Anda di halaman 1dari 52

Pengetahuan Tentang

Bambu
Mengenal Bambu
Bambu secara botanis dapat digolongkan pada famili
Gramineae (rumput).
Jenis – Jenis Bambu
Bambu tali/apus
Bambu petung
Bambu duri
Bambu wulung
Bambu Tali (Gigantochloa Apus)
Bambu yang amat liat dengan jarak ruas sampai 65 cm
dan dengan garis tengah 40 – 80 mm, serta panjang
batang 6-13 m.
Bambu Petung (Dendrocalamus asper)
Bambu yang amat kuat,
dengan jarak ruas
pendek, tetapi dengan
dindingnya tebal
sehingga tidak begitu liat.
Garis tengah bambu
petung 80-130 mm,
panjang batang 10-20 m.
Bambu ini sering ditanam
dan tumbuh pada daerah
berketinggian 1900 mdpl.
Bambu Duri (Bambusa blumeana)
Bambu ini juga kuat dan
besar seperti bambu
petung, jarak ruas juga
pendek dengan dinding
tebal, bagian luar (kulit)
lebih halus dan licin
dibandingkan dengan
bambu lainnya. Garis
tengah 75-100 mm,
panjang batng 9-18 m.
Bambu Wulung (Gigantochloa verticillata)
Bambu dengan jarak
ruas panjang seperti
pada bambu tali/apus,
akan tetapi tebalnya
sampai 20 mm dan tidak
liat (getas), bergaris
kuning muda. Garis
tengah bambu 40 – 100
mm, panjang batang 7-18
m.
Sifat-Sifat Mekanika Bambu
Secara teoritis tergantung pada :
Jenis bambu yang berkaitan dengan tumbuh-
tumbuhan
Umur bambu pada waktu penebangan
Kelembaban pada batang bambu
Bagian batang bambu yang digunakan, pertengahan,
atau kepala;
Letak dan jarak ruasnya masing-masing
Sifat-Sifat Mekanika Bambu
Penentuan sifat-sifat mekanis bambu berdasarkan
prasyarat bahwa bambu yang digunakan dalam
pembangunan merupakan bahan-bangunan yang
kering dengan kadar air 12 %. Hal ini merupakan
kadar air kesetimbangan pada kelembaban udara 70%
yang dapat dianggap sebagai nilai rata-rata yang wajar
pada iklim tropis.
Berat Jenis Bambu
Berbeda beda menurut jenis bambu.
(ρ= 670-720 kg/m3)
Berat jenis turun sampai proses pengeringan.
Berat jenis bambu rata-rata di Indonesia 700 kg/m3.
Kekuatan Tarik
Berbeda-beda antara batang dalam, luar dan tengah.
Bagian tengah memiliki ketahanan tarik lebih tinggi
dan bagian kepala lebih rendah 12% dari batang
bagian kaki.
Di Indonesia tegangan tarik arah serat 29.4 N/mm2.
Kekuatan Tekan
Kekuatan tekan berbeda-beda antara bagian ruas dan
bagian antara ruas batang bambu.
Bagian batang tanpa ruas memiliki kekuatan tekan 8-
45% lebih tinggi daripada batang beruas.
Di Indonesia tegangan tekan yang diizinkan arah seart
7.85 N/mm2.
Kekuatan Geser
Ukuran kekuatan bambu dalam hal kemampuannya
menahan gaya-gaya yang membuat suatu bambu
bergeser dari bagian lain di dekatnya.
Kekuatan geser pada didnding 10 mm menjadi 11%
lebih rendah daripada bambu setebal 6 mm.
Bagian batang tanpa ruas memiliki kekuatan gaya
geser 50% lebih tinggi daripada batang bambu yang
beruas.
Di Indonesia kekuatan geser diizinkan arah serat
adalah 2.45 N/mm2.
Pengawetan Bambu
Bambu kurang tahan lama karena mengandung
banyak kanji yang disukai oleh rayap dan menjadi
tempat tumbuh yang baik bagi cendawan akibat suhu
dan kelembaban tinggi.
Bambu memiliki 50-50% selulosa dibanding kayu.
Jika tidak diawetkan bambu hanya tahan 2-3 tahun.
Jika diawerkan lebih > 15 tahun
Mutu Bambu
Bambu harus tua, berwarna kuning jernih atau hijau
tua. Berbintik putih pada pangkalnya, berserat padat
dengan permukaan mengkilap. Di tempat ruas tidak
boleh ada yang pecah.
Mutu Bambu
Masa memotong batang bambu (Pemanenan)
Perawatan dan pengeringan bambu
Pengawetan bambu
Masa Memotong Batang Bambu
Bambu sebagai bahan bangunan sebaiknya dipotong
pada umur 3-6 tahun.
Pada umur itu, bambu memiliki kekuatan paling
tinggi, dan agak tahan terhadap hama dan jamur jika
dirawat dan dikeringkan dengan baik.
Bambu diptong sekira 15-30 cm di atas tanah.
Waktu memotong bambu yang benar adalah subuh
pada saat bulan tua (pada seperempat terakhir
sebelum bulan gelap) karena batang bambu pada
waktu itu paling kering.
Perawatan dan Pengeringan Bambu
Perawatan paling baik dilaksanakan langsung pada
tempatnya.
Batang bambu yang baru dipotong sebaiknya
disandarkan dalam keadaan berdiri pada bambu yang
belum dipotong.
Batang bambu dilindungi terhadap kelembaban tanah
dengan menggunakan sebuah batu dibawah batang
yang telah dipotong.
Batang dibiarkan selama 1-2 bulan.
Cara Perawatan Tradisional
Meremdam batang bambu selama 1 bulan dalam air
tawar, payau dan air laut yang mengalir dan tenang
agar kandungan kanji akan dicuci atau hilang.
Peremdaman dilakukan setelah bambu dikeringkan.
Bambu yang sudah direndam harus berwarna pucat
dan jika di belah sudah tidak terdapat bulu dalam.
Cara Perawatan Tradisional
Menggunakan api.
Api dan asapnya akan membasmi hama yang berada
di dalam batang bambu dan memperkeras batang
bambu.
Cara ini juga untuk meluruskan batang yang bengkok.
Cara Kimiawi Pengawetan Bambu
Bambu dapat diawetkan dengan 5 cara yaitu :
Perendaman batang atau bilah bambu
Cara pengaliran
Cara penekanan
Penyimpanan dalam drum besi
Pengecatan dengan zat penolak serangga.
Pengawetan denga Perendaman
Batang bambu direndam dengan bahan pengawet.
Perendaman hanya dilakukan bagi batang yang baru
dipotong
Cara ini memerlukan 2-5 hari.
Pengawetan dengan Cara Pengaliran
Cara paling efisien.
Batang bambu yang baru dipotong baik tangkai
maupun daunnya disambung dengan slang pada ujung
kakinya pada drum besi yang mengandung bahan
pengawet.
Bahan pengawet akan mengalir sampai pada
puncaknya.
Sisa bahan yang keluar dapat digunakan kembali.
Pengawetan dengan Cara Penekanan
Merupakan cara yang lebih cepat sehingga tidak perlu
ditunggu 2-5 hari. Pada cara ini drum besi yang
mengandung bahan pengawet harus rapat udara
sehingga dapat dilengkapi dengan pompa udara yang
akan menekan bahan pengawet ke batang bambu.
Cara Mengecek Bahan Pengawet
Apakah proses pengawetan sudah memadai atau
belum. Sesudah warna bahan pengawet tersebut mirip
dengan warna bahan pengawet dalam drum besi,
maka pengawetan selesai.
Pengawet Bambu Dalam Drum
Batang bambu dapat juga ditaruh dalam drum besi
(steeping). Batang bambu yang baru dipotong tidak
boleh terlalu panjang, termasuk tangkai dan daunnya
ditaruh dalam larutan kimia.
Bahan pengawet akan dihisap oleh pembuluh rambut
batang bambu sampai menguap pada dirinya.
Pengawetan Kimia
Sesudah pengawetan selesai maka bilah bambu
dikeringkan sampai kadar airnya mencapai 10-15%.
Bambu yang kering dapat juga dicat dengan sari daun
dari pohon imbau berfungsi sebagai insektisida.
Bahan yang sudah kering harus dihindari dari hujan
dan embun.
Penggunaan Bambu
Sistem Rangka Batang Bambu
Sistem rangka batang bambu dapat diterapkan pada
daerah rawan gempa bumi
Pembangunan rumah panggung
Konstruksi dinding rangka
Pelat laintai maupun atap
Sebagai tulangan beton.
Dapat juga untuk non struktur : perlengkapan pintu
dan jendela serta konstruksi pagar.
Bambu Sebagai Bahan Bangunan
Harus mempertimbangkan :
Bambu tanpa pengawet mudah membusuk
Sesudah ditebang , dapat diserang serangga
Dalam keadaan kering sangat rentan dengan kebakaran
Kekuatan dan daya tahan bambu memudar seturut umur
Jangan menggunakan paku baja sebagai sambungan tapi
hunakan pasak kayu atau bambu
Jangan menggunakan bambu yang dipotong diluar
musim
Fandasi Bambu Yang Baik
A memotong pipa PVC Ø5”
B. mengikat pipa tersebut keliling ujung tiang
bambu yang ruasnya terbuka 30 cm dan memasang
dua tulangan baja ulir Ø12 mm di dalamnya,
kemudian mengecor kaki ini
C) sesudah kering pipa PVC dilepaskan dan tiang
dapat dipasang ditanah
Fondasi Bambu
Rumah Panggung merupakan konstruksi yang paling
cocok untuk rumah berkerangka bambu karena semua
bagian bangunan terlepas dari tanah dan terbuka
terhadap angin.
Konstruksi Pagar dan Tangga Naik
Fungsi menjaga keamanan
Didirikan pada batas garis tanah pekarangan garis
sempadan dan harus terletak di atas tanah sendiri.
Pagar bagian depan tidak boleh lebih dari 1.25 cm dan
harus diberi lubang-lubang sehingga halaman terlohat
keluar.
Bagian samping dan belakang bisa lebih tinggi dari
1.70 cm.
Macam-Macam Pagar Bambu
Pagar beruji-ruji dari bilah bambu.
Pagar runcing dari batang bambu
Pagar bilah bambu anyaman vertikal dan horisontal
Pagar Beruji Ruji
Pagar Anyaman
Konstruksi Tangga Naik
Tangga naik bersifat sementara, yang tidak boleh
digunakan sebagai tangga tetap.
Tangga naik sering tidak memenuhi keamanan dan
kestabilan. Tangga yang aman perlu kaki yang agak
lebar dan diruncingkan serta 2 sampai 3 pengikat.
Karena tangga sering dipindahkan maka bahan
bambu menguntungkan karena ringan dan tidak
mudah patah.
Tangga Naik
Pipa Air dari Bambu
Batang bambu yang sekat ruasnya dihilangkan dapat
menjadi pipa bambu yang murah dan efisien.
Sebagai pipa bambu hendaknya dipilih bambu dengan
garis tengah yang cukup luas supaya air yang
dibutuhkan dapat mengalir di dalamnya.
Pipa Air dari Bambu
Timba Air dari Bambu
Konstruksi Jembatan Bambu
Jembatan konstruksi gantung merupakan konstruksi
jembatan yang dapat menyeberangi lebar bentang
yang jauh. Masalah timbul pada kestabilan goyang ke
samping.
Jembatan Konstruksi Gantung
Anyaman Penutup Jalan
Tenunan bambu sebagi penutup pelat lantai pejalan
kaki merupakan pelapis yang tahan sekali walaupun
kurang kaku terhadap gaya horosontal.
Biasa berukuran 90 cm dan 6 m.
Konstruksi Perancah
Perancah adalah konstruksi dari batang bambu, kayu
atau pipa baja yang didirikan ketika gedung sedang
dibangun untuk menjamin tempat kerja yang aman
bagi tukang.
Perancah Kerja Panggung
Perancah ini mudah dipindahkan untuk tempat kerja
tukang.
Konstruksi Perancah Pengaman
Berfungsi pengaman tukang dan buruh pada
ketinggian lebih dari 5 m
Konstruksi Perancah Penyangga
Menahan bagian gedung yang harus dipertahankan
pada waktu membongkar sebagian atau mengadakan
perbaikan terhadapnya.

Anda mungkin juga menyukai