Anda di halaman 1dari 16

DETEKSI DINI KEHAMILAN,

KOMPLIKASI DANPENYAKIT
KEHAMILAN TRIMESTER II,
PERSALINAN DAN NIFAS
Kelompok 2
1. Nurjanah
2. Indri ayu
3. Iin revalina
4. Mutiara hasnun
5. Nur halizah
6. Luthfia ningsih
7. Mega nanda
8. Meysel mangiri
9. Mulyani binalu
10. Norvin widyasari
11. Nur intan
Deteksi dini kehamilan
trimester II
• Deteksi dini kehamilan dengan faktor resiko adalah kegiatan
yang dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai
faktor resiko dan komplikasi kebidanan. Deteksi faktor risiko
pada ibu baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat
merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah
kematian dan kesakitan.
• 1. Tes kehamilan berupa MSAFP
• Ketika memasuki trimester kedua, dokter akan menawarkan genetic
screening test. Salah satu tes tersebut adalah Maternal Serum Alpha-
Fetoprotein (MSAFP), untuk mengukur tingkat alpha-fetoprotein, sebagai
protein yang dihasilkan janin. Melalui pemeriksaan ini, ibu hamil bisa
mengetahui potensi down syndrome dan mendeteksi keadaan organ fetus.Di
samping MSAFP, biasanya dokter menyarankan substansi lain untuk diperiksa
pada trimester ini. Substansi tersebut meliputi kadar hCG, hormon estriol,
dan inhibin-A. Saat inhibin-A ditambahkan, inilah yang disebut quad
screening.
• 2. Non-invasive prenatal testing (NIPT)
• NIPT sangat penting untuk mengetahui kesehatan janin yang sedang
bertumbuh dan berkembang. Tes dengan sampel darah ini dipercaya mampu
mendeteksi potensi down syndrome dan jumlah kromosom
janin.Normalnya, manusia sehat memiliki 23 pasang kromosom. Urutan
kromosom terakhir digunakan untuk mengenali jenis kelamin calon bayi.
NIPT juga memastikan kelengkapan salinan kromosom.
3. Tes ultrasound
• Memasuki minggu ke-20, ibu hamil biasanya ditawari untuk menjalani tes
ultrasound (USG). Pemeriksaan kehamilan trimester 2 ini bertujuan untuk
mengetahui risiko cacat lahir pada fetus.Gambar janin yang sedang bergerak
di rahim bisa dilihat dari segala sisi, dengan pemeriksaan USG. Bahkan,
seluruh bagian tubuhnya ditampilkan secara jelas melalui alat ini.Alat
diletakkan di atas perut ibu hamil, dengan ujung yang mengeluarkan
gelombang suara. Kemudian, gelombang suara memicu gema untuk
ditangkap oleh alat, dan diperlihatkan pada layar
4. Uji glukosa
• Salasah satu pemeriksaan kehamilan trimester 2 lainnya adalah Glucose
Challenge Test (GCT) atau uji glukosa dilakukan saat usia kehamilan berusia
24-28 minggu. Dengan menjalani GCT, risiko diabetes gestasional pada ibu
hamil bisa dideteksi lebih awal.Dalam pemeriksaan ini, ibu hamil diminta
untuk mengonsumsi cairan glukosa, yang harus dihabiskan selama lima
menit. Selang dua jam, ibu hamil akan menjalani pengambilan darah, untuk
diperiksa di laboratorium.
• 5. Tes amniosentesis
• Jika dokter menemukan risiko gangguan kehamilan pada multiple
screening, maka ibu hamil dianjurkan menjalani amniocentesis test.
Umumnya, tes ini disarankan pada usia kehamilan 15-18 minggu, untuk
wanita berumur 35 tahun ke atas.
• 6. Fetal doppler ultrasound test
• Doppler Ultrasounds merupakan alat yang bekerja menggunakan
gelombang suara. Alat ini berfungsi mendeteksi aliran darah melalui
pembuluh. Dengan bantuan USG Doppler, ibu hamil bisa mengetahui
kondisi siklus darah ke plasenta.
• 7. Antenatal care
• Kementerian Kesehatan RI merekomendasikan satu kali pemeriksaan
melalui antenatal care (ANC), pada kehamilan trimester kedua. Tes ini
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental ibu hamil, agar
dapat menjalani persalinan, melalui masa nifas, memberikan ASI, dan
memulihkan kesehatan organ reproduksi.
Komplikasi dan penyakit
kehamilan trimester II
• 1. Perdarahan
• Perdarahan vagina di trimester kedua biasanya terjadi karena beberapa
faktor, salah satunya adanya masalah pada dinding rahim dan leher
rahim. Bisa juga karena ada penyakit autoimun seperti lupus atau
scleroderma.Segera konsultasikan dengan bidan atau dokter jika ada
maslah seperti perdarahan.
2. Persalinan prematur
Persalinan dikatakan prematur bila terjadi sebelum usia kehamilan
mencapai 37 minggu. Ada berbagai alasan yang bisa memicu terjadinya
persalinan prematur, salah satunya adalah infeksi kandung
kemih.Beberapa jenis masalah kesehatan kronis seperti diabetes atau
penyakit ginjal juga bisa memicu terjadinya persalinan prematur. Salah
satu kebiasaan buruk yang disebut bisa memicu terjadinya persalinan
prematur adalah merokok. Jadi, hentikan kebiasaan ini. Selain merokok
aktif, menjadi perokok pasif alias sering menghirup asapnya juga
berbahaya bagi kehamilan.
• 3. Pecah ketuban dini
• Ketika ketuban pecah terlebih dahulu sebelum waktunya, kondisi
ini bisa berbahaya jika tidak segera diatasi. Sebab ini berarti
perlindungan terhadap janin menjadi berkurang.
4. Preeklampsia
• Tekanan darah tinggi, peningkatan protein dalam urin, atau
adanya bengkak berlebihan pada beberapa bagian tubuh,
merupakan pemicu potensial dari preeklampsia. Kondisi ini
memengaruhi setiap sistem dalam tubuh termasuk
plasenta.Padahal selama kehamilan, plasenta memiliki tanggung
jawab penting untuk membawa darah dan nutrisi ke
janin.Preeklampsia umumnya ditemukan pada kehamilan
trimester ketiga, tetapi kondisi ini juga bisa terjadi di trimester
kedua. Tekanan darah tinggi menjadi salah satu pertanda
terjadinya preeklampsia.
• 5. Masalah pernapasan
• Masalah pernapasan selama trimester kedua kehamilan terjadi karena rahim yang
semakin besar, menyebabkan dorongan pada paru-paru. Namun demikian, terjadi
masalah pernapasan di trimester kedua juga bisa terjadi karena masalah lain. Misalnya
karena adanya peningkatan aliran darah dan bengkak pada selaput-selaput yang
melapisi hidung. Hidung tersumbat dan mendengkur juga bisa menjadi masalah yang
bisa dialami pada trimester kedua.
6. Diabetes gestasional
• Diabetes gestasional terjadi saat kadar gula dalam darah meningkat selama masa
kehamilan. Untuk menjaga kadar gula darah tetap terkontrol, cobalah untuk menjaga
pola makan tetap sehat dan bergizi seimbang, rutin olahraga, serta minum suplemen
atau obat yang diresepkan oleh dokter.
7. Gusi berdarah
• Sebagian besar ibu hamil mengalami masalah perdarahan gusi selama trimester kedua.
Salah satu penyebabnya adalah perubahan hormon dalam tubuh, sehingga ada lebih
banyak darah mengalir ke gusi dan memicu terjadinya berdarah.Lebih berhati-hati saat
menyikat gigi. Jika perlu, ganti sikat gigi dengan yang lebih lembut dan lakukan
rutinitas flossing. Penting untuk menjaga kebersihan gigi agar tidak terjadi masalah
pada trimester kedua kehamilan.
Tanda bahaya persalinan
trimester ke 2
Merasa ingin buang air kecil terus.
Cairan vagina yang lebih banyak dari biasanya.
Pendarahan dari vagina.
Rasa nyeri atau kram pada panggul
• 1. Preeklamsia
• Ada alasan mengapa ibu hamil selalu diminta mengukur tekanan darahnya
secara berkala. Tekanan darah tinggi termasuk tanda bahaya karena berarti
pembuluh darah arteri yang mengalirkan darah dari jantung ke plasenta
menjadi lebih sempit.Tak hanya itu, tekanan darah tinggi juga berkaitan
dengan risiko komplikasi lain seperti preeklamsia. Kondisi ini membuat ibu
hamil rentan melahirkan sebelum hari perkiraan lahir atau prematur.
Umumnya, preeklamsia terjadi pada usia kehamilan awal hingga 20 minggu.
2. Posisi bayi
• Tanda bahaya persalinan adalah ketika bayi keluar dengan posisi kaki lebih
dulu daripada kepala. Menurut American Pregnancy, posisi ini dikenal
dengan kelahiran sungsang footling breech, yang mana salah satu atau
kedua kaki bayi lahir terlebih dahulu sebelum seluruh tubuh janin.Sebagian
besar bayi yang berada di posisi ini akan dilahirkan dengan cara operasi,
utamanya jika dokter mendeteksi janin stres atau terlalu besar untuk bisa
dikeluarkan lewat vagina.
• 3. Perdarahan berlebih
• Umumnya, perempuan akan kehilangan 500 ml darah saat persalinan bayi
tunggal lewat vagina. Ketika persalinan dilakukan lewat operasi C-section,
volume darah yang hilang sekitar 1.000 ml.Perdarahan bisa terjadi setelah
plasenta keluar dari tubuh mengingat kontraksi rahim terlalu lemah dan tidak
bisa menekan pembuluh darah yang menjadi tempat melekatnya plasenta.
4. Persalinan terlalu lama
• Kondisi prolonged labor terjadi ketika fase mulai dari pembukaan hingga
persalinan berlangsung terlalu lama, yaitu bayi tidak lahir lebih dari 20 jam
untuk kehamilan pertama. Sementara untuk kehamilan berikutnya,
rentangnya adalah lebih dari 14 jam.
5. Rahim robek
• Rahim robek atau uterine rupture bisa terjadi apabila seseorang pernah
menjalani persalinan C-section sebelumnya. Ada kemungkinan luka ini terbuka
saat persalinan berikutnya. Jika ini terjadi, bayi berisiko mengalami
kekurangna oksigen. Selain itu, ada risiko ibu mengalami perdarahan berlebih.
• 6. Plasenta tertahan
• Idealnya, tubuh ibu akan mengeluarkan plasenta dalam waktu 30
menit setelah mengeluarkan bayi. Jika lebih dari itu, disebut
retained placenta. Kondisi ini dapat mengancam nyawa serta
menyebabkan komplikasi bagi sang ibu, termasuk infeksi dan
perdarahan berlebih.
• 7. Kejang
• Ibu hamil bisa mengalami kejang saat proses persalinan dengan
tahapan seperti tatapan mata kosong, kewaspadaan menurun,
hingga tubuh bergerak tak terkendali. Istilah medis untuk kondisi
ini adalah eclampsia. Ini merupakan komplikasi serius dari
preeklamsia. Seseorang bisa mengalaminya meski tidak pernah
kejang sebelumnya.
Tanda bahaya masa nifas yang paling
umum berikut ini:
1. Perdarahan yang berlebih
para ibu baru patut memeriksakan diri ke dokter jika perdarahan
yang terjadi terasa berlebih. Berikut gejalanya: Perdarahan tidak
kunjung berkurang. Ada gumpalan darah yang tampak lebih besar
di antara darah. Darah yang keluar terus-menerus berwarna merah
terang meski sudah lewat dari 3-4 hari. Volume darah sempat
berkurang, tapi mendadak kembali banyak. Darah kembali
berwarna merah terang, padahal sebelumnya sudah berubah
menjadi gradasi merah yang lebih gelap. Muncul nyeri atau kram
seiring dengan peningkatan aliran darah. Lemas dan pucat.
2. Infeksi masa nifas
Pascamelahirkan, ibu punya risiko mengalami infeksi, yaitu infeksi
postpartum. Meskipun jarang terjadi, infeksi ini dapat terjadi pada
rahim, serviks, vagina, atau perineum.
• 3. Nyeri payudara
• Nyeri payudara adalah komplikasi masa nifas yang sering terjadi. Biasanya,
keluhan ini muncul karena Anda baru belajar menyusui. Misalnya, belum
menemukan posisi menyusui dan mulut bayi belum bisa menempel dengan pas
pada puting.Sebagai akibatnya, puting juga bisa mengalami lecet-lecet hingga
berdarah. Apabila terjadi perdarahan pada puting, Anda bisa berkonsultasi
dengan dokter maupun konsultan laktasi Anda untuk mengatasinya.
4. Depresi pascamelahirkan
• Mudah merasa sedih setelah melahirkan adalah hal yang wajar dan sering
dialami oleh para ibu. Tapi jika kondisi ini berlangsung lebih dari dua minggu dan
mengganggu ikatan ibu-bayi, bisa jadi Anda mengalami depresi pascamelahirkan
(postpartum depression) yang menjadi salah satu tanda bahaya masa nifas.
5. Inkontinensia urine
• Usai melahirkan, wanita kerap mengalami inkontinensia urine atau sulit
menahan keinginan buang air kecil. Akibatnya, Anda bisa mengompol karena tak
mampu menahan pipis. Meski tak berbahaya, komplikasi ini dapat membuat
Anda tidak nyaman dan malu.
• 6. Inkontinensia tinja
• Inkontinensia tinja adalah kondisi sulit menahan buang air besar
(BAB), sehingga Anda bisa mengalami cepirit. Bila terjadi setelah
melahirkan, kondisi ini bisa disebabkan oleh melemahnya otot
maupun cedera saat persalinan.Jangan cemas, kesulitan
menahan BAB biasanya akan membaik seiring waktu. Namun
segera temui dokter bila inkontinensia tinja semakin sering atau
parah serta mengganggu aktivitas, karena ini bisa menjadi tanda
bahaya masa nifas.
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai