Anda di halaman 1dari 26

PERLAKUAN PPN DI

KAWASAN BEBAS
PERLAKUAN PPN DI KAWASAN BEBAS

DASAR HUKUM
LATAR BELAKANG
DEFINISI UMUM
FASILITAS PERPAJAKAN
SKEMA PEMBAHASAN
TERUTANG PPN
PROSEDUR
ENDORSEMENT
KETENTUAN TAMBAHAN

PENGECUALIAN
A. DASAR HUKUM
PP NO 5 TAHUN 2011

PP NO 10 TAHUN 2012
PMK NO 171/PMK.03/2017

SE-133/PJ/2010

PMK NO 47/PMK.03/2012

KMK NO 424/KMK.03/2010

PER-50/PJ/2009

SE-37/PJ/2009

SE-12/PJ/2010
B. LATAR BELAKANG

• SEBAGAI SARANA PENINGKATAN INVESTASI KHUSUSNYA


DARI LUAR NEGERI UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN
RAKYAT

• SEBAGAI TEMPAT PENGUMPULAN DAN PENYALURAN HASIL


PRODUKSI DARI DAN KE SELURUH WILAYAH INDONESIA
SERTA NEGARA – NEGARA LAIN

• TERSEDIANYA TENAGA KERJA DAN SEBAGAI SARANA


PENGEMBANGAN KEMAMPUAN TENAGA KERJA

• TERSEDIANYA INFRASTRUKTUR DAN INDUSTRI PENDUKUNG


YANG MEMADAI
C. DEFINISI UMUM (Part – 1)
1. DEFINISI KAWASAN BEBAS
Kawasan yang berada dalam wilayah hukum NKRI yang
terpisah dari Daerah Pabean sehingga bebas dari pengenaan
bea masuk, PPN, PPnBM, dan cukai.

2.LINGKUP KAWASAN BEBAS


Meliputi Pulau Batam, Bintan, dan Tanjung Pinang

3. DEFINISI DAERAH PABEAN


Wilayah RI yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang
udara di atasnya, serta tempat tertentu di ZEE dan landas
kontinen yang di dalamnya berlaku UU Kepabeanan (Seluruh
wilayah Indonesia)

4.DEFINISI TEMPAT LAIN DALAM DAERAH PABEAN


Seluruh kawasan di dalam wilayah Indonesia, selain Kawasan
Bebas, Kawasan Berikat, dan Tempat Penimbunan Berikat
C. DEFINISI UMUM (Part – 2)

5. DEFINISI LUAR DAERAH PABEAN


Luar dari Wilayah Indonesia

6. DEFINISI PEMBERITAHUAN PABEAN


Pernyataan yang dibuat oleh orang dalam rangka
melaksanakan kewajiban pabean dalam bentuk dan syarat
yang ditetapkan dalam UU Kepabeanan.

7. DEFINISI ENDORSEMENT
Pernyataan mengetahui dari pejabat/pegawai Direktorat
Jenderal Pajak atas pemasukan Barang Kena Pajak dari
Tempat Lain Dalam Daerah Pabean ke Kawasan Bebas,
berdasarkan penelitian formal atas dokumen yang terkait
dengan pemasukan Barang Kena Pajak tersebut.
D. FASILITAS PERPAJAKAN

Terutang
PPN 0%
Daerah Pabean

Kawasan Bebas
Fasilitas Terutang
(b) Fasilitas (a) PPN

Fasilitas
(a)
Luar Daerah Pabean
D. FASILITAS PERPAJAKAN (Part – 1)

PENJELASAN

1. Fasilitas (a)  Dibebaskan dari pengenaan PPN


Berlaku untuk transaksi :
- Penyerahan Barang di dalam Kawasan Bebas
- Pemasukan BKP dari Luar Daerah Pabean ke Kawasan Bebas,
termasuk pemasukan barang konsumsi (meliputi pembebasan
bea masuk dan/atau cukai, tidak dipungut PPh 22)
- Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud / JKP dari Luar Daerah
Pabean ke Kawasan Bebas
- Pengeluaran BKP dari Kawasan Bebas ke Tempat Penimbunan
Berikat (TPB) (untuk Barang Asal Luar Daerah Pabean
tambahan fasilitas berupa penangguhan Bea Masuk dan Tidak
Dipungut PPh 22)
D. FASILITAS PERPAJAKAN (Part – 2)

PENJELASAN

2. Fasilitas (b)  PPN Tidak Dipungut


Berlaku untuk transaksi :
- Pemasukan BKP dari Tempat Lain dalam Daerah Pabean
(TLDDP) / Tempat Penimbunan Berikat (TPB) ke Kawasan
Bebas
- Penyerahan BKP Tidak Berwujud / JKP dari TLDDP ke Kawasan
Bebas

3. Terutang PPN
Berlaku untuk transaksi :
- Penyerahan BKP Tidak Berwujud / JKP dari Kawasan Bebas
ke TLDDP / TPB
- Penyerahan BKP dari Kawasan Bebas ke TLDDP
E. TERUTANG PPN
• Saat Pengiriman BKP
SAAT TERUTANG
• Pemanfaatan BKPTB /
PPN
JKP
• Harga Jual
DASAR PENGENAAN
• Harga Pasar Wajar
PAJAK • Nilai Penggantian
TRANSAKSI
YANG
• Menggunakan SSP
TERUTANG • o/ Orang yang
PPN Mengeluarkan BKP /
KEWAJIBAN memanfaatkan
PELUNASAN PPN BKPTB / JKP
• Plg lambat akhir bln
berikutnya (setor
dan lapor)
• SSP + Invoice +
Pemb. Pabean = FP
F. PROSEDUR ENDORSEMENT (Part – 1)
Endorsement oleh pejabat/pegawai DJP dilakukan secara elektronik (e-
Endorsement)  Barang benar-benar telah masuk di Kawasan Bebas

Dokumen yang harus disampaikan dalam rangka Endorsement secara


manual.
a.fotokopi Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB);
b.fotokopi Faktur Pajak dengan mencantumkan kode Pos Tarif sesuai Buku
Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI);
c.fotokopi Bill of Lading, Airway Bill, atau Delivery Order; dan
d.fotokopi invoice

Dalam hal terdapat:


a.ketidaksesuaian antara dokumen Faktur Pajak dengan dokumen Bill of
Lading, Airway Bill, atau Delivery Order, dan Invoice; dan/atau
b.Faktur Pajak tidak mencantumkan kode Pos Tarif sesuai dengan Buku Tarif
Kepabeanan Indonesia (BTKI), pejabat/pegawai DJP dapat meminta klarifikasi
tertulis kepada Pengusaha yang melakukan pemasukan Barang Kena Pajak ke
Kawasan Bebas untuk menjelaskan ketidaksesuaian dokumen
F. PROSEDUR ENDORSEMENT (Part – 2)
Endorsement tidak diberikan oleh pejabat/pegawai DJP dalam hal dokumen :
a.tidak disampaikan ke pejabat/pegawai DJP yang berwenang memberikan
Endorsement;
b.disampaikan ke pejabat/pegawai DJP yang berwenang memberikan
Endorsement tetapi melebihi jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak Surat
Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB); dan/atau
c.PKP yang melakukan pemasukan Barang Kena Pajak ke Kawasan bebas yang
tidak memberikan klarifikasi secara tertulis atas permintaan klarifikasi tertulis
dari pejabat/pegawai DJP
F. PROSEDUR ENDORSEMENT (Part – 3)
Dalam rangka pemberian fasilitas perpajakan berupa PPN atau PPnBM tidak
dipungut atas barang yang dimasukkan ke Kawasan Bebas dari tempat lain
dalam Daerah Pabean, dapat dilakukan pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan fisik dilakukan berdasarkan:


•manajemen risiko --> dilakukan DJP
•nota intelijen di bidang perpajakan; atau dilakukan bidang
•nota hasil intelijen di bidang kepabeanan dan cukai Kepabean dan Cukai
F. PROSEDUR ENDORSEMENT (Part -4)
Untuk penyerahan BKP dari TLDDP ke Kawasan Bebas
Penerima PPFTZ-03 (SC dan
Petugas
Barang HC) + Dok.
Bea Cukai
Pelengkap Pabean

Meload data Petugas PPFTZ-03 (SC dan


Inward Manifest Endorsement HC) + Dok.
Pelengkap Pabean
Sesuai

Penelitian Sesuai Endorsement – Dapat


Dokumen ? Diberikan Fasilitas
PPN Tidak Dipungut
Tidak Sesuai
Endorsement – Data Tidak
Sesuai, Tidak Dapat
Diberikan Fasilitas PPN
Tidak Dipungut
F. PROSEDUR ENDORSEMENT (Part – 5)
PENGGUNAAN DOKUMEN PPFTZ
PPFTZ-01

Barang dari Luar Daerah Pabean  Kawasan Bebas


Barang dari Kawasan Bebas  Luar Daerah Pabean
Barang dari Kawasan Bebas  TLDDP

PPFTZ-02

Barang dari TPB  Kawasan Bebas


Barang antar Kawasan Bebas
Barang dari Kawasan Bebas  TPB

PPFTZ-03

Barang dari TLDDP  Kawasan Bebas


G. KETENTUAN TAMBAHAN

PEMASUKAN BARANG DARI LUAR DAERAH PABEAN


KE KAWASAN BEBAS YANG TIDAK MEMENUHI
KETENTUAN:

1.Dipungut Bea Masuk, PPN, dan/atau PPh 22 apabila:


-Barang tidak termasuk dlm jumlah & jenis yang diizinkan
-Telah diajukan Pemberitahuan Pabean & Hasil Pemeriksaan Fisik
sesuai
-Bukan merupakan barang larangan dan/atau pembatasan

2. Dikeluarkan Kembali (Dikeluarkan dari Kawasan Bebas)


apabila :
-Merupakan Barang Larangan dan/atau pembatasan berupa
limbah dan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
G. KETENTUAN TAMBAHAN

PEMASUKAN BARANG DARI LUAR DAERAH PABEAN


KE KAWASAN BEBAS YANG TIDAK MEMENUHI
KETENTUAN:

3. Dihibahkan kepada negara apabila:


-Merupakan Barang Larangan dan/atau pembatasan yang masih
dapat dimanfaatkan

4. Dimusnahkan apabila :
-Merupakan Barang yang cepat busuk atau cepat rusak
-Barang Kena Cukai berupa minuman mengandung etil alkohol,
konsentrat yang mengandung etil alkohol, atau hasil tembakau
H. DIKECUALIKAN DARI TERUTANG PPN
1. Pemasukan / Pengeluaran Kembali BKP yang berhubungan
dengan kegiatan usahanya oleh Pengusaha dalam jangka waktu
tertentu (12 bulan sejak tanggal Pemberitahuan Pabean)
berupa mesin / peralatan untuk :
a.) kepentingan produksi atau pengerjaan proyek
infrastruktur;
b.) keperluan perbaikan, pengerjaan, pengujian, atau
kalibrasi; dan/atau
c.) keperluan peragaan atau demonstrasi.
Perlu Pemberitahuan Pemasukan/Pengeluaran Barang Transaksi
Tertentu (BPBTT) dan surat persetujuan keterangan asal barang

2. Pengeluaran BKP untuk kegiatan usaha eksplorasi hulu minyak


dan gas bumi serta panas bumi yang atas impornya PPN
terutang tidak dipungut, dibebaskan dari pengenaan PPN atau
PPN Ditanggung Pemerintah sebagaimana ditetapkan dengan
PMK, sepanjang pengeluaran Barang Kena Pajak
tersebut tidak untuk tujuan pengalihan hak
H. DIKECUALIKAN DARI TERUTANG PPN

3. Pengeluaran BKP yang sesuai dengan ketentuan perundang-


undangan perpajakan tidak dipungut atau dibebaskan dari
pengenaan PPN – Bila Perlu SKB PPN

4.Pengeluaran BKP yang telah dilunasi PPN-nya dengan


menggunakan stiker lunas PPN; dan

5. Pengeluaran BKP berupa pengemas yang dipakai berulang-


ulang (returnable package).

Apabila > 12 bulan, point no. 1 belum terpenuhi, maka atas


pengeluaran BKP dr Kawasan Bebas ke TLDDP  berlaku
ketentuan semula ditambah dengan sanksi adm. 2% per bulan
maks. 24 bulan sejak saat BKP dikeluarkan dari Kawasan Bebas s. d
tanggal pembayaran / tanggal diterbitkan SKP  PPN M Tidak
Dapat Dikreditkan
I. CONTOH 1

Penyerahan BKP Tidak Berwujud

1. PT X (pengusaha di Kawasan Bebas) pemilik merek dagang


BATAMIA menandatangani kontrak penggunaan merek
BATAMIA dengan PT Y di Jakarta dengan nilai kontrak
penggunaan merek adalah sebesar Rp 500.000.000,00. PT. Y
mulai menggunakan merek tersebut pada awal bulan Juli 2017.

   
                   
I. JAWABAN (Part – 1)

Dasar Pengenaan Pajak Rp 500.000.000,00               


PPN yang terutang (10% X DPP) Rp 50.000.000,00                
PPN yang terutang dipungut dan disetor oleh PT Y dengan
menggunakan SSP paling lama tanggal 31 Agustus 2017;              
 
Surat Setoran Pajak (SSP) pada kolom nama dan kolom NPWP
diisi dengan nama dan NPWP PT Y;                
Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar oleh PT Y merupakan
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh PT Y
   
                   
J. CONTOH 2

Penyerahan JKP

2. PT Batam (pengusaha di Kawasan Bebas) melakukan jasa


layanan perbaikan purna jual bagi pengguna TV Plasma merek
"FTZ". Pada tanggal 16 April 2017 PT Batam melakukan jasa
perbaikan kepada Haji Amin (PKP di Medan). Atas jasa
perbaikan tersebut Haji Amin dikenakan biaya Rp 500.000,00.
   
                   
J. JAWABAN (Part – 1)

2. - Dasar Pengenaan Pajak Rp 500.000,00                


- PPN yang terutang (10% X DPP) Rp 50.000,00.                             
-PPN yang terutang dipungut dan disetor oleh Haji Amin dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak paling lambat tanggal 31 Mei
2017
-Surat Setoran Pajak pada kolom nama dan kolom NPWP diisi
dengan nama dan NPWP Haji Amin
-Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar oleh Haji Amin merupakan
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh Haji Amin sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan
K. CONTOH 3

3. PT. Batam Satellite adalah perusahaan operator penyedia jasa


telekomunikasi bertempat kedudukan di Batam yang
mempunyai pelanggan di wilayah Batam, Bintan, Karimun, dan
Pekanbaru. Diketahui Tuan Batami bertempat tinggal di Batu
Ampar, Batam sedangkan Tuan Bintanu bertempat tinggal di
Tanjung Uban, Bintan dan Tuan Kariman bertempat tinggal di
Tanjung Balai, Karimun serta Tuan Pandaru bertempat tinggal di
Pekanbaru. Pada bulan Mei 2017 diterbitkan tagihan kepada:
- Tuan Batami Rp 150.000,00
- Tuan Bintanu Rp 200.000,00
- Tuan Kariman Rp 225.000,00
- Tuan Pandaru Rp 500.000,00
   
                   
K. JAWABAN (Part – 1)

3. Atas pemanfaatan jasa telekomunikasi dari PT. Batam Satellite


kepada Tuan Batami, Tuan Bintanu, dan Tuan Kariman
dibebaskan dari pengenaan PPN. Sedangkan atas pemanfaatan
jasa telekomunikasi kepada Tuan Pandaru dikenai PPN dengan
perhitungan sebagai berikut:

- Dasar Pengenaan Pajak Rp 500.000,00


- PPN yang terutang (10% X DPP) Rp 50.000,00

PPN yang terutang disetor sendiri oleh Tuan Pandaru dengan


menggunakan Surat Setoran Pajak paling lambat tanggal 30 Juni
2017.

Apabila Tuan Pandaru adalah Pengusaha Kena Pajak maka dapat


mengkreditkan PPN yang telah disetorkan tersebut sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai