Anda di halaman 1dari 9

DAMPAK BENCANA TERHADAP KESEHATAN,

PRINSIP PENANGGULANGAN KEDARURATAN BENCANA,


PERSIAPAN BENCANA GUNUNG MELETUS

Dosen : Dr. Dessyka Febria, SKM, M. KL


DAMPAK BENCANA GUNUNG MELETUS TERHADAP
KESEHATAN

Material yang dihasilkan oleh letusan gunung berapi salah satunya


adalah abu vulkanik, sering disebut juga pasir vulkanik atau jatuhan
piroklastik bahan material vulkanik, yang disemburkan ke udara saat
terjadi suatu letusan dan terdiri dari batuan berukuran besar sampai
berukuran halus. Gejala pernapasan akut yang sering dilaporkan oleh
masyarakat setelah gunung mengeluarkan abu adalah iritasi selaput
lendir dengan keluhan bersin, pilek dan beringus, iritasi dan sakit
tenggorokan (kadang disertai batuk kering), batuk dahak, mengi,
sesak napas, dan iritasi pada jalur pernapasan. Gangguan ini akan
lebih berat bila terkena pada orang atau anak yang sebelumnya
mempunyai riwayat alergi saluran napas dan bronkitis kronis,
emfisema, atau asma. Abu vulkanik yang terhirup dapat merangsang
peradangan di paru-paru serta luka di saluran napas
dampak kesehatan akibat letusan Gunung Merapi

• Luka bakar dengan berbagai derajat


keparahannya

• Cedera dan penyakit langsung akibat batu, kerikil, larva dan


partikel letusan lainnya.

• Paparan abu vulkanik yang mengandung sejumlah zat berbahaya seperti Sulfur
Dioksida (SO22), gas Hidrogen Sulfida (H22S), Nitrogen Dioksida (NO22), serta debu
dalam bentuk partikel debu (Total Suspended Particulate atau Particulate Matter).

• Memperparah penyakit yang sudah lama


diderita

• Kecelakaan lalu lintas akibat jalan berdebu


atau licin, jatuh karena panik, serta makanan
terkontaminasi.
Efek debu vulkanik pada kesehatan paru :
Dalam letusan partikel debu bisa berukuran
sangat halus sehingga debu bisa masuk jauh ke
dalam paru. Dengan pajanan yang tinggi,
individu yang sehat akan mengalami rasa tidak
nyaman di dada dengan peningkatan batuk dan
iritasi

Gejala pernapasan akibat menghirup debu vulkanik tergantung pada faktor

• konsentrasi partikel tersuspensi di udara

• proporsi partikel yang terhirup

• lama pajanan

• kondisi meteorologi

• faktor individu
Sistem Penanggulangan Bencana Gunung Api Pada Permukiman

Ada Beberapa karakteristik lingkungan permukiman kota yang


mempertinggi tingkat risiko bencana diantaranya, keberadaan lokasi
permukiman tersebut yang berada pada kawasan rawan bencana,
kepadatan bangunan yang tinggi, konstruksi bangunan yang
berkualitas tidak memadai, dan minimnya pengetahuan atau kurang
relevannya upaya pengurangan risiko bencana yang dilakukan
dengan ancaman bencana yang dihadapi.
Persiapan bencana merupakan satu set doktrin untuk
menyiapkan masyarakat untuk menghadapi bencana alam atau
buatan-manusia. Pertolongan bencana adalah sub-himpunan dari
doktrin ini yang berpusat pada usaha pertolongan. Hal ini
biasanya adalah kebijakan pemerintah diambil dari pertahanan
sipil untuk menyiapkan masyarakat sipil persiapan sebelum
bencana terjadi. Berhadapan dengan bencana ada empat
kegiatan: mitigasi, kesiapan, tanggapan, dan penormalan
kembali
Mitigasi Bencana Gunung Meletus

Aktifitas Gunung Api di Indonesia Gunung api sejak dulu dipertimbangkan


sebagai titik keluarya magma ke permukaan bumi. Produknya secara
umum adalah gas, magma dan piroklastik. Sebuah gunung api dianggap
aktif jika periode yang memisahkan kita dari letusan terakhir yang diketahui
kurang dari rata-rata periode antara erupsi masa lalu yang berbeda. Letusan
gunung berapi dapat diklasifikasi menurut parameter yang berbeda yang
mendefinisikan bahaya, Yaitu magnitude, frekuensi, durasi dan ekstensi
spasial. Magninuto dicirikan oleh indek letusan vulkanis (Vulcanic
Explosivity Index, VEI).
Bahaya yang bisa dipicu dari Letusan gunung api Terdapat 7 bahaya vulkanis
utama yang dipertimbangkan dapat terjadi sebagai akibat dari letusan gunung api

• Keluar dan mengalirnya lava

• Jatuhnya batu dan abu

• Guguran awan panas (pyroclastic)

• Asap gas

• Lahar

• Pergerakan tanah

• tsunami
Korban dari aktivitas vulkanis dunia tercatat bahwa sekitar 40%
korban adalah akibat dari lahar. Guguran awan panas (pyroclastic)
bertanggung jawab terhaap 46% korban. Untuk tujuan pencegahan,
perlu untuk mengantisipasimanifestasi potensial melalui scenario
spasial. Setiap tipe bahaya membuktikan mekanisme dan proses
kerusakan spesifik dan komplek untuk dipelajari. Magma keluar
dari permukaan kawah menjadi lava pijar. Lava ini akan
menjadi berbahaya jika gunung memiliki kemiringan cukup terjal.
Lava akan turun/jatuh dengan cepat menju kakigunung.

Anda mungkin juga menyukai