HIDATIDOSA + HIPERTIROIDISM
Hardiyanti Utami
Monika Zikra Ilahi
Tassya Alfiola
Kuretase Isap
Tanpa memandang ukuran uterus, biasanya di evakuasi mola dengan
kuretase isap. Untuk mola besar, perlu diberi anestesi adekuat dan
persiapan darah cukup.
Histerektomi
Jika pasien tidak lagi ingin hamil, histerektomi mungkin lebih
dianjurkan dari kuretase isap. Merupakan tindakan logis bagi wanita
berusia 40tahun atau lebih, karena paling sedikit 1/3 dari wanita ini akan
mengalami neoplasia trofoblastik gestasional persisten.
SURVEILANS PASCAEVAKUASI
1. Pasien menolak
2. Infeksi pada tempat suntikan
3. Hipovolemia berat, syok
4. Koagulapatia atau mendapat terapi koagulan
5. Tekanan intrakranial meningkat
6. Fasilitas resusitasi minim
7. Kurang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi.
KONTRAINDIKASI RELATIF
1. Infeksi sistemik
2. Infeksi sekitar tempat suntikan
3. Kelainan neurologis
4. Kelainan psikis
5. Bedah lama
6. Penyakit jantung
7. Hipovolemia ringan
8. Nyeri punggung kronik
• Keuntungan • Kerugian
Alat minim dan teknik rela Tidak semua penderita mau
tif sederhana, sehingga biaya r dilakukan anestesi secara regiona
elatif lebih murah l
Relatif aman untuk pasien yan Membutuhkan kerjasama pasien
g tidak puasa (operasi emerge yang kooperatif
ncy, lambung penuh) karena pe Sulit diterapkan pada anak-anak
nderita sadar Tidak semua ahli bedah menyuka
Tidak ada komplikasi jalan nafa i anestesi regional
s dan respirasi Terdapat kemungkinan kegagala
Tidak ada polusi kamar ope n pada teknik anestesi regional
rasi oleh gas anestesi
Perawatan post operasi lebih ri
ngan
KOMPLIKASI
• Lokal • Sistemik
Abses Anafilaktik syok
Hematom Menggigil
Nekrosis Mual muntah
Nyeri tempat suntikan Hipotensi
bradikardi
Anastesi Lokal Yang Sering Digunakan
Bupivacaine (Marcaine). 0.5% hyperbaric (heavy). Bupivacaine me
miliki durasi kerja 2-3 jam
Lignocaine (Lidocaine/Xylocaine). 5% hyperbaric (heavy) dengan d
urasi 45-90 minutes.
Cinchocaine (Nupercaine, Dibucaine, Percaine, Sovcaine).
0.5% hyperbaric (heavy) sama dengan bupivacaine.
Amethocaine (Tetracaine, Pantocaine, Pontocaine, Decicain,
Butethanol, Anethaine, Dikain).
Mepivacaine (Scandicaine, Carbocaine, Meaverin). A 4% hyperbari
c (heavy) sama dengan lignocaine.
TEKNIK ANESTESI SPINAL
1. Buat pasien membungkuk maximal agar processus spinosus muda
h teraba. Posisi lain adalah duduk
2. Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua garis Krista
iliaka, misal L2-L3, L3-L4, L4-L5. Tusukan pada L1-L2 atau diatas
nya berisiko trauma terhadap medula spinalis
3. Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol.
4. Cara tusukan median atau paramedian.
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. E
Umur : 53 tahun
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 156 cm
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : simpang kubu
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Tanggal masuk RS : 23-07-2020
No. RM : 12-63-15
Keluhan Utama :
Nyeri pada Ari – ari sejak 4 jam SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke VK IGD dengan keluhan nyeri pada ari - ari,
dan keluar darah pervaginam sejak 4 jam yang lalu, perdarahan
yang keluar sedikit, berwarna merah kecoklatan, kadang
disertai gumpalan seperti telor ikan. Pasien 1 bulan yang lalu
pernah di USG di aulia hospital dengan hasil diagnosis mola
hidatidosa. Pasien juga mengeluhkan pusing, mual dan muntah.
Keluhan nyeri perut dan nyeri ulu hati disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat penyakit hipertensi : tidak pernah
Riwayat penyakit DM : disangkal
Riwayat penyakit alergi obat dan makanan : disangkal
Riwayat penyakit asma : disangkal
Riwayat operasi sebelumnya : disangkal
Hematologi
Golongan darah : B Rh +
Hemostatis
Masa pembekuan (CT) : 8.00 menit
Masa Perdarahan (BT) : 3.00 menit
Diabetes :
Glukosa darah : 186 mg/dl
Urinalisa
Tes kehamilan : positif
Warna : kuning
pH : 6.0
Protein : 2+
Eritrosit : 3+
Jumlah eritrosit : 100-200 LPB
Ultrasonogragi (USG) Abdomen :
DIAGNOSA KLINIS
Diagnosis praoperasi : Mola hidatidosa
Status anastesi
Anestesi : Anestesi spinal
ASA 2 : Pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik
ringan, tanpa batasan aktifitas fungsional.
Tindakan
Dilakukan : kuretase
Tanggal : 24 juli 2020
LAPORAN ANESTESI
Persiapan Anestesi
Informed concent
Puasa
Pemasangan IV line
Dilakukan pemasangan monitor tekanan
darah, nadi dan saturasi O2
Penatalaksanaan Anestesi
Skoring
Bromage
I Gerakan penuh 0 0 0
INTRA OPERATIF
Pemeliharaan cairan per jam:
(10 x 4) + (10 x 2) + (30 x 1) = 90 ml/jam
Pengganti defisit cairan puasa:
6 jam x 90 ml = 540 ml
Kebutuhan kehilangan cairan saat pembedahan:
6 X 50 = 300 ml
1 jam pertama = (50 % X defisit puasa ) + pemeliharaan + pendarah
an operasi = (50% x 540) + 90 + 300
= 270 + 90 + 300
= 660 mL
Teknik anestesi disesuaikan dengan keadaan umum
pasien, jenis dan lamanya pembedahan dan bidang keda
ruratan. Pada pasien ini digunakan teknik Regional An
estesi (RA) dengan Sub Arachnoid Block (SAB), yaitu
pemberian obat anestesi lokal ke ruang subarachnoid. T
eknik ini sederhana dan cukup efektif.
POST OPERATIF
Observasi vital sign & perdarahan keada
an umum stabil pindah keruang perawatan.
BAB V
KESIMPULAN
Seorang perempuan usia 53 tahun dengan diagnosis mola
hidatidosa dilakukan kuratase pada tanggal 24 juli 2020.
Tindakan anestesi yang dilakukan adalah anestesi regionalHal ini
dipilih karena keadaan pasien sesuai dengan
indikasi anestesi regional. Anestesi dimulai 13 :30 WIB dan
selesai anestesi 14.15 WIB dengan durasi anastesi 45
menit. Anestesi spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan
anastetik lokal kedalam ruang subarachnoid. Anestesi spinal
disebut juga sebagai analgesi atau blok spinal intradural.
Induksi anestesi dengan menggunakan Bupivacain 15
mg, serta oksigen 2-3 liter/menit. Untuk mengatasi nyeri
digunakan Ketorolac 30 mg dan Dexamethason.
Evaluasi pre operasi pada pasien dijumpai tekanan darah
pasien rendah yaitu 90/70 mmHg yang disebabkan karena
adanya perdarahan pervaginam. Tidak ditemukan kelainan lain
yang menjadi kontraindikasi dilakukannya anestesi
regional.Selama duransi operasi, tidak terjadi komplikasi.
Kondisi pasien pada saat operasi berlangsung tekanan darah
pasien mengalami penurunan kemudian diberikan ephedrine
hcl. .Evaluasi post operatif dilakukan pemantauan terhadap
pasien, dan tidak didapatkan keluhan. Selama di PACU (Post
Anesthesy Care Unit) pasien cukup stabil sehingga pasien
dapat dipindahkan ke ruang rawat biasa.
TERIMAKASIH