Anda di halaman 1dari 86

PAJAK PENGHASILAN FINAL

Definisi Pajak Final


Pajak yang terutang dan dibayarkan seketika penghasilan
diperoleh atau diterima. Pemotongan dilakukan oleh pemberi
penghasilan, atau pihak lain yang ditentukan.

Ketika dilakukan penghitungan pajak terutang di akhir tahun,


penghasilan yang dikenakan pajak final bukan sebagai
penambah penghasilan dan pajak final tidak dapat menjadi
kredit pajak.
Pajak Final = pajak selesai dengan pembayaran tersebut
Ilustrasi 2.14
(Simulasi Penghitungan Kredit Pajak)

WPOrang Pribadi
Beban pajak terutang 115,450,000
Kredit pajak
Pemotongan oleh pemberi kerja (PPh 21) (15,850,000)
Pemungutan oleh pihak lain (PPh 22) (3,250,000)
Pemotongan atas penerimaan penggunaan aset (PPh 23) (5,650,000)
Kredit pajak luar negeri (PPh 24) (16,525,000)
Pembayaran sendiri angsuran pajak (PPh 25) (23,825,000)
Total kredit pajak (65,100,000)
Pajak kurang (lebih)bayar Rp 50,350,000.00

Tidak Ada Pajak


Final sebagai
pengurang
Macam-macam PPh Final
 PPh Final Pasal 4 ayat 2 UU PPh
 PPh Final Pasal 17 ayat (2)c UU PPh

 PPh Final Pasal 15 UU PPh

 PPh atas penghasilan dari usaha yang

diterima/diperoleh Wajib Pajak yang


memiliki peredaran bruto tertentu (PP
23/2018)
PPh Pasal 4 ayat 2
 Penghasilan bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga
obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang
pribadi
 Penghasilan berupa hadiah undian
 Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya,
transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan
transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal
pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan
modal ventura
PPh Pasal 4 ayat 2
 Penghasilan dari transaksi pengalihan harta
berupa tanah dan/atau bangunan, usaha
jasa konstruksi, usaha real estat, dan
persewaan tanah dan/atau bangunan, dan
 Penghasilan tertentu lainnya (penghasilan dari

pengungkapan ketidakbenaran, penghentian


penyelidikan tindak pidana, dan lain-lain).
PPH ATAS BUNGA DEPOSITO
DAN TABUNGAN, SERTA
DISKONTO SBI
Pengertian
 Deposito yang dimaksud adalah deposito dengan
nama dan dalam bentuk apa pun termasuk deposito
berjangka, sertifikat deposito, dan deposit on call,
baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing yang
ditempatkan pada atau diterbitkan oleh bank.
Termasuk bunga yang diterima atau diperoleh dari
deposito dan tabungan yang ditempatkan di luar
negeri melalui bank yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia atau cabang bank luar negeri
Indonesia
Objek dan Tarif

Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI


dikenakan PPh final sebesar:
20% dari jumlah bruto, terhadap WP dalam
negeri dan BUT
20% dari jumlah bruto atau dengan tarif
berdasarkan P3B
Pemotong PPh
 Bank pembayar bunga
 Dana pensiun yang telah disahkan Menteri

Keuangan dan Bank yang menjual kembali


sertifikat BI (SBI) kepada pihak lain yang
bukan dana pensiun yang pendiriannya belum
disahkan oleh Menteri Keuangan dan bukan
bank, wajib memotong PPh atas diskonto SBI
tsb.
Dikecualikan dari Pemotongan PPh
 Jumlah deposito dan tabungan serta SBI tidak
melebihi Rp7.500.000,00 dan bukan merupakan
jumlah yang dipeah-pecah.
 Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh

bank yang didirikan di Indonesia atau cabang


bank luar negeri di Indonesia.
Dikecualikan dari Pemotongan PPh
 Bunga deposito dan tabungan, serta diskonto sertifikat Bank
Indonesia yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
 Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk Pemerintah dalam
rangka pemilikan rumah sederhana dan sangat sederhana, kavling
siap bangun untuk rumah sederhana dan rumah sangat sederhana
atau rumah susun sederhana sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, untuk dihuni sendiri.
Contoh
 Sebuah Bank di Indonesia telah membayar
bunga deposito sebesar Rp10.000.000,
kepada John Smith, seorang warga negara
Inggris yang telah menjadi warga negara
Indonesia sejak bulan lalu.
Berapa besarnya pajak penghasilan yang
dipotong oleh Bank tersebut?
Jawab

20% x Rp10.000.000 = Rp2.000.000


merupakan PPh final
PPH ATAS BUNGA OBLIGASI
Pengertian
 Obligasi adalah surat utang atau surat utang
negara yang berjangka waktu lebih dari 12
bulan.
 Bunga obligasi adalah imbalan yang diterima

dan/atau diperoleh pemegang obligasi dalam


bentuk bunga dan/atau diskonto
Objek Pajak dan Pengecualiannya
 Objek Pajak adalah pendapatan atas bunga obligasi.
Bukan objek pajak:
 Wajib Pajak Dana Pensiun yang pendirian atau

pembentukannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan


dan memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam
Pasal 4 ayat (3) huruf h UU PPh
 Wajib Pajak Bank yang didirikan di Indonesia atau

cabang bank luar negeri di Indonesia


Tarif Pajak
Bunga dari obligasi dengan kupon
 15% bagi WP DN dan BUT

 20% atau sesuai dengan tarif berdasarkan P3B

bagi WPLN selain BUT, dari jumlah bruto


bunga sesuai dengan masa kepemilikan
obligasi
Tarif Pajak
Diskonto dari obligasi dengan kupon
 15% bagi WP DN dan BUT

 20% atau sesuai dengan tarif berdasarkan P3B

bagi WPLN selain BUT, dari selisih lebih harga


jual atau nilai nominal di atas harga perolehan
obligasi, tidak termasuk bunga berjalan
Tarif Pajak
Diskonto dari obligasi tanpa bunga
 15% bagi WP DN dan BUT

 20% atau sesuai dengan tarif berdasarkan P3B

bagi WPLN selain BUT, dari selisih lebih harga


jual atau nilai nominal di atas harga perolehan
obligasi.
Tarif Pajak
Bunga dan atau diskonto dari obligasi yang diterima
dan/atau diperoleh Wajib Pajak reksadana yang
terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan
0% untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2010

5% untuk tahun 2011 sampai dengan tahun 2013

15% untuk tahun 2014 dan seterusnya


Pemotong PPh
 Penerbit obligasi atau kustodian selaku agen pembayaran yang
ditunjuk, atas bunga dan/atau diskonto yang diterima
pemegang obligasi dengan kupon pada saat jatuh tempo bunga
obligasi, dan diskonto yang diterima pemegang obligasi tanpa
bunga pada saat jatuh tempo obligasi,dan/atau
 Perusahaan efek, dealer, atau bank selaku pedagang perantara
dan/atau pembeli, atas bunga dan diskonto yang diterima
penjual obligasi pada saat transaksi
PPH ATAS BUNGA SIMPANAN
YANG DIBAYARKAN OLEH
KOPERASI KEPADA ANGGOTA
KOPERASI ORANG PRIBADI
Objek Pajak dan Pengecualiannya
 Bunga simpanan yang dibayarkan oleh
koperasi kepada anggota koperasi orang
pribadi merupakan objek pajak.
 Bunga simpanan yang jumlahnya tidak

melebihi Rp240.000 per bulan tidak


dikenakan pajak.
Tarif Pajak
 0% untuk penghasilan atas bunga simpanan
sampai dengan Rp240.000 per bulan
 10% dari jumlah bruto bunga untuk

penghasilan berupa bunga simpanan lebih


dari Rp240.000 per bulan
PPH ATAS HADIAH UNDIAN
Pengertian
 Hadiah undian adalah hadiah dengan
nama dan dalam bentuk apa pun yang
diterima atau diperoleh orang pribadi
atau badan yang pemberiannya melalui
undian.
Objek Pajak
 Penghasilan berupa hadiah undian (dapat
berupa uang, barang, atau kenikmatan
misalnya menginap di suatu hotel
berbintang)
Pengecualian
 Hadiah langsung dalam penjualan
barang/jasa sepanjang diberikan kepada
semua pembeli/konsumen akhir tanpa
diundi
 Hadiah yang diterima langsung oleh

konsumen akhir pada saat pembelian


barang/jasa
Tarif
 25% dari penghasilan bruto dan bersifat
final
Pemungut atau Pemotong
 Penyelenggara undian, baik orang pribadi atau
badan, kepanitiaan, organisasi maupun
penyelenggara dalam bentuk apapun yang
telah mendapat izin dari pihak yang
berwenang termasuk pengusaha yan gmenjual
barang/jasa yang membeikan hadiah dengan
cara diundi misalnya bank, supermarket, toko,
perusahaan, panitia penarikan undian dan
sebagainya.
PPH ATAS PENGALIHAN DARI
TRANSAKSI SAHAM DAN
SEKURITAS LAINNYA
Pengertian
 Saham pendiri adalah saham yang
dimiliki oleh pendiri yang diperoleh
dengan harga kurang dari 90% dari harga
saham pada saat penawaran umum
perdana.
Objek Pajak
 Penghasilan yang diperoleh atau diterima
orang pribadi atau badan dari transaksi
penjualan saham di bursa efek.
Tarif
 Untuk semua transaksi penjualan saham
sebesar 0,1% dari jumlah bruto nilai
transaksi penjualan
 Pemilik saham pendiri dikenakan tambahan

PPh sebesar 0,5% dari jumlah bruto nilai


transaksi atas transaksi penjualan, kecuali
penjualan saham pendiri oleh perusahaan
modal ventura atas penyertaan modal kepada
perusahaan pasangan usahanya.
Tata Cara Pelunasan
 Pemungutan/pemotongan oleh
penyelenggara bursa efek melalui
perantara pedagang efek pada saat
pelunasan transaksi penjualan saham.
 Penyetoran paling lambat tanggal 20

bulan berikutnya,.
 Pelaporan dilakukan paling lambat

tanggal 25 bulan berikutnya.


PPH ATAS PENGALIHAN HAK
ATAS TANAH DAN ATAU
BANGUNAN
Pengertian

Hal-hal yang termasuk dalam pengalihan


hak atas tanah dan/atau bangunan antara
lain:
Penjualan, tukar menukar, pelepasan hak,

penyerahan hak, lelang, hibah, atau cara


lain yang disepakati dengan pihak lain
selain pemerintah
Pengertian
Hal-hal yang termasuk pengalihan.......
Penjualan, tukar menukar, perjanjian

pemindahan hak, pelepasan hak, penyerahan


hak, lelang, hibah, atau cara lain yang
disepakati dengan pemerintah guna
pelaksanaan pembangunan, termasuk
pembangunan untuk kepentingan umum yang
tidak memerlukan persyaratan khusus.
Pengertian

Hal-hal yang termasuk pengalihan.......


Penjualan, tukar menukar, penyerahan

hak, lelang, hibah, atau cara lain yang


disepakati kepada pemerintah guna
pelaksanaan pembangunan, termasuk
pembangunan untuk kepentingan umum
yang memerlukan persyaratan khusus.
Subjek Pajak
 OP atau badan yang memperoleh
penghasilan dari pengalihan hak atas
tanah dan/atau bangunan.
Dikecualikan dari Subjek Pajak
 OP yang mempunyai penghasilan dibawah
PTKP yang melakukan pengalihan hak atas
tanah dan/atau bangunan dengan jumlah bruto
pengalihannya kurang dari Rp60jt dan bukan
merupakan jumlah yang dipecah-pecah
 OP atau badan yang menerima penghasilan hak

atas tanah dan/atau bangunan kepada


Pemerintah guna pelaksanaan pembangunan
untuk kepentingan umum yang memerlukan
persyaratan khusus
Dikecualikan dari Subjek Pajak
 OP yang melakukan pengalihan tanah dan /atau
bangunan dengan cara hibah kepada keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau
OP yang menjalankan usaha mikro, dan kecil,
sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan , atau
penguasaan antara pihak-pihak yang
bersangkutan
Dikecualikan dari Subjek Pajak
 Badan yang melakukan pengalihan tanah dan
/atau bangunan dengan cara hibah kepada
badan keagamaan, badan pendidikan, badan
sosial termasuk yayasan, koperasi atau OP yang
menjalankan usaha mikro, dan kecil, sepanjang
hibah tersebut tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan , atau
penguasaan antara pihak-pihak yang
bersangkutan; atau pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan karena warisan
Dikecualikan dari Subjek Pajak
 Pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan yang dilakukan oleh orang
pribadi atau badan yang tidak termasuk
subjek pajak
Objek Pajak
 Penghasilan yang diterima atau diperoleh
orang pribadi atau badan dari pengalihan
hak atas tanah dan/atau bangunan
Tarif
 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan
hak atas tanah dan/atau bangunan
 1% dari jumlah bruto nilai pengalihan

hak atas rumah sederhana dan rumah


susun sederhana yang dilakukan WP
yang usaha pokoknya melakukan
pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan.
Pelaporan
 Pelaporan dilakukan paling lambat
tanggal 20 bulan berikutnya.
PPH DARI USAHA JASA
KONSTRUKSI
Pengertian
 Jasa konstruksi adalah layanan jasa
konsultansi perencanaan pekerjaan
konstruksi, layanan jasa pelaksanaan
pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa
konsultansi pengawasan pekerjaan
konstruksi.
Objek Pajak
 Atas penghasilan dari usaha jasa
konstruksi dikenakan Pajak Penghasilan
yang bersifat final
Tarif Pajak
 2% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan
oleh penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha
kecil
 4% uuntuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan
oleh penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi
usaha
 3% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan
oleh Penyedia Jasa selain penyedia jasa yang
dimaksud pada angka a dan b
Tarif Pajak
 2% untuk perencanaan konstruksi atau pengawasan
konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang
memiliki kualifikasi usaha
 6% uuntuk perencanaan konstruksi atau pengawasan
konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang
tidak memiliki kualifikasi usaha
 Dalam hal penyedia jasa adalah BUT, tarif PPh tsb
tidak ternmasuk sPPh atas sisa laba BUT setelah PPh
yang bersifat final
Pemotongan dan Pembayaran
 PPh dipotong oleh pengguna jasa pada saat
pembayaran, dalam hal pengguna jasa
merupakan pemotong pajak
 PPh disetor sendiri oleh penyedia jasa dalam

hal pengguna jasa bukan merupakan


pemotong pajak
PPH ATAS PENGHASILAN DARI
PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU
BANGUNAN
Objek Pajak
 Penghasilan yang diterima atau diperoleh
orang pribadi atau badan dari persewaan
tanah dan/atau bangunan berupa tanah,
rumah, rumah susun, apartemen,
kondominium, gedung perkantoran,
rumah kantor, toko, rumah toko, dan
gudang.
Tarif
 10% dari jumlah bruto nilai persewaan
tanah dan atau bangunan dan bersifat
final
PPH ATAS DEVIDEN YANG
DITERIMA ORANG PRIBADI
Pengertian
 Deviden merupakan bagian laba dengan
nama dan dalam bentuk apapun yang
diterima oleh pemegang saham atas
kepemilikan saham dalam sebuah
perseroan. Termasuk deviden perusahaan
asuransi kepada pemegang polis dan
pembagian SHU koperasi.
Objek Pajak
 WP adalah orang pribadi dalam negeri
 Objek pajak adalah deviden
Tarif Pajak
 10% dari jumlah bruto deviden
PPH ATAS PENGHASILAN DARI
JASA PELAYARAN DALAM
NEGERI
Wajib Pajak
 WP pelayaran dalam negeri adalah perusahaan
pelayaran yang bertempat kedudukan di
Indonesia yang memperoleh penghasilan
berdasarkan carter.
Objek Pajak
Penghasilan yang diterima atau diperoleh WP
dari pengangkutan orang dan/atau barang,
termasuk penghasilan penyewaan yang
dilakukan oleh:
Pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lain di

