Anda di halaman 1dari 12

Gerakan

Perempuan di
Indonesia
ALAN HARRY HUTAURUK / 181006777
SHERYNE TANAKA / 191007070
IRENE INTAN PRADISTA / 191007105

Foto Ini oleh Penulis Tidak Diketahui dilisensikan atas namaCC BY-SA
PEREMPUAN
KOLONIALISME &
NASIONALISME
Pertama, perempuan dalam perjuangan nasional bukanlah mereka
yang berada dalam posisi pengambil keputusan atau menentukan
dalam proses-proses politik yang berlangsung.
Kedua, dalam perjuangan nasional, perkumpulan perempuan
terlihat, baik langsung atau tidak langsung, mengalah “untuk
tidak menonjolkan diri di lingkup perkumpulan laki-laki”.
PEREMPUAN
KOLONIALISME &
NASIONALISME
Gerakan perempuan Indonesia bermula dari aktivitas
perkumpulan seperti kegiatan kepanduan atau perkumpulan
dengan nuansa kedaerahan seperti Jong Java, Jong Sumatera, dan
Jong Ambon. Melalui saluran perkumpulan seperti ini,
perempuan terlibat dalam ranah publik dan bahkan kemudian
menjadi bagian dari ikrar Kongres Sumpah pemuda pada 28
Oktober. Namun yang memiliki kesempatan untuk bergabung
hanya perempuan yang memiliki pendidikan sekolah dasar atau
menengah.
PEREMPUAN
KOLONIALISM
E&
NASIONALISM
E
1. Putri Mardika (1912) dan memiliki kaitan erat dengan
gerakan Boedi Oetomo.

2. Aisyiah (1920) organisasi sayap perempuan bergaris


Islam dari organisasi Muhammadiyah.

3. Berparlemen pada 1938, dengan melakukan aksi dan


mendorong adanya hak memilih dan hak dipilih kepada
pemerintah Belanda. Emma Poeradiredja di Bandung, Sri
Umiyati di Cirebon, Soenaryo Mangunpuspito di
Semarang, dan Siti Sundari Sudirman di Surabaya .
PEREMPUAN
KOLONIALISME &
NASIONALISME
kiprah perempuan dalam ranah publik dalam era
kolonialisme adalah, sekitar awal abad 20, tepatnya 22
hingga 25 Desember 1928, organisasi perempuan
menyelenggarakan Kongres Perempuan Pertama.
Dihadiri sekitar 1.000 peserta dan 30 organisasi
perempuan, berbagai isu-isu perempuan diangkat dalam
kongres tersebut yang mana Kongres tersebut
mengidentifikasi tiga tantangan yang dihadapi
perempuan saat itu yakni soal perkawinan, poligami,
dan akses ke pendidikan.
Kongres Perempuan selanjutnya antara lain diadakan di
Jakarta (1935), Bandung (1938), dan Semarang (1941).
Tanggal 22 Desember sendiri kemudian disepakati
sebagai Hari Ibu yang diperingati secara nasional setiap
tahunnya
PEREMPUAN
KOLONIALISME &
NASIONALISME
Kolonialisme Jepang yang hanya
berlangsung tiga setengah tahun (1942-
1945) di Indonesia, menimbulkan
dampak yang sangat buruk terhadap
seluruh organisasi-organisasi kebangsaan
atau pergerakan yang ada, Pemerintahan
kolonial Jepang membubarkan dan
sekaligus melarang semua organisasi
perempuan hanya mengizinkan
berdirinya organisasi perempuan
bernama Fujinkai (perkumpulan
perempuan) yang aktivitasnya diawasi
dan diatur oleh pemerintah Jepang.
Pemikiran Feminisme
Surat-surat yang ditulis oleh R.A. Kartini yang ditujukan kepada teman-temannya
yang berkebangsaan Belanda). Kompilasi dari surat-surat itu kemudian dibukukan
dengan judul Door Duisternis Tot Licht (1911), Armijn Pane, pujangga angkatan
Balai Pustaka, menerjemahkan dan memberinya judul Habis Gelap Terbitlah
Terang. Kelihatannya buku ini dianggap menginspirasi perempuan di Indonesia
untuk memperjuangkan harkat dan martabatnya agar sejajar dengan laki-
laki, atau disebut sebagai “emansipasi perempuan”. Kartini sendiri kemudian
disebut sebagai salah seorang tokoh perempuan feminis dari jamannya.
Kartini banyak menceritakan soal nilai-nilai tradisi yang membelenggu
perempuan, menjadikan perempuan sangat bergantung pada laki-laki, sehingga
mereka menjadi tidak berdaya baik secara ekonomi, sosial, dan budaya.
(a) pendidikan bagi perempuan sebagai salah satu syarat penting untuk memajukan
rakyat, karena ibu yang terpelajar bisa diharapkan kemampuannya dalam
mendidik anak-anak lebih baik;
(b) tidak hanya perempuan kalangan miskin, perempuan kalangan atas pun harus
diberi kesempatan menjadi pencari nafkah sendiri, dan mencari pekerjaan yang
cocok bagi mereka, misalnya menjadi perawat, bidan, dan guru; dan
(c) poligini harus dihapuskan karena merendahkan martabat kaum perempuan
PEREMPUAN & FEMINISME di INDONESIA PASCA-
KOLONIALISME
Dari sekian banyaknya organisasi perempuan yang bermunculan namun, gerakan perempuan
yang bernama Gerakan Wanita atau yang Indonesia biasa disingkat dengan Gerwani ini
memiliki kekuatan, progres, dan anggota yang besar. Sehingga Gerwani ini memiliki peran
yang berpengaruh dalam dua periode demokrasi di Indonesia yaitu di akhir 1940an – 1965
(periode demokrasi liberal - demokrasi terpimpin ). Karena peran Gerwani dalam kampanye,
aksi untuk menuntut Konfeensi Meja Bundar, perujuangan mereka untuk hak-hak tani,
memperjuangkan Undang – Undang perkawinan, dan peran Gerwani yang lainnya, saat itu
juga organisasi perempuan beroperasi di desa-desa dan dibentuk oleh pemerintah Orde Baru
dengan nama Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang bertujuan untuk mendukung
dan menjalankan pembangunan nasional, serta merealisasikan program keluarga berencana.
MUNCULNYA PEMIKIRAN FEMINIS
KONTEMPORER
Feminis kontemporer merupakan sebuah konsep teori yang memandang bahwa jenis kelamin
dan juga faktor ekonomi memiliki peran yang sangat besar dalam perundungan. Konsep ini
memiliki 2 sub-bagian yang berbeda :
a) Penjelasan mengenai dua sistem tentang penindasan perempuan (Pemikiran feminis
Marxist)
b) Penjelasan interaktif tentang penindasan perempuan
a) Penjelasan mengenai dua sistem tentang penindasan perempuan
• Pemikiran Marxist
- Mengikuti pemikiran Marx : perempuan lebih takut terhadap tekanan kapitalis
dibandingkan dengan patriarkial
- Bertentangan dengan Marx : partiartikal adalah musuh utama perempuan tidak
kapitalisme
• Pemikiran Juliet Mitchell
- Status serta fungsi perempuan dintentukan dari bagaimana peran mereka dalam proses
produksi dan reproduksi
- Perempuan memiliki peran reproduksi, seksualitas, dan sosialisasi tidak hanya peran
ekonomi saja
- Peran perempuan dalam ideologi partiarkial sejalan dengan ideologi kapitalisme
- Jika revolusi Marxis terjadi maka posisi perempuan tidak akan pernah berubah karena
adnaya ideologi dan patriarkial tersebut.
• Pemikiran Allson Jaggar
- Partiarki menjadi penyebab utama rendahnya status perempuan
- Kapitalisme menindas perempuan sebagai seorang pekerja sedangkan patriarki
menindas perempuan sebagai perempuan
- Perempuan selalu mendaptakan keterasingan baik itu secara seksualitas ataupun
intelktualitas
b) Penjelasan secara interaktif tentang penindasan perempuan
Kapitalisme dan patriarkial selalu saling berhubungan. Kapitalisme menjadikan laki-laki
memiliki peran yang lebih dominan karena perempuan dibutuhkan dirumah sedangkan
laki-laki tidak. Sedangkan patriarkial bagi perempuan dapat digambarkan seperti upah
kerja tidak sebanding apa yang dikerjakan oleh perempuan.
• Menurut Irish Marion Young : jika gender hanya dipandang sebagai sebatas pembagian
kerja.
• Menurut Heldi Hatrnman : proletar ingin perempuan tetap bekerja di rumah tetapi borjuis
ingin perempuan bekerja dengan pertimbangan bahwa laki-laki harus lebih kuat sehingga

Anda mungkin juga menyukai