Anda di halaman 1dari 14

Akhlak Mulia dalam

Kehidupan
Kelompok VII
1. Bina Farihani
2. Devi Arista Putri
3. M. Zikrullah Ladako
A.    Arti Pembentukan Akhlak
• Muhammad Athiyah Al-Abrasyi mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah
jiwa dan tujuan pendidikan islam. Demikan pula ahmad D. Marimba berpendapat bahwa tujuan
utama pendidikan islam adalah identik dengan tujuan hidup setiap Muslim, yaitu untuk menjadi
hamba Allah, yaitu hamba yang percaya dan menyerahkan diri kepada-Nya dengan memeluk
agama islam.
• Menurut sebagian ahli bahwa akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah insting (garizah)
yang dibawa manusia sejak lahir. Bagi golongan ini bahwa masalah akhlak adalah pembawaan
dari manusia sendiri, yaitu kecendrungan kepada kebaikan atau fithrah yang ada dalam diri
manusia, dan dapat juga berupa kata hati atau intuisi yang selalu cendrung kepada kebenaran.
Dengan pandangan seperti ini, maka akhlak akan tumbuh dengan sendirinya, walaupun tanpa
dibentuk atau diusahakan (ghair muktasabah).
B.     Metode Pembinaan Akhlak
• Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah
satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW. yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia. Dalam salah satu haditsnya beliau menegaskan innama buitstu li utammima makarim al-akhlaq
(H.R Ahmad) (Hanya saja aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia).
• Hasil analisis Muhammad al-Ghazali terhadap rukun islam yang lima telah menunjukkan dengan jelas,
bahwa dalam rukun Islam yang lima itu terkandung konsep pembinaan akhlak. Rukun islam yang
pertama adalah mengucapakan dua kalimah syahadat, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah,
dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Kalimat ini mengandung pernyataan bahwa
selama hidupnya manusia hanya tunduk kepada aturan dan tuntutan Allah. Orang yang tunduk dan
patuh pada aturan Allah dan Rasul-Nya sudah dapat dipastikan akan menjadi orang yang baik.
Lanjutan
• Selanjutnya rukun islam yang kedua adalah mengerjakan shalat lima waktu. Shalat yang
dikerjakan akan membawa pelakunya terhindar dari perbuatan yang keji dan munkar.
Shalat diharapkan dapat menghasilkan akhlak yang mulia, yaitu bersikap tawadlu,
mengagungkan Allah, berdzikir, membantu fakir miskin, ibn sabil, janda dan orang yang
mendapat musibah.
• Selanjutnya dalam rukun Islam yang ketiga, yaitu zakat juga mengandung didikan akhlak,
yaitu agar orang yang melaksanakannya dapat membersihkan dirinya dari sifat kikir,
mementingkan diri sendiri, dan membersihkan hartanya dari hak orang lain, yaitu hak fakir
miskin dan seterusnya. Muhammad al-Ghazali mengatakan bahwa hakikat zakat adalah
untuk membersihkan jiwa dan mengangkat derajat manusia ke jenjang yang lebih mulia.
Lanjutan
• Begitu juga islam mengajarkan ibadah puasa sebagai rukun Islam yang keempat, bukan hanya
sekedar menahan diri dari makan dan minum dalam waktu yang terbatas, tetapi lebih dari itu
merupakan latihan menahan diri dari keinginan melakukan perbuatan keji yang dilarang. Dalam
hal ini Nabi mengingatkan:
• }‫اجةٌ فِ ْي اَ ْن يَ َد َع طَ َعا َمهُ َو َش َرابَهُ {رواه البخاري‬ َ ‫الز ْو ِر َو ْال َع َم َل بِ ِه فَلَي‬
َ ‫ْس هِلِل َح‬ ُّ ‫َم ْن لَ ْم يَ َد ْع قَ ْو َل‬
Artinya : Siapa yang tidak suka meninggalkan kata-kata dusta, dan perbuatan yang palsu, maka
Allah tidak membutuhkan daripadanya, puasa meninggalkan makan dan minumnya.(H.R. Bukhari)
• Selanjutnya rukun Islam yang kelima adalah ibadah haji. Dalam ibadah haji ini pun nilai
pembinaan akhlaknya lebih besar lagi dibandingkan dengan nilai pembinaan akhlak yang ada pada
ibadah dalam rukun Islam yang lainnya. Hal ini bisa dipahami karena ibadah haji ibadah dalam
Islam bersifat komprehensif yang menuntut persyaratan yang banyak, yaitu disamping menguasai
ilmunya, juga harus sehat fisiknya, ada kemauan keras, bersabar dalam menjalankannya dan harus
mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, serta rela meninggalkan tanah air, harta kekayaan dan
lainnya.
C.    Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Pembentukan Akhlak
• Untuk menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak
pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang sudah
amat popular. Pertama aliran Nativisme. Kedua, aliran Empirisme, dan ketiga
aliran konvergensi.
• Menurut aliran Nativisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah factor pembawaan dari dalam yang
bentuknya dapat berupa kecendrungan, bakat, akal, dan lain-lain. Jika
seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecendrungan kepada yang baik,
maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik.
Lanjutan
• Selanjutnya menurut aliran Empirisme bahwa factor yang paling berpengaruh
terhadap pembentukan diri seseorang adalah factor dari luar, yaitu lingkungan social,
termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan
yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak itu. Demikian jika
sebaliknya. Aliran ini tampak lebih begitu percaya kepada peranan yang dilakukan
oleh dunia pendidikan dan pengajaran.
• Dalam pada itu aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh
faktor internal, yaitu pembawaan sianak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan
pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan social.
D.     Manfaat Akhlak Yang Mulia
1.      Memperkuat dan Menyempurnakan Agama
• Nabi bersabda :
‫ق َوال َّس َخا ِء فَاِنَّهُ الَ يَ ْك ِم ُل اِاَّل َ بِ ِه َما‬ ِ ‫اِ َّن هللاَ تَ َع ٰالى اِ ْختَا َر لَ ُك ْم ااِل ْسالَ َم ِد ْينًا فَا ْك ِر ُم ْوهُ ِب ُحس‬
ِ ُ‫ْن ال ُخل‬
Allah telah memilihkan agama Islam untuk kamu, hormatilahagama dengan akhlak dan
sikap dermawan, karena islam itu tidak akan sempurna kecuali dengan akhlak dan sikap
dermawan itu.
‫ان فِي ااْل َ ْع َمار‬ ِ ‫ان ال ِّديَا َر َويَ ِز ْي َد‬
ِ ‫ار يَ ْع ُم َر‬ ِ ‫ق َو ُحس ُْن‬
ِ ‫الج َو‬ ِ ُ‫ُحس ُْن ْال ُخل‬
Berakhlak yang baik dan berhubungan dengan tetangga yang baik, akan membawa
keberuntungan dan kemakmuran.
Lanjutan
2.      Mempermudah perhitungan amal di akhirat
• Nabi bersabda :
َ ‫َص ُل َم ْن قَطَ َع‬
} ‫ك { رواه الحاكم‬ َ ‫ك َوتَ ْعفُ ْو َع َّم ْن‬
َ ‫ظلَ َم‬
ِ ‫ك َوت‬ ِ ‫ث َم ْن ُك َّن فِ ْي ِه َحا َسبَهُ هللاُ ِح َسابًا يَ ِس ْيرًا َواَدْخَ لَهُ ْال َجنَّةَ تُع‬
َ ‫ْط ْي َم ْن َح َر َم‬ ٌ ‫ثَاَل‬
Ada tiga perkara yang membawa kemudahan hisab (perhitungan amal di akhirat) dan akan dimasukkan ke surga, yaitu
engkau member sesuatu kepada orang yang tak pernah memberi apapun kepadamu (kikir), engkau memaafkan orang yang
pernah menganiayamu, dan engkau menymbung tali silaturahmi kepada orang yang tak pernah kenal padamu. (H.R. Al-
Hakim).
3.      Menghilangkan kesulitan
• Nabi Bersabda :
َ َّ‫ب ال ُّد ْنيَا نَف‬
ِ ‫س هللاُ َع ْنهُ ُكرْ بَةً ِم ْن ُك َر‬
}‫ب يَ ْو َم القِيَا َم ِة {رواه المسلم‬ َ َّ‫َم ْن نَف‬
ِ ‫س َع ْن ُم ْؤ ِم ٍن ُكرْ بَةً ِم ْن ُك َر‬
Barangsiapa yang melepaskan kesulitan orang mu’min dari kehidupannya di dunia ini, maka Allah akan melepaskan
kesulitan tersebut pada hari kiamat. (H.R. Muslim).
Lanjutan
4.      Selamat hidup di dunia dan di akhirat
• Nabi bersabda :
‫ب َو ْالقَصْ ُد فِي الفَ ْق ِر‬ َ ‫ِّضا َو ْال َغ‬
ِ ‫ض‬ َ ‫ َخ ْشيَةُ هللاِ تَ َعالَى فِي ال ِّس ِّر َو ْال َعاَل نِيَ ِة َو ْال َع ْد ُل فِي الر‬: ‫ات‬ ٌ ‫ثَاَل‬
ٌ َ‫ث ُم ْن ِجي‬
}‫َو ْال ِغنَى {رواه ابوا الشيخ‬
Ada tiga perkara yang menyelamatkan manusia, yaitu takut kepada Allah di
tempat yang tersembunyi maupun di tempat yang terang, berlaku adil pada
waktu rela maupun pada waktu marah, dan hidup sederhana pada waktu
miskin, maupun waktu kaya. (H.R. Abu Syaikh).
E.   Macam – Macam Akhlak Mulia
• Akhlak Al-karimah atau akhlak yang mulia sangat amat jumlahnya,
namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia
dengan manusia, akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Akhlak Terhadap Allah
Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan
selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian Agung sifat itu, yang
jangankan manusia, malaikatpun tidak akan menjangkau hakekatnya.
Lanjutan
b. Akhlak terhadap Diri Sendiri
Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi dan
menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah
Allah yang harus dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya. Contohnya: Menghindari minuman
yang beralkohol, menjaga kesucian jiwa, hidup sederhana serta jujur dan hindarkan perbuatan yang tercela.
c. Akhlak terhadap sesama manusia
Manusia adalah makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak
bergantung pada orang lain, untuk itu, ia perlu bekerjasama dan saling tolong-menolong dengan orang lain.
Islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara, Karena ia berjasa dalam ikut serta mendewasaan
kita, dan merupakan orang yang paling dekat dengan kita. Caranya dapat dilakukan dengan
memuliakannya, memberikan bantuan, pertolongan dan menghargainya.
KESIMPULAN
• Berbicara masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan pendidikan, karena banyak
sekali dijumpai pendapat para ahli yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak.
Menurut sebagian ahli bahwa akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah insting (garizah) yang dibawa
manusia sejak lahir. Bagi golongan ini bahwa masalah akhlak adalah pembawaan dari manusia sendiri, yaitu
kecendrungan kepada kebaikan atau fithrah yang ada dalam diri manusia, dan dapat juga berupa kata hati atau
intuisi yang selalu cendrung kepada kebenaran. Dengan pandangan seperti ini, maka akhlak akan tumbuh
dengan sendirinya, walaupun tanpa dibentuk atau diusahakan (ghair muktasabah).
• Akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
• a.       Akhlak Terhadap Allah
• d.      Akhlak terhadap Diri Sendiri
• e.       Akhlak terhadap sesama manusia
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai