Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

BRONKOPNEUMONIA PADA MODALITAS


FOTO TORAX DAN CT SCAN
OLEH :
SHELA ASYIAH GRANITYA
15711141

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN
PENDAHULUAN
• BRONKOPNEUMONIA DISEBUT JUGA PNEUMONIA LOBULARIS
• YAITU SUATU PERADANGAN PADA PARENKIM PARU YANG TERLOKALISIR YANG BIASANYA
MENGENAI BRONKIOLUS DAN JUGA MENGENAI ALVEOLUS DISEKITARNYA, YANG SERING
MENIMPA ANAK-ANAK DAN BALITA, YANG DISEBABKAN OLEH BERMACAM-MACAM ETIOLOGI
SEPERTI BAKTERI, VIRUS, JAMUR DAN BENDA ASING. KEBANYAKAN KASUS PNEUMONIA
DISEBABKAN OLEH MIKROORGANISME, TETAPI ADA JUGA SEJUMLAH PENYEBAB NON INFEKSI
YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN.
• BRONKOPNEUMONIA LEBIH SERING MERUPAKAN INFEKSI SEKUNDER TERHADAP BERBAGAI
KEADAAN YANG MELEMAHKAN DAYA TAHAN TUBUH TETAPI BISA JUGA SEBAGAI INFEKSI
PRIMER YANG BIASANYA KITA JUMPAI PADA ANAK-ANAK DAN ORANG DEWASA
DEFINISI

• Pneumonia adalah inflamasi dari parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan interstisial.
• Bila parenkim paru terkena infeksi dan mengalami inflamasi hingga meliputi seluruh alveolus suatu
lobus paru maka disebut pneumonia lobaris atau pneumonia klasik.
• Bila proses tersebut tidak mencakup satu lobus dan hanya di bronkiolus dengan pola bercak – bercak
yang tersebar bersebelahan maka disebut bronkopneumonia.
• Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia yang sering dijumpai pada anak – anak.
EPIDEMIOLOGI

• Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah 5 tahun.
• Diperkirakan hampir seperlima kematian anak di seluruh dunia, kurang lebih 2 juta anak balita
meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara.
• Pneumonia lebih sering dijumpai di negara berkembang dibandingkan negara maju. Menurut survei
kesehatan anak nasional ( SKN ) 2001, 27,6% kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia
disebabkan oleh penyakit sistem respiratori, terutama pneumonia.
Gambar 5. Penyebab Kematian Pada Balita Pada Tahun 2008 ( WHO/Child Health Epidemiology
Reference Group (CHERG) )
ETIOLOGI
PATOGENESIS
KLASIFIKASI PNEUMONIA
Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
• Pneumonia komuniti ( community – acquired pneumonia ) : pneumonia yang
didapat di masyarakat dan sering disebabkan oleh kokus Gram positif
( Pneumokokus, Staphylococcus ), basil Gram negatif ( Haemophillus influenzae ),
dan bakteri atipik.
• Pneumonia nosokomial ( hospital – acquired pneumonia ) : pneumonia yang timbul
setelah 72 jam dirawat di rumah sakit, yang lebih sering disebabkan oleh bakteri
gram negatif ( Staphylococcus aureus ) dan jarang oleh pneumokokus atau
Mycoplasma pneumoniae.
• Pneumonia aspirasi : pneumonia yang terjadi akibat aspirasi antara lain makanan
dan asam lambung
• Pneumonia pada penderita immunocompramised
Berdasarkan mikoorganisme penyebab
• Pneumonia bakterial / tipikal
• Pneumonia atipikal : disebabkan Mycoplasma, Legionella, dan Clamydia
• Pneumonia virus
• Pneumonia jamur : sering merupakan infeksi sekunder dengan predileksi pada penderita dengan daya
tahan tubuh lemah ( immunocompromised )
Berdasarkan predileksi infeksi
• Pneumonia lobaris
• Bronkopneumonia
• Pneumonia interstisial
MANIFESTASI KLINIS

Gambaran gangguan respiratori:


