Anda di halaman 1dari 63

KEGAWATDARURATAN MATERNAL

PADA KALA I DAN II (KOMPLIKASI)

OLEH : UMY DARNI HAREFA, SST


Terdiri dari :

1. Emboli air ketuban

2. Distosia bahu

3. Persalinan dengan
kelainan letak (sungsang)

4. Partus lama
EMBOLI AIR KETUBAN
merupakan sindrom dimana cairan
ketuban memasuki sirkulasi darah
maternal, tiba-tiba terjadi gangguan
pernafasan yang akut dan shock
EMBOLI AIR KETUBAN
ETIOLOGI :
Menyebabkan:
1. Tidak diketahui secara pasti. • Kegagalan perfusi
2. Diduga bahwa terjadi secara masif
• Bronchospasme
kerusakan penghalang fisiologi
• Renjatan
antara ibu dan janin sehingga
bolus cairan amnion memasuki
sirkulasi maternal yang
selanjutnya masuk kedalam
sirkulasi
Faktor Risiko
Multipara Terminasi

Solusio plasenta kehamilan

IUFD Trauma abdomen

Partus presipitatus Versi luar

Suction curettahge Amniosentesis


Tanda dan Gejala
1. terjadi secara mendadak
2. Sesak nafas
3. Wajah kebiruan
4. Terjadi gangguan sirkulasi jantung
5. Tekanan darah mendadak turun
6. Nadi kecil/cepat
Penataksanaan Emboli Air Ketuban

Bila sesak nafas = Berikan oksigen atau


respirator
Bila terjadi gangguan bekuan darah =
berikan transfusi
Observasi tanda vital
Distosia Bahu
Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan

tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.


Etiologi

1. Maternal 2. Fetal

• Kelainan bentuk panggul • Dugaan

macrosomia
• Diabetes gestasional

• Kehamilan postmature

• Riwayat persalinan

dengan distosia bahu

• Ibu yang pendek.


Tanda dan Gejala
American College of Obstetricians and Gynecologist
(2002) menyatakan bahwa penelitian yang
dilakukan dengan metode evidence based
menyimpulkan bahwa :

1. Sebagian besar kasus distosia bahu tidak dapat


diramalkan atau dicegah

2. Adanya kehamilan yang melebihi 5000 gram atau


dugaan berat badan janin yang dikandung oleh
Penatalaksanaan distosia bahu
1. Mengenakan sarung tangan desinfeksi
tingkat tinggi atau steril.
2. Melaksanakan episiotomi secukupnya
dengan didahului dengan anastesi lokal.
3. Mengatur posisi ibu untuk Manuver Mc
Robert.
4. Pada posisi ibu berbaring terlentang,
minta ibu menarik lututnya sejauh
mungkin kearah dadanya dan diupayakan
lurus. Minta suami/keluarga membantu.
5. Lakukan penekanan ke bawah dengan
mantap diatas simpisis pubis untuk
menggerakkan bahu anterior di atas
simpisis pubis. Tidak diperbolehkan
mendorong fundus uteri, beresiko
menjadi ruptur uteri.
6. Ganti posisi ibu dengan posisi
merangkak dan kepala berada di atas
7. Tekan ke atas untuk melahirkan bahu
depan
8. Tekan kepala janin mantap ke bawah
untuk melahirkan bahu belakang
Persalinan letak sungsang

Persalinan letak sungsang adalah persalinan


pada bayi dengan presentasi bokong
(sungsang) dimana janin terletak
memanjang dengan kepala di fundus uteri
dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri.
klasifikasi letak sungsang
Etiologi
Faktor ibu
1. Rahim arkuatus
2. Septum pada rahim
3. Uterus dupleks
4. Mioma bersama kehamilan
5. Plasenta letak rendah
6. Plasena previa
7. Kesempitan panggul
8. Deformitas tulang panggul
9. Terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan
perputaran ke posisi kepala
Faktor Janin
1. Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
2. Hirdosefalus atau anensefalus
3. Kehamilan kembar
4. Hirdramnion atau oligohidramnion
5. Prematuritas
Tanda dan Gejala
Pemeriksaan abdominal :
1. Letaknya adalah memanjang.
2. Di atas panggul terasa massa lunak dan
tidak terasa seperti kepala.
3. Pada fundus uteri teraba kepala. Kepala
lebih keras dan lebih bulat dari pada
bokong dan kadang-kadang dapat
dipantulkan (Ballotement)
Auskultasi

Auskultasi denyut jantung janin dapat


terdengar diatas umbilikus jika bokong
janin belum masuk pintu atas panggul.
Apabila bokong sudah masuk pintu atas
panggul, denyut jantung janin biasanya
terdengar di lokasi yang lebih rendah
Pemeriksaan dalam
 Teraba 3 tonjolan tulang yaitu tuber
ossis ischii dan ujung os sakrum
 Pada bagian di antara 3 tonjolan tulang
tersebut dapat diraba anus.
 Kadang-kadang pada presentasi bokong
murni sacrum tertarik ke bawah dan
teraba oleh jari-jari pemeriksa, sehingga
dapat dikelirukan dengan kepala oleh
karena tulang yang keras.
Penatalaksanaan Persalinan letak
sungsang
Teknik brancht
Teknik klasik
Teknik muller
Teknik lovset
Teknik mariceau
Teknik bracht :

1. Posisi litotomi
2. Saat bokong membuka vulva lakukan
episiotomi
3. Segera setelah bokong lahir, bokong di
cengkram secara bracht yaitu kedua ibu
jari penolong sejajar sumbu panjang paha
sedangkan jari-jari memegang panggul.
4. Jika tali pusat lahir n tampak, kendorkan
tali pusat
Lakukan hiperlordosisi pada badan bayi
dengan cara punggung bayi didekatkan ke
perut ibu. Penolong hanya mengikuti
gerakan ini tanpa tarikan
Dengan gerakkan hiperlordosis ini
berturut-turut lahir pusar, perut, bahu dan
lengan, dagu, mulut dan akhirnya seluruh
kepala
Teknik klasik :
Kedua kaki janin dipegang dengan tangan
kanan penolong, dam kaki di arhkan ke atas
sehingga perut bayi mendekati perut ibu
Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong
dimasukkan ke dalam jalan lahir dengan
jari telunjuk menelusuri bahu janin sampai
pada fossa cubiti kemudian lengan bawah
dilahirkan dengan gerakan seolah-olah
lengan bawah mengusap muka janin
Untuk melahirkan lengan depan,
pegangan pada pergelangan kaki janin
diganti dengan tangan kanan penolong
dan ditarik curam ke bawah sehingga
punggung janin mendekati punggung ibu.
Dengan cara yang sama lengan dapat
dilahirkan.
Teknik muller :
Badan janin dipegang secara femuro-pelvis
dan sambil dilakukan traksi curam ke bawah
sejauh mungkin sampai bahu depan di
bawah simfisis dan lengan depan dilahirkan
dengan mengait lengan di bawahnya.
Setelah bahu dan lengan depan lahir, maka
badan janin yang masih dipegang secara
femuro-pelvis ditarik ke atas sampai bahu
belakang lahir.
Teknik lovset :
Badan janin dipegang secara femuro-pelvis
dan sambil dilakukan traksi curam ke bawah
badan janin diputar setengah lingkaran,
sehingga bahu belakang menjadi bahu depan.
Sambil melakukan traksi, badan janin diputar
kembali ke arah yang berlawanan setengah
lingkaran demikian seterusnya bolak-balik
sehingga bahu belakang tampak di bawah
simfisis dan lengan dapat dilahirkan.
Teknik mariceau :
Tangan penolong yang sesuai dengan muka
janin dimasukkan ke dalam jalan lahir.
Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan
jari telunjuk serta jari ke empat mencengkeram
fossa canina sedangkan jari yang lain
mencengkeram leher.
Badan anak diletakkan di atas lengan bawah
penolong seolah-olah janin menunggang kuda.
Jari telunjuk dan jari ke tiga penolong
mencengkeram leher janin dari arah punggung.
Kedua tangan penolong menarik kepala
janin curam ke bawah sambil seorang
asisten melakukan fundal pressure.
Saat suboksiput tampak di bawah
simfisis, kepala janin dielevasi ke atas
dengan suboksiput sebagai hipomoklion
sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut,
hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan
akhirnya seluruh kepala.
Kala I memanjang / persalinan macet

Persalinan dengan kala I Etiologi (Moctar 2011):


memanjang adalah
1. Kelainan letak janin
persalinan yang fase
latennya berlangsung 2. Kelainan-kelainan
lebih dari 8 jam dan pada panggul
fase aktif laju 3. Kelainan his
pembukaannya tidak 4. Janin besar atau ada
adekuat atau bervariasi kelainan kongenital
(kurang dari 1 cm setiap
5. Primitua.
jam)
Diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:

1. Fase Laten Memanjang (Prolonged latent phase)


→ pembukaan serviks yang tidak melewati 3
cm setelah 8 jam inpartu (Saifuddin,2009).
2. Fase aktif memanjang (Prolonged Active Phase)
→ pada primigravida (Lebih dari 12 jam dengan
pembukaan serviks kurang dari 1,2 cm per jam)
dan pada multigravida (6 jam dengan laju
dilatasi serviks kurang dari 1,5 cm per jam)
Tanda dan gejala klinis Diagnosis
Pembukaan serviks tiak membuka (kurang dari 3 Belum inpartu, fase
cm), tidak di dapatkan kontraksi uterus labor

Pembukaan serviks tidak melewati 3 cm sesudah 8


jam inparu Prolonged laten phase

Pembukaan serviks tidak melewati garis waspada


partograf :
1. frekuensi dan lamanya kontraksi kurang dari Inersia uteri
kontraksi per 10 menit dan kurang dari 40 detik
2. secondarry arrest of dilatation atau arrest of Disporportion
desent sefalopelvik
3. seondary arrest of dilatation dan bagian Obstruksi
terendah dengan caput terdapat moilase hebat,
edema serviks, tanda rupture uteri immniensi,
fetal dan maternal distresss
4. kelainan presentasi (selain vertex) Malpreentasi
Etiologi
His tidak adekuat / efisien
Faktor janin (malpresentasi, malposisi,
janin besar)
Faktor jalan lahir (panggul sempit,
kelainan serviks, vagina, tumor)
Paritas / interval kelahiran
KPD
Tanda Klinis
Ibu Janin

Gelisah, letih, suhu badan

Djj cepat/negatif
meningkat, berkeringat, nadi

caput suksedaneum
cepat, pernapasan cepat ●
moulage

edema vulva, edema serviks, ●
kematian janin dalam
cairan ketuban yang berbau, kandungan
terdapat mekonium ●
kematian janin intra partal
Komplikasi pada Ibu dan Janin Akibat
Kala I Memanjang

1. Ketuban pecah dini,


Apabila kepala tertahan
pada pintu atas panggul,
seluruh tenaga dari uterus
diarahkan ke bagian
membran yang meyentuh
os internal. Akibatnya,
ketuban pecah dini lebih
mudah terjadi infeksi
(Wijayarini, 2008).
2. Sepsis Puerperalis, Infeksi
merupakan bahaya serius bagi ibu
dan janin pada kasus persalinan lama,
terutama karena selaput ketuban
pecah dini. Bahaya infeksi akan
meningkat karena pemeriksaan
vagina yang berulang-ulang
(Wijayarini, 2008).
3. Ruptur Uterus, Penipisan segmen bawah rahim
yang abnormal menimbulkan bahaya serius
selama persalinan lama. Jika disproporsi sangat
jelas sehingga tidak ada engagement atau
penurunan, segmen bawah rahim menjadi sangat
teregang, dan dapat diikuti oleh ruptur
(Cunningham, 2013).
4. Cedera dasar panggul,
Cedera pada otot dasar
panggul, persarafan, atau
fasia penghubung adalah
konsekuensi pelahiran
pervaginam yang sering
terjadi, terutama apabila
pelahirannya sulit
(Cunningham, 2013).
5. Dehidrasi, Ibu nampak kelelahan,
nadi meningkat, tensi mungkin
normal atau telah turun, temperatur
meningkat (Manuaba, 2011).
6. asfiksia, gawat janin, molase, caput
suksidaneum (bagi janin)
A. CAPUT
SUKSIDANEUM
B. CEPHAL HEMATOMA
Diagnosis Penunjang (Oxorn, 2010)
Pemeriksaan USG untuk mengetahui
letak janin.
Pemeriksaan laboratorium untuk
mengetahui kadar haemoglobin
Pemeriksaan sinar rontgen dilakukan jika
diagnosis sulit ditegakkan karena terjadi
moulage yang cukup banyak dan caput
succedanum yang besar
Penatalaksanaan :
1. Nilai keadaan umum, TTV dan tingkat
hidrasinya
2. Periksa DJJ selama atau segera sesudah
his, hitung frekuensinya dalam 30 menit
selama fase aktif.
3. gawat janin → lakukan sectio caesarea
4. Perbaiki keadaan umum (Beri dukungan,
intake cairan)
5. Jika kontraksi tidak adekuat (anjurkan
untuk mobilisasi, Rehidrasi melalui
infus atau minum, Merangsang puting
susu, Acupressure, Lakukan penilaian
frekuensi dan lamanya kontraksi
berdasarkan partograf)
6. Apabila garis tindakan dilewati
(memotong) lakukan sectio secarea.
Tanda gawat janin :
1. Djj tidak normal
2. Ketuban bercampur mekonium
atau darah
Preeklmasia
Preeklampsia adalah
hipertensi pada
kehamilan yang
ditandai dengan
tekanan darah ≥ 140/90
mmHg setelah umur
kehamilan 20 minggu,
disertai dengan
proteinuria ≥ 300
mg/24 jam.
Etiologi
Belum diketahui secara pasti
Faktor resiko : riwayat keluarga pernah
preeklampsia/eklampsia, riwayat
preeklampsia sebelumnya, umur ibu yang
ekstrim (>35 tahun), riwayat preeklampsia
dalam keluarga, kehamilan kembar,
hipertensi kronik.
Tanda gejala :
Tekanan sistolik >140 mmHg, atau
tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih
Proteinuria 5 gr atau lebih dalam 24 jam :
+3 atau +4 pada pemeriksaan kualitatif
Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang
dari 24 jam
Keluhan serebral, gangguan pengelihatan
atau nyeri daerah epigastrium
Edema paru-paru
Preeklamsia ringan : Preeklamsia berat :

1. Kenaikan tekanan darah 1. Tekanan darah sistolik


sistolik antara 140-160 >160 mmHg atau tekanan
mmHg dan tekanan darah darah diastolik >110 mmHg
diastolik 90-110 mmHg 2. Trombosit 3 gr/ liter/24
2. Proteinuria secara
jam) atau positif 3 atau
kuantitatif >0,3 gr/l
dalam 24 jam
3. Oliguria (urine < 400 ml/24
3. Edema pada pretibial, jam)\
dinding abdomen, 4. Keluhan serebral, gangguan
lumbosakral, wajah atau pengelihatan, Nyeri
tangan abdomen, Gangguan fungsi
4. Tidak disertai dengan hati, Gangguan
gangguan fungsi organ perkembangan Intrauterine

Anda mungkin juga menyukai