Anda di halaman 1dari 17

TUTORIAL II

MODUL II
BLOK SISTEM GNATOLOGI 1

Salsabila Ardiningrum
(16120190052)
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Muslim Indonesia
Main Menu Daftar isi
Learning Objective
T2M2
Blok Sistem 1 Mengetahui Anatomi dari Struktur Pendukung GT

Gnatologi 1
2 Mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Retensi dan Stabilisasi GT
FKG-UMI

3 Mengetahui Fungsi dari Bite Rim dan Prosedur DVO

4 Mengetahui Tahapan Prosedur Kerja Laboraturium dan Klinik

5 Mengetahui Cara Pembuatan Work Authorization


Main Menu

Learning Objective 1 : Dalam penelitian ini, anatomi struktur pendukung gigi tiruan penuh rahang bawah terdiri dari resiliensi puncak
linggir alveolar dan bentuk linggir alveolar rahang bawah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan pada anatomi struktur pendukung gigi tiruan penuh rahang bawah, yaitu pada resiliensi puncak resiliensi
Anatomi dan
puncak linggir alveolar terhadap retensi dan bentuk linggir alveolar terhadap retensi dan stabilisasi.

Struktur Pendukung Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya,


 Ribeiro dkk. (2014) yang menyatakan bahwa resilensi puncak linggir alveolar mempengaruhi hasil perawatan GTP,
GT terutama retensi.

 Baat (1997) yang menyatakan bahwa keberhasilan perawatan prostodontik tergantung pada kualitas gigi tiruan dan
juga kondisi rongga mulut pasien, sehingga dapat disimpulkan bahwa ketika penilaian kualitas gigi tiruan yang cukup
buruk, hal ini dapat disebabkan oleh kondisi dari linggir alveolar sisa (Ribeiro, 2014).
Main Menu

Learning Objective 1 :
 Pai (2014) menyatakan bahwa linggir flabby dapat menyebabkan GTP bergeser dibawah kekuatan oklusal dan
Anatomi dan mengakibatkan hilangnya peripheral seal antara GTP dan jaringan sehingga akan menyebabkan retensi yang buruk.

Struktur Pendukung  Carlsson (1998) bahwa lingir alveolar yang falbby dapat menyebabkan retensi GTP yang buruk (Chiplunkar, 2018).
Puncak linggir yang flabby dapat bergerak dengan mudah dan melekat longgar pada tulang periostium. Puncak linggir
GT alveolar yang flabby sering menghadirkan kesulitan dalam pembuatan GTP. Jaringan lunak yang tergeser selama
proses pencetakan cenderung kembali ke bentuk aslinya. GTP yang dibuat menggunakan hasil cetakan ini tidak akan
pas secara akurat saat jaringan kembali ke bentuk aslinya. Hal tersebut dapat mengakibatkan GTP menjadi kurang
retentif (Prasad, 2014).
Main Menu
1. Faktor Fisis :
Learning Objective 2 : 1) Peripherial seal
2) Postdam

Faktor yang 2. Adaptasi yang baik antara gigi tiruan dengan mukosa mulut.


3. Perluasan basis gigi tiruan yang menempel pada mukosa (fitting surface).
4. Residual Ridge, karena disini tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai sebagai pegangan terutama pada rahang atas.
Mempengaruhi Retensi 5. Faktor retentif 
1) Adhesif
& Stabilisasi GT 2) Kohesif
3) Tegangan permukaan interfasial
4) Tekanan atmosfer
5) Mechanical lock
6) Otot- otot fasial mulut 
7) Kapilaritas (daya tarik kapiler) 
8) Gesekan atau friksi
9) Gaya kunyah ke apikal
10) Muskular
Main Menu
11) Tegangan permukaan
Learning Objective 2 : 12) Implan
13) Magnet

Faktor yang 14) Gravitasi

6. Faktor kompresibilitas jaringan lunak dan tulang dibawahnya untuk


Mempengaruhi Retensi 1) Menghindari rasa sakit dan terlepasnya gigi tiruan saat berfungsi. 
2) Ketebalan GTL
& Stabilisasi GT Ketebalan GTL RA dan RB tidak sama, yaitu protesa RB lebih tebal dibanding protesa RA. Untuk menjaga
stabilisasi yang baik harus memperhatikan :
a. polishing surfaceb.
b. occlusal surfacec.
c. penyesuaian gigi-gigi tiruan
d. artikulasie.
e. dimensi vertikal, apabila dimensi vertikal kurang maka gigi geligi tidak tampak dan bila terlalu tinggi maka
gigi geligi terlihat panjang dan tidak  baik.
Main Menu

Learning Objective 2 :
Retensi gigi tiruan lengkap lepasan didapat dari tiga hal, yaitu
Faktor yang a. Ketepatan kontak antara basis gigi tiruan dan mukosa mulut. Kontak yang baik antara basis gigi tiruan dengan mukosa
mulut sesuai anatomi rongga mulut akan membuat retensi yang baik. 

Mempengaruhi Retensi b. Perluasan basis gigi tiruan. basis gigi tiruan ini akan menutupi tepi ridge baik  pada bagian fasial maupun palatal/lingu


al serta puncak ridge. Jika bentuk  palatum pasien kurang menguntungkan (bentuk tapeted), maka kontak basis pada

& Stabilisasi GT bagian ridge ini harus dibuat semaksimal mungkin untuk mendapat retensiyang baik.
c. Pengap periferi (peripheral seal). Retensi yang baik akan didapat jika terdapat celah yang kecil antara
basis dengan mukosa. Dengan demikian, tekanan yang menahan basis ini akan semakin kuat sehingga retensi dari gigi
tiruan akan baik.
Main Menu

Learning Objective 2 :
Faktor Penyulit Retensi Gigi Tiruan Lengkap
Faktor yang a. Perubahan dimensi (termal) 
b. Adanya faktor patologis (osteoporosis)

Mempengaruhi Retensi c. Adanya faktor intra oral (resobsi tulang alveolar, saliva/air bisa membasahi anatomi GT yang kental bisa melepas,yang


baik konsistensi sedang)

& Stabilisasi GT d. Faktor psikologis, pasien yang terlalu tua,terbiasa yang ompong.


e. Faktor anatomi (pengaruh otot- otot yang mendukung, bentuk linggir yang berbentuk V, adanya torus palatinus, frenulum
yang terlalu tinggi)
f. Ketebalan GTL
g. Adanya eksotosis (tulang yang menonjol pada prosesus alveolaris)
Main Menu

Learning Objective 2 :
Stabilisasi Gigi Tiruan Lengkap

Faktor yang
1. Definisi
 Stabilisasi adalah kemampuan gigi tiruan untuk tetap stabil atau tetap pada posisinya saat digunakan. .
Mempengaruhi Retensi Stabilisasi mengacu pada suatu tahanan untuk melawan pergerakan horizontal dan tekanan yang cenderung akan menguba
h kedudukan basis gigi tiruan dan pondasi pendukungnya pada arah horizontal atau rotasi. 
& Stabilisasi GT
2. Faktor yang Mempengaruhii Stabilisasi GTL
a. Ukuran dan bentuk basal seat
b. Kualitas cetakan akhir
c. Kontur permukaan yang halus
d. Susunan gigi tiruan yang baik dan tepat
Main Menu

Learning Objective 3 :
Fungsi Bite Rim

Fungsi dari Bite Rim &


Bite rim adalah tanggul gigitan yang terbuat dari lembaran malam (wax) yang berfungsi untuk menentukan tinggi
gigitan pada pasien yang sudah kehilangan semua gigi agar mendapatkan kontak oklusi. Bite rim dibuat dengan
Prosedur Pengukuran menggunakan malam yang berwarna merah yang bisa dibentuk basis sebagai pengganti sementara bagi gigi tiruan penuh
yang akan dibuat pada basis protesa, dan digunakan untuk menentukan profile pasien, menentukan tinggi gigit, oklusi
Dimensi Vertikal
sentrik, dimensi vertikal, menentukan letak permukaan bidang oklusal, menentukan letak garis tengah, garis senyum, garis
caninus, dan panduan saat menyusun elemen gigi (Zarb, George A, et al, 2002).
Main Menu

Learning Objective 3 :
Pengukuran Dimensi Vertikal Oklusi

Fungsi dari Bite Rim & Ketika melakukan pengukuran DV oklusi, gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah berkontak maksimal, bibir atas
dan bibir bawah berkontak wajar. Seseorang yang memiliki gigi geligi alami mempunyai celah antara permukaan

Prosedur Pengukuran oklusal gigi geligi ketika dalam posisi istirahat, ini dikenal dengan freeway space atau jarak interoklusal yang
ditentukan berdasarkan keseimbangan antara otot elevator dan depressor rahang bawah, dan sifat elastis keseluruhan
Dimensi Vertikal jaringan lunak pada gigi alami.

Freeway space ini dapat diukur secara tidak langsung dengan mencari selisih antara DV istirahat dengan DV
oklusi pada saat gigi geligi dalam keadaan oklusi. Idealnya, jarak interoklusal pada posisi istirahat sekitar 2-4 mm.
Main Menu

Learning Objective 3 : Metode langsung

a.Pengukuran wajah
Fungsi dari Bite Rim & Metode McGee menghubungkan DVO dengan 3 pengukuran wajah yang dianggap konstan selama hidup, yaitu: jarak dari
tengah pupil mata ke garis yang ditarik dari sudut bibir, jarak dari glabella ke subnasion, dan jarak antara sudut mulut ketika
Prosedur Pengukuran bibir istirahat.

Dimensi Vertikal b. Swallowing (penelanan)


Proses menelan sebagai salah satu fungsi fisiologis, dianjurkan untuk digunakan dalam menentukan dimensi vertikal. Posisi
mandibular pada awal gerakan menelan dapat dipakai sebagai dasar dalam menentukan dimensi vertikal.

c. Fonetik
Pengukuran fonetik ditentukan berdasarkan closest speaking distance yaitu pada saat
menghasilkan suara “s” atau “sh”, atau tidak ada kontak antar gigi.
Main Menu

Learning Objective 3 : d. Metode taktil


Sensasi taktil pasien digunakan sebagai panduan untuk menentukan hubungan vertikal oklusi. Pengukuran ini dilakukan
dengan memasukan bite plane yang pada bagian palatal gigi tiruan rahang atas dilekatkan adjustable central bearing screw dan
Fungsi dari Bite Rim & central bearing screw pada tepian rim oklusal rahang bawah ke dalam mulut pasien dan pasien diarahkan untuk membuka dan
menutup mulutnya sampai kontak.

Prosedur Pengukuran
e. Biting force

Dimensi Vertikal Pengukuran ini menggunakan alat (bimeter). Alat bimeter yang digunakan adalah untuk mengukur kekuatan gigit pada
berbagai dimensi vertikal dan dicatat sebagai “power point”, yang terletak bertepatan pada posisi istirahat mandibula.

f. Rumus Hayakawa
Hayakawa berdasarkan studinya mengembangkan indeks untuk menentukan dimensi vertikal dengan mempertimbangkan
faktor-faktor seperti jarak interpupillary (pp), jarak antar zygomatic (zy-zy), jenis kelamin, profil, panjang telapak tangan,
subnasionasi pupillary jarak (p-sn), dan pupil-chelion (p-ch).
Main Menu
Metode tidak langsung

Learning Objective 3 :
a. Sefalometri
Analisis sefalometri telah digunakan sebagai data tambahan yang berharga pada penelitian dan diagnosis di bidang
Fungsi dari Bite Rim & kedokteran gigi. Radiografi ini menggunakan pendekatan rontgenografik menunjukkan tingkat akurasi sebesar 95 sehingga
saat ini telah digunakan sebagai salah satu pilihan metode penentuan DVO pada pembuatan GTL pada pasien full edentulous

Prosedur Pengukuran Radiografi ini menggunakan pendekatan rontgenografik menunjukkan tingkat akurasi sebesar 95.

Dimensi Vertikal b. Foto digital


Telah diteliti proporsi golden ratio wajah dengan melakukan pengukuran pada foto digital. Berdasarkan penelitian,
pengukuran DVF pada subjek mahasiswa di Brazil dengan menggunakan foto digital, dengan mengukur jarak sudut mata ke
sudut bibir dan jarak dasar hidung ke ujung dagu menggunakan software HL image ++97, ke dua jarak ini dinyatakan sama
besarnya. Pada penelitian Gomez VL pada tahun 2008, pengukuran dimensi vertikal fisiologis wajah dapat dilakukan pada
foto wajah secara digital, menggunakan kamera foto digital dengan jarak pemotretan 56 cm antara ujung hidung subjek
dengan lensa kamera, dengan ketinggian 112 cm pada tripod.
Main Menu
STANDAR PELAYANAN TEKNIK GIGI

Learning Objective 4 : Alur Pelayanan


Unit pelayanan keteknisian gigi di fasilitas pelayanan kesehatan harus membuat alur pelayanan secara jelas yang

Tahapan Prosedur Kerja memberikan kemudahan pemahaman maupun aksesibilitas bagi pengguna dan pihak lain terkait.

Alur pelayanan keteknisian gigi:


Laboraturium dan 1. Menerima dan memahami rekomendasi yang diterima dari dokter gigi atau fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya.
Klinik
2. Melakukan pencatatan instruksi kerja yang ada di rekomendasi.
3. Mempersiapkan alat, bahan, model kerja yang dibutuhkan sesuai dengan rekomendasi yang diterima dari dokter
gigi atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
4. Melakukan pembuatan protesa.
5. Melakukan pecetakan.
6. Melakukan pemasangan.
7. Evaluasi hasil akhir.
8. Melakukan pencatatan dan pelaporan hasil kerja.
9. Mengirim kembali kepada dokter gigi atau klinik gigi atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Main Menu
Surat perintah kerja seharusnya merupakan surat yang ditulis dengan singkat, sederhana, jelas dan berisi informasi yang
lengkap mengenai apa yang diinginkan.
Learning Objective 5 :
Sebuah surat perintah kerja hendaknya memuat :

Cara Pembuatan 1. Nama dan alamat laboratorium teknik gigi.


2. Nama dan alamat dokter gigi pemesanan.
3. Tanggal pengiriman.
Work 4. Tanggal selesai pekertjaan yang diinginkan.
5. Kolom untuk cirri-ciri pasien.
Authorization 6. Kolom untuk instruksi khusus.
7. Gambar gigi serta lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah.
8. Tanda tangan dokter gigi.

Surat perintah kerja ini bias berupa formulir yang dibuat sendiri oleh dokter gigi, tetapi pada umumnya disediakan oleh
Laboratorium Teknik Gigi yang kemudian dibagikan pada para dokter. Beberapa ahli menagjurkan surat ini dibuat dalam rangkap
dua, satu diserahkan kepada laboratorium dan satu lagi untuk arsip dokter pengirim pekerjaan. Mengingat pekerjaan restorasi dan
dental sering kali tidak dapat selesai dalam satu kali pemgiriman, maka dianjurkan untuk setiap kali pengiriman dibuat surat
perintah kerja baru.
Main Menu

T2M2
Blok Sistem Terima kasih
Gnatologi 1
FKG-UMI Apakah ada pertanyaan ?

Anda mungkin juga menyukai