Indonesia
Pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar

Indonesia
Objek Pajak
Penghasilan yang diterima atau diperoleh WP
dari pengangkutan orang dan/atau barang,
termasuk penghasilan penyewaan yang
dilakukan oleh:
Pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan di

Indonesia
Pelabuhan diluar Indonesia ke pelabuhan

lainnya di luar Indonesia


Tarif
 1,2% dari peredaran bruto
PPH ATAS IMBALAN YANG
DIBAYARKAN DARI JASA
PELAYARAN ATAU
PENERBANGAN LUAR NEGERI
Wajib Pajak
 WP perusahaan pelayaran atau penerbangan
luar negeri adalah perusahaan pelayaran atau
penerbangan yang bertempat kedudukan di
luar negeri yang melakukan usaha melalui
bentuk usaha tetap.
Objek Pajak
 Penghasilan yang diperoleh dari pengangkutan
orang dan/atau barang yang dimuat dari satu
pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia
dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke
pelabuhan luar negeri
Tarif
 2,64% dari peredaran bruto
PPH ATAS IMBALAN YANG
DIBAYARKAN/TERHUTANG
KEPADA PERUSAHAAN
PENERBANGAN DALAM NEGERI
Wajib Pajak
 WP perusahaan penerbangan yang
berkedudukan di Indonesia yang memperoleh
penghasilan berdasarkan perjanjian carter.
Objek Pajak
 Penghasilan berupa imbalan yang diterima
atau diperoleh perusahaan penerbangan dalam
negeri berdasarkan perjanjian carter.
Tarif
 1,8% dari peredaran bruto
PPH ATAS PENGHASILAN DARI
USAHA YANG
DITERIMA/DIPEROLEH WAJIB
PAJAK YANG MEMILIKI
PEREDARAN BRUTO TERTENTU
(PP 23 TAHUN 2018)
Objek Pajak
Penghasilan dari usaha yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dengan
penghasilan tertentu (Peredaran bruto tidak
melebihi Rp4,8 miliar dalam setahun).
Bukan Objek Pajak
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak Orang Pribadi dari jasa sehubungan dengan
pekerjaan bebas (Tenaga ahli, olahragawan,
penasihat, dan lainnya).
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar
negeri yang pajaknya terutang atau telah dibayar di
luar negeri.
3. Penghasilan yang telah dikenai PPh bersifat final.
4. Penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak.
Subjek Pajak
1. Wajib pajak pribadi;
2. Wajib pajak berbentuk koperasi, persekutuan
komanditer, firma, atau perseroan terbatas yang
menerima atau memperoleh penghasilan dengan
peredaran bruto tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam
satu tahun pajak.
Bukan Subjek Pajak
1. Wajib pajak memilih untuk dikenai PPh secara umum
(PPh Tarif Pasal 17 atau 31).
2. Wajib pajak badan berbentuk persekutuan komanditer
atau firma yag dibentuk oleh beberapa Wajib Pajak orang
pribadi yang memiliki keahlian khusus menyerahkan jasa
sejenis dengan jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas.
3. Wajib pajak badan yang memperoleh fasilitas PPh
berdasarkan Pasal 31A UU PPh dan PP No. 94 tahun
2010.
4. Wajib Pajak BUT
Jangka Waktu Pengenaan PPh Bersifat Final

No Jenis Wajib Pajak Jangka Waktu


Paling Lama
1 Wajib pajak orang pribadi 7 tahun
2 Wajib pajak badan: koperasi, persekutuan 4 tahun
komanditer, firma
3 Wajib pajak badan perseroan terbatas 3 tahun
Tarif
 0,5% dari peredaran bruto
Peredaran Bruto Usaha
1. Jumlah peredaran bruto dari tahun terakhir sebelum tahun
pajak yang bersangkutan.
2. Jumlah peredaran bruto merupakan penