Mulyanti 260110180037
02 Reaksi Redoks
Reaksi kimia ketika elektron ditransfer dari satu molekul ke molekul lainnya.
Molekul pendonor elektron disebut reduktor atau reduktan, sedangkan molekul
penerima elektron disebut oksidator atau oksidan.
03 Reaksi Sandell-Kolthoff
Reaksi Sandell – Kolthoff (S – K) merupakan reaksi yang didasarkan pada efek
katalitik iodida terhadap reaksi antara Ce4+ dan As3+ yang nantinya dapat
mengubah ion Ce4+ yang berwarna kuning menjadi ion Ce3+ yang tidak
berwarna
Reaksi
Reaksi Sandell-Kolthoff
Mengambil 9,9 ml asam sulfat Melarutkan 3,5 g NaOH dalam 100 mL air
bebas CO2
pekatL
Menyaring larutan
Prosedur
Larutan Asam Klorat (3,3 mol/L)
Melarutkan amonium
persulfat 30 g dalam 100 Menyiapkan secara
ml air. Larutan disiapkan segar larutan sampel
segar sebelum digunakan
Prosedur
Larutan Asam Arsenat (90,05 mol/L) Kalibrator Iodin
Menambahkan 16 mL asam sulfat pekat Melarutkan kalium iodat dengan air hingga 100
perlahan ml
Mengencerkan campuran hingga 500 ml dengan Mengencerkan larutan hingga terbentuk konsentrasi
air dingin dan menyaring larutan 0,5 ppm; 0,4 oom; 0,2 ppm; 0,1 ppm; dan 0,005 ppm
Prosedur
Memindahkan 50µL
aliquot hasil digesti ke
Perhitungan
Larutan NaOH (0,875 mol/L)
Larutan asam arsenat (90,05 mol/L)
M = massa/Mr x 1000/mL Larutan ceric amonium sulfat (0,019 mol/L)
0,875 M = massa/(40 g/mol) x 1000/(100 mL) M = massa/Mr x 1000/mL
massa = (0,875 M x 40 g/mol)/10 0,019 M = massa/(632,55 g/mol) x 1000/(500mL)
= 3,5 g massa = (0,019 M x 632,55 g/mol)/2
= 6,009 g ≈ 6 g
Larutan asam klorat (3,3 mol/L)
Larutan amonium persulfat (1,31 mol/L) Kalium iodat
M = massa/Mr x 1000/mL M = massa/Mr x 1000/mL
1,31 M = massa/(228,21 g/mol) x 1000/(100 mL) 7,88 mmol/L = massa/(214,801 g/mol) x 1000/(100 mL)
massa = (1,31 M x 228,21 g/mol)/10 massa = (7,88 mmol/L x 214,801 g/mol)/10
= 29,89551 g = 168,6 mg
≈ 30 g
Perhitungan
X̅ absorbansi = (abs 1+abs 2+abs 3)/3 X̅ absorbansi = (abs 1+abs 2+abs 3)/3
Sampel urin 7 :
y = 2,3721x – 1,4121
-0,388 = 2,3721x – 1,4121
x = (-0,388+1,4121)/2,3721
= 0,432 ppm
Pembahasan
● Penetapan iodin ini berdasarkan kepada reaksi Sandell-Khaltoff, prinsipnya dengan menggunakan iodium
sebagai katalis reduksi dari Ce4+ (kuning) menjadi Ce3+ (tak berwarna) oleh arsen (III) dalam medium
asam.
● Dalam pengukuran iodin, diambil kalibrator iodin dengan berbagai variasi konsentrasi 0,5 ppm; 0,4 ppm;
0,2 ppm; 0,1 ppm; dan 0,005 ppm. Larutan kalibrator ini berfungsi sebagai standar yang menghubungkan
konsentrasi iodin dengan absorbansi yang terukur pada spektrofotometer. Dari larutan kalibrator tersebut
dapat ditentukan kurva kalibrasi dan konsentrasi dari sampel.
● Penambahan ammonium persulfat dimaksudkan untuk memperoleh iodium dalam bentuk I-. Sebagai baku
digunakan kalium iodat. Ammonium persulfat jika direaksikan dengan kalium iodat akan terjadi reaksi
reduksi bentuk iodat (IO3-) menjadi bentuk iodin (I-)
● Penggunaan ammonium persulfat harus digunakan dalam keadaan segar, karena memiliki sifat oksidator
kuat sehingga akan mudah terurai dan tidak stabil.
● Setelah proses digesti, lanjut ke proses penambahan asam arsenik dan ceric ammonium sulfat. Asam
arsenik berfungsi sebagai reduktor dan ceric ammonium sulfat berperan sebagai oksidator.
Pembahasan
● Menyiapkan kurva baku dengan konsentrasi standar yaitu 0,5;0,4;0,2;0,1 dan 0,005 ppm. Hasilnya
diplotkan ke dalam suatu kurva hubungan log absorbansi terhadap konsentrasi. Didapat hasil persamaan
yaitu y = 2.3721x - 1.4121 dengan nilai regresi (R2) yaitu 0,9665.
● Kemudian dilakukan pengukuran absorbansi dari sampel dan kalibrator yang didasarkan pada perubahan
intensitas warna menggunakan microplate reader dengan panjang gelombang 405 nm.
● Pengukuran kadar iodin yang terkandung dalam sampel urin tidak dilakukan secara langsung terhadap
iodin itu sendiri, melainkan melakukan pengukuran terhadap kadar serium karena iodin tidak berwarna.
Hasil konsentrasi iodin berbanding terbalik dengan kepekatan serium.
● Hasil analisis data yang diperoleh kadar iodin dalam 7 sampel urin secara berturut-turut yaitu -0,186;
0,254; 0,502; 0,489; 0,375; 0,397 dan 0,432 μg/mL
● Data tersebut tidak ada yang memenuhi nilai normal.
● Adanya nilai negatif kemungkinan dikarenakan adanya fotometrik akibat absorbansi yang diperoleh terlalu
kecil.
Daftar Pustaka
● Gunnarsdottir I, Dahl L .2012. Iodine Intake in Human Nutrition: A Systematic Literature Review. Food
Nutr Res 56.
● Putri, W. A. K., Briawan, D., Syarif, H., & Amelia, L. 2017. Perbandingan kandungan iodium dalam urin
antara sampel urin 24 jam dan on spot pada anak usia sekolah. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Vol. 13(3),
129-134
● Hurrel, R., 1997. Bioavailability of Iodine. Eur J Nutr. Vol. 51, 9-12.
● Schubert E. F. 2004. Materials Refractive Index and extinction Coefecient - Refractive Index and
Extinction Coefficient of Materials. USA: Rensselaer Polytechnic Institute.
● Shelor, C. P., dan Dasgupta, P. K. 2011. Review of Analytical Methods for the Quantification of Iodine in
Complex Matrices. Analytica Chimica Acta vol. 702: 16 – 36.
● Noegrohati, S., Mutofa, F.A., dan Sukanto, L. 1981. Penetapan Kadar Iodium dalam Makanan Berprotein.
Seminar Nasional Metoda Analisa Kimia. Bandung.
● Junaidi. 2017. Spektrofotometer UV-Vis untuk Estimasi Ukuran Nanopartikel Perak. Jurnal Teori dan
Aplikasi Fisika, Vol 5(1): 97-102.
● NCBI. 2021. Oxidation-Reduction. Available online at
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/mesh?Db=mesh&Cmd=DetailsSearch&Term=%22Oxidation-Reduction%2
2%5BMeSH+Terms%5D
[Diakses pada 17 Maret 2021].
Kesimpulan
Kadar iodin dalam urin dapat ditentukan menggunakan metode
microplate. Menurut WHO kadar iodin normal dalam urin yaitu
0,1-0,199 ppm. Hasil kadar iodin dalam urin kelompok kami yaitu
-0,186 ppm; 0,254 ppm; 0,502 ppm; 0,489 ppm; -0,375 ppm;
0,397 ppm; dan 0,432 ppm. Sampel 1 dan 5 absorbansinya terlalu
kecil sehingga hasilnya negatif. Sampel 2 termasuk kelompok
lebih dari cukup, sedangkan sampel lainnya termasuk ke
kelompok berlebih.