present • Anemis : (-)
• Sensorium : CM • Ikterus : (-)
• KU/KP/KG: • Sianosis : (-)
Baik/Baik/Baik • Dispnoe : (-)
• Tekanan darah : • Oedem : (-)
110/80 mmhg
• Frekuensi nadi : 76
x/i
• Frekuensi nafas: 20
x/i
• Temperatur : 36,60C
Status lokalisata
• Kepala
Mata : RC(+/+) , Pupil Ø 2-3mm , bulat, isokor ka = ki,
konjungtiva palpebra inferior anemis (-).
• Hidung : Dalam batas normal
• Telinga : Dalam batas normal
• Mulut : Mukosa bibir basah, Malapati I
• Leher : Pembesaran KGB (-)
• Thoraks
Inspeksi : Simetris Fusiformis
Palpasi : SF ka = ki
Perkusi : Sonor dikedua lapangan paru
Auskultasi : SP = Vesikuler, ST = (-)
Status lokalisata
• Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, H/L tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
• Ekstremitas Superior : Dalam batas normal
• Ekstremitas inferior : Fraktur (-), Luka (-)
• Genetalia Eksterna : Tidak dilakukan
pemeriksaan
Pemeriksaan Penunjang
KGD
Darah Rutin HST Elektrolit RFT LFT
adr
Bil.Total :
0,28
mg/dl
Na : 142
Hb : 12,8 APT : 25,9
mmol/dl
(c: 49,9) Ureum : Bil.Direct:
Leukosit : 6800 14 mg/dl 0,06
K : 3,8
INR : 0,98 96 mg/dl
mmol/dl
Ht : 38 mg/dl Creatinin:
PT: 12,3 0,95 mg/dl SGOT : 19
Cl : 109
Trombosit : 37700 (c: 19,0) U/I
mmol/dl
SGPT:
14U/I

Foto Toraks : Tidak Tampak Kelainan


Keadaan Pra-Bedah (Follow Up Anestesi)

• B1 (Breath) • B2 (Blood)
▫ Airway : Clear ▫ Akral : Hangat
▫ RR: 20 x / menit ▫ TD : 110/80 mmHg
▫ SP : Vesikuler ▫ HR : 76 x / i,reguler
▫ ST : (-) ▫ T/V : Cukup
▫ Riwayat ▫ Temp : 36,5 oC
Asma/sesak/batuk/aler ▫ Riw. Hipertensi : (-)
gi : -/-/-/- ▫ Anemia/hiperemis/ikte
rik : -/-/-
Keadaan Pra-Bedah (Follow Up Anestesi)

• B3 (Brain)
▫ Sensorium : Compos Mentis (GCS15:E4V5M6)
▫ Refleks Cahaya : +/+ Normal
▫ Pupil : Ø 2-3mm , bulat, isokor ka = kiri
▫ Refleks Fisiologis : +/+ Normal
▫ Refleks Patologis: -/-
▫ Riwayat Kejang : -
• B4 (Bladder)
▫ Urine : +
▫ Volume: Cukup
▫ Warna : Kuning, jernih
▫ Kateter : -
Keadaan Pra-Bedah (Follow Up Anestesi)

• B5 (Bowel)
▫ Abdomen : Soepel
▫ Peristaltik : + Normal
▫ Mual / muntah : -/-
▫ BAB / Flatus : +/+ Normal
▫ NGT : -
▫ MMT : 22.00 wib
• B6 (Bone)
▫ Fraktur: -
▫ Luka : -
▫ Oedem : -
• Diagnosa : Hemoroid Interna
• Status fisik : ASA I
• Rencana tindakan : Hemoroidektomi
• Rencana Anestesi : Spinal Anestesi
• Anestesi dengan : Bupivacain
• Relaksasi dengan: Atracurium
• Teknik Anestesi : identifikasi L3-L4 → desinfeksi dengan
pi 10% + alkohol 70% → injeksi spinocain 25 → esf (+)
Bartase (+) → injeksi Bupivacain 20 mg → atur blok Th5
• Pernapasan : terkontrol dengan nasal kanul
• Posisi : supine
• Infus : Ringer Laktat
• Pemberian : iv
• Waktu Operasi : 09.45 - 10.10 WIB
• Premedikasi : -
• Analgetik : Ketorolac 30 mg
• Jumlah cairan : PO, RL 100 cc
DO , RL 300 cc
• TD sebelum induksi: 110/80 mmHg
• TD durante operasi : systole (100-120 mmHg) , diastole (70-80
mmHg)
• TD setelah operasi : 100/70 mmHg
• EBV : 45 x 65 = 2925 cc
• EBL : 10 % = 292,5 cc
20 % = 585 cc
30 % = 877,5 cc
• Perdarahan : Kassa ½ basah : 4 x 5 = 20 cc
• Kassa basah : 0
• Suction : 0
• Total perdarahan : 20 cc
• Cairan keluar : UOP : PO : -
• DO : 50 cc

Anda mungkin juga menyukai