Anda di halaman 1dari 66

Tugas Farmasi II

MANAR SITI DENARI SUBUR


1765050168

DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN TERAPI


PERIODE 15 JUNI – 27 JUNI 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KEDOKTERAN INDONESIA
JAKARTA TIMUR
2020
Obat esensial & non esensial
Esensial: bila obat terbukti efektif menyembuhkan penyakit/mengurangi
penderitaan pasien
Contoh: NSAID, antibiotik

Non esensial: aneka ragam obat yang digunakan unutk penyakit sembuh
sendiri (self limiting disease)
Contoh: suplemen, vitamin
Obat Esensial
Non Esensial

No. Nama Obat Satuan Sediaan


1. Betadine Gargle 100 ml Botol Gargle
2. Diabetasol Vita Coklat 180 g Kotak Pulv
3. Listerine Original 250 ml Botol Gargle
4. Vitacimin 500 mg Tab Tablet Hisap
5. Curcuma Plus 120 ml Botol Sirup
6. Imboost Force Tab Tablet
Obat Wajib Apotek
Obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker tanpa resep
Undang-undang yang mengatur OWA:
• Kepmenkes no 347 tahun 1990 tentang Obat Wajib Apotek, berisi Daftar
Obat Wajib Apotek No. 1.
• Kepmenkes no 924 tahun 1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 2.
• Kepmenkes no 925 tahun 1993 tentang perubahan golongan OWA No.1,
memuat perubahan golongan obat terhadap daftar OWA No. 1, beberapa
obat yang semula OWA berubah menjadi obat bebas terbatas atau obat
bebas.
• Kepmenkes no 1176 tahun 1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3

Kemenkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Daftar Obat wajib apotek.
Jenis-jenis OWA 1

No. Nama Obat Ketentuan


1. Kontrasepsi oral 1. Untuk pertama kali penggunaan pasien harus ke
a. Tunggal Lynestrenol (Exluton®) dokter dulu
b. Kombinasi 2. Obat diserahkan hanya 1 siklus
1). Ethinylestradiol – Norgestrel (Microdiol®) 3. Kontrol ke dokter tipa 6 bulan sekali
2). Ethinylestradiol – Levonorgestrel
(Cycloginon®, Pilkab®, Sydnaginon®)
3). Ethinylestradiol – Desogestrel (Marvelon 28 ®,
Mercilon 28®)
2. Obat Saluran Cerna
Metoklopramid Indikasi: mual.muntah. Maksimal 20 tab bila mual
muntah berkepanjangan ke dokter
Bisakodil Suppo (laksan) Indikasi: konstipasi Max 3 suppo
No. Nama Obat Ketentuan
3. Obat Mulut dan tengggorokan
Hexetidin Indikasi: sariawan, radang tenggorokan. Max 1
botol  diubah jadi obat bebas terbatas unutk obat
luar mulut dan tenggorokan
Indikasi: sariawan berat. Max 1 tube
Triamcinolone acetonide
4. Obat saluran napas
a. Mukolitik
Asetilsistein Max 20 dus; sirup 1 botol
Karbosisterin Max 20 tab; sirup 1 botol
Bromheksidin Max 20 tab; sirup 1 botol
 Diubah jadi obat bebas terbatas
b. Asma Atas dasar pengobatan ulangan dari resep dokter
Max 20 tab; sirup 1 botol;; inhaler 1 tabung
Salbutamol Max 20 tab; sirup 1 botol;; inhaler 1 tabung
Terbutalin Max 10 tab; sirup 1 botol
Ketotifen
No. Nama Obat Ketentuan
5. Obat yang mempengaruhi system neuromuscular
Metampiron
Indikasi: sakit kepala, pusing, demam, myeri haid.
Asam Mefenamat Max 20 tablet; sirup 1 botol
Indikasi: sakit kepala, gigi. Max 20 tablet; sirup 1
Metampiron+diazepam botol
Indikasi: sakit kepala yang disertai ketegangan. Max
Mebhidrolin 20 tablet
Dexchlorpeniramine maleate Indikasi: alergi. Max 20 tablet
Indikasi: alergi. Max 20 tablet biasa; 3 tablet lepas
lambat
6. Antiparasit
Mebendazol Indikasi cacingan
Maxl 6 tablet; sirup 1 botol  diubah menjadi Obat
Bebas Terbatas
Jenis OWA 2
No. Nama Obat Ketentuan
1 Albendazol 6 Tab 200 mg
3 Tab 400 mg
2 Bacitracin Indikasi: infeksi pada kulit
1 Tube
3 Bismuth subsilate 10 Tablet
4 Clindamisin Indikasi: acne
1 Tube
5 Dexametason Indikasi: obat luar untuk antiinflamasi
1 Tube
6 Diclofenak Indikasi: obat luar untuk antiinflamasi
1 Tube
7 Fenoterol 1 Tabung
No. Nama Obat Ketentuan
Indikasi: obat luar untuk antiinflamasi
8 Flumetason
1 Tube
Indikasi: obat luar untuk antiinflamasi
9 Hidrokortison
1 Tube
Tab 400 mg, 10 tablet
10 Ibuprofen Tab 800 mg, 10 tabletDiubah menjadi Obat Bebas
Terbatas
Indikasi: obat luar infeksi jamur lokal
11 Ketokonazol
1 Tube
Indikasi: obat luar untuk antiinflamasi
12 Metilprednisolon
1 Tube
13 Omeprazol 7 Tablet
Indikasi: obat luar untuk antiinflamasi
14 Piroksikam
1 Tube
Indikasi: obat luar untuk antiinflamasi
15 Prednison
1 Tube
16 Scopolamin 10 Tablet
17 Sucralfat 20 tablet
18 Sulfasaladin 20 tablet
Jenis OWA 3
No. Nama Obat Ketentuan
Saluran pencernaan
Indikasi: antiulkus peptic. Max 10 tablet 20/40
Famotidin
1 mg. Pengulangan dari resep
Indikasi: antiulkus peptic. Max 10 tablet 150 mg.
Ranitidin
Pengulangan dari resep
Sistem muskuloskeletal
Indikasi: antigout. Max 10 tablet 100 mg
Alopurinol
Pengulangan dari resep
Indikasi: antiinflamasi dan antirematik
2 Diklofenak natrium Max 10 tablet 25 mg
Pengulangan dari resep
Indikasi: antiinflamasi dan antirematik
Piroksikam Max 10 tablet 10 mg
Pengulangan dari resep
No. Nama Obat Ketentuan
Antihistamin
Indikasi: antihistamin
Cetirizin Maksimal 10 tablet
3 Pengulangan dari resep
Indikasi: antihistamin
Siproheptadin Maksimal 10 tablet
Pengulangan dari resep
Indikasi: asma
Antiasma
4 1 tabung
Orsiprenalin
Pengulangan dari resep
Organ sensorik
Indikasi: obat mata
Gentamisin Maksimal 1 tube 5 gram atau botol 5 ml
Pengulangan dari resep
5 Indikasi: obat mata
Kloramfenikol Maksimal 1 tube 5 gram atau botol 5 ml
Pengulangan dari resep
Indikasi: obat telinga
Kloramfenikol Maksimal 1 botol 5 ml
Pengulangan dari resep
No. Nama Obat Ketentuan
Antiinfeksi umum
Satu paket
a.      Kategori I (2HRZE/4H3R3) Sebelum fase lanjutan, penderita harus kembali
ke dokter
6 Satu paket
b.      Kategori II (2HRZES/HRZE/5H3R3E3) Sebelum fase lanjutan, penderita harus kembali
ke dokter
Satu paket
c.      Kategori III (2HRZ/4H3R3) Sebelum fase lanjutan, penderita harus kembali
ke dokter
Sediaan Setengah Padat
Salep Krim

Pasta Gel
SALEP / UNGUENTUM
Sediaan ½ padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir (FI IV)

Persyaratan:
• Pemberian: tidak boleh berbau tengik
• Kadar: kadar bahan obat adalah 10%
• Dasar salep: kualitas yang baik yaitu:
• Stabil tidak dipengaruhi suhu, kelembaban
• Lunak, halus, homogen
• mudah dipakai
• dasar salep cocok
• terdistribusi merata
• Homogenitas  dioleskan pada kaca/bahan transparan harus menunjukkan susuna yang
homogen
• Penandaan: etiket harus tertera “obat luar”
Murtini, G. Farmestika Dasar. Jakarta:Kemenkes RI. 2016
Keuntungan Kerugian
Mudah digunakan Menimbulkan rasa lengket/tidak
nyaman
Langsung berefek pada bagian tubuh Tidak bisa digunakan pada bagian tubuh
yang sakit yang luka
Dapat digunakan pada semua usia

Contoh: Tolmicen 10 ml, Polik oint 5 g


Penggolongan Dasar Salep (Farmakope IV)

1. Dasar salep hidrokarbon


Dasar salep berlemak seperti vaselin putih
Memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit
Digunakan sebagai emolien dan sukar dicuci, tidak mengering dan tidak tampak
berubah dalam waktu lama
Contoh:
• Vaselin putih (white petrolatum/ white soft paraffin)
• Vaselin kuning (yellow petrolatum)
• Campuran vaselin dengan cera, paraffin cair, paraffin padat, minyak nabati

Murtini, G. Farmestika Dasar. Jakarta:Kemenkes RI. 2016


2. Dasar salep serap
terbagi dalam 2 kelompok:
• Dasar salep dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam
minyak (paraffin hidrofilik dan lanolin anhidrat)
• Terdiri atas emulsi air dalam minyak bercampur dengan larutan air
tambahan (lanolin)
Meliputi:
• Adeps lanae, unguentum simpleks
• campuran 3 bg kolesterol, 3 bg steril alcohol, 8 bg malam putih dan 86
bg vaselin putih
• Campuran 30 bg malam kuning dan 70 bg minyak wijen

Murtini, G. Farmestika Dasar. Jakarta:Kemenkes RI. 2016


3. Dasar salep dapat dicuci dengan air/ Ds emulsi
Emulsi minyak dalam air atau M/A (salep hidrofilik)
Mudah dicuci dari kulit/dilap basah
Contoh:
• Emulsi minyak dalam air; vanishing cream
• Emulsifying wax
• Hidrofilik ointment

Murtini, G. Farmestika Dasar. Jakarta:Kemenkes RI. 2016


4. Dasar salep dapat larut dalam air
Dasar salep tak berlemak
Dapat dicuci dengan air, tidak mengandung bahan tak larut air
Lebih tepat disebut gel
Contoh: polietilen glikol (PEG)

Murtini, G. Farmestika Dasar. Jakarta:Kemenkes RI. 2016


Penggolongan
Berdasarkan konsistensi
1. Unguenta: konsistensi seperti mentega, tidak mencair pada suhu biasa,
mudah dioles tanpa memakai tenaga
2. Krim: banyak mengandung air, mudah diserap kulit
3. Pasta: mengandung 50% zat padat  salep tebal karena sebagai
pelindung bagian kulit yang diolesi
4. Cerata: salep berlemak yang mengandung persentase lilin (wax) yang
tinggi sehingga konsistensi lebih keras (ceratum labiale)
5. Gelones/spumae/jelly: salep lebih halus, campuran sederhana minyak
dan lemak dengan titik lebuh rendah
Murtini, G. Farmestika Dasar. Jakarta:Kemenkes RI. 2016
Sifat farmakologis/terapeutik dan penetrasi
1. Salep epidermik
• Fungsi: melindungi kulit, hasilkan efek lokal, anestesi lokal, tidak diabsorbsi
• Daar salep yang baik adalah hidrokarbon
2. Salep endodermik
• Bahan obatnya menembus kulit, terabsorbsi sebagian dan digunakan untuk
melunakkan kulit/selaput lendir
• Dasar salep yang baik adalah minyak lemak
3. Salep diadermik
• Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh melalui kulit untuk
capai efek yang diinginkan
• Contoh: salep yang mengandung merkuri iodide/beladona

Murtini, G. Farmestika Dasar. Jakarta:Kemenkes RI. 2016


Menurut dasar salepnya
1. Salep hidrofobik
• Salep yang “tidak suka” air
• Dasar salepnya berlemak, tidak dapat dicuci dengan air

2. Salep hidrofilik
• Salep yang “suka” air/kuat menarik air
• Dasar salep tipe M/A

Murtini, G. Farmestika Dasar. Jakarta:Kemenkes RI. 2016


Menurut Formularium Nasional (Fornas)
1. Dasar salep 1 (ds hidrokarbon)
2. Dasar salep 2 (ds serap)
3. Dasar salep 3 (ds yang dapat dicuci dengan air/ ds emulsi M/A)
4. Dasar salep 4 (ds yang dapat larut dengan air)

Murtini, G. Farmestika Dasar. Jakarta:Kemenkes RI. 2016


Salep Mata Salep Berlemak
• steril dan obat dapat kontak Bahan dasar obat harus
lama dengan mata  lebih terdispersi homogen dalam
efektif dibanding tetes ds bebas air (berlemak)
• Stabil dalam penyimpanan dan • Absorbsi cukup baik
trasnportasi • Basis bebas air kontak
• Bahan dasar tidak mengiritasi kulit lama
mata • Berfungsi sbg pendingin
• digunakan malam hari • Cocok untuk kulit kering
Contoh: cendocycline 1% Contoh: nerisona fatty oint

Murini, T. Bentuk Sediaan Obat dalam Ppreskripsi. 2016. UGM


PASTA

Sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat
yang ditujukan untuk pemakaian topical (FI IV)

Keuntungan Kerugian
Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit Tidak sesuai untuk pemakaian pada tubuh berbulu
sehingga meningkatkan kerja lokal
Daya absorbsi sediaan pasata lebih besar dan kurang Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit
berlemak disbanding salep epidermis dan menyebabkan iritasi kulit

Konsentrasi lebih kental dari salep

Murtini, G. Farmestika Dasar. Jakarta:Kemenkes RI. 2016


Pasta
berlemak
JENIS PASTA

Pasta
Pasta kering
pendingin
Pasta berlemak

Mengandung >50% bahan padat (serbuk), tebal, kaku, tidak meleleh


pada suhu badan
Dasarnya digunakan vaselin, parafin cair

Contoh:
• Pasta zinci oxydi salicylate
• Pasta zinci oxydi
• Pasta resorcinoli sufurici

Murtini, G. Farmestika Dasar. Jakarta:Kemenkes RI. 2016


Pasta Kering
 Pasta tidak berlemak, mengandung ± 60% bahan padat (serbuk)

Pasta Pendingin
campuran serbuk dengan minyak lemak dan cairan mengandung air

Murtini, G. Farmestika Dasar. Jakarta:Kemenkes RI. 2016


CREMORES/KRIM
Sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar
Terdiri dari emulsi minyak dalam air (M/A) yang dapat dicuci dengan
air dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika

Murtini, G. Farmestika Dasar. Jakarta:Kemenkes RI. 2016


Keuntungan Kerugian
Mudah dicuci Mudah kering dan mudah rusak
Bisa digunakan unutk mencegak lecet pada Krim bisa pecah apabila formulanya tidak sesuai
lipatan kulit terutama pada bayi
Meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit
tapi tidak menyebabkan kulit berminyak
Memberikan rasa dingin

• Contoh: chloramfecort, scabicid


Ada 2 jenis krim:
1. Krim minyak dalam air (M/A)
• zat pengemulsi dengan sabun monovalent seperti trietanolamin, natrium
laurisulfat, gelatinum, emulgidum, caseinum
2. Krim air dalam minyak (A/M)
• Zat pengemulsi dengan sabun polivalen, span, adeps lanae, kolesterol, cera

Penyimpanan  Wadah tertutup baik atau tube ditempat sejuk


Penandaan  pada etiket tertulis obat luar

Murtini, G. Farmestika Dasar. Jakarta:Kemenkes RI. 2016


GEL/JELLY

Sediaan setengah padat tersusun atas dispersi partikel anorganik


kecil/molekul organik besar yang terpenetrasi air
• Sedikit cair, kental dan lengket  mencair waktu kontak kulit
• Menggunakan dasar larut dalam air
Contoh: bioplasenton, thrombopob

Murtini, G. Farmestika Dasar. Jakarta:Kemenkes RI. 2016


Keuntungan Kerugian
Obat dapat kontak kulit cukup lama,
mudah kering
Cocok unutk dermatosa kronik Unutk efek lokal, pemakaian terlalu
banyak sistemik
Dapat berfungsi sebagai pendingin dan
pembawa obat
Penggunaan Gel
Dalam sediaan farmasi gel digunakan untuk :
a. Sediaan oral : gel murni sebagai cangkang kapsul yang dibuat dari
gelatin
b. Sediaan topical : langsung dipakai pada kulit, membran mukosa,
mata
c. Sediaan dengan kerja lama yang disuntikkan secara i.m
d. Dalam Kosmetika : shampo, sediaan pewangi, sediaan perawatan
kulit dan rambut

Murtini, G. Farmestika Dasar. Jakarta:Kemenkes RI. 2016


Pelarut yang biasa digunakan dalam Gel :
a. Air ( hidrogel ) Misal : magma bentonit, gelatine
b. Organik ( organogel ) Misal : plastibase ( merupakan Polietilen BM
rendah, dilarutkan dalam minyak mineral, dan didinginkan secara
cepat )
c. Xerogel : gel padat, konsentrat, pelarut rendah, Misal : Gom,
polistiren, gelatine kering, selulosa kering.

Murtini, G. Farmestika Dasar. Jakarta:Kemenkes RI. 2016


Sediaan Cair
Bahasa latin: Solutiones artinya bentuk sediaan berupa larutan

Keuntungan Kerugian
Campuran yang homogen Bahan obat ada yang tidak larut
dalam larutan
Dapat diberikan dalam larutan encer, sementara kapsul dan tablet tidak Ada bahan obat tidak stabil dalam
dapat diencerkan sediaan cair
Kerja awal obat lebih cepat karena absorpsi lebih cepat dibandingkan Ada obat yang tidak dapat ditutupi
sediaan padat baunya dalam bentuk sediaan cair
Dosis dapat diubah-ubah dalam perbuatan
Lebih cocok unutk anak-anak karena dapat ditambahkan pemanis, zat
warna dan aroma tertentu sehingga menarik

Murtini, G. Farmestika Dasar. Jakarta:Kemenkes RI. 2016


Jenis larutan/solutio

Berdasarkan jenis bahan yang terlarut:


1. Larutan mikromolekuler
• Larutan yang mengandung mikrounit tdd molekul/ion seperti alkohol, gliserin, ion
natrium
2. Larutan miseler
• Larutan mengandung bahan padat terlarut berupa agregat (misel) bisa berupa
molekul/ion
3. Larutan makromolekuler
• Mengandung bahan padat dengan molekul lebih besar dari lar. Mikro
• Contoh: Pulvis Gummi Arabicum, CMC, PVP, albumin

Murtini, G. Farmestika Dasar. Jakarta:Kemenkes RI. 2016


Berdasarkan cara pemakaian dan efek yang diharapkan
1. Diberikan lewat mulut dan ditelan  potio, sirop, elixir, potio
effervescent dan guttae
2. Diberikan lewat mulut tidak ditelan  collutorium, gargarisma, litus
oris, guttae oris

Murini, T. Bentuk Sediaan Obat dalam Ppreskripsi. 2016. UGM


Komposisi sediaan larutan

1. Bahan aktif/obat (solute)


• bahan padat yang terlarut sempurna berfungsi sebagai obat diharapkan
memberi efek terapetik
• Contoh: parasetamol, ammonium klorida, ibuprofen, mentol
2. Bahan tambahan/pembantu
• Dapat ditambahkan tergantung tujuan yang diinginkan misal: zat warna unutk
identifikasi selama proses dan distribusi, perbaiki warna sediaan, aar lebih
menarik untuk anak-anak. Contoh zat warna: caramel, karetenoid, karminum

Murtini, G. Farmestika Dasar. Jakarta:Kemenkes RI. 2016


Sirup Elixir Suspensi

Emulsi Gargarisma

Potio
Guttae
Effervesent
SIRUP

Larutan oral yang mengandung sukrosa/gula lain yang berkadar tinggi.


Kadar sukrosa 64-66% kecuali dinyatakan lain.
Sifat:
• Homogen
• Lebih kental dan lebih manis dibandingkan solusio
• Sosok untuk anak atau dewasa

Contoh: Biogesic sirup, Dumin sirup

Murtini, G. Farmestika Dasar. Jakarta:Kemenkes RI. 2016


Jenis Sirup
1. Sirup simpleks: mengandung 65% gula dengan penambahan nipagin
0,25%
2. Sirup obat: mengandung 1 jenis obat/lebih dengan/tanpa tambahan.
Digunakan untuk pengobatan
3. Sirup pewangi: tidak mengandung obat. Untuk menutupi rasa dan
bau obat yang tidak enak

Murtini, G. Farmestika Dasar. Jakarta:Kemenkes RI. 2016


ELIXIR
Larutan oral yang mengandung etanol 90% yang berfungsi sebagai
konsolven (pelarut)
Untuk mengurangi kebutuhan etanol dapat diganti gliserin, sorbitol,
dan propilen glikol
Bahan tambahan: pemanis, pengawet, pewarna, pewangi
Contoh: Batugin, Mucopect

Keuntungan Kerugian
Cocok untuk penderita sukar menelan Hati-hati unutk penderita tidak tahan
terhadap alkohol
Larutan jernih tidak perlu dikocok lagi Mengandung bahan mudah menguap

Murini, T. Bentuk Sediaan Obat dalam Ppreskripsi. 2016. UGM


SUSPENSI

sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang


terdispersi dalam fase cair.
Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkanyang lain
berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu
dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan
Keuntungan Kerugian
Bahan obat tidak larut dapat bekerja Rasa obat dalam larutan lebih jelas.
sebagai depo, yang dapat memperlambat
terlepasnya obat .
Beberapa bahan obat tidak stabil jika Tidak praktis bila dibandingkan dalam
tersedia dalam bentuk larutan.  bentuk sediaan lain, misalnya pulveres,
tablet, dan kapsul.
Obat dalam sediaan suspensi rasanya Rentan terhadap degradasi dan
lebih enak dibandingkan dalam larutan, kemungkinan terjadinya reaksi kimia
karena rasa obat yang tergantung antar kandungan dalam larutan di mana
kelarutannya. terdapat air sebagai katalisator
EMULSI

 sediaan yang mengandung bahan obat cair atau cairan obat


terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan zat pengemulsi
atau surfaktan yang cocok
Komponen emulsi

Komponen dasar
1. Fase dispers / fase internal / fase diskontinyu: zat cair yang terbagi-bagi
menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain.

2. Fase kontinyu / fase eksternal / fase luar: zat cair dalam emulsi yang berfungsi
sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.

3. Emulgator: zat yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.


Komponen tambahan
 Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh
hasil yang lebih baik, misalnya colouris, preservatif (pengawet), antioksidant.

1. Preservatif → metil dan propil paraben, asam benzoat, asam sorbat, fenol,
kresol, dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetat, dll.

2. Antioksidan → asam askorbat, L.tocoperol, asam sitrat, propil gallat dan


asam gallat.
Emulgator/emulsifying agent
Emulgator Alam Emulgator Buatan
• Tumbuhan: gom arab, • Sabun
tragacant, agar-agar • Tween
• Hewani: gelatin, • Span
kuning telur, kasein,
adeps lanae
• Tanah& mineral:
veegum, magnesium
alumunium
Jenis Emulsi

• Tipe O/W (Minyak dalam Air)


→ emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam
air. Minyak sebagai fase internal dan air fase eksternal

• Tipe W/O (Air dalam Minyak)


→ emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam
minyak. Air sebagai fase internal sedangkan fase minyak sebagai
fase eksternal
GARGARISMA

Obat yang dikumur sampai tenggorokan tidak boleh ditelan

Contoh: betadine kumur

Murini, T. Bentuk Sediaan Obat dalam Ppreskripsi. 2016. UGM


POTIO EFFERVESCENT

Larutan dengan saturasi gas CO2 terlewat jenuh

Hal yang harus diperhatikan:


• Diberikan dalam botol yang tahan tekanan, berisi 9/10 bagian dan
ditutup kedap dengan tutup gabus/karet rapat
• Sediaan harus dalam keadaan larut jernih, tidak boleh dikocok

Murtini, G. Farmestika Dasar. Jakarta:Kemenkes RI. 2016


GUTTAE

Obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan untuk obat dalam.

Tetes Oral:
• Volume pemberian kecil
• Umumnya ditambah pemanis/perasa
• Berkhasiat sebagai antimikroba, analgetik antipiretik, vitamin,
antitusif
Contoh: multivitaplek, triaminic, termagon

Murini, T. Bentuk Sediaan Obat dalam Ppreskripsi. 2016. UGM


Tetes Mata:
• Harus steril dan jernih
• Isotonis dan isohidris sehingga mempunyai aktivitas optimal
• Untuk pemakaian berganda perlu tambah pengawet
Contoh: colme, Catarlent, Albucid

Tetes Telinga:
• Bahan pembawa sebaiknya minyak lemak  dapat menempel pada liang
telinga
• pH sebaiknya asam (5-6)
Contoh: otopain, otolin

Murini, T. Bentuk Sediaan Obat dalam Ppreskripsi. 2016. UGM


Tetes Hidung:
• pH 5,5-7,5
• Umumnya ditambah bahan pengawet lain
Contoh: iliadin, vibrosil, otrivin

Murini, T. Bentuk Sediaan Obat dalam Ppreskripsi. 2016. UGM


Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai