Anda di halaman 1dari 14

Penetapan Biaya Target

(Target Costing)

Vera Aprilianti 18.1.02.01.0111


Devika Putri Lestari 18.1.02.01.0104
Menentukan Harga target

• Cost Based Pricing

Desain dan Biaya


Produksi Produksi Target Laba Harga Jual

• Kalkulasi Biaya Target (Target Costing)

TARGET BIAYA = HARGA JUAL-LABA YANG DIHARAPKAN


Pengertian Target Costing

Kalkulasi biaya target (target costing)  adalah suatu metode penentuan biaya produk
atau jasa berdasarkan harga (harga target) dimana pelanggan bersedia membayarnya. Ini juga
sering disebut sebagai kalkulasi biaya berdasarkan harga (price-driven costing). 
Menurut metode ini, perusahaan menetapkan biaya produk yang dianggap sesuai
dengan keadaan pasar, menentukan laba yang diinginkan, baru kemudian menentukan harga
jual produk tersebut kepada masyarakat. 

TARGET BIAYA = HARGA JUAL-LABA YANG DIHARAPKAN


Prinsip Target Costing

1. Harga jual mendahului biaya


2. Fokus pada pelanggan
3. Fokus pada desain
Siklus Biaya

Riset Pemasaran
Pelayanan
& Desain Produksi &
Pelanggan
Pengembangan Distribusi

Target
Costing
Karakteristik Target Costing

1. Target costing digunakan pada tahap perencanaan dan desain


2. Target costing merupakan perencanaan biaya yang berujung pada pengurangan biaya
3. Target costing lebih cocok digunakan oleh perusahaan yang berorientasi pada perakitan yang
membuat beranekaragaman produk dalam jumlah sedang dan sedikit dibandingkan dalam
industri yang berorientasi pada proses yang ditandai dengan produksi yang terus menerus dan
bersifat masal.
4. Target costing digunakan untuk pengendalian spesifikasi desain dan teknik produksi 
 
 
Langkah mengimplementasikan target costing

1. Menentukan harga jual yang kompetitif


2. Menentukan laba yang diharapkan
3. Menetapkan target biaya
4. Melakukan rekayasa nilai
5. Menggunakan kaizen costing dan pengendalian operasi
Rekayasa Nilai (value)

Salah satu langkah yang perlu dilakukan dalam mengimplementasikan target costing adalah merekayasa
nilai, yaitu semua upaya yang dianggap perlu untuk memodifikasi produk perusahaan pada biaya yang lebih
rendah dengan tetap disertai upaya memberikan nilai (value) yang optimal kepada pelanggan. Rekayasa nilai
digunakan dalam target costing untuk menurunkan biaya produksi melalui analisis konsumen. Yang kemudian
digunakan untuk mengidentifikasi selera konsumen, karena terdapat berbagai hal dalam suatu produk yang
dinilai penting oleh konsumen.
Ilustrasi Penyusunan Target Costing

1. PT.Duta Niaga adalah produsen barang-barang elektronik yang berlokasi di jakarta. Melihat terjadinya
pergeseran teknologi dan selera masyarakat berkaitan dengan peralatan audio visual, perusahaan ini melihat
peluang berupa ceruk pada pasar DVD Player bagi masyarakat Indonesia.
Perusahaan ingin memproduksi DVD Player murah dengan kualitas yang baik. Dari hasil penelitian pasar,
diperkirakan harga yang terjangkau oleh masyarakat dan jauh lebih murah dari para pesaing lainnya adalah
Rp.300.000 per unit. Dengan harga jual sebesar itu, divisi marketing perusahaan memperkirakan dapat menjual
sebanyak 50.000 unit per tahun. Untuk mendesain, mengembangkan, dan memproduksi DVD Player ini
diperkirakan membutuhkan investasi sebesar Rp.12.000.000.000. perusahaan mengharapkan ROI (return on
investment) sebesar 25%. 
Berdasarkan perumusan Target Costing = Harga Jual – Laba Yang Diharapkan dan data sebelumnya, maka biaya
yang ditargetkan (target costing) untuk memproduksi setiap unit DVD Player adalah:
Proyeksi penjualan (50.000 x 300.000) 15.000.000.000
Laba yang diharapkan (25% x 12.000.000.000) (3.000.000.000)
Target biaya total (50.000 unit DVD Player) 12.000.000.000
Target biaya per unit (12.000.000.000 : 50.000) 240.000
 
Dari perhitungan tersebut, terlihat bahwa perusahaan menetapkan target biaya produksi DVD Player sebesar
Rp.240.000 per unit. Itu berarti, desainer perusahaan harus mampu mendesain produk dengan biaya produksi
maksimal sebesar Rp.240.000 per unit. Berdasarkan target biaya yang ditetapkan itu, desainer harus mampu
mencari komponen elektronik yang sesuai dengan harga tersebut.
PT.Sandang Nusantara adalah perusahaan pakaian pria yang berlokasi di Bandung. Melihat banyak pakaian impor dari
China yang masuk ke Indonesia dengan harga murah dan respon masyarakat terhadap pakaian impor tersebut,
perusahaan ini melihat peluang berupa ceruk pada pasar kemeja pria bagi masyarakat Indonesia. 
 
Perusahaan ingin memproduksi kemeja pria murah dengan kualitas yang baik.dari hasil penelitian pasar, diperkirakan
harga yang terjangkau oleh masyarakat dan jauh lebih murah dari para pesaing lainnya adalah Rp.40.000 per unit.
Dengan harga sebesar itu divisi marketing perusahaan memperkirakan dapat menjual sebanyak 400.000 unit per
tahun. Untuk mendesain, mengembangkan dan memproduksi kemeja pria ini diperkirakan membutuhkan investasi
sebesar Rp.10.000.000.000. perusahaan mengharapkan ROI (return on investment) sebesar 28%.
Berdasarkan perumusan Target Costing = Harga Jual – Laba Yang Diharapkan dan data sebelumnya, maka biaya yang
ditargetkan (target costing) untuk memproduksi setiap unit kemeja pria adalah :
Proyeksi penjualan (400.000 x 40.000) 16.000.000.000
Laba yang diharapkan (28% x 10.000.000.000) (2.800.000.000)
Target biaya total (400.000 unit Kemeja Pria) 13.200.000.000
Target biaya per unit (13.200.000.000 : 400.000) 33.000
 
Dari perhitungan tersebut, terlihat bahwa perusahaan menetapkan target biaya produksi Kemeja Pria sebesar
Rp.33.000 per unit. Itu berarti, desainer perusahaan harus mampu mendesain produk dengan biaya produksi
maksimal sebesar Rp.33.000 per unit. Berdasarkan target biaya yang ditetapkan itu, desainer harus mampu mencari
komponen produk yang sesuai dengan harga tersebut.
Kelemahan target costing

Menurut Atkinson (2007) target costing memiliki beberapa kelemahan yaitu:


1. Kurangnya pemahaman konsep target costing. Karena target costing pertama kali ditemukan di Jepang, maka
ketika dibawa keluar Jepang tidak semua pengguna memahami dengan baik konsep target costing. Akibatnya
banyak senior manajemen yang menolak ide ini.
2. Implementasi yang kurang dalam konsep teamwork. Pengurangan biaya yang dilakukan dalam sebuah unit
kerja seringkali tidak dilakukan di unit kerja yang lain. Sebagai contoh ketika departemen produksi berhasil
mengelola biaya sehingga berhasil melakukan pengurangan biaya, namun departemen lain misalya administrasi,
pemasaran, dan distribusi malah memboroskan biaya. Sehingga perusahaan yang akan mengadopsi target
costing harus mengadaptasi tingkat kerjasama tim, kepercayaan, dan kerjasama agar target costing dapat
sukses.
3. Penyebab karyawan terlalu lelah. Karyawan di banyak perusahaan Jepang yang menerapkan target costing
mengalami kelelahan yang luar biasa karena adanya tekanan untuk memenuhi target biaya.
4. Waktu pengembangan yang terlalu lama. Walaupun biaya target terpenuhi namun waktu pengembangan
akan meningkat karena adanya pengulangan dalam siklus value engineer untuk menurunkan biaya, sehingga
produk dapat terlambat sampai ke pasar. 
Kelebihan target costing

Metode ini memiliki keunggulan, yaitu harga jual produk ditetapkan terlebih dulu, sedangkan target margin laba
dan target cost dietapkan kemudian. Jika target margin laba perusahaan ditingkatkan, maka perusahan harus
melakukan penghematan dan perekayasaan nilai pada biaya produks serta biaya nonproduksi untuk mencapai
target cost yang ditetapkan berdasarkan harga jual. 
Target costing memungkinkan perusahaan untuk mengurangi biaya selama desain daripada mereduksi biaya
setelah proses desain. Target costing memastikan profitabilitas dalam jangka pendek dan panjang, karena
produk yang dihasilkan memiliki margin rendah atau tidak menguntungkan selama pengembangan produk baru
dapat dengan cepat jatuh. 

Anda mungkin juga menyukai