Anda di halaman 1dari 10

Assalamualaikum Wr Wb

Analisa kasus kontra DNRo


Studi Kasus
Seorang wanita berusia 70 tahun dirujuk kerumah sakit dua
hari yang lalu dan menjalani right total hip replacement
(operasi penggantian total tulang caput femur). Pasien
mempunyai riwayat hipertensi, penyakit sendi degeneratif,
arthritis, pulmonary embolism, dan penyakit arteri coroner.
Pasien baru selesai menjalani sesi terapi fisik dan dirawat di
ICU untuk pemantauan yang lebih intensif. Setelah
beberapa waktu, ketika perawat memonitor pasien, perawat
menyadari bahwa pasien tidak responsif, tidak ada
pengembangan dada dan tidak teraba nadi. Perawat segera
memanggil dokter ICU dan memulai resusitasi jantung
paru. Pada monitor EKG nampak gambaran sebagai berikut:
Ketika perawat menjelaskan kondisi pasien ke keluarga dan meminta
inform consent, anak dari pasien menolak untuk tindakan resusitasi
(DNR). Si anak beranggapan bahwa tindakan tersebut akan
menambah kesakitan pada ibunya.
Masalah etik dari kasus
Berdasarkan kasus tersebut kami tidak setuju dengan
tanggapan si anak karena tindakan resusitasi merupakan
suatu bentuk usaha untuk memperjuangkan hidup sang ibu.
Prosedur DNR bukan menyerah pada keadaan. Hal yang
tidak dilakukan pada prosedur DNR hanya tindakan
resusitasi, sementara nutrisi, obat-obatan, amti nyeri,
maupun pengobatan lain tetap diberikan pada pasien DNR.
Beberapa kondisi kesehatan memiliki kemungkinan kecil
untuk ROSC (Return of spontaneus Circulation) setelah
dilakukan RJP, terutama pada kondisi terminal, misal kanker
stadium akhir, gagal ginjal stadium akhir, dan stroke
perdarahan berat.
Analisis masalah dari segi islam
Islam sangat menghargai jiwa, lebih-lebih
terhadap jiwa manusia. Cukup banyak ayat
alqur’an maupun hadist yang mengharuskan
kita untuk menghormati dan memelihara
jiwa manusia. DNR bukan menyerah pada
kematian. Tidak ada istilah “Menyerah pada
Kematian” kematian merupakan sesuatu
yang diperjuangkan : apakah akhir yang baik,
apakah akhir yang buruk yang diperjuangkan
?.
Ketika sebuah keluarga memutuskan setelah berembuk,
agar si pasien tidak dilanjutkan lagi menggunakan alat
resusitasi karena mereka sudah tidak punya dana lagi
untuk membiayai pasien yang memang sudah sakit
lama dan prognosisnya juga buruk yaitu memakai alat
resusitasi hanya sekedar mempertahankan hidup
beberapa hari saja. Maka ketika alat resusitasi dicabut,
dalam beberapa menit pasien sudah tidak bernyawa
lagi, maka hal ini perlu dirinci :
Jika pasien masih ada kesempatan hidup dibantu
dengan alat resusitasi
Jika pasien sudah tidak ada kesempatan hidup
Jika pasien sudah mati batang otak maka boleh dicabut
Solusi terbaik untuk masalah
Solusi terbaik dari kasus diatas menurut kalompok
kami yaitu tetap dilakukan resusitasi pada pasien
tersebut, dengan terlebih dulu memberikan edukasi
kepada keluarga pasien terkait dengan kondisi pasien
serta prosedur resusitasi jantung paru bahwa masih
bisa untuk diselamatkan nyawanya melalui metode
resusitasi jantung paru.
Terimakasih
Wassalamualaikum wr wb

Anda mungkin juga menyukai