Anda di halaman 1dari 20

PERUBAHAN FISOLOGI

PADA IBU NIFAS


KELOMPOK 3
 MAYSEL MANGIRI
 MEGA NANDA RIZKI
 MULYANI BINALU
 MUTIARA HASNUN
 NURHALIZAH
 NUR INTAN
 NORVIN WIDYASARI
PERUBAHAN FISIOLOGI PADA IBU
NIFAS

1. SISTEM REPRODUKSI
2. SISTEM PENCERNAAN
3. SISTEM PERKEMIHAN
4. SISTEM MUSKULOSKELETAL
5. SISTEM ENDOKRIN
6. SISTEM HEMATOLOGI
7. PERUBAHAN TTV
8. SISTEM KARDIOVASKULER
1. PERUBAHAN SISTEM REPRODUKSI

a. Perubahan Pada Vulva, Vagina dan Perineum


Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan, setelah
beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul
kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan kecil dan dalam
prosespembentukan berubah menjadi karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara.
Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan
pertama.Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami
robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan episiotomi
dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan
tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat
dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan harian
b. Perubahan pada Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini
disebabkan korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus
dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Segera
setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukan 2–3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja
yang dapat masuk.Oleh karena hiperpalpasi dan retraksi serviks, robekan serviks dapat sembuh. Namun demikian,
selesai involusi, ostium eksternum tidak sama waktu sebelum hamil. Pada umumnya ostium eksternum lebih
besar, tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya.

c. Uterus
setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan
antara umbilikus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan kemudian
mengerut, sehingga dalam dua minggu telah turun masuk kedalam rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari
luar. Involusi uterus melibatkan pengreorganisasian dan pengguguran desidua serta penglupasan situs plasenta,
sebagaimana di perlihatkan dalam pengurangan dalam ukuran dan berat serta warna dan banyaknya lokia.
Banyaknya lokia dan kecepatan involusi tidak akan terpengaruh oleh pemberian sejumlah preparat metergin dan
lainya dalam proses persalinan. Involusi tersebut dapat dipercepat proses bila ibu menyusui bayinya.
d. Involusi Uterus
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil
dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos
uterus (Ambarwati, 2010).Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
a.Iskemia Miometrium: Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah
pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
b.Atrofijaringan : Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon esterogen saat pelepasan plasenta.
c. Autolysis : Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik
akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan
lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan
hormon estrogen dan progesteron.
d. Efek Oksitosin : Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus sehingga akan menekan
pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk
mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. Ukuran uterus pada masa nifas
akan mengecil seperti sebelum hamil.
d. Lochea
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta akan
menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa
cairan.Percampuran antara darah dan desidua inilah yang dinamakan lokia. Lokia
adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis
yang membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada
pada vagina normal.Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami
perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi lokia rubra,
sanguilenta, serosa dan alba.Perbedaan masing-masing lokia dapat dilihat sebagai
berikut:
f. Involusi Tempat Plasenta
Uterus pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri. Segera
setelah plasenta lahir, dengan cepat luka mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada
akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta
mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Luka bekas plasenta tidak
meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena diikutipertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan
luka. Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6 minggu. Pertumbuhan
kelenjar endometrium ini berlangsung di dalam decidua basalis. Pertumbuhan kelenjar ini mengikis pembuluh
darah yang membeku pada tempat implantasi plasenta hingga terkelupas dan tak dipakai lagi pada pembuangan
lokia.

g. Perubahan pada Endometrium


Perubahan pada endometrium adalah timbulnya thrombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi
plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan
desidua dan selaput janin. Setelah 3 hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas
implantasi plasenta.
h. Perubahan pada Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang selama kehamilan dan
partus, setelah jalan lahir, berangsur-angsur ciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang
ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak
jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan karena ligamenta,
fasia, jaringan alat penunjang genetalia menjadi menjadi agak kendor. Untuk memulihkan
kembali jaringan-jaringan penunjang alat genitalia tersebut, juga otot-otot dinding perut dan
dasar panggul dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu.Pada 2 hari post partum
sudah dapat diberikan fisioterapi. Keuntungan lain ialah dicegahnya pula stasis darah yang
dapat mengakibatkan trombosis masa nifas
i Perubahan pada payudara
Payudara menjadi besar ukurannya bisa mencapai 800 gr, keras dan menghitam di sekitar puting susu, ini menandakan
dimulainya proses menyusui. Segera menyusui bayi sesaat setelah lahir (walaupun ASI belum keluar) dapat mencegah
perdarahan dan merangsang produksi ASI. Pada hari ke 2 hingga ke 3 akan diproduksi kolostrum atau susu jolong yaitu
ASI berwarna kuning keruh yang kaya akan anti body, dan protein, sebagian ibu membuangnya karena dianggap kotor,
sebaliknya justru ASI ini sangat bagus untuk bayi.Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara
alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanise fisiologis yaitu :
1. Produksi susu
2. Sekresi susu atau let down
Selama Sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan
bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormone yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambatnya
kelenjar pituitary akan mengeluarkan prolaktin (hormone laktogenik). Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek
prolaktin pada payudara mulai bias dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul
rasa hangat, bengkak dan rasa sakit. Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap
putting, reflek saraf merangsang lobus posterior pituitary untuk menyekresikan hormone oksitosin. Oksitosin merangsang
reflek let down sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada putting.
2. PERUBAHAN SISTEM PERKEMIHAN

Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca
melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah
wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkanHal yang berkaitan dengan fungsi
sistem perkemihan, antara lain:
- Hemostatis internal.
- Keseimbangan asam basa tubuh.
- Pengeluaran sisa metabolisme.
a). Hemostatis Internal Tubuh
terdiri dari air dan unsur-unsur yang larut di dalamnya, dan 70% dari cairan tubuh terletak di dalam sel-sel, yang disebut dengan cairan intraselular.
Cairan ekstraselular terbagi dalam plasma darah, dan langsung diberikan untuk sel-sel yang disebut cairan interstisial. Beberapa hal yang berkaitan
dengan cairan tubuh antara lain edema dan dehidrasi. Edema adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan akibat gangguan keseimbangan cairan dalam
tubuh. Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau volume air yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran berlebihan dan tidak diganti.
b). Keseimbangan Asam Basa Tubuh
Keasaman dalam tubuh disebut PH. Batas normal PH cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila PH >7,4 disebut alkalosis dan jika PH < 7,35 disebut
asidosis.
c). Pengeluaran Sisa Metabolisme, Racun dan Zat Toksin GinjalZat toksin ginjal mengekskresi hasil akhir dari metabolisme protein yang
mengandung nitrogen terutama urea, asam urat dan kreatin
3. PERUBAHAN SISTEM PENCERNAAN

Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya tingginya kadar
progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan
melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun
demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.Beberapa hal yang berkaitan
dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain:a.Nafsu makan.b.Motilitas.c.Pengosongan usus
.a). Nafsu MakanPasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk
mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3–4 hari sebelum faal usus kembali
normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami
penurunan selama satu atau dua hari.
b). MotilitasSecara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang
singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan
motilitas ke keadaan normal.
c). Pengosongan UsusPasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan
tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum
persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi
jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali
normal.Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:
1. Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.
2. Pemberian cairan yang cukup.
3. Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
4. Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
5. Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau obat yang lain.
4. PERUBAHAN SISTEM
MUSKULOSKLETAL

A. Dinding perut dan peritoniumDinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini pulih kembali dalam 6
Minggu
B. Kulit abdomenSelama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan mengendur hingga
berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding abdomen dapat kembali normal dalam beberapa Minggu pasca melahirkan
dalam latihan post natal.
C. StriaeStriae adalah suatu perubahan warnah seperti jaringan perut pada dinding abdomen. Striae pada dinding
abdomen tidak dapat menghilang sempurnah melainkan membentuk garis lurus yang samar. Tingkatannya pada
ibu post partum dapat di kaji melalui keadaan umum, aktivitas, peritas dan jarak kehamilan, sehingga dapat
membantu menentukan lama pengembalian tonus otot menjadi normal.
D. Perubahan ligamen Setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvisan Fasia yang meregang sewaktu
kehamilan dan partus berangsur-angsur mengecil kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum menjadi
kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi/kebelakang arah anus/tulang belakang, normal
antefleksi kearah depan/perut (senam kagel sampai operasi)
E. E. Simpisis pubis Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi. Antara lain: nyeri tekan pada pubis disertai peningkatan
nyeri saat bergerak di tempat tidur ataupun waktu berjalan. Pemeriksaan simpisis pubis dapat dipalpasi. Gejala ini
dapat menghilangkan setelah beberapa Minggu atau bulan pasca melahirkan bahkan ada yang menetap.
5. PERUBAHAN SISTEM ENDOKRIN

Oksitosin dikeluarkan oleh glandula pituitary posterior dan bekerja terhadap otot oterus dan
jaringan payudara. Oksitosin di dalam sirkulasi darah menyebabkan kontraksi otot Uterus dan
pada waktu yang sama membantu proses involusi uterus.- stelah persalinan, terjadi penurunan
kadar estrogen sehingga aktivitas prolaktin meningkat sehingga mempengaruhi kelenjar
mamae dalam menghasilkan ASI.
6. PERUBAHAN SISTEM HEMATOLOGI

Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem HematologiPada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar
fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum,
kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan
viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-
sel darah putih sebanyak 15.000 selama persalinan. Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa hari
pertama masa post partum. Jumlah sel darah putih akan tetap bisa naik lagi sampai 25.000 hingga 30.000
tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.Pada awal post partum,
jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit sangat bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume
plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan
hidarasi dari wanita tersebut. Jika hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2 persen
atau lebih tinggi daripada saat memasuki persalinan awal, maka pasien dianggap telah kehilangan darah
yang cukup banyak. Titik 2 persen kurang lebih sama dengan kehilangan darah 500 ml darah.Penurunan
volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan
hemoglobin pada hari ke 3-7 post partum dan akan normal dalam 4-5 minggu post partum. Jumlah
kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml, minggu pertama post partum berkisar
500-800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml.
Hematologi dan Hemoglobin
Selama 72 jam pertama setelah bayi lahir, volume plasma yang hilang lebih besar dari sel
darah yang hilang.Penurunan volume plasma dan peningkatan SDM dikaitkan dengan
peningkatan hematokrit pada hari ke 3 samapai hari ke 7 PP.SDM akan menurun secara
bertahap sesuai dengan usia SDM tersebut- Hitung sel darah putihLeukosit normal pada
kehamilan rata-rata 12.000/mm³.Selama 10-12 hari pertama PP nilai leokosit antara 20.000
dan 25.000/mm³Neutrofil merupakan sel darah putih yang paling banyak
7. PERUBAHAN TTV

Perubahan TTV
A. Temperatur Selama 24 jam pertama dapat meningkatkan sampai 38 derajat Celcius sebagai akibat
efek dehidrasi persalinan.Setelah 24 jam wanita harus tidak demam Normal suhu 36.,5-37,5B.
B. Denyut nadi Denyut nadi tetap tinggi selama jam pertama setelah bayi lahir kemudian kembali
mulai mengurang dengan frekuensi yang tidak diketahuiPada minggu ke 8 sampai ke 10 setelah
melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi sbelum Hamil.
C. Tekanan DarahTD sedikit berubah atau menetap Hipotensi (pusing seakan ingin pingsan segerah
setelah berdiri, timbul 48 jam pertama), akibat dari pembengkakan limpa yang terjadi setelah wanita
melahirkan D. Perubahan sistem pernapasanFrekuensi pernapasan normal pada orang dewasa adalah
16-24 x/menitPada post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini di karenakan ibu
dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalau berhubungan
dengan keadaan suhu tubuh atau denyut nadi. Bila suhu dan denyut nadi tidak normal, pernafasan
juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusu pada saluran nafas Bila pernafasan
pada masa post partum menjadi lebih cepat kemungkinan ada tanda-tanda syok.
8. PERUBAHAN SISTEM
KARDIOVASKULER

Perubahan Kardiovaskuler - Setelah melahirkan, penyesuaian pembuluh darah maternal


berlangsung secara dramatis dan cepat.- Perubahan volume darah tergantung pada kehilangan
darah selama melahirkan, mobilitas dan pengeluaran cairan ektravaskuler (edema fisiologi) -
Segera setelah melahirkan denyut jantung, volume sekuncup dan curah jantung meningkat
bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit karnah darah yang biasanya melintasi sirkulasi
uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai