Anda di halaman 1dari 6

u nn ah

a A s-S
P ad
Teg uh
pe g ang
Ber
Sebagian besar orang menganggap sunnah berarti adalah perkara yang
tidak wajib sehingga boleh untuk ditinggalkan. Pengertian ini tidak salah secara
mutlak.Namun, itu hanya sebagian dari makna sunnah. Agar tidak salah,
penting bagi kita untuk mendefinisikan sunnah dengan benar.

Sunnah secara bahasa berarti jalan atau metode, baik itu jalan yang baik
maupun jalan yang jelek. Hal ini bisa dilihat dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam, “Barangsiapa yang mencontohkan jalan (sunnah) yang baik di dalam
Islam, maka ia akan mendapat pahala dan pahala orang yang mengamalkannya
setelahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barang siapa
yang mencontohkan jalan (sunnah) yang jelek, maka ia akan mendapat dosa
dan dosa orang yang mengerjakannya sesudahnya tanpa mengurangi dosa
mereka sedikit pun.” (HR. Muslim). Dalam hadits ini, Nabi membagi ada
sunnah yang baik dan sunnah yang jelek. Inilah makna sunnah secara bahasa.
Adapun secara istilah, makna sunnah memiliki
beberapa pengertian:
1. Menurut istilah ulama ahli hadits, yang dimaksud sunnah adalah segala
sesuatu yang berasal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam baik berupa
perkataan, perbuatan, pembenaran, maupun sifat-sifat yang ada pada
diri beliau. Baik sebelum beliau diutus menjadi Nabi maupun
sesudahnya.
2. Menurut istilah ulama ahli ushul, yang dimaksud sunnah adalah segala
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
bukan berasal dari Al Qur’an.
3. Menurut ulama ahli fikih, sunnah adalah perkara yang tidak wajib,
artinya pelakunya berhak mendapat pahala dan jika meninggalkan tidak
berdosa.
Perintah Berpegang Teguh dengan Sunnah:
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku telah
tinggalkan kepada kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama
berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-
Nya”(HR. Al Hakim, derajat : shahih).
Dalam hadits di atas, Nabi yang mulia memerintahkan kepada kita untuk
berpegang teguh dengan Al Qur’an dan Sunnah, yang merupakan jalan
beragama yang telah ditempuh oleh Nabi dan para sahabatnya.
Dalam Al Qur’an, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Apa yang diberikan
Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka
tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat
keras hukumannya. “ (QS.Al Hasyr:7)
Bahaya Menyelisihi Sunnah:

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan barangsiapa yang menentang Rasul


sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang
mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan
Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat
kembali.”(QS. An Nisaa’ : 115)

Sikap orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya harus mendengar dan taat, serta
tidak boleh menolak segala sesuatau yang datang dari Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena
itu, Allah meniadakan iman bagi orang yang enggan dan menolak untuk mengikuti
sunnah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka
demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan
kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak
merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan,
dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An Nisaa’:65)
Menjadi Asing Ketika Komitmen dengan Sunnah:
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Islam bermula
dalam keadaan asing dan akan kembali asing seperti awal mulanya. Maka
keberuntungan bagi orang-orang yang asing” (HR. Muslim). Demikianlah,
keadan yang akan terjadi bagi orang-orang yang senantiasa berpegang teguh
dengan sunnah. Akan dianggap orang yang asing karena banyaknya orang-
orang yang tidak mengetahui sunnah dan menyelisihi sunnah.

Anda mungkin juga menyukai