Anda di halaman 1dari 49

PENENTUAN HARGA POKOK

VARIABEL
Dr. H. Suripto, S.E., M.Ak Akuntansi Manajemen
1
Pokok Bahasan

■ Definisi Harga Pokok Variabel


■ Manfaat informasi Harga Pokok Variabel
■ Konsep Biaya Periode
■ Kelemahan dan keunggulan metode
Variabel Costing
■ Penentuan Harga Pokok Produksi Variabel
■ Perbandingan Harga Pokok Variabel Costing
dan Full Costing dari sisi perolehan Laba

2
Defenisi Variabel Costing
Adalah :
 Suatu konsep penentuan harga pokok
yang hanya memasukan unsur biaya
yang bersifat variabel ke dalam harga
pokok produksi
 Biaya produksi tetap dianggap sebagai
biaya priode (period cost) yang langsung
dibebankan kepada rugi laba periode
terjadinya dan tidak diperlakukan sebagai
biaya produksi.
3
Variable Costing versus Full Costing

■ Full Costing :
Kalkulasi biaya yang menentukan bahwa yang
termasuk biaya produksi adalah bahan
langsung, tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik baik tetap maupun variabel.
■ Variable Costing :
Kalkulasi biaya yang menentukan bahwa yang
termasuk biaya produksi adalah bahan
langsung, tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik variabel. Sedangkan BOP tetap
termasuk biaya periodik.
Full Costing Vs Variable Costing
TUJUAN
HARGA POKOK VARIABEL

■ Membantu manajemen mengetahui batas


kontribusi untuk perencanaan laba melalui
analisa hubungan biaya volume laba untuk
pengambil keputusan jangka pendek
■ Memudahkan manjemen mengendalikan
kondisi operasional yang sedang berjalan
serta menetapkan penilaian dan
pertanggungjawaban kepada departemen
atau divisi tertentu di dalam perusahaan.

6
MANFAAT INFORMASI YANG
DIHASILKAN OLEH METODE
VARIABLE COSTING
Manfaat metode variable costing bagi
manajemen:
1.Untuk perencanaan laba jangka
pendek
2.Untuk pengendalian biaya
3.Untuk pengambilan keputusan

7
Perencanaan laba jangka pendek

Dalam penyusunan anggaran, manajemen


berkepentingan untuk menguji dampak setiap
alternatif yang akan dipilih terhadap laba
perusahaan.
Karena dalam jangka pendek biaya tetap tidak
berubah, maka informasi yang relevan dengan
perencanaan laba jangka pendek adalah
informasi yang berdampak terhadap hasil
penjualan dan biaya variabel yang merupakan
komponen untuk menghitung laba kontribusi
dan ratio laba kontribusi
8
Contoh perhitungan ratio laba kontribusi &
operating leverage

Hasil
Rp 100 Ratio Laba
Penjualan
Biaya Variabel 60
Kontribusi
Laba = 40 : 100
Kontribusi Rp 40
Ratio
Biaya Tetap Rp 30 Operating
Leverage
Laba Bersih Rp 10 = 40 : 10

9
Misalnya dalam menyusun anggaran, manajemen
puncak mempertimbangkan rencana untuk menaikkan
harga jual produk sebesar 10% dan diperkirakan tidak
akan mengurangi kuantitas produk yang akan dijual.
Jika biaya variabel dan biaya tetap tidak mengalami
perubahan, dampak kenaikan harga jual tersebut
terhadap laba jangka pendek adalah:
Ratio Laba Kontribusi x Persentase Kenaikan
Harga Jual
Jika ratio laba kontribusi = 40%, dengan adanya
rencana kenaikan harga jual produk sebesar 10% akan
menaikkan laba bersih sebesar 4% (40% x 10%).

10
 Contoh alternatif lain terkait laba perusahaan:
 Misalnya dengan ratio laba kontribusi sebesar 40%, manajemen puncak
memperkirakan dengan menaikkan anggaran biaya iklan sebesar Rp
11.000.000 akan menaikkan hasil penjualan sebesar Rp 35.000.000.
Alternatif ini dapat diuji kelayakannya:
Kenaikan laba kontribusi:
(40%xRp 35.000.000) = Rp 14.000.000
Kenaikan biaya iklan = 11.000.000

Dampak kenaikan biaya iklan terhadap


laba bersih = Rp 3.000.000

11
Pengendalian biaya
 Dalam Variable Costing, period costs yang terdiri dari biaya tetap
dikumpulkan dan disajikan secara terpisah dalam laporan laba rugi sebagai
pengurang terhadap laba kontribusi. Biaya tetap terdiri atas Discretionary
Fixed Costs dan Committed Fixed Costs.

 Discretionary Fixed Costs : biaya yang berperilaku tetap karena


kebijakan manajemen dan dalam jangka pendek dapat dikendalikan
manajemen, contoh biaya iklan.
 Committed Fixed Costs: biaya tetap yang dikeluarkan, yang tidak
dapat dikurangi guna mempertahankan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi tujuan jangka panjang perusahaan (timbul dari
kepemilikan pabrik, ekuipmen dan organisasi pokok) dan dalam
jangka pendek tidak dapat dikendalikan oleh manajemen. Contoh :
biaya depresiasi, sewa, asuransi dan gaji karyawan inti.
 Dengan dipisahkannya biaya tetap dalam laporan laba rugi Variable
Costing, manajemen dapat memperoleh informasi discretionary fixed costs
terpisah dari Committed fixed costs, sehingga pengendalian biaya tetap
dalam jangka pendek dapat dilakukan oleh manajemen.
12
PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Variable costing menyajikan data yang


bermanfaat untuk pembuatan keputusan
jangka pendek, khususnya untuk
penentuan harga jual jangka pendek.
Dalam metode variabel costing apabila
harga jual telah menghasilkan laba
kontribusi guna menutup biaya tetap
adalah lebih baik daripada harga jual yang
tidak menghasilkan laba kontribusi sama
sekali.
13
Dalam metode Variabel costing
ini biaya produk mencakup:
■ BIAYA BAHAN BAKU
■ BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG
■ BIAYA OVERHEAD PABRIK

14
BIAYA BAHAN BAKU
Pengertian Harga Pokok Bahan Baku

HP BAHAN BAKU = HP BAHAN BAKU =


Harga faktur + Biaya Lainnya Harga Faktur dari
Dari bahan baku Bahan baku

ELEMEN BIAYA VARIABEL SEMUA MENJADI


MELIPUTI BAHAN BAKU, ELEMEN BIAYA VARIABEL
BIAYA LAIN VARIABEL

Kelompok elemen harga pokok bahan baku


berdasarkan tingkat variabilitasnya
15
BIAYA TENAGA KERJA
LANGSUNG
Sistem Penggajian Perusahaan Dapat Golongkan

SISTEM UPAH PER


POTONG PRODUK

Elemen Biaya Produksi


SISTEM UPAH PER JAM
KERJA LANGSUNG

SISTEM UPAH Biaya Tetap  Period


TETAP PER BULAN Cost
16
BIAYA OVERHEAD
PABRIK
Biaya Overhead Pabrik Atas Dasar Tingkah
Laku Dikelompokan

BOP VARIABEL BOP TETAP

ELEMEN BIAYA
BIAYA
PRODUKSI
PERIODE

17
PERBEDAAN VARIABEL COSTING
DAN FULL COSTING

DILIHAT DARI SEGI :


1. Penentuan Harga Pokok Produk
2. Penentuan Harga Pokok Persediaan
3. Pengakuan “Period Cost”
4. Pendekatan Pengelompokkan biaya
5. Penyajian Laporan Rugi/Laba

18
PENENTUAN HARGA POKOK
PRODUK
Elemen biaya Full costing Variable costing

BBB(raw material cost) Rp.xxx Rp.xxx


BTKL(direct labor cost) Rp.xxx Rp.xxx
BOP variabel (variable FOH) Rp.xxx Rp.xxx
BOP tetap (fixed FOH) Rp.xxx _
Jumlah Harga Pokok Produk Rp. xxx Rp.xxx

19
PENENTUAN HARGA POKOK
PERSEDIAAN

Full Costing Variable Costing


 Sebagian biaya  Biaya
overhead pabrik overhead pabrik
tetap MASIH tetap
MELEKAT pada DIBEBANKAN
persediaan sampai pada Period Cost
produk laku terjual. sehingga TIDAK
MELEKAT
pada persediaan

20
PENYAJIAN DALAM LAPORAN
LABA RUGI
PERBEDAAN HARGA POKOK PENUH DAN
HARGA POKOK VARIABEL DAPAT DITINJAU
DARI SEGI:

 PENGGOLONGAN BIAYA DI DALAM LAP RUGI LABA


 STRUKTUR ATAU SUSUNAN PENYAJIAN LAP RUGI
LABA
 BESARNYA LABA BERSIH

21
PENGGOLONGAN BIAYA

Full Costing Variable Costing


Biaya digolongkan Biaya digolongkan
dengan dengan
pendekatan pendekatan
Fungsi  Biaya Variabelitas 
digolongkan Biaya digolongkan
menjadi biaya menjadi biaya
produksi dan biaya variabel dan biaya
non produksi. tetap

22
Pendekatan Fungsi

Produksi tetap
Produksi
Biaya Produksi variabel

Non Produksi tetap


Non Produksi
Non Produksi variabel

23
Pendekatan Variabelitas

Produksi Variabel
Variabel
Biaya
Non Produksi Variabel

Produksi Tetap
Tetap

Non Produksi Tetap


24
STRUKTUR ATAU SUSUNAN PENYAJIAN
LAP RUGI LABA

■ Pada Variable Costing ada item


Contribution Margin (laba
kontribusi) yaitu selisih penjualan
dengan biaya-biaya variabel,
sedangkan pada Full Costing tidak
ada.

25
BESARNYA LABA BERSIH
■ Perbedaan besar laba antara full costing
dengan variabel costing, tergantung kepada
besarnya perlakuan biaya produksi tetap
yang ditunda pembebanannya ke dalam
rugi laba.
■ Perbedaan tersebut dapat diketahui
dengan perhitungan selisih BOP yang
melekat pada persedian awal dan akhir

26
KELEMAHAN METODE VARIABEL
COSTING

1. Pemisahan biaya ke dalam biaya


variabel dan biaya tetap sulit
dilaksanakan, karena jarang sekali suatu
biaya benar-benar variabel atau benar-
benar tetap.
2. Metode variabel costing dianggap tidak
sesuai dengan prinsip akuntansi yang
lazim, sehingga laporan keuangan untuk
kepentingan pajak dan masyarakat
umum harus dibuat atas dasar metode
full costing.
27
KELEMAHAN METODE VARIABEL
COSTING

3. Dalam metode variable costing, naik turunnya laba dihubungkan


dengan perubahan-perubahan dalam penjualannya. Sehingga
untuk perusahaan yang kegiatan usahanya bersifat musiman,
variable costing akan menyajikan kerugian yang berlebihan dalam
periode tertentu, sedangkan dalam periode lainnya akan
menyajikan laba yang tidak normal.

4. Tidak diperhitungkannya biaya overhead pabrik tetap dalam


persediaan dan harga pokok persediaan akan mengakibatkan
nilai persediaan lebih rendah, sehingga akan mengurangi modal
kerja yang dilaporkan untuk tujuan analisis keuangan.

28
Keunggulan Variable
Costing
■ Alat perancanaan operasi
Variable Costing lebih mudah menghimpun data untuk
perencanaan laba yang telah ditetapkan.
■ Penetapan harga jual
Penetapan harga jual dapat lebih mudah dilakukan
dengan konsep margin kontribusi akan memudahkan
untuk menetapkan harga jual yang dapat menutup
biaya tetap
■ Alat Bantu Pengambilan keputusan Manajemen
Metode variable costing, biaya dipisahkan kedalam
biaya tetap dan biaya variabel yang memungkinkan
manjemen dapat memahami pengaruh yang akan timbul
dari biaya priodik terhadap laba

29
Keunggulan Variable
Costing
Penentuan Titik Impas atau Pulang Pokok
Perhitungan sederhana untuk menentukan
suatu keadaan perusahaan tidak mengalami
laba dan juga tidak mengalami rugi
Alat Pengendalian Manajemen
Variabel costing jauh lebih efektif dari
pada full costing untuk pengendalian
manajemen

30
Penentuan Harga Pokok Produksi
Variabel
■ Dikenal juga dengan istilah : direct costing
■ Harga Pokok Produksi :
– Biaya bahan baku Rp. xxx.xxx
– Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx.xxx
– Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx.xxx
–  Harga Pokok Produk Rp. xxx.xxx

31
Penentuan Harga Pokok Produksi
Variabel
■ Dengan menggunakan Metode Variable Costing,
– Biaya Overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai
period costs dan bukan sebagai unsur harga pokok
produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap
dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya.
– Dalam kaitannya dengan produk yang belum laku
dijual, BOP tetap tidak melekat pada persediaan
tersebut tetapi langsung dianggap sebagai biaya
dalam periode terjadinya.
– Penundaan pembebanan suatu biaya hanya
bermanfaat jika dengan penundaan tersebut
diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang
sama periode yang akan datang.

32
Perbandingan Harga Pokok Variabel dan
Full Costing dari Sisi Perolehan Laba

Laporan Rugi Laba Laporan Rugi Laba


Full Costing Variabel Costing
Penjualan xxx Penjualan xxx
Haraga Pokok Penjualan xxx Haraga Pokok Penjualan Variabel xxx
Laba Kotor xxx Margin kontribusi kotor xxx
   
Biaya Komersial Biaya Komersial variabel  
- Pemasaran xxx - Pemasaran variabel xxx  
- Administrasi xxx xxx - Administrasi variabel xxx xxx
Laba Usaha xxx Margin Kontribusi bersih xxx
Biaya Keuangan Biaya Tetap  
- Biaya Bunga xxx - Overhead pabrik tetap xxx  
Laba Bersih xxx - Pemasaran tetap xxx  
  - Administrasi tetap xxx  
  - Biaya Bunga xxx xxx
  Laba Bersih xxx
           
33
Dampak Terhadap Laba

■ Bila Produksi = Penjualan sehingga tidak


terjadi perubahan terhadap persediaan,
maka Laba Full Costing=Laba Variable.
■ Bila Produksi > Penjualan sehingga terjadi
peningkatan persediaan, maka Laba Full
Costing > Laba Variable Costing.
■ Bila Produksi < Penjualan sehingga terjadi
penurunan persediaan, maka Laba Full
costing < Laba Variable Costing.
34
Contoh perhitungan
Data mengenai produksi, biaya dan penjualan selama tahun
2018 dan tahun 2019 sebagai berikut:
  Tahun 2018 Tahun 2019
Volume Produksi 1000 Unit 800 Unit
Volume Penjualan 800 Unit 1000 Unit
Harga Jual per unit Rp 350 Rp 350
Biaya produksi
- Variabel
- Bahan baku per unit Rp 75 Rp 75
- Tenaga Kerja per unit Rp 41 Rp 41
- Tarif Overhead Pabrik Rp 30 Rp 30
- Administrasi & Penjualan Rp 12 Rp 12
- Tetap per tahun
- Overhead Pabrik Rp 92.000 Rp 92.000
- Administrasi & Penjualan Rp 50.000 Rp 50.000

Berdasarkan data tersebut dapat disusun rugilaba metode


full costing dan variabel coting masing-masing tahun
35
Laporan Rugi Laba(Full
Costing)
Tahun 2018 Tahun 2019
Penjualan Rp 280.000 Rp 350.000
Harga Pokok Penjualan
Persedian awal 0 Rp 47.600
- Bahan Baku Rp 75.000 Rp 60.000
- Tenaga kerja Rp 41.000 Rp 32.800
- Overhed pabrik variabel Rp 30.000 Rp 24.000
- Overhead Pabrik tetap Rp 92.000 Rp 92.000
Total biaya Produksi Rp 238.000 Rp 208.800
Barang Siap Dijual Rp 238.000 Rp 256.400
Persedian akhir Rp 47.600
Harga Pokok Penjualan Rp 190.400 Rp 256.400
Laba Kotor Rp 89.600 Rp 93.600
Biaya Administrasi&Penjualan
- Variabel Rp 9.600 Rp 12.000
- Tetap Rp 50.000 Rp 50.000
Jumlah By Adm & penjualan Rp 59.600 Rp 62.000
Laba Bersih Rp 30.000 Rp 31.600
36
Laporan Rugi Laba(Variabel
Costing)
Tahun 2018 Tahun 2019
Penjualan Rp 280.000 Rp 350.000
Harga Pokok Penjualan
Persedian awal 0 Rp 29.200
- Bahan Baku Rp 75.000 Rp 60.000
- Tenaga kerja Rp 41.000 Rp 32.800
- Overhed pabrik variabel Rp 30.000 Rp 24.000
Total biaya Produksi Rp 146.000 Rp 116.800
Barang Siap Dijual Rp 146.000 Rp 146.000
Persedian akhir Rp 29.200
Harga Pokok Penjualan Rp 116.800 Rp 146.000
Margin Kontribusi Kotor Rp 163.200 Rp 204.000
Biaya Administrasi&Penjualan
- Variabel Rp 9.600 Rp 12.000
Margin Kontribusi Bersih Rp 153.600 Rp 192.000
Biaya Tetap
- Overhead Pabrik tetap Rp 92.000 Rp 92.000
- Administrasi&Penjualan Rp 50.000 Rp 50.000
Jumlah Biaya Tetap Rp 142.000 Rp 142.000
Laba Bersih Rp 11.600 Rp 50.000
37
Perbedaan Laba

■ Pada tahun 2018 ternyata laba neto Absorption


Costing lebih besar daripada laba neto Variable
Costing sebesar Rp.18.400,-

■ Perbedaan ini timbul karena adanya penangguhan


BOP tetap pada persediaan akhir sebesar
(Rp.92.000 : 1.000)x200unit =Rp.18.400,-

38
Perbedaan Laba

■ Pada tahun 2019 ternyata laba neto Full


costing lebih rendah daripada Variable
costing sebesar Rp.18.400,- Hal ini terjadi
adanya pengeluaran BOP Tetap dalam
persediaan awal.
■ Pendekatan Full Costing=Penjualan
■ Pendekatan Variable Costing= Produksi

39
Reconciliation Of Full and Variable
Costing Net Income (NI)

Tahun 2018 Tahun 2019


■ Variable Costing-NI Rp 11.600 Rp 50.000
■ Add:
Fixed-FOH Cost
(200 unitxRp.92) 18.400
Deduct:
Fixed-FOH Cost
(200 unitxRp.92) 18.400
■ Absorption Costing Rp 30.000 Rp 31.600
40
Latihan Soal :
Data biaya PT. PAKIS JAYA
∑ Produksi 9.000 unit
∑ Terjual 8.000 unit
Harga Jual Rp. 1.000/unit
Biaya variable :
- Bahan baku Rp. 250/unit
- Tenaga Kerja Rp. 200/unit
- BOP Rp. 150/unit
- Penjualan Rp. 25/unit
Biaya tetap :
- Biaya tetap produksi Rp. 1.000.000/periode
Kapasitas normal 10.000 unit
- Biaya Administrasi Rp. 250.000/periode
Biaya Penjualan Rp. 200.000/periode
Diminta : Buatlah laporan rugi laba dengan kedua metode !

41
Contoh Soal :
1. Berikut struktur biaya per unit produk pada perusahaan
KACANGAN INDAH:
Biaya Bahan Baku Rp. 1000.000
BTK langsung Rp. 1000.000
BOP Tetap Rp. 750.000
BOP Variabel Rp, 250.000
Total BOP Rp. 1000.000

Biaya Operasi Tetap Rp. 500.000


Biaya Operasi Variabel Rp. 500.000
Total Biaya Operasi Rp. 1000.000
TOTAL BIAYA Rp. 4000.000

penentuan harga pokok variabel 42


A. Berapakah Hrg Pokok menurut Metode Full Costing ?

Biaya Bahan Baku Rp. 1000.000


BTK Langsung Rp. 1000.000
BOP Variabel Rp. 250.000
BOP Tetap Rp. 750.000

Hrg Pokok Full Costing Rp. 3.000.000

penentuan harga pokok variabel 43


B. Berapakah Harga Pokok menurut Variabel Costing ?

Biaya Bahan Baku Rp. 1000.000


BTK Langsung Rp. 1000.000
BOP Variabel Rp. 250.000
Hrg Pokok Var Cost Rp. 2250.000

penentuan harga pokok variabel 44


2. PT. WISNU JAYA mempunyai kapasitas normal 10.000
unit. Laba yang dianggarkan pada kapasitas 8000 unit
adalah;

Keterangan Total Per Unit


Penjualan Rp. 800.000 Rp. 100
Biaya-biaya Rp. 600.000 Rp. 75
Laba Rp. 200.000 Rp. 25

Dari jumlah Biaya tersebut, total biaya tetap Rp 120.000,


terdiri atas biaya produksi tetap Rp 80.000 dan biaya non
produksi tetap Rp. 40.000.
Jika anggaran produksi periode tersebut 9000 unit, maka
laba yang dianggarkan pada konsep Full Costing maupun
Variabel Costing adalah….
penentuan harga pokok variabel 45
Diketahui:

Hrg jual/unit Rp. 100


Biaya variabel = Rp. 600.000 – Rp 120.000
= Rp. 480.000
Biaya variabel/unit = Rp 480.000/8000
= Rp. 60
Biaya produksi tetap/unit = Rp 80.000/10.000
= Rp 8

Laba yang dianggarkan pada produksi 9000 unit


dengan metode Full Costing:

penentuan harga pokok variabel 46


Penjualan 9000 x Rp 100 Rp 900.000
Hrg Pokok 9000 x Rp 60 Rp 540.000
Penjualan
9000 x Rp 8 Rp 72.000
Rp 612.000
Biaya non Produksi Rp 40.000

Laba kotor = Rp 900.000 – Rp 612.000


= Rp. 288.000
Laba bersih = Rp. 288.000 – Rp 40.000
= Rp. 248.000

Laba yang dianggarkan pada produksi 9000 unit dengan


metode Variabel Costing:
penentuan harga pokok variabel 47
Penjualan = 9000 x Rp 100 = Rp 900.000
Biaya Var = 9000 x Rp 60 = Rp 540.000
Marjin Kontribusi = Rp 360.000

Biaya Tetap;
Produksi Rp. 80.000
Non Produksi Rp . 40.000
= Rp 120.000
Laba Bersih = Rp 240.000

penentuan harga pokok variabel 48

Anda mungkin juga menyukai