Komkes Kel 3

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

KOMUNIKASI KEPADA LANSIA DAN

KOMUNIKASI KEPADA
MASYARAKAT DENGAN PENYAKIT
KRONIS
Kelompok 3
Aqillah Mutia Hayya Nurul Chaira Riyani
Azimatul Amini Rafi Fakhrudriansyah
Dinda Wahyuni Rezi Asmanovia
Dindha Permata Sari Sella Rahayu Saputri
Harick Fatur Rahman Tomi Zuliansah
M. Taufik Akbar S Voni Novita
Nadia Putri Ihsani
A. KOMUNIKASI PADA KLIEN LANSIA

a. Karakteristik Lansia
Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia ( WHO )
mengelompokkan usia lanjut menjadi 4 macam, meliputi :
• usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun.
• usia lanjut (elderly), kelompok usia antara 60-70 tahun.
• usia lanjut usia (old), kelompok usia antara 75-90 tahun
• usia tua (very old), kelompok usia diatas 90 tahun
b. Pendekatan Perawatan Lansia dalam Konteks
Komunikasi
• Pendekatan fisik
• Pendekatan psikologis
• Pendekatan social
• Pendekatan spiritual
c. Teknik Komunikasi pada Lansia

Beberapa tehnik komunikasi yang dapat diterapkan


anatara lain : 
• Tehnik Asertif 
• Responsif 
• Fokus
• Supportif
• Klarifikasi
• Sabar dan Ikhlas
d. Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia

Proses komunikasi antara petugas kesehatan


dengan klien lansia akan terganggu apabila
ada sikap agresif dan sikap non asertif
• Agresif
• Non Asertif
e. Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan

Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk


menghadapi klien lansia dengan reaksi penolakan,
antara lain :
1) Kenali segera reaksi penolakan klien
2) Orientasikan klien lansia pada pelaksanan
perawatan diri sendiri
3) Libatkan keluarga atau pihak keluarga terdekat
dengan tepat
f. Prinsip Komunikasi Terapeutik Pada Klien Lansia dan Keluarga

•Komunikasi pada lansia memerlukan pendekatan khusus.


•Dalam berkomunikasi dengan lansia diperlukan pengetahuan tentang
sikap-sikap yang khas pada lansia.
•Berkomunikasi dengan lansia memerlukan suasana yang saling hormat
menghormati, saling menghargai, saling percaya, dan saling terbuka.
•Penyampaian pesan langsung tanpa perantara, saling memengaruhi dan
dipengaruhi, komunikasi secara timbal balik secara langsung, serta
dilakukan secara berkesinambungan, tidak statis, dan selalu dinamis.
•Kesulitan dalam berkomunikasi pada lanjut usia disebabkan oleh
berkurangnya fungsi organ komunikasi dan perubahan kognitif yang
berpengaruh pada tingkat intelegensia, kemampuan belajar, daya
memori, dan motivasi klien . 
g. Strategi Komunikasi Terapeutik Pada Klien Lansia

Contohnya, Kondisi Pasien ibu Sofi umur 68 tahun masuk rumah sakit (MRS)
dengan peradangan hati (hepar). Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan suhu
badan 38 °C, banyak keluar keringat, kadang-kadang mual dan muntah. Palpasi
teraba hepar membesar. Pasien mengatakan bahwa diagnosis doktersalah, “Dokter
salah mendiagnosa, tidak mungkin saya sakit yang demikian karena saya selalu
menjaga kesehatan”, Pasien menolak pengobatan dan tidak mau dirawat. Pasien
yakin bahwa dia sehat-sehat saja dan tidak perlu perawatan dan pengobatan.

Diagnosis/Masalah Keperawatan: Denial (Penolakan)


Rencana Keperawatan:
a. Istirahatkan pasien di atas tempat tidur (bedrest).
b. Tingkatkan pemahaman pasien terkait kesehatannya.
c. Diskusikan masalah yang dihadapi dan proses terapi selama di Rumah Sakit
(RS).
B. KOMUNIKASI TERAPUETIK PADA KLIEN PENYAKIT KRONIK

1. Prinsip Komunikasi Terapeutik Pada Klien Penyakit Kronik


Membangun hubungan saling percaya dan caring dengan klien dan
keluarga melalui penggunaan komunikasi terapeutik membentuk dasar
bagi intervensi pelayanan paliatif.
Dalam berkomunikasi, gunakan komunikasi terbuka dan jujur,
tunjukkan rasa empati. Dengarkan dengan baik, tetap berpikiran terbuka,
serta amati respon verbal dan nonverbal klien dan keluarga. Saat
berkomunikasi mungkin saja klien akan menghindari topic pembicaraan,
Jika klien memilih untuk tidak mendiskusikan
penyakitnya saat ini, perawat harus mengizinkan dan
katakana bahwa klien bisa kapan saja mengungkapkannya.
Memberi kebebasan klien memilih dan menghormati
keputusannya akan membuat hubungan terapeutik dengan
klien berkembang
2. Reaksi Klien dan Keluarga Terhadap Penyakit Kronik

Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon


Bio- Psiko-Sosial-Spritual ini akan meliputi respon kehilangan :
– Kehilangan kesehatan
– Kehilangan kemandirian
– Kehilangan situasi
– Kehilangan rasa nyaman
– Kehilangan fungsi fisik
– Kehilangan fungsi mentall.
– Kehilangan konsep diri
– Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga.
3. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien Penyakit Kronik

Fase kehilangan dan teknik komunikasi


terapeutik :
 Fase Denial (Pengingkaran)
 Fase Anger (Marah)
 Fase Bargaining (Tawar-Menawar)
 Fase Depression

Anda mungkin juga menyukai