Anda di halaman 1dari 51

Guideline for

Enhanced Recovery
After Caesarean
Section
Nama Institusi : Directorate General of Specialized Medical Care, MoH
Judul Dokumen : Guideline for Enhanced Recovery after Caesarean Section
Ditulis oleh :
 Dr. Mariam Al Waili, Director of Supportive Services
 Mr. Shabib Al Kalbani, Head of Hospital Dietetic and Catering

Diulas oleh :
 Enhanced Recovery after Caesarean Section Taskforced, Kementrian Kesehatan
Divalidasi Oleh:
 Dr. Qamra Al-Sariri, Director General Quality Assurance Center, Kementrian Kesehatan
Disetujui oleh :
Dr. Kadhim Jaffer, Director General of Specialized Medical Care, Kementrian Kesehatan
Daftar Isi
1. Pengakuan………………………………………………………………………...3

2. Akronim…………………………………………………………………………..4
3. Pendahuluan………………………………………………………………………5

4. Cakupan…………………………………………………………………………..6
5. Tujuan…………………………………………………………………………….6
6. Definisi…………………………………………………………………………...7

7. Pedoman……………………………………………………………………........10
8. Audit……………………………………………………………………………..20

9. Peningkatan Kualitas Aktivitas Tim yang Berkelanjutan………………………..21

10. Daftar Pustaka…………………………………………………………………...24


11. Lampiran 1: Obat-obatan………………………………………………………..25
12. Lampiran 2: Instruksi Puasa Pre Anestesi untuk Percepatan Pemulihan Pasien..27
•  
Pengakuan
The Directorate General of Spesialized Medical Care akan mengambil kesempatan ini untuk
mengucapkan terima kasih kepada staf yang berpartisispasi untuk mengulas Pedoman
Enhanced Recovery After Caesarean Section (ERACS) selama konferens dan mengambil
tempat pada Februari 2018 di Crowne Plaza Hotel, dalam kontribusi mereka dalam diskusi
pedoman dan menyediakan input teknis: Tim yang berpartisipasi sebagai berikut:

Mohon jangan ragu untuk berkomunikasi dengan kami melalui email jika ada sugseti pada pedoman ini.
Akronim
PENDAHULUAN

Insiden Operasi Sesar di Oman telah


Terdapat peningkatan perlahan pada
meningkat secara perlahan lahan dalam
operasi sesar elektif sejak tahun 2012.
10 tahun dari 9,7% menjadi 15,72%

Peningkatan Pemulihan atau fast track


surgery merupakan jalur perawatan
Melahirkan dengan cara operasi sesar multimodal untuk mempercepat
berhubungan dengan perpanjangan pemulihan pasien dengan mengurangi
masa rawat inap dibandingkan respon stress operasi dang mendukung
kelahiran secara spontan. fungsi psikologi, sehingga mengurangi
waktu rawat inap tanpa mengurangi
kepuasan dan keamanan pasien
CAKUPAN

2.1.1 Dokter Kandungan

2.1.2 Tim Manajemen Nyeri

2.1.3 Dokter Neonatologi


2.1.4 Dokter Anestesi

2.1.5 Bidan

2.16 Perawat
2.1.7 Dokter Gizi
2.1.9 Fisioterapi
2.1.9 Farmasi Klinis

2.1.10 Edukasi Kesehatan


2.1.11 Administrasi/Manajer

2.1.12 Spesialis Kontrol Infeksi


2.1.13 Perencanaan Pemulangan
2.1.14 Pasien
TUJUAN

• Untuk mendukung petugas kesehatan professional, sebagai tim iterdisiplin


termasuk pasien, untuk mengimplementasikan dan secara terus menerus
untuk meningkatkan percepatan pemulihan setelah operasi sesar (Enhanched
Recovery after Caesarean Section/ERACS) melintasi kontinum perawatan
dari sebelum masuk hingga kembali ke rumah.
• Dengan adanya pengembangan kolaborasi spesialistik dan spesifik fasilitas
sesuai dengan bukti ERAS, tim membatasi variasi penyedia individu dalam
perawatan untuk meningkatkan keterlibatan pasien, kualitas pemulihan,
keamanan, dan hasil.
OPERASI SESAR

• Bayi dikeluarkan melalui abdomen ibu.

• Beberapa operasi sesar adalah terencana, tetapi banyak


yang dilakukan secara tidak terduga karena ada
masalah saat melahirkan bayi, seperti, masalah pada
ibu, ibu dengan bayi multipke, ukuran atau posisi dari
bayi, kesehatan bayi dalam bahaya, atau persalinan
lama.
ANESTESI EPIDURAL

• Administrasi epidural adalah rute medis yaitu dengan cara menyuntikan obat atau
agen kontras kepada ruang epidural di spinal cord.

• Rute epidural untuk menadministrasi diagnostic (seperti agen radiokontras) dan terapi
(seperti glukokortikoid) substasnsi kimia serta analgesi dan agen local anestesi.

• Teknik epidural obat yang diinjeksikan melalui kateter pada ruang epidural. Injeksi
ini akan menghasilkan kehilangan sensasi, termasuk sensasi nyeri dengan cara
membloking transmisis sinyal melalui serabut saraf pada atau didekat spinal cord.
ANESTESI SPINAL

• Blok spinal, blok subarahnoid, blok intradural, dan blok


intratekal, membentuk anestesi regional termasuk injeksi local
anestesi ke ruang subarahnoid, secara umum menggunakan
jarum halus, biasanya panjangnya 9 cm (3,5 inchi).
• Untuk pasien obesitas, jarum yang digunakan lebih panjang,
yaitu 12,7 cm atau 5 inchi.
Enhanced Recovery (ER)

Enhanced Recovery After Surgery merupakan proses


implementasi terkait tim yang berisi dokter bedah, dokter
anestesi, coordinator ERAS (biasanya perawat atau
asisten dokter) dan staff dari unit tersebut.
ANESTESI

• Anesthesia atau anaesthesia adalah hilangnya sensasi atau


kesadaran sementara yang diinduksi.
• Mungkin termasuk analgesia (peredaan atau pencegahan nyeri),
paralisis (relaksasi otot), amnesia (kehilangan memori) atau
tidak sadar.
ANALGESIK

• Setiap anggota dari kelompok obat untuk analgesia


atau reda dari sakit.
• Obat analgesi bekerja berbagai cara pada perifer dan
system saraf pusat. Mereka berbeda dari anestesi,
memiliki efek sementara, dan ada yang secara komplit
menghilangkan sensasi.
• Analgesi termasuk parasetamol, NSAID, dan obat
opioid.
APIREXIA

Normal; tidak demam


DIETIKAN

• Seorang ahli diet mengubah nutrisi pasien mereka


berdasarkan kondisi medis mereka dan kebutuhan
individu.
• Ahli diet adalah professional kesehatan teregulasi yang
berlisensi untuk menilai, mendiagnosis, dan mengatasi
masalah gizi
AHLI GIZI

• seseorang yang memberi nasehat bagaimana makanan


dan nutrisi berpengaruh terhadap kesehatan.
BIDAN

• seseorang ahli kebidanan, spesialis dalam bidang kehamilan, kelahiran,


postpartum, kesehatan reproduksi wanita (termasuk ujian tahunan
ginekologi, keluarga berencana, kesehatan menopause dan yang lain), dan
perawatan bayi baru lahir.
• Mereka juga dididik dan dilatih untuk mengenali variasi dari progresi
kelahiran normal, dan memahami adanya deviasi dari normal.
• Mereka juga mengintervensi kelahiran beresiko tinggi seperti presentasi
bokong, kelahiran kembar, posisi posterior dengan menggunakan teknik non
invasive.
FISIOTERAPI

• Membantu orang yang terkena cedera, penyakit atau kecacatan


melalui gerakan dan olahraga, terapi manual, pengetahuan dan
saran.
• Mereka menjaga kesehatan dari seluruh usia, membantu pasien
mengelola rasa sakit dan mencegah penyakit.
• Profesi membantu untuk mendorong dan fasilitasi pemulihan,
memungkinkan orang untuk tetap bekerja sambal membantu
mereka tetap mandiri selama mungkin.
PRIMIPARA DAN MULTIPARA

Primipara
a. Hamil pertama kali

b. Setelah melahirkan hanya satu anak

c. Melahirkan keturunan pertama; telah melahirkan hanya satu keturuna


sebelumnya

Multipara: menghasilkan banyak atau lebih dari satu saat lahir


d. Pernah mengalami satu atau lebih persalinan sebelumnya
PLASENTA AKRETA

• Kondisi kehamilan yang serius yang terjadi ketika pembuluh darah dan
bagian lain dari plasenta tumbuh terlalu dalam pada dinding Rahim.
• Secara tipikal, plasenta terlepas pada dinding Rahim setelah bayi lahir.
Plasenta akreta terjadi perleketan secara keras.
• Akibatnya dapat terjadi kehilangan darah yang berat setelah kelahiran.
• Ini juga memungkinkan plasenta untuk masuk ke lapisan otot uterus
(plasenta inkreta) atau tumbuh keluar dari dinding uterus (plasenta prekreta).
• Plasenta akreta merupakan komplikasi resiko tinggi kehamilan. Jika
plasenta akreta terduga saat hamil, harus dilakukan operasi sesar diikuti
dengan pengambilan uterus (histerektomi).
HEMOGLOBIN

Pengangkut oksigen yang mengandung besi


metalloprotein pada sel darah merah. Hemoglobin
pada darah membawa oksigen dari organ respirasi
(paru) ke seluruh tubuh (jaringan).
AHLI FLEBOTOMI 4.16

● Orang yang dilatih untuk mengambil darah dari


seorang pasien [sebagian besar dari vena] untuk
uji klinis atau medis, transfusi, donasi, atau
penelitian.
● Ahli flebotomi mengumpulkan darah terutama
dengan melakukan pungsi vena [atau, untuk
pengumpulan darah dalam jumlah kecil,
melakukan pengambilan darah kapiler di ujung
jari].
5
PEDOMAN

+ PRE OPERATIF
+ INTRA OPERATIF
+ PASCA OPERATIF

© Duarte, Inc. 2014 24


Komponen Umum dalam
Peningkatan Pemulihan 5.1
Fase Operatif Fase Intraoperatif Fase Pascaoperatif

- Edukasi Pasien/Keluarga - Blok spinal/kombinasi spinal - Pelepasan dini kateter urin.


(video, leaflets dll). dan epidural (CSE)/umum - Hindari garam dan air
- Puasa dipersingkat. (GA)/bidang transversus berlebihan.
- Pemberian Cairan dan abdominal (TAP). - Pencegahan dan
Karbohidrat. - Irigasi luka berkelanjutan. managemen agresif mual
- Tidak ada persiapan usus. - Normothermia. dan muntah pasca-operatif
- Antibiotik. - Managemen cairan (PONV).
- Profilaksis/Tromboprofilaksi perioperatif. - Analgetik oral non-opioid.
s. - Menghindari selang, - Nutrisi oral lebih dini
- Pengobatan Pre-Anestesi. drainase, dan akses intravena - Tentukan kriteria pulang dan
(jika mungkin). edukasi pasien.
- Mengunyah permen karet.
- Mobilisasi.
- Normothermia.
5.2 Dokumentasi Fase Preoperatif

● Rencana untuk peningkatan pemulihan harus


didokumentasikan dengan jelas dalam sistem
pemesanan Sesar elektronik (ALSHIFA 3+)
● “Peningkatan Pemulihan” agar muncul dalam
daftar operasi dan dapat dilihat oleh seluruh
tim operasi
5.2 Persiapan Fase Preoperatif

Nilai risiko kesehatan dan


kebugaran pasien

1. Seleksi dan tawarkan ERACS pada pasien


2. Wajib mengetahui seluruh riwayat medis dan bedah pasien
3. Lakukan pemeriksaan medis (penilaian jalan napas dan
punggung)
4. Lakukan penilaian hasil hematologi (CBC, profil koagulasi,
golongan darah, skrinning) dan minta persediaan darah pasien
5. Minta persetujuan transfusi darah jika diperlukan
6. Optimalisasi hemoglobin (berdasarkan pedoman Menkes
(MOH)).
5.2 Persiapan Fase Preoperatif

Penyuluhan dan
penyediaan informasi
1. Segera setelah keputusan LSCS elektif dipilih, dokter kebidanan harus memulai,
memfasilitasi dan mengkomunikasikan edukasi pasien yang tepat sesuai dengan bahasa
pasien.
2. Lakukan kerjasama antar semua anggota tim bedah dan sampaikan informasi lisan dan
tertulis
3. Berikan informasi lisan dan tertulis (leaflet/video) tentang peningkatan
pemulihanuntuk memfasilitasi edukasi pasien yang tepat
4. Edukasi antenatal (analgetik pasca-operasi dan trombo-profilaksis)
5. Edukasi diet, berhenti merokok, dan alkohol
6. Tandatangani lembar persetujuan yang menjelaskan semua detil prosedyr oleh pasien
atau walinya
5.2 Persiapan Fase Preoperatif

Premedikasi
(sebelum operasi)

1. Natrium Sitrat (30 ml) atau jika tidak tersedia, soda bikarbonat
harus diberikan sesaat sebelum membawa pasien ke ruang operasi
– Resepkan dan berikan Ranitidin 150 mg oral dan nasehati pasien
untuk minum 1 tablet jam 10 malam sebelum operasi, 1 tablet 3
jam sebelum operasi dengan Gabapentin (300mg dosis tunggal)
atas kebijaksanaan dokter anestesi kecuali dikontraindikasikan.
2. Sediakan Metoklopramid IV (kecuali dikontraindikasikan).
3. Profilaksis Antibiotik (15-60 menit sebelum operasi) atau sesuai
dengan pedoman Menteri Kesehatan (MOH).
5.2 Persiapan Fase Preoperatif

1. Pasien tidak boleh makan atau minum apa pun sebelum


operasi seperti di bawah ini:
• Hingga 2 jam sebelum operasi: cairan bening tidak bersoda
(air, jus apel bening atau jus buah bening apa pun tanpa
potongan atau pupls), teh biasa tanpa susu atau teh herbal,
jika pasien meminta kopi, anda dapat merekomendasikan
kopi tetapi pastikan itu hanya kopi bening instan sederhana
tanpa partikel, kopi Turki tidak diizinkan (gula dalam teh
atau kopi dapat diterima)
• Hingga 6 jam sebelum operasi – makanan bebas lemak dan
makanan ringan (buah-buahan, sayuran, roti tanpa
Optimalisasi Nutrisi mentega – selai dapat diterima, rekomendasikan susu
rendah lemak).
(Puasa) • Hingga delapan jam sebelum operasi – makanan normal
(disarankan untuk tidak makan makanan berat sebelum
operasi).
2. Hindari konsumsi karbohidrat karena hanya ada sedikit
bukti bahwa itu mengurangi hipoglikemia atau
bermanfaat dan untuk menghindari risiko aspirasi.
5.2 Persiapan Fase Preoperatif

1. Thromboprofilaksis harus diberikan sesuai penilaian


risiko
2. Dapat menggunakan profilaksis kompresi bertingkat
stoking pencegah trombo-emboli (TED) yang pas
dan/atau kompresi pneumatik intermiten.
3. Profilaksis antibiotik
• Cefazolin IV 2 g dosis tunggal (3 g jika berat badan diatas
atau sama dengan 120 kg) 15-60 menit sebelum insisi
kulit (berdasarkan pedoman Kementerian Kesehatan
Profilaksis Trombosis (MOH)) + pediatrik: 30 mg/kg.
Vena Dalam (DVT) • Jika prosedur panjang atau kehilangan darah lebih dari
1500 ml, dosis tambahan diberikan 3-4 jam kemudian.
• Agen yang direkomendasikan: Cefazolin,
Cefazolin+Azithromycin.
• Agen Alternatif pada pasien dengan Alergi BetaLaktam:
Clindamycin+Aminoglycosida.

*antibiotik IV diberikan sebelum insisi sesuai pedoman sebelum operasi


5.2 Persiapan Fase Preoperatif

Mencukur pasien
Gunakan alat cukur listrik sebelum hari
operasi (di luar ruang operasi)

Daftar cek

1. Cek status puasa (seperti di atas), beritahu dokter anestesi segera jika ada
masalah.
2. Jaga pasien tetap hangat dan nyaman (sediakan selimut jika diperlukan dan
pastikan sesuaikan suhu rungan)
3. Lepas semua perhiasan, kacamata, lensa kontak, gigi palsu (Jika pasien
meminta untuk membawanya ke ruang operasi, kontainer harus disediakan)
4. Dokter kebidanan bertanggung jawab menginformasikan dan meminta tim
pediatrik untuk hadir dalam persalinan untuk menyediakan dukungan
neonatus yang berpengalaman
5.3 Persiapan Fase Intraoperatif

Rawat Bangsal Cek status Pakaian pasien Jaga Lepas semua Bawa
Obgyn puasa Gunakan baju rumah sakit kehangatan perhiasan pasien ke
2 hari sebelum (keluarkan satu lengan pasien Termasuk kacamata, ruang
meletakkan bayi skin-to- lensa kontak, gigi operasi
LSCS
skin)
palsu
dan profilaksis stocking TED

Bawa semua dokumentasi Kateterisasi Berikan Persiapan kulit Monitor


ke ruang operasi urin steril anestesi spinal Gunakan klorhexidin Simpatis
termasuk investigasi terbaru, glukonat 2% dalam
lembar persetujuan dan alkohol (70%) biarkan
bagan resep lengkap kering dalam 3menit
5.3 Teknik Anestesi Fase Intraoperatif

• Utamakan teknik anestesi regional sebisa mugkin


• Anestesi spinal tunggal atau kombinasi spinal/epidural.
• Jika anestesi umum diberikan, gunakan agen kerja singkat
• Hindari morfin intra-tekal – gunakan diamorfin 250-350 mcg (ini harus
tersedia)
• Pertahankan tekanan darah ibu dengan infus fenilefrin.
• Antibiotik IV diberikan sebelum insisi sesuai pedoman.
• Antiemesis rutin-ondansetron 4 mg IV.
• Minimalisasi cairan intravena dengan 1L kristaloid (dapat diberikan lebih jika
ada indikasi klinis).
• Berikan parasetamol IV 1 g jika pasien belum mendapatkan saat pre-op atau
jika 4 jam atau lebih telah berlalu sejak dosis terakhirnya.
• Berikan Diklofenak 100mg per rektal pada akhir operasi (kecuali
dikontraindikasikan).
5.3 Teknik Anestesi Fase Intraoperatif

• Patuhi standar pemantauan yang direkomendasikan dan melakukan


pengukuran dasar sebelum anestesi diberikan.
• Obat-obatan Emergensi (Efedrin, Fenilefrin dan Atropin) harus disiapkan.
• Obat uterotonika sesuai pilihan dokter kebidanan harus disiapkan (hal ini
biasanya pabal/carbetocin 100 um, atau oksitosin 5 IU) sebagai bolus IV
lambat ketika dokter kandungan menginstruksikan setelah melahirkan janin.
Sebagian besar dokter kebidanan menunda penjepitan tali pusat untuk
memberikan obat uterotonika setelah penjepitan tali pusat.
• Jika infus oksitosin diminta, harus disiapkan dalam jumlah kecil saline untuk
konsentrasi 1 IU/ML sebagai berikut:
• Oksitosin 40 IU (8ml dari 5 IU/ml) + 32 0,9% saline = total 40 mls,
dijalankan melalui syringe pump dengan kecepatan 10 ml/jam. (atau
oksitosin 20IU/ml; 4mls dari 5 IU/ml + 16 mls 0,9% saline).
5.3 Pendekatan Bedah dan Insisi Fase Intraoperatif

1. Insisi tranvesus abdominal direkomendasikan daripada insisi vertikal.


2. Di antara sayatan transversal, sayatan Joel-Cohen lebih unggul dari sayatan
Pfannenstiel dalam hal nyeri pasca operasi.
3. Hindari drainase pasca operasi.
4. Jahitan subkutikular yang dapat diserap untuk menutup kulit.
5. Insisi kulit linear dimulai 3 cm di atas insisi Pfannestiel sebenarnya.
6. Termasuk pemisahan jaringan secara tumpul di sepanjang jaringan.
7. Minimal diseksi tajam.
8. Tidak tertutupnya kedua lapisan perineum.
9. Infiltrasi luka berkelanjutan dengan anesthesi lokal (ropivakain Readyfusor) untuk
menghindari efek samping yang berhubungan dengan opioid Anestesi spinal tunggal
atau kombinasi spinal/epidural.
5.3 Pencegahan Hipotermia Fase Intraoperatif

1. Jaga pasien tetap hangat selama intra-operatif dan pasca-operatif


2. Pemantauan temperatur dan pemanasan aktif. Ruang operasi yang hangat.
3. Terapi cairan yang diarahkan pada tujuan non-invasif dapat dipertimbangkan untuk
pemanfaatan menggunakan monitor curah jantung pada pasien tertentu.
4. Langkah-langkah yang harus diambil untuk mencegah mual dan muntah. Mual
muntah mencegah pemulangan dini pasien dari post Anesthesia Care Unit (PACU).
5. Jika pasien sadar penuh dan jalan napas tidak terganggu, intake cairan oral harus
dimulai di PACU.
6. Mengoptimalkan Kondisi Neonatus.
7. Tunda penjepitan tali pusat setidaknya 30-60 detik (idealnya dua menit) pada bayi
yang dipertahankan pada atau di bawah tingkat plasenta.
8. Mendorong skin-to-skin dengan orang tua di ruang operasi jika praktis
(membutuhkan jumlah handuk dan selimut yang cukup).
5.4 Managemen Hari 0 Fase Pascaoperatif
• Analgetik- parasetamol reguler 1g empat kali sehari, ibuprofen 400mg tiga kali
sehari, oramorf 10-20mg tiap 2 jam jika perlu atau Berikan profilaksis
dalteparin pada waktu yang ditentukan selama empat jam setelah akhir
operasi dan mulai mengajari pasien cara mengelola diri sendiri.
• Antiemesis-Ondansetron 4 mg IV tiap 8 jam.
• Thromboprofilaksis – dosis Low Molecular Heparin empat jam pasca-op dan
kemudian on demand (OD).
• Analgetik blok saraf (NB) itu harus tepat untuk memfasilitasi ini.

• Minta pemeriksaan bayi dilakukan


sebagai prioritas dari enam jam
setelah melahirkan.
• Dukung untuk memulai menyusui
• Seteguk air dalam pemulihan. skin to skin sesegera mungkin.
• Mulai cairan bening oral dan • Jaga pasien tetap hangat dengan
ketika sudah ditoleransi (air, teh nyaman selalu dan pakaikan
hitam, teh herbal atau jus selimut hangat jika diperlukan
bening), transisi segera ke diet • Pemantauan temperatur dan
reguler. pemanasan aktif.
5.4 Managemen Hari 0 Fase Pascaoperatif

Tromboprofilaksis dosis sekali


sehari dengan berat badan
disesuaikan dosis LMWH.

Kateter urin dapat dilepas


kapanpun setelah jalan pertama

Fasilitasi mobilisasi dini untuk


mengurangi risiko trombosis
5.4 1 Hari setelah Caesar Fase Pascaoperatif

Pasien harus buang air kecil dengan


volume lebih dari 200 ml sebelum
dianggap layak untuk dipulangkan

Hb diambil jam 8 pagi untuk hitung darah lengkap oleh


dokter bedah operasi oleh ahli flebotomi dan ditinjau
oleh bidan sesuai pedoman perawatan pascapersalinan

Harus ditinjau oleh tim dokter kebidanan dan


dianggap layak untuk dipulangkan hari itu
5.4.4 Pemeriksaan Bayi Fase Pascaoperatif

ASI dapat diberikan dan harus dilakukan dengan baik


sebelum lepas rawatan.

Tidak perlu ada kekhawatiran mengenai kondisi medis


pasien atau masalah keamanan.

Kunjungan rumah bersama kelompok dukungan


masyarakat dalam waktu <24 jam setelah pulang.
Follow up lebih lanjut dapat dilakukan sesuai indikasi
medis.
5.4.4 Perencanaan Pemulangan Fase Pascaoperatif

Pasien dapat dipulangkan


setelah sesuai dengan
Berikan LMWH
kriteria kesembuhan dari
fasilitas kesehatan

Lakukan janji rawat jalan Memberikan edukasi yang


jelas tentang kapan dan
untuk tindak lanjut dan
bagaimana mencari
memberikan bantuan setelah pulang
parasetamol dan NSAIDS. dari rawatan.
5.4.5 Pemberian Obat Pulang Fase Pascaoperatif
Harus diberikan resep oleh operator bedah sesat setelah post
operasi dan obat diberikan oleh apoteker bangsal. Standar
peresepan yaitu:
Ibuprofen 400 mg 3x1 selama 1 minggu (perhatikan pemberian pada pasien dengan pre-eklampsia).

Paracetamol 1 gram 4x1 selama 1 minggu.

Dalteparin

Ferrous Sulfat 200 mg 3x1 selama 4 minggu jika Hb <10 (Apabila dilakukan pemeriksaan Hb).

Oramorph 20 mg selama 2 dosis.


6. Audit

Kerugian yang dirasakan dari banyak protokol ERAS adalah dengan


memulangkan pasien lebih cepat (pada hari 1), klinisi hanya
mengalihkan tanggung jawab mereka ke penyedia layanan primer
 tingkat penerimaan kembali rawatan menjadi lebih tinggi.

• Tarif readmisson setelah implementasi ERAS tidak boleh


melebihi 10%.
• Siklus audit berkelanjutan harus memastikan deteksi masalah
institusional apa pun yang terkait dengan implementasi ERAS
serta memastikan praktik ERAS yang terus diperbarui dan
berdasarkan bukti.
Standar Audit Klinis

Proporsi wanita yang direncanakan untuk ERAS yang dipulangkan pada hari pertama.

Jumlah kunjungan ulang untuk ibu.

Alasan keterlambatan lepas rawatan.

Kepuasan pasien dengan pengeningkatan jalur pemulihan.


7.1 Melanjutkan Kegiatan Tim Peningkatan Kualitas.
Identifikasi hasil ERAS yang diinginkan dan fasilitas pra-ERAS
sangat membantu untuk mengidentifikasi peluang untuk
peningkatan dan pendidikan untuk kepatuhan dan hasil yang
diinginkan

Beberapa ukuran proses dan hasil  lama rawat inap, masuk


kembali, pneumonia, tromboemboli vena, infeksi saluran kemih,
infeksi tempat operasi dikumpulkan dan dilaporkan oleh sebagian
besar fasilitas untuk beberapa prosedur. Pertimbangan meliputi:
• Data apa yang saat ini sedang dikumpulkan ?
• Data tambahan apa yang harus dikumpulkan ?
• Bagaimana data akan dimasukkan, dianalisis dan dilaporkan ?
• Bagaimana cara menggunakan data yang dikumpulkan ?
7.2 Data apa yang dikumpulkan.
Data yang terkait dengan program ERAS dapat mencakup:

Karakteristik
Riwayat Kesehatan Pasien
demografis dan fisik

Pengukuran Keluaran Pasien


(lama rawatan, re-admission,
infeksi lokal operasi, komplikasi,
Kepatuhan Pasien dehidrasi yg membutuhkan cairan
IV, tingkat mortalitas, manfaat
dan biaya per pasien).
7.3 Pengumpulan Data

Menggunakan sistem yang ada (jika tersedia) untuk


mengumpulkan data dasar

Menyesuaikan atau mengembangkan checklists untuk


perawatan praoperasi dan perioperative ERAS.

Pertimbangkan untuk belajar dari data yang telah dikumpulkan oleh


fasilitas yang telah ada untuk meningkatkan proses pengumpulan data.
7.4 Menerjemahkan Data ke dalam Tindakan

• Menentukan cara terbaik untuk menganalisis dan


mengkomunikasikan data jalur ERAS untuk
memandu pengambilan keputusan untuk
peningkatan jalur dan kepatuhan praktik individu
agar sesuai dengan rekan-rekan mereka.
• Data dapat diposting dan juga dibagikan pada
pertemuan rutin tim ERAS dan melalui publikasi.
7.5 Mengatasi Tantangan Impelemntasi

• Terlepas dari manfaat program ERAS yang sudah


mapan sebagai program yang efektif dan terjangkau
secara ekonomi, tantangan akan muncul ketika
memperkenalkan jalur ERAS ke dalam praktik rutin.
• Hambatan implementasi dapat dikaitkan dengan
faktor terkait pasien, staf, dan praktik.
Terimakasi

Anda mungkin juga menyukai