Anda di halaman 1dari 16

PAPER ENZIM LIPASE

Disusun oleh:

M. Dimas A.P 17820034

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2021
A. Enzim

Reaksi-reaksi yang berlangsung di dalam tubuh makhluk hidup bekerja


secara optimal pada suhu 30°C (suhu ruang), misalnya pada suhu tubuh
tumbuhan. Sedangkan di dalam tubuh hewan homoitermis berlangsung pada suhu
37°C. Pada suhu tersebut proses oksidasi akan berjalan lambat. Agar reaksi-
reaksi berjalan lebih cepat diperlukan katalisator. Katalisator adalah zat yang
dapat mempercepat reaksi tetapi zat tersebut tidak ikut bereaksi. Dalam sel
makhluk hidup, reaksi-reaksi kimia dapat berlangsung dengan cepat karena
adanya katalisator hidup atau biokatalisator, yaitu enzim. Enzim merupakan
pengatur suatu reaksi. Bahan tempat enzim bekerja disebut substrat.
1. Susunan Enzim
Secara kimia, enzim yang lengkap (holoenzim) tersusun atas dua bagian,
yaitu bagian protein dan bagian yang bukan protein. Bagian protein disebut
apoenzim, bersifat labil (mudah berubah), misalnya terpengaruh oleh suhu dan
keasaman. Bagian yang bukan proteindisebut gugus prostetik (aktif), terdiri atas
kofaktor atau koenzim. Kofaktor berasal dari molekul anorganik, yaitu logam,
misalnya besi, tembaga, dan seng. Sedangkan koenzim merupakan gugus
prostetik terdiri atas senyawa organik kompleks, misalnya NADH, FADH,
koenzim A, dan vitamin B.
2. Ciri-ciri Enzim
Enzim merupakan suatu protein yang bekerja secara khusus, dapat
digunakan berulangkali, rusak oleh panas tinggi, terpengaruh oleh pH, diperlukan
dalam jumlah sedikit, dan dapat bekerja secara bolak-balik.
a. Protein
Sebagian besar enzim (kecuali ribozime), adalah protein. Dengan
demikian sifat-sifat yang dimilikinya sama dengan sifat sifat protein, yaitu:
menggumpal pada suhu tinggi dan terpengaruh oleh pH.
b. Bekerja secara khusus
Enzim tertentu hanya dapat mempengaruhi reaksi tertentu, dan tidak
dapat mempengaruhi reaksi lainnya. Sebagai contoh: di dalam usus rayap
terdapat protozoa yang menghasilkan enzim selulase sehingga rayap dapat hidup
dengan makan kayu karena dapt mencerna selulosa (salah satu jenis
karbohidrat/polisakarida). Sebaliknya manusia tidak dapat mencerna
kayu, meskipun mempunyai enzim amilase, yaitu enzim yang dapat
mencerna amilum/pati (yang juga merupakan jenis polisakarida). Enzim
amilase dan selulase masing-masing bekerja secara khusus.
c. Dapat digunakan berulang kali
Enzim dapat digunakan berulang kali karena enzim tidak berubah pada
saat terjadi reaksi. Meskipun dalam jumlah sedikit, adanya enzim dalam
suatu reaksi yang dikatalisirnya akan mempercepat reaksi, karena enzim
yang telah bekerja dalam reaksi tersebut dapat digunakan kembali.
d. Rusak oleh panas
Enzim adalah suatu protein yang dapat rusak oleh panas disebut
denaturasi. Kebanyakan enzim rusak pada suhu di atas 50°C. Reaksi
kimia akan meningkat dua kali lipat dengan kenaikan suhu sebesar 10oC.
Kenaikan suhu di atas suhu 50°C tidak dapat meningkatkan reaksi yang
dikatalisir oleh enzim, tetapi justru menurunkan atau menghentikan
reaksi tersebut. Hal ini disebabkan enzimnya rusak sehingga enzim
tersebut tidak dapat bekerja. Demikian juga apabila kita memesan enzim-
enzim dari perjalanan, dan enzim tersebut disimpan dalam lemari es.
Suhu rendah tidak merusak enzim tetapi hanya menonaktifkannya saja.
e. Diperlukan dalam jumlah sedikit
Oleh karena enzim berfungsi sebagai mempercepat reaksi, tetapi tidak
ikut bereaksi, maka jumlah yang dipakai sebagai katalis tidak perlu
banyak. Satu molekul enzim dapat bekerja berkali-kali, selama molekul
tersebut tidak rusak.
f. Dapat bekerja bolak-balik
Umumnya enzim dapat bekerja secara bolak-balik. Artinya, suatu enzim
dapat bekerja menguraikan suatu senyawa menjadi senyawa-senyawa
lain, dan sebaliknya dapat pula bekerja menyusun senyawa-senyawa itu
menjadi senyawa semula. Pada tumbuhan, proses fotosintesis
menghasilkan glukosa. Apabila glukosa yang dihasilkan dalam jumlah
banyak, maka glukosa tersebut diubah dan disimpan dalam bentuk pati.
Pada saat diperlukan, misalnya untuk pertumbuhan, pati yang disimpan
sebagai cadangan makanan tersebut diubah kembali menjadi glukosa.
g. Kerja enzim dipengaruhi lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh pada kerja enzim adalah suhu, pH, hasil
akhir, dan zat penghambat.
1) Suhu
Enzim bekerja optimal pada suhu 30°C atau pada suhu tubuh dan akan
rusak pada suhu tinggi. Biasanya enzim bersifat nonaktif pada suhu
rendah (0°C atau di bawahnya), tetapi tidak rusak. Jika suhunya kembali
normal enzim mampu bekerja kembali. Sementara pada suhu tinggi,
enzim rusak dan tidak dapat berfungsi kembali.
2) pH
Enzim bekerja optimal pada pH tertentu, umumnya pada pH netral. Pada
kondisi asam atau basa, kerja enzim terhambat. Agar enzim dapat bekerja
secara maksimal, pada penelitian/percobaan yang menggunakan enzim,
kondisi pH larutan dijaga agar tidak berubah, yaitu dengan menggunakan
larutan penyangga (buffer).
3) Hasil akhir
Kerja enzim dipengaruhi hasil akhir. Hasil akhir yang menumpuk
menyebabkan enzim sulit “bertemu’ dengan substrat. Semakin
menumpuk hasil akhir, semakin lambat kerja enzim.
4) Zat penghambat
Zat yang dapat menghambat kerja enzim disebut zat penghambat atau
inhibitor. Zat tersebut memiliki struktur seperti enzim yang dapat masuk
ke substrat, atau ada yang memiliki struktur seperti substrat sehingga
enzim salah masuk ke penghambat tersebut.
3. Cara Kerja Enzim
Molekul selalu bergerak dan bertumbukan satu sama lain. Jika suatu
molekul substrat menumbuk molekul enzim yang tepat, maka akan
menempel pada enzim.Tempat menempelnya molekul substrat pada
enzim disebut sisi aktif. Kemudian terjadi reaksi dan terbentuk molekul
produk. Ada 2 teori mengenai kerja enzim, yaitu:
a. Teori gembok anak kunci (key-lock)
Sisi aktif enzim mempunyai bentuk tertentu yang hanya sesuai untuk satu
jenis substrat saja Gambar 3.4 A) Substrat sesuai dengan sisi aktif seperti
gembok kunci dengan anak kuncinya. Hal itu menyebabkan enzim bekerja
secara spesifik. Jika enzim mengalami denaturasi (rusak) karena panas,
bentuk sisi aktif berubah sehingga substrat tidak sesuai lagi. Perubahan pH
juga mempunyai pengaruh yang sama.
b. Teori cocok terinduksi (induced fit)
Sisi aktif enzim lebih fleksibel dalam menyesuaikan struktur substrat. Ikatan
antara enzim dan substrat dapat berubah menyesuaikan dengan substrat.
4. Inhibitor
Merupakan zat yang dapat menghambat kerja enzim. Bersifat reversible dan
irreversible. Inhibitor reversible dibedakan menjadi inhibitor kompetitif dan
nonkompetitif
a. Inhibitor kompetitif
Menghambat kerja enzim dengan menempati sisi aktif enzim. Inhibitor ini
besaing dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif enzim.
Pengambatan bersifat reversibel (dapat kembali seperti semula) dan dapat
dihilangkan dengan menambah konsentrasi substrat.
b. Inhibitor nonkompetitif
Inhibitor ini biasanya berupa senyawa kimia yang tidak mirip dengan
substrat dan berikatan pada sisi selain sisi aktif enzim. Ikatan ini
menyebabkan perubahan bentuk enzim sehingga sisi aktif enzim tidak sesuai
lagi dengan substratnya. Contohnya antibiotik penisilin menghambat kerja
enzim penyusun dinding sel bakteri. Inhibitor ini bersifat reversible tetapi
tidak dapat dihilangkan dengan menambahkan konsentrasi substrat.

c. Inhibitor irreversibel
Inhibitor ini berikatan dengan sisi aktif enzim secara kuat sehingga tidak
dapat terlepas. Enzim menjadi tidak aktif dan tidak dapat kembali seperti
semula (irreversible). Contohnya, diisopropilfluorofosfat yang
menghambat kerja asetilkolin-esterase.

B. Enzim Lipase
Lipase merupakan kelompok enzim yang secara umum berfungsi dalam hidrolisis
lemak, mono-, di-, dan trigliserida untuk menghasilkan asam lemak bebas dan
gliserol. Enzim ini juga digunakan untuk hidrolisis triasilgliserol menjadi
diasilgliserol dan asam lemak bebas. Diasilgliserol adalah ester gliserol digunakan
sebagai bahan pengemulsi dan penstabil produk makanan, kosmetika dan farmasetika.
(Seniwati Dali:2009)
Enzim lipase merupakan enzim yang dapat menghidrolisis rantai panjang trigliserida.
Enzim ini memiliki potensi untuk digunakan memproduksi asam lemak, yang
merupakan prekursor berbagai industri kimia. Lipase diklasifikasikan sebagai enzim
hidrolase yang menghidrolisis trigliserida menjadi asam lemak bebas, gliserida
parsial (monogliserida), digliserida dan gliserida seperti pada gambar berikut.

Enzim lipase telah banyak dikenal memiliki cakupan aplikasi yang amat
luas dalam bidang bioteknologi, seperti biomedikal, pestisida, pengolahan
limbah, industri makanan, biosensor, detergen, untuk industri kulit dan industri
oleokimia (memproduksi asam lemak dan turunannya).
Enzim lipase pada tubuh dihasilkan oleh kelenjar pankreas dan
kemudian dialirkan ke dalam usus dua belas jari (duodenum). Enzim lipase juga
dihasilkan oleh lambung, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Cara kerja enzim
lipase yaitu Lipid (seperti lemak dan minyak) merupakan senyawa dengan
molekul kompleks yang berukuran besar. Molekul lipid tidak dapat diangkut
oleh cairan getah bening, sehingga perlu dipecah lebih dahulu menjadi molekul
yang lebih kecil. Enzim lipase memecah molekul lipid menjadi asam lemak dan
gliserol yang memiliki molekul lebih sederhana dan lebih kecil. Asam lemak dan
gliserol tidak larut dalam air, maka pengangkutannya dilakukan oleh cairan getah
bening ( limfe ).
Lipase sebagai katalis untuk reaksi esterifikasi dapat diperoleh dari
species mikrobia ataupun tanaman. Nelson dkk. (1996) melakukan ”screening’
lipase dari banyak spesies mikroba dalam kemampuannya melakukan
transesterifikasi trigleserida dengan alkohol rantai pendek menjadi alkil ester.
Lipase Mucor miehei ternyata paling efisien mengubah trigliserida menjadi alkil
ester dengan alkohol primer, sedangkan lipase dari Candida antartica paling
efisien untuk transesterifikasi trigliserida dengan alkohol sekunder menghasilkan
alkohol ester bercabang. Lipase ini juga terbukti efektif untuk transesterifikasi
minyak nabati dan bahan baku lain yang mengandung asam lemak tinggi
menjadi derivat alkil ester.

C. Sisi aktif enzim lipase


Lipase juga disebut dengan serin hidrolase yang bekerja pada urutan G-
X1-S-X2-G, dimana G-glycine, S-serine, X1-histidin dan X2-asam glutamat atau
aspartat. Fungsi biologis dari lipase adalah mengkatalisis proses hidrolisis dari
triacylglycerols menjadi asam lemak bebas. Gambar beikut dapat dilihat struktur
3 dimensi dari enzim lipase.
Dari gambar diatas dapat dilihat komponen sisi aktiv dari enzim lipase yang
teridiri dari Serin-77, Aspartat-133 dan Histidin-156. Berikut adalah struktur dari
asam amino serin, aspartat dan histidin.
O O
O H H
©
H3N „ ,C, ©
H ,C,
© H3N,
O O
C
Haisu © ©
O 'C
C © CH2
CH2
Histidin
CH2
O -C^ OH

OH
Serin
As. aspartat HN /f
Interaksi residu Asp atau Glu bermuatan negatif memungkinkan residu
tersebut untuk bertindak sebagai basis umum yang dapat menangkap sebuah
proton dari gugus hidroksil situs aktif Serin. Sehingga dihasilkan ion alkoksida
yang nukleofilik terhadap residu Serin untuk menyerang gugus karbonil substrat
ester membentuk perantara asil-enzim. Komponen penting lainnya untuk
mekanisme katalitik adalah oxyanion-hole yang terdiri dari donor ikatan H
(kebanyakan ikatan kelompok N-H). Lubang oxyanion membantu untuk
menstabilkan reaksi antara selama katalisis ketika oksigen karbonil membawa
muatan parsial negatif. Proses aktivasi serin oleh histidin dan asp/glu lipase dapat
digambarkan seperti dibawah ini.
Ser
Ser +v Active
CHo
V
CH2
O H2
°\ C^
' His

H
NH
CH2

O H2

His

H2
Ser inactive C^
His
V CH2

/ NH

%
D. Mekanisme Hidrolisis Triasilgliserol
Secara umum proses pemutusan ikatan ester oleh lipase dapat
digambarkan seperti berikut ini.

Tri acyl glycerol Waier Glycerol Fatty acids

Dari gambar di atas maka dapat kami tuliskan mekanisme reaksi dari hidrolisis
triasilgliserol secara umum seperti berikut ini.
Ser Active
'CH2 H

2
■His
C
2

H2 C
CH I NH

H2C I
O. O■
\C R

II 2
H
O
2
C
His

H2C
■CH—CH2
/ W' -^N%^NH
O
0 >O
/
O C
\RO ^C1 \ ° C "Ser

R
O
O R
O

Ser R
2 CH CH
H C

/I O OH
\ 0-H
O=C
/ /
H
\R O^S
N

CH2
\
His
©.
O O

Ser Ser O R
R
HO

0-H
/
H
H

CH2 CH2

\ H \
His His

H2
Ser—”^C\ O
V ,-H
O

N
+ R OH
CH2
\ As. lemak
His
Lipase
E. Mikroorganisme penghasil enzim lipase
Kelompok yeast yang dapat manghasilkan lipase adalah dari Candida
rugosa dan dari kelompok jamur adalah Aspergillus niger dan Penicillium
aurantiogriseum. Adapun pada kelompok bakteri, lipase yang dihasilkan adalah
dari genera Bacillus, Aeromonas, Pseudomonas, Alcaligenes, Arthrobacter,
Chromobacterium, Serratia, Vibrio, Aeromonas, dan Staphyloccus.
Di antara sumber lipase baik berasal dari tumbuhan, hewan dan
mikroba, ternyata lipase mikroba yang paling banyak digunakan. Hal ini
disebabkan karena mikroba dapat dengan mudah dibudidayakan dan lipase dapat
mengkatalis berbagai reaksi hidrolisis dan sintetis. Lipase digunakan dalam
berbagai bidang bioteknologi, seperti pengolahan makanan dan susu (keju
pematangan, pengembangan rasa, EMC teknologi), deterjen, farmasi (naproxen,
ibuprofen), agrokimia (insektisida, pestisida) dan oleokimia (hidrolisis lemak
dan minyak, sintesis biosurfaktan ) industri. Lipase dapat lebih dimanfaatkan di
daerah baru di mana mereka dapat berfungsi sebagai biocatalysts potensial.

F. Aplikasi enzim lipase


1. Lipase dalam industri susu
Lipase digunakan secara ekstensif dalam industri susu untuk hidrolisis
lemak susu. Aplikasi saat ini meliputi peningkatan rasa keju, percepatan
pematangan keju, pembuatan produk keju-suka, dan lipolisis lemak mentega, dan
cream. Sedangkan penambahan lipase terutama lisis rantai pendek (C4 dan C6)
asam lemak yang mengarah ke pengembangan rasa, aroma tajam, pelepasan
rantai menengah (C12 dan C14) asam lemak cenderung memberikan rasa sabun
untuk produk. Selain itu, asam lemak bebas mengambil bagian dalam reaksi
kimia sederhana di mana mereka memulai sintesis bahan rasa lain seperti aceto-
asetat, B-keto asam, metil keton, ester rasa, dan lactones.
2. Lipase dalam deterjen
Penggunaan enzim dalam sabun bubuk masih tetap menjadi pemasaran
terbesar untuk industri enzyme. Tren di seluruh dunia terhadap suhu pencucian
yang lebih rendah telah menyebabkan permintaan jauh lebih tinggi untuk
formulasi deterjen rumah tangga. program skrining terakhir intensif, diikuti oleh
manipulasi genetik, telah menghasilkan pengenalan beberapa
persiapan yang cocok, misalnya, Novo Nordisk's Lipolase (lipase Humicola
disajikan dalam Aspergillus oryzae).
3. Lipase di industri oleokimia
Ruang lingkup penerapan lipase pada industri oleokimia sangat besar karena
menghemat energi dan meminimalkan degradasi termal selama hidrolisis,
glycerolysis, dan alcoholysis. Miyoshi Minyak dan Lemak.Co Jepang,
melaporkan penggunaan komersial cylindracea lipase Candida dalam
produksi sabun. Pengenalan generasi baru enzim murah dan sangat
termostabil dapat mengubah keseimbangan ekonomi yang mendukung
penggunaan lipase.
Kecenderungan saat ini di industri oleokimia adalah suatu gerakan menjauh
dari menggunakan pelarut organik dan emulsifiers. Berbagai reaksi yang
melibatkan hidrolisis, alkoholisis, dan glycerolysis telah dilakukan langsung
dalam campuran substrat menggunakan berbagai lipase amobil. Ini telah
menghasilkan produktivitas yang tinggi serta terus menerus menjalankan
proses. Hidrolisis enzimatis mungkin menawarkan harapan terbesar untuk
membelah lemak tanpa investasi yang besar dalam peralatan mahal serta
pengeluaran dalam jumlah besar energy termal.
4. Lipase dalam sintesis trigliserida
Nilai komersial lemak tergantung pada komposisi asam lemak dalam
struktur mereka. Sebuah contoh khas dari campuran trigliserida tinggi nilai-
asimetris adalah mentega kakao. Potensi lipase 1,3-regiospecific untuk
pembuatan pengganti mentega, coklat diakui oleh Unilever dan Fuji Oil.
Ulasan komprehensif pada teknologi ini, termasuk analisis komposisi
produk yang ditemukan. Pada prinsipnya, pendekatan yang sama berlaku
untuk sintesis banyak lainnya terstruktur triglycerides properti memiliki
dietic atau nutrisi yang berharga, lemak misalnya, susu manusia. Ini
trigliserida dan lemak fungsional serupa mudah diperoleh dengan acidolysis
dari fraksi minyak kelapa sawit yang kaya 2-palmitoil gliserol dengan asam
lemak tak jenuh (s). Acidolysis, dikatalisis oleh lipase 1,3-spesifik,
digunakan dalam penyusunan produk nutrisi penting yang umumnya
mengandung lemak rantai asam menengah. Lipase sedang diselidiki secara
ekstensif sehubungan dengan
modifikasi minyak bernilai tinggi asam lemak tak jenuh ganda seperti asam
arakidonat, asam eicosapentaenoic, dan asam docosahexaenoic. Pengayaan
substansial di kandungan asam lemak tak jenuh ganda fraksi mono-gliserida
telah dicapai oleh alkoholisis lipase-katalis atau hydrolysis.
5. Lipase dalam sintesis surfaktan
Poligliserol dan karbohidrat ester asam lemak banyak digunakan sebagai
detergen industri dan sebagai pengemulsi dalam berbagai besar formulasi
makanan (spread yang rendah lemak, saus, es krim, mayonnaises). Enzymic
sintesis surfaktan fungsional yang sama telah dilakukan pada suhu sedang
(60-80 ° C) dengan regioselectivity sangat baik. Adelhorst et al telah
melakukan esterifikasi pelarut-bebas dari sederhana alkil-glikosida
menggunakan asam lemak cair dan lipase amobil antarctica Candida.
Fregapane et al diperoleh mono-dan di-esters dari monosakarida dalam hasil
tinggi, menggunakan asetal gula sebagai bahan awal. Lipase dari A. terreus
mensintesis biosurfaktan oleh transesterifikasi antara minyak alami dan gula
alcohol. Lipase juga dapat mengganti phospholipases dalam produksi
lysophospholipids. Lipase Miehei Mucor telah digunakan untuk
transesterifikasi fosfolipid dalam berbagai alcohol primer dan sekunder.
Lipase juga mungkin berguna dalam sintesis berbagai macam surfaktan
biodegradable amfoter, ester asam amino yaitu berbasis, dan amides.
6. Lipase dalam sintesis bahan-bahan untuk produk perawatan pribadi
Unichem Internasional baru-baru ini meluncurkan produksi palmitat
isopropyl miristat, isopropil, dan 2-ethylhexyl palmitate untuk digunakan
sebagai emolien dalam produk perawatan pribadi seperti minyak kulit dan
krim anti sinar matahari, dan sabun mandi. Ester Wax memiliki aplikasi
serupa dalam produk perawatan pribadi dan sedang diproduksi secara
enzimatis, menggunakan lipase C. cylindracea, dalam sebuah batch
bioreactor.

7. Lipase di farmasi dan bahan kimia pertanian


Utilitas lipase dalam penyusunan synthons kiral baik diakui dan
didokumentasikan. Beberapa proses baru saja dikomersialkan yang telah
dijelaskan oleh Sainz-Diaz et al., dan Davis et al. Resolusi asam 2-
halopropionic, bahan awal untuk sintesis herbisida phenoxypropionate,
adalah proses berdasarkan esterifikasi selektif (S)-isomer dengan butanol,
yang dikatalisis oleh lipase pankreas babi dalam hexane anhidrat. Contoh
lain yang mengesankan dari aplikasi komersial lipase dalam resolusi
campuran rasemat adalah hidrolisis epoxyester alcohol. Produk reaksi, ester
(R)-glisidil dan (R)-glycidol dapat segera dikonversi ke (R) - dan (S)-
glycidyltosylates yang intermediet menarik bagi penyusunan optik blocker B
aktif-dan berbagai macam produk lainnya. Sebuah teknologi yang sama
telah dikomersialisasikan untuk menghasilkan 2 (R), glycidate 3 (S)-
methylmethoxyphenyl, yang intermediate kunci dalam pembuatan obat
kardiovaskular optik Diltiazem murni.
Lipase memiliki aplikasi sebagai katalis industri untuk resolusi alkohol
rasemat dalam penyusunan beberapa prostaglandin, steroid, dan analog
nukleosida carbocyclic. Regioselective modifikasi senyawa organik
polifungsional daerah lain belum berkembang pesat aplikasi lipase,
khususnya di bidang AIDS treatment. Lipase dari A. carneus dan A. terreus
menunjukkan kemo-dan regiospecificity di hidrolisis peracetates dari
farmasi penting polifenolik compounds. Lipase juga berguna dalam sintesis
dari sucralose sweetner buatan oleh hidrolisis regioselective dari Octa-
acetylsucrose.
8. Lipase dalam sintesis polimer
Stereoselektivitas lipase berguna untuk sintesis polymer optik aktif. Polimer
ini adalah reagen asimetris, dan digunakan sebagai pernyerap. Di bidang
kristal cair, monomer yang sesuai dapat dibuat dengan transesterifikasi
lipase-katalis dari alcohol, yang dengan alkohol rasemat bisa disertai dengan
resolution. Penggunaan glycidyltosylates kiral untuk persiapan crystal
feroelektrik cair juga telah dilaporkan. Dengan demikian, enzim ini telah
melakukan diversifikasi penggunaan komersial, baik dalam hal skala dan
proses. Lipase telah bekerja dengan sukses di industri makanan serta
teknologi tingkat tinggi dalam produksi bahan kimia dan farmasi.
Selanjutnya, enzim ini memiliki potensi di bidang baru, untuk lipase
misalnya telah berhasil telah digunakan dalam pembuatan kertas - ternyata,
perlakuan pulp dengan lipase menghasilkan produk yang berkualitas tinggi
dan kebutuhan pembersihan berkurang. Demikian pula, enzim juga telah
digunakan dalam hubungan dengan koktail mikroba untuk pengobatan
limbah lemak yang kaya dari pabrik es krim.

G. Pengaruh berkurangnya Enzim Lipase dalam tubuh manusia


Karena enzim lipase mencerna lemak dan vitamin lemak terlarut. Orang
yang kekurangan enzim lipase akan memiliki kecenderungan kolesterol
tinggi, trigliserida tinggi, kesulitan kehilangan berat dan diabetes atau
kecenderungan glukosuria (gula dalam urin tanpa gejala diabetes). Hasil
penelitian dari beberapa kecenderungan ini adalah penyakit jantung.
Karena enzim lipase memerlukan koenzim, klorida, orang yang kekurangan
lipase memiliki kecenderungan terhadap hipoklorida (klorida rendah dalam
kesetimbangan elektrolit kita). Kondisi ini bisa dengan mudah diatasi
dengan lipase. Akan tetapi sering kali ahli nutrisi merekomendasikan
menggunakan HCl betaine yang mungkin menempatkan stres asam pada
darah yang menyebabkan ketidakmampuan menyediakan alkalinitas yang
diperlukan untuk mengaktifkan enzim pankreas tubuh. Enzim lipase
membutuhkan pH tinggi untuk aktif diantara enzim-enzim makanan. Itulah
sebabnya mengapa lemak paling sulit dari semua makanan untuk dicerna
tubuh.
Orang gemuk dapat dibantu dengan mengambil suplemen lipase. Akan
tetapi masalah lemak masih ada, yaitu mengambil kombinasi makanan yang
mengandung enzim lipase yang secara bertahap akan mengurangi ukuran
batu empedu sehingga mengurangi gejala tetapi tidak menyembuhkan
intolerasi lemak seperti operasi tidak menyembuhkan penyakit. Enzim lipase
akan membantu mencegah suatu kondisi apabila orang yang tidak toleran
terhadap lemak mengurangi konsumsi lemak.
DAFTAR PUSTAKA

Dosanjh, N.S., dan Kaur, J. 2002. Immobilization, Stability and esterification Studies
of A Lipase From Bacillus sp. Journal Biotechnology and Applied Biochemistry. Vol.
36. Hlm 7-12. Punjab University. Chandigarh Lehninger, A.L. 1995. Dasar-dasar
Biokimia I. Erlangga. Jakarta Seniwati Dali, dkk. 2009. Pengaruh Substrat dan Ion
Logam Terhadap Aktivitas Enzim Lipase dari Aspergillus oryzae pada Kopra
Berjamur. Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 13 No.3. Universitas Hasanuddin
Makassar Sumarsih, S. 2002. Uji Aktivitas Lipolitik Beberapa Bakteri Hasil Isolasi
dari Pelabuhan Tanjung Perak dan Produksi Lipase dari Strain Terpilih. JIPTUNAIR.
Surabaya

Anda mungkin juga menyukai