• batuk yang awalnya kering kemudian
Gambaran infeksi umum : menjadi produktif
• demam: suhu bisa mencapai 39 – 40 oC • sesak nafas
• sakit kepala • retraksi dada
• gelisah • takipnea
• malaise • napas cuping hidung
• penurunan nafsu makan • penggunaan otat pernafasan tambahan
• keluhan gastrointestinal, seperti mual, muntah, atau diare • merintih
• kadang – kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner •
sianosis
PX. FISIK

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti


• vokal fremitus yang meningkat pada daerah terkena,
• pekak perkusi atau perkusi yang redup pada daerah yang terkena,
• suara napas melemah,
• suara napas bronkial
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Darah perifer
leukositosis /Leukopenia
• Uji Serologis
Uji serologis untukj mendeteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri tipik mempunyai sensitivitas yang
rendah dan secara umum tidak terlalu bermanfaat dalam mendiagnosis infeksi bakteri atipik.
• Pemeriksaan Mikrobiologis
Pemeriksaan mikrobiologis untuk diagnosis pneumonia anak tidak rutin dilakukan kecuali pada pneumonia berat
yang dirawat di RS.
• Analisa Gas Darah
Analisa gas darah (AGDA) menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia.Pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
metabolik
PEMERIKSAAN RONTGEN
THORAX DAN CT SCAN
Bronkopneumonia : ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua
paru, berupa bercak – bercak infiltrat halus yang dapat meluas hingga
daerah perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan peribronkial
• dominasi nodul peribronkial termasuk nodul centrilobular dengan atau tanpa konsolidasi peribronkial
(Gambar5) .
• Berbeda dengan pola dominan konsolidasi, konsolidasi ini mungkin dibentuk oleh pembesaran dan
penggabungan nodul peribronkial. Penebalan dinding Bronkial sering dikaitkan. Pneumonia dengan ini Pola
ini disebut bronkopneumonia.
• Namun, bronkopneumonia kadang tidak dapat dibedakan dari alveolar pneumonia.
• Ketika nodul centrilobular mendominasi, yaitu ketika daerah bronkiolus dan peribronchiolar berada terutama
pada daearah yang terkena, mungkin disebut sebagai bronchiolitis infeksi
• Bronkopneumonia dapat mengikuti klinis kronis seperti , bronkiektasis
Gambar 5 Mycoplasma pneumoniae pneumonia menunjukkan bronkopneumonia pada seorang pria berusia 10-an. A: Rontgen
dada menunjukkan kekeruhan reticulonodular dan konsolidasi fokus di bidang paru-paru kiri tengah ke bawah (panah). Kiri
pulmonary hilum tampak membesar; B: Bagian tipis CT menunjukkan nodul centrilobular mengembang dengan opacity ground-
glass di sekitarnya di lobus kiri bawah (panah). Perhatikan bahwa dinding bronkus sentral menebal (panah kepala)
Gambar 7 Chlamydophila pneumoniae pneumonia menunjukkan bronchiolitis infeksi pada seorang
wanita berusia 60-an. A: Rontgen dada menunjukkan kekeruhan reticulonodular yang samar di kedua
bidang paru-paru bagian bawah (panah); B: Thin-section computed tomography mengungkapkan nodul
centrilobular (panah) dengan bronkiektasis (kepala panah) di lobus tengah dan lingula
Gambar 8 Infeksi transbronkial kronis (bronkiolitis aspirasi difus) di Indonesia seorang pria
berusia 70-an. Pasien ini memiliki riwayat karsinoma esofagus dan aspirasi berulang yang
terkait. Tomografi terkomputasi bagian tipis pada tingkat paru-paru dasar menunjukkan nodul
centrilobular (panah) dengan bronkiektasis (kepala panah). Rendah area atenuasi sugestif dari
emfisema paru juga ada.
Gambar 9 Sindrom Sinobronchial pada seorang pria berusia 70-an. A: Rontgen dada menunjukkan
opasitas bilateral reticulonodular di kedua bidang paru-paru bagian bawah (panah); C: CT bagian tipis
mengungkapkan bronkial penebalan dinding dengan bronkiektasis (panah) dan kekeruhan centrilobular
minimal (kepala panah).

Anda mungkin juga menyukai