Anda di halaman 1dari 6

HUKUM

b. FUNGSI PROFETIK AGAMA DALAM HUKUM

DOSEN PEMBIMBING:
MUHAMMAD ZAMZAM, S.Pd.I, M.Pd

KELOMPOK 5 :
1. KHUSNUL ALIFIA ARRIZKI PO.71.31.1.16.016
2. REPI SULISTIANA PO.71.31.1.16.026
PENGERTIAN

 Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian


kekuasaan kelembagaan dari prnyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik,
ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak sebagai
perantara utama dalam hubungan sosial.
 Hukum islam adalah syariat yang berarti hukum-hukum yang diadakan oleh
Allah untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang nabi, baik hukum yang
berhubungan dengan aqidah maupun hukum-hukum yang berhubungan dengan
amaliyah.
 Profetik adalah sifat nabi yang mempunyai ciri sebagai manusia yang ideal
secara spiritual-individual, tetapi juga sebagai pelopor perubahan,
membimbing masyarakat ke arah perbaikan dan melakukan perjuangan tanpa
henti melawan penindasan.
Fungsi Profetik Agama Fungsi Hukum

Bahwa agama sebagai


sarana menuju
kebahagiaan juga
memuat peraturan-
Menertibkan dan
peraturan yang
mengatur pergaulan
mengondisikan
dalam masyarakat serta
terbentuknya batin
menyelesaikan masalah-
manusia yang baik, yang
masalah yang timbul
berkualitas, yaitu
manusia yang bermoral
(agama sebagai sumber
moral).
Fungsi Profetik Agama
dalam Hukum

Fungsi profetik agama dalam hukum adalah


sesuatu yang mengarah ke perbaikan dalam
mengkondisikan terbentuknya batin manusia
yang baik dengan mengatur serta
menertibkan peraturan yang berlaku sehingga
dapat menyelesaikan masalah yang
berdatangan.
Tujuan Profetik Agama
Dalam Hukum

1. Mendorong seseorang (manusia) berperilaku dan berbuat


sesuai dengan aturan hukum dan perundang-undangan yang
sah serta sesuai QS, sehingga tercipta suatu kondisi
masyarakat yang sadar dan taat hukum.
2. Mendorong seseorang berperilaku yang baik dengan
mentauladani pribadi Rasulullah, agar manusia selamat dan
bahagia dunia dan akhirat (antara manusia dengan manusia,
antara manusia dengan Allah serta dengan alam lingkungan).
3. Mengeluarkan manusia dari miopik (cara pandang yang
sempit) dan Primordial dan Formalisme sempit yang akan
melahirkan berbagai konflik sosial, politik bahkan menjurus
kepada perpecahan dan perperang.
KESIMPULAN

‫احك ُم بَيْ َن الن ّ َِاس ِبال َْح ِ ّق َول َا تَتَّ ِب ِع ال َْه َوى َفيُ ِضل ّ َ َك‬
ْ ‫ض‬‫ود ِإن َّا َج َعلْنَا َك َخلِي َف ًة ِفي ال ْأ َ ْر ِ َف‬ُ ‫يَا َد ُاو‬
‫اب َش ِديدٌ ِب َما ن َ ُسوا يَ ْو َم‬ ٌ ‫يل الل ّ َ ِه ل َُه ْم َع َذ‬ ِ ‫ون َعن َس ِب‬ َ ُّ ‫ين يَ ِضل‬ َ ‫يل الل ّ َ ِه ِإ َّن ال ّ َ ِذ‬
ِ ‫َعن َس ِب‬
‫اب‬ ِ ‫ال ِْح َس‬
“Allah memerintahkan para penguasa, penegak hukum
sebagai khalifah di bumi ini menegakan dan menjalankan
hukum sabaik-baiknya tanpa memandang status sosial,
status ekonomi dan atribut lainnya”.
Qs. An-Nisa’ : 135 dan Qs. Al-Maidah : 8
Intinya : “Keadilan adalah asas titik tolak, proses dan
sasaran hukum dalam Islam”
“Siapa yang tidak menetapkan sesuatu dengan hukum yang
telah ditetapkan Allah itulah orang-orang yang aniaya”

Anda mungkin juga menyukai