Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH USHUL FIQH

JUDUL : ISTIHSAN

DOSEN PENGAMPU: DR. JAJA NURJANAH, M.A

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
ABID ROFILLAH (2007035029)
MUCHAMMAD RIZQI (2007035009)
R YA N G U N AWA N ( 2 0 0 7 0 3 5 0 7 7 )
 
DEFINISI ISTIHSAN
Istihsan menurut bahasa ialah menganggap baik sesuatu, sedangkan
menurut istilah Ulama’ Ushul ialah berpindahnya seorang Mujtahid dari
tuntutan Qiyas Jali (Qiyas nyata) kepada Qiyas Khafi (Qiyas samar),
atau dari hukum kulli (umum) kepada hukum pengecualian, karena ada
dalil yang menyebabkan dia mencela akalnya, dan dimenangkan
baginya perpindahan ini.
Istihsan secara bahasa yaitu kata bentukan (musytaq) dari al-hasan yang
artinya adalah apapun yang baik dari sesuatu. Istihsan sendiri kemudian
berarti kecenderungan seseorang pada sesuatu karena menganggapnya
lebih baik, dan ini bersifat lahiriyah (hissiy) ataupun maknawiyah,
meskipun hal itu dianggap tidak baik oleh orang lain.
Menurut istilah dari Al-Hasan Al-Kurkhi Al-Hanafi yaitu salah
seorang ulama’ ushul, memberikan pendapat tentang Istihsan adalah
perbuatan adil terhadap suatu permasalahan hukum dengan
memandang hukum yang lain, karena adanya suatu yang lebih kuat
yang membutuhkan keadilan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Istihsan yaitu ketika seorang
Mujtahid lebih cenderung dan lebih memilih hukum tertentu dan
meninggalkan hukum yang lain disebabkan satu hal yang dalam
pandangannya lebih menguatkan hukum kedua dari hukum pertama.
MACAM-MACAM ISTIHSAN
• Pentarjihan qiyas khafi (yang tersembunyi) atas qiyas jali(nyata) karena adanya suatu dalil.
contohnya fuqoha hanafiyah menyebutkan bahwanya sisa minuman binatang buas,
seperti burung nasar burung gagak, burung rajawali, adalah suci berdasarkan qiyas. Segi
pengiasannya ialah bahwasannya ia merupakan sisa minuman binatang yang dagingnya
haram dimakan, sebagaimana sisa minuman buas seperti , macan tutul, harimau dll.

• Pengecualian kasuistis (juz’iyyah) dari suatu hukum kuli (umum) dengan adanya suatu dalil.
contohnya syari’ ( pembuat hukum Allah ) melarang terhadap jual beli benda yang tidak
ada, namun dia memberikan kemurahan secara istihsan kepada salam (pemesanan), sewa
menyewa, muzara’ah ( akad jasa pengerjaan sesuatu ). Semuanya itu adalah akad
berlangsung. Segi istihsannya adalah kebutuhan manusia dan kebiasaan mereka.
KEHUJAHAN ISTIHSAN
Adapun kehujjahan istihsan menurut para ulama’, antara lain:
• Ulama’ Hanafiyah
Begitu pula dalam keterangan yang ditulis dalam beberapa kitab Ushul yang menyebutkan
bahwa Hanafiyah mengakui adanya istihsan. Bahkan, dalam beberapa kitab fiqihnya banyak
sekali terdapat permasalahan yang menyangkut istihsan.
• Ulama’ Malikiyah
Asy-Syatibi berkata bahwa sesungguhnya istihsan itu dianggap dalil yang kuat dalam hukum
sebagaimana pendapat Imam Maliki dan Imam Abu Hanifah. Begitupula menurut Abu
Zahrah, bahwa Imam Malik sering berfatwa dengan menggunakan istihsan.
• Ulama’ Hanabilah
Dalam beberapa kitab Ushul disebutkan bahwa golongan Hanabilah mengakui adanya istihsan,
sebagaimana dikatakan oleh Imam Al Amudi dan Ibnu Hazib. Akan tetapi, Al-Jalal Al-Mahalli dalam
kitab Syarh Al-Jam’ Al-Jawami’ mengatakan bahwa istihsan itu diakui oleh Abu Hanifah, namun
ulama’ yang lain mengingkarinya termasuk di dalamnya golongan Hanabilah.

• Ulama’ Syafi’iyah
Bahkan, Imam Syafi’i berkata “Barang siapa yang menggunakan istihsan berarti ia telah membuat
syari’at.” Beliau juga berkata, “Segala urusan itu telah diatur oleh Allah SWT., setidaknya ada yang
menyerupainya sehingga dibolehkan menggunakan qiyas. Namun tidak boleh menggunakan istihsan.
PENUTUP

Dengan demikian, dapat disimpulakan bahwa Istihsan yaitu ketika seorang


Mujtahid lebih cenderung dan lebih memilih hukum tertentu dan meninggalkan
hukum yang lain disebabkan satu hal yang dalam pandangannya lebih menguatkan
hukum kedua dari hukum pertama.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai