Anda di halaman 1dari 22

PENGANTAR PERPAJAKAN

Nama Kelompok 1 :

• Ni Komang Yunika (2002622010254/09)


• Ni Made Inka Prahartini (2002622010268/23)
• Ni Luh Made Indah Maharani (2002622010271/26)
PENGANTAR PERPAJAKAN

1. DEFINISI PAJAK 7. KEDUDUKAN HUKUM PAJAK

8. HUKUM PAJAK MATERIIL DAN


2. UNSUR PAJAK HUKUM PAJAK FORMIL

3. FUNGSI PAJAK 9. PENGELOMPOKAN PAJAK

4. PERBEDAAN PAJAK DENGAN 10. TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK


PUNGUTAN LAINNYA

11. TIMBUL DAN HAPUSNYA HUTANG


5. SYARAT PEMUNGUTAN PAJAK
PAJAK

6. TEORI-TEORI YANG MENDUKUNG


12. HAMBATAN PEMUNGUTAN PAJAK
PEMUNGUTAN PAJAK

13. TARIF PAJAK


1. DEFINISI PAJAK

Definisi Pajak atau pengertian pajak adalah kontribusi wajib kepada


negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-undang. Dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. lebih singkatnya Pajak itu
adalah tanggungan masyarakat kepada negara yang harus dibayar
dengan ketentuan yaitu jika memiliki kendaraan, rumah, lahan, usaha
pribadi, CV, Firma dan sebagainya. Dan Uang pajak digunakan untuk
membuat jalanan umum, Tol dan sebagainya.
1. Subjek Pajak
Subjek pajak adalah orang pribadi atau lembaga yang dituntut
untuk melaksanakan kewajiban perpajakan. Subjek pajak
kemudian dibagi menjadi dua, yakni subjek pajak dalam negeri
dan subjek pajak luar negeri.  

R
N SU 2. Wajib Pajak
2. U JAK Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan. Benda dan jasa
PA tidak termasuk sebagai Wajib Pajak karena tidak memiliki
kemampuan untuk membayar pajak. Orang atau badan yang
mewadahi benda dan jasa tersebut adalah pihak yang bisa
dikategorikan sebagai Wajib Pajak.

3. Objek Pajak
Objek pajak merupakan sumber pendapatan yang dikenakan pajak.
Setiap subjek pajak haruslah mempunyai objek pajak yang nantinya
dikenakan atas pajak yang berlaku.

4. Tarif Pajak
Unsur pajak di Indonesia yang terakhir adalah tarif pajak. Jika tadi sudah ada
subjek dan objek maka di sini tarif pajak berperan sebagai besaran pajak yang
harus dibayarkan. Tarif pajak adalah nominal yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak atas benda atau jasa yang terbebani pajak (objek pajak).
1. Fungsi anggaran
Pajak adalah sumber pendapatan paling besar di banyak negara.
Manfaat pajak untuk membiayai semua pengeluaran negara
seperti gaji pegawai negeri, gaji tentara, pembayaran utang
pemerintah, dan membiayai pembangunan.
3. Fungsi Pajak
2. Fungsi regulasi
Pajak juga digunakan pemerintah sebagai pengaturan kebijakan
negara atau yang biasa disebut kebijakan fiskal. Beberapa
kebijakan fiskal antara lain penggunaan pajak bea masuk untuk
menekan impor.

3. Fungsi stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan
kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga. Sehingga inflasi
dapat dikendalikan. Caranya bisa dengan mengatur peredaran uang di
masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

4. Fungsi pemerataan
Pajak digunakan untuk menyesuaikan dan menyeimbangkan antara
pembagian pendapatan dengan kebahagiaan dan kesejahteraan
masyarakat, termasuk pembagian antar pemerintah daerah.
 
4. PERBEDAAN PAJAK DENGAN PUNGUTAN LAINNYA

Perbedaan pajak dengan pungutan lainnya seperti retribusi, sumbangan atau Bea Ekspor
dan Impor, yaitu:

•Retribusi merupakan pungutan resmi yang dilakukan pemerintah kepada perorangan


atau badan usaha yang sudah mendapatkan balas jasa secara langsung. Misalnya,
retribusi pasar dan retribusi parkir.
•Sumbangan merupakan jenis pungutan atau iuran yang dibayarkan oleh seseorang atau
lembaga karena telah mendapatkan jasa dari pemerintah. Misalnya, sumbangan perizinan
konser, dan sumbangan daerah atas festival.
•Sementara itu, bea adalah besaran tarif yang harus dibayarkan oleh eksportir maupun
importir atas masuk dan keluarnya produk mereka melalui badan kepabeanan. Misalnya,
bea ekspor minyak mentah.
 
Singkatnya Imbalan pajak tidak dapat langsung dinikmati sementara pungutan lain dapat
langsung dirasakan. Pajak juga mengandung unsur paksaan, sementara pungutan lain
tanpa paksaan. Selain itu, pajak berlaku untuk semua penduduk, sementara pungutan
lain hanya untuk kalangan tertentu.
1. Dalam hal keadilan (pajak harus adil)
5. SYARAT Sistem pemungutan pajak harus berdasarkan peraturan perundang-
PEMUNGUTAN undangan dan keadilan dalam pelaksanaan pemungutan pajak
PAJAK
2. Dalam hal yuridis (perpajakan harus berdasarkan hukum)
Sistem perpajakan diharuskan untuk selalu berdasarkan hukum yang
berlaku seperti apa yang telah tercantum dalam Undang-Undang No. 28
Tahun 2007 yang mengatur tentang ketentuan perpajakan umum.

3. Dalam hal ekonomis (pajak tidak akan mempengaruhi perekonomian nasional)


Sistem perpajakan tidak boleh mengganggu kegiatan ekonomi yang malah dapat
mengakibatkan keterpurukan ataupun penurunan ekonomi nasional, seperti misal dalam
kasus pajak tidak diperbolehkan mengganggu produksi atau kegiatan perdagangan yang
sedang berlangsung.

4. Dalam hal finansial (perpajakan harus efisien)


Sistem pemungutan pajak yang ada harus dilakukan secara efisien dan efektif sehingga nantinya
hasil yang diperoleh dari perpajakan pun akan maksimal.

5. Dalam hal sederhana (sistem pajak harus sederhana) 


Sistem pemungutan pajak yang sederhana akan membantu wajib pajak melaporkan pajaknya dan
mendorong masyarakat untuk memenuhi kewajiban perpajakannya
Pembayaran pajak menurut teori asuransi di ibaratkan
seperti pembayaran premi karena mendapat jaminan
1. Teori Asuransi dari negara. Negara bertugas melindungi orang
6. Teori-Teori Yang
Mendukung dan/atau warganya dengan segala kepentingan, yaitu
keselamatan dan keamanan jiwa serta harta bendanya.
Pemungutan Pajak

Pembagian beban pajak kepada negara didasarkan pada


2. Teori
“kepentingan” atau “perlindungan” masing-masing orang.
Kepentingan Oleh karena itu, semakin besar “kepentingan” seseorang
terhadap negara, maka semakin besar pula pajak yang harus
3. Teori Daya dibayar
Pikul
Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya. Hal ini mengandung makna
bahwa pajak harus di bayarkan sesuai dengan “daya pikul” masing-masing orang.

Teori ini secara sederhana menyatakan bahwa  warga negara membayar


pajak karena baktinya kepada negara. Teori bakti disebut juga teori
4. Teori Bakti kewajiban mutlak

Teori ini berpendapat bahwa fungsi pemungutan pajak adalah mengambil


daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara,
5. Teori Asas Daya kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat dengan maksud untuk
Beli memelihara kehidupan masyarakat dan untuk membawa ke arah tertentu
(misal kesejahteraan).
7. KEDUDUKAN HUKUM PAJAK

Hukum pajak adalah bagian dari hukum publik. Hukum pajak di Indonesia
menganut paham imperative. Artinya, pelaksanaan pemungutan pajak tidak
dapat ditunda.
Ketika terjadi pengajuan keberatan terhadap Pajak oleh wajib pajak yang telah
ditetapkan pemerintah, sebelum ada keputusan dari Direktur Jenderal Pajak
tentang keberatan diterima, maka wajib pajak terlebih dahulu harus membayar
pajak sesuai dengan yang telah ditetapkan. Berikut ini adalah penjelasan
kedudukan hukum perpajakan:
1. Hukum Perdata yang mengatur hubungan antara satu individu dengan
individu lainnya
2. Hukum Publik dimana mengatur hubungan antara pemerintah dengan
rakyatnya. Antara lain terdiri dari Hukum Tata Negara, Hukum Tata Usaha
Negara (Hukum Administrasi Negara), Hukum Pajak, dan Hukum Pidana.
Berdasarkan dua poin di atas, dapat diketahui bahwa kedudukan hukum pajak
merupakan bagian dari hukum publik. Hukum pajak mengatur hubungan
antara pemerintah selaku pemungut pajak dan rakyat sebagai wajib pajak.
8. Hukum Pajak Materiil dan Hukum Pajak Formil

 Hukum Pajak Materiil

Hukum Pajak Materiil adalah kaidah-kaidah atau ketentuan-ketentuan


dari suatu peraturan perundang-undangan pajak yang berkenaan
dengan isi dari peraturan perudang-undangan yang bersangkutan.
Hukum Pajak Materiil menerangkan tentang Subjek, Objek atau tarif
Pajak.
Contoh wujud dari hukum pajak materiil adalah pajak penghasilan
(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah ( PPnBM).
 
 Hukum Pajak Formil

Hukum pajak formil merupakan hukum yang memuat prosedur untuk


mewujudkan hukum pajak materiil menjadi suatu kenyataan atau
realisasi.
Hukum pajak formil memuat tata cara atau prosedur penetapan jumlah
utang pajak, hak-hak fiskus untuk mengadakan monitoring dan
evaluasi.
Selain itu juga menentukan kewajiban wajib pajak untuk mengadakan
pembukuan atau pencatatan dan prosedur pengajuan surat keberatan
maupun banding.

Contoh wujud dari hukum pajak formil adalah Ketentuan dan Tata Cara
Perpajakan, bentuknya adalah:
1. Undang-Undang Nomor 16 tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara
Perpajakan.
2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
Hukum Pajak Formil menerangkan tentang hak dan kewajiban wajib pajak, hak
dan kewajiban fiscus, dan lain-lain.
9. Pengelompokan Pajak

Pajak pusat adalah pajak yang biasanya dikelola


oleh pemerintah pusat, dalam hal ini adalah Direktorat
s pajak jendral pajak yang dibawah naungan Kementrian keuangan.
1. Jen i
t l em b aga Contoh dari Pajak pusat adalah sebagai berikut:
menuru gutan  Pajak Penghasilan (PPh)
pemun  Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
 Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
 Bea Materai.

Pajak daerah adalah jenis pajak yang dipungut dan dikelola oleh
dinas pendapatan daerah.
Contoh dari pajak daerah adalah sebagai berikut :
 Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
 Pajak Hotel dan Restoran
 Pajak Hiburan dan tontonan
 Pajak Reklame
Pajak Subyektif ( Pajak yang Bersifat
jak Perorangan ) yaitu jenis pajak yang dalam
Pa
Je nis fatnya pengenaannya memperhatikan keadaan atau
2. u t Si kondisi pribadi wajib pajak ( status kawin
u r
Men atau tidak kawin, mempunyai tanggungan
keluarga atau tidak ). Contoh pajak subyektif
adalah Pajak Penghasilan (PPh)

Pajak Obyektif ( Pajak yang Bersifat Kebendaan ) yaitu jenis pajak


yang dalam pengenaannya hanya memperhatikan sifat obyek
pajaknya saja, tanpa memperhatikan keadaan atau kondisi diri wajib
pajak. Lebih tepatnya pajak objektif dikenakan pada seorang warga
negara Indonesia jika penghasilan yang dimiliki sudah memenuhi
syarat sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Untuk contoh
pajak objektif sendiri adalah : Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM).
Pajak Langsung
Jenis pajak langsung adalah pajak yang bebannya
n i s p ajak
3. Je t
harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak yang
menuru a bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada
anny
golong pihak lain.
Pajak yang termasuk dalam pajak langsung di
antaranya adalah pajak:
 Pajak penghasilan (PPh).
 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
 Pajak Kendaraan Bermotor.

Pajak tidak langsung


Jenis pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya
dapat dialihkan atau digeser kepada pihak lain. Dengan kata
lain, pembayarannya dapat diwakilkan kepada pihak lain.
Pajak yang termasuk pajak tidak langsung di antaranya:
 Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
 Pajak bea masuk.
 Pajak ekspor.
10. Tata Cara Pemungutan Pajak

1. Stelsel pajak

Stelsel pajak adalah sistem pemungutan pajak yang digunakan untuk menghitung besarnya
pajak yang harus dibayarkan oleh para wajib pajak.

Pemungutan pajak dapat dapat dilakukan dengan tiga stelsel yaitu :


• Stelsel nyata ( Riil )
Pengenaan Pajak didasarkan pada suatu objek (penghasilan yang nyata), pemungutan
dilakukan pada akhir tahun pajak setelah penghasilan sesungguhnya diketahui. Pajak lebih
realistis tapi baru dapat dikenakan di akhir periode.
• Stelsel anggapan ( fictieve stelsel )
Pengenaan pajak didasarkan pada sebuah anggapan yang diatur Undang-Undang. Tanpa
menunggu akhir tahun dan tidak berdasarkan keadaan sesungguhnya.
• Stelsel campuran
Merupakan salah satu kombinasi antara stelsel Nyata dan stelsel anggapan. Pada awal
tahun dihitung berdasarkan anggapan dan akhir tahun disesuaikan dengan keadaan yang
sebebnarnya.
2. Asas Pemungutan Pajak

1. Asas Domisili
Negara berhak untuk dapat mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak diwilayahnya baik dari
dalam negeri maupun dari luar negeri. asas ini berlaku bagi wajib pajak dalam negeri.
2. Asas Sumber
Negara juga berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa
memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.
3. Asas Kebangsaan
Pengenaan pajak ini dapat dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara

3. Sistem Pemungutan Pajak

Di Indonesia memiliki 3 sistem pemungutan pajak yang berlaku yaitu:


•Official Assesment System
Yaitu sebuah sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (FISKUS) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
•Self Assessment System
Ialah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan
sendiri besarnya pajak yang terutang.
•With Holding System
Merupakan salah satu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan
fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
wajib pajak.
11. Timbul dan Hapusnya Hutang Pajak

1. Timbulnya Utang Pajak


Utang Pajak adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh masyarakat (khususnya Wajib Pajak)
akibat adanya keadaan, perbuatan, atau peristiwa, yang harus dilunasi dengan mekanisme yang
berlaku dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
2. Manfaat Mengetahui Saat Timbulnya Hutang Pajak
Timbulnya hutang pajak mempunyai peranan yang sangat penting bagi negara, dalam hal berikut ;
• Pembayaran atau Penagihan Pajak
• Memasukkan Surat Keberatan
• Penentuan Daluarsa
• Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Ketetapan Pajak Tambahan
3. Hapusnya Hutang Pajak
Selain hutang pajak itu dapat timbul, hutang pajak pun dapat berakhir atau hapus. Hapusnya utang
pajak dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
• Pembayaran
• Kompensasi
• Daluarsa
• Pembebasan
• Penghapusan
12. Hambatan pemungutan pajak

Agus Sambodo (2015:8) Perlawanan terhadap pajak tersebut dapat


dikelompokkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

1. Perlawanan Pasif Perlawanan pajak secara pasif berupa hambatan yang


mempersulit pemungutan ajak dan mempunyai hubungan dengan struktur
ekonomi suatu negara, perkembangan intelektual dan moral penduduk dan
teknik pemungutan pajak itu sendiri.

2. Perlawanan Aktif Perlawanan aktif secara nyata terlihat pada semua usaha
dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada pemerintah dengan
tujuan untuk menghindari pajak.
13. Tarif Pajak

Tarif pajak merupakan dasar pengenaan pajak atas objek pajak yang menjadi
tanggung jawab wajib pajak. Biasanya tarif pajak berupa persentase yang
sudah ditentukan oleh pemerintah. Ada berbagai jenis tarif pajak dan setiap
jenis pajak pun memiliki nilai tarif pajak yang berbeda-beda. Dasar pengenaan
pajak merupakan nilai dalam bentuk uang yang dijadikan dasar untuk
menghitung pajak terutang.
Secara struktural, tarif pajak dibagi menjadi 4 jenis, antara lain:
1. Tarif Progresif
Tarif pajak progresif merupakan tarif pungutan pajak yang mana persentase akan naik sebanding dengan dasar
pengenaan pajaknya.
Di Indonesia itu sendiri, tarif pajak progresif ini diterapkan untuk pajak penghasilan (PPh) wajib pajak orang
pribadi, seperti:
• Lapisan penghasilan kena pajak (PKP) sampai Rp50 juta, tarif pajaknya 5%.
• Lapisan PKP lebih dari Rp50 – Rp250 juta, tarif pajaknya 15%.
• Lapisan PKP lebih dari Rp250 -Rp500 juta, tarif pajakya 25%.
• Lapisan PKP di atas Rp500 juta, tarif pajaknya 30%.
2. Tarif Degresif
Tarif degresif ini kebalikan dari tarif progresif. Artinya, tarif pajak ini merupakan tarif pajak yang persentasenya
akan lebih kecil dari jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak tinggi. Atau, persentase tarif pajak akan
semakin rendah ketika dasar pengenaan pajaknya semakin meningkat.
Jadi, jika persentasenya semakin kecil, jumlah pajak terutang tidak ikut mengecil. Melainkan bisa jadi lebih besar
karena jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya semakin besar.
3. Tarif Proporsional
Tarif proporsional merupakan tarif yang persentasenya tetap meski terjadi perubahan terhadap dasar pengenaan
pajak. Jadi, seberapa pun jumlah objek pajak, persentasenya akan tetap.
Contohnya adalah Pajak Pertambahan Nilai (10%) dan PBB (0,5%) dari berapa pun objek pajaknya.
4. Tarif Tetap/Regresif
Tarif tetap atau tarif pajak regresif adalah tarif pajak yang nominalnya tetap tanpa memerhatikan jumlah yang
dijadikan dasar pengenaan pajaknya.
Tarif tetap juga dapat diartikan sebagai tarif pajak yang akan selalu tetap sesuai dengan peraturan yang telah
diberlakukan, seperti Bea Meterai dengan nilai atau nominal sebesar Rp3.000 dan Rp6.000.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai