Anda di halaman 1dari 11

Penyakit Tidak Menular (Hipertensi,

Gout dan Artritis) diwilayah pesisir

Dosen Pengampu : Dr. Lilin Rosianty.,M.Kep

OLEH:
MAYA ASTI MELANDA
NELLY TRI WIDIA WATI
NIKEN ASTUTI
NURHARTATI
Penyakit darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh
yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena
termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai
peringatan bagi penderitanya (Wolf, 2006). Hipertensi adalah tekanan darah dalam batas tidak normal
dimana tekanan sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg (Depkes RI, 2007).
HIPERTENSI

Penyakit hipertensi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat termasuk di daerah pesisir.
Faktor sosio demografi dan konsumsi makan masyarakat pesisir yang tidak seimbang menjadi
determinan kejadian hipertensi.
Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal yang mendapat perhatian dari semua
kalangan masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek
maupun jangka panjang sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang
menyeluruh dan terpadu (Kementrian Kesehatan RI, 2018). Penyakit hipertensi
menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi.
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari
berbagai faktor risiko yang dimiliki seseorang (Oktaviarini et al, 2019).
Penderita hipertensi diperkirakan mencapai Hipertensi merupakan the silent killer sehingga
1 milyar di dunia, dan dua pertiga pengobatannya seringkali terlambat
diantaranya berada di negara berkembang. (Fitrianto et al, 2014). Berdasarkan laporan
Angka tersebut kian hari kian WHO, dari 50% penderita hipertensi yang
menghawatirkan yaitu sebanyak 972 juta diketahui 25% diantaranya mendapat
(26%) orang dewasa di dunia menderita pengobatan, tetapi hanya 12,5% diantaranya
hipertensi. Angka ini terus meningkat tajam, diobati dengan baik (WHO, 2012). Jumlah
dan diprediksi pada tahun 2025 sekitar penderita Hipertensi di Indonesia sebanyak
29% orang dewasa di seluruh dunia 70 juta orang (28%), tetapi hanya 24%
menderita hipertensi (WHO, 2019). diantaranya merupakan Hipertensi terkontrol.
Prevalensi hipertensi pada populasi dewasa di
Negara maju sebesar 35% dan di Negara
berkembang sebesar 40%. Prevalensi hipertensi
pada orang dewasa adalah 6-15%
(Departemen Kesehatan RI, 2019).
Daerah pesisir mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai
pedagang ikan/nelayan. Selain itu, masyarakat pesisir juga bermata pencaharian
usaha tambak ikan, udang, dan garam, bekerja pada industri kecil, jasa angkutan
dan
sebagai pegawai negeri (BPS, 2010). Hal ini dikarenakan Kecamatan daerahnya
memiliki pesisir pantai. Pola konsumsi masyarakat yang
dipengaruhi oleh lingkungan, sehingga masyarakat pesisir cenderung
mengkonsumsi
hanyayanghasilmempengaruhi
Faktor-faktor laut yang terjadinya
menyebabkan ketidakseimbangan
hipertensi dibagi dalam gizi.
dua kelompok
besar yaitu faktor yang melekat atau tidak dapat diubah seperti jenis kelamin, umur,
genetik dan faktor yang dapat diubah seperti pola makan, kebiasaan olah raga dan lainlain. Untuk
terjadinya hipertensi perlu peran faktor risiko tersebut secara bersamasama (common underlying risk
factor), dengan kata lain satu faktor risiko saja belum cukup menyebabkan timbulnya hipertensi (Arif et
al, 2013).
Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi. Salah satunya pola
konsumsi makanan. Pola konsumsi merupakan susunan jenis dan jumlah asupan
makanan yang dikonsumsi pada waktu tertentu. Setiap kelompok masyarakat tertentu
memiliki pola konsumsi yang berbeda, hal ini dikarenakan terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi pola konsumsi suatu masyarakat atau suatu kelompok tertentu. Tiga
faktor terpenting yang mempengaruhi kebiasaan makan adalah ketersediaan pangan,
pola sosial budaya dan faktor-faktor pribadi (Fadhilah et al , 2018)
Selain itu, menurut Khomsan (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi pola
konsumsi diantaranya seperti kebiasaan makan sejak kecil yang dapat dipengaruhi oleh
berbagai hal antara lain perbedaan etnis, tingkat sosial ekonomi, geografi, iklim,
agama dan kepercayaan serta tingkat kemajuan teknologi, mata pencaharian, kebiasaan
makan banyak dipengaruhi juga oleh lingkungan. Misalnya lingkungan pesisir akan
berpengaruh terhadap pola konsumsi suatu masyarakat.
Gout Arthritis

Penyakit asam urat disebut pula dengan istilah gout arthritis atau pirai dan termasuk
bagian-bagian dari reumatik. Penyakit ini akan muncul saat terjadi penumpukan kristal asam
urat (monosodium urat) pada sendi akibat kadar asam urat yang terlalu berlebihan di dalam
darah. Jika kadar asam urat didalam darah terlalu berlebihan maka ginjal tidak mampu lagi
mengatur kestabilannya (Noormindhawati, 2014).
Asam urat merupakan produk Fenomena yang terjadi di
akhir metabolisme purin yang berasal masyarakat saat ini, khusunya pada
dari metabolisme dalam tubuh/faktor masyarakat pesisir justru menunjukkan
endogen (genetik) dan berasal dari luar kecenderungan untuk meningkatkan
tubuh/ faktor eksogen (sumber pola konsumsi seseorang atau
makanan). Asam urat dihasilkan oleh suatu kebiasaan individu dalam keluarga
setiap makhluk hidup sebagai hasil dari maupun dimasyarakat yang mempunyai
proses metabolisme sel yang berfungsi cara makan dalam bentuk jenis makan
untuk memelihara kelangsungan hidup. dan frekuensi makan meliputi:
Setiap orang memiliki asam urat di karbohidrat, lauk hewani, lauk nabati,
dalam tubuh karena pada setiap sayur dan buah yang dikonsumsi setiap
metabolisme normal dihasilkan asam hari. Kebiasaan mengkonsumsi makanan
urat. Sedangkan pemicunya adalah tinggi purin seperti: udang, cumi,
makanan dan senyawa lain yang banyak kerang, kepiting, ikan teri. Akibat
mengandung purin. langsung dari pembentukan asam urat
yang berlebih atau akibat penurunan
ekskresi asam urat.
Faktor pemicu terjadinya asam urat disebabkan karena hormonal serta gaya hidup yang kurang baik seperti
pola konsumsi yang kurang sehat, seperti seringmengkonsumsi makanan laut tinggi purin, makanan berminyak
dan berlemak dan kurang sekali makan makanan sejenis sayuran serta minim sekali pengetahuan mengenai
makanan tinggi purin dan rendah purin yang merupakan salah satu penyebab asam urat.
Sebagian besar masyarakat di wilayah pesisir memperoleh penghasilan dari sektor perikanan. Penduduk
pesisir banyak berprofesi nelayan karena letak geografis yang memudahkan para penduduk mendapatkan
pekerjaan. Hal ini mempengaruhi besarnya tingkat pendapatan mereka yang terbilang relative rendah karena
jumlah yang mereka peroleh dari hasil laut yang relative sedikit. Hal ini juga akan berdampak pula terhadap
pemenuhan kebutuhan pokok para nelayan terutama menyangkut pola konsumsi masyarakat pesisir.
Rendahnya pendapatan merupakan masalah yang sudah lama, hal ini tidak hanya berkaitan dengan sosial
ekonomi yang akan berpengaruh terhadap pola konsumsi masyarakat, sehingga masyarakat pesisir cenderung
mengkonsumsi hanya hasil laut yang menyebabkan ketidakseimbangan gizi.
Dari uraian diatas maka terdapat dua faktor risiko seseorang menderita asam urat, yaitu :
1. faktor yang tidak dapat dimodifikasi, (usia dan jenis kelamin)
2. faktor yang dapat dimodifikasi, (pengetahuan, pendapatan dan perilaku penderita mengenai asam urat)
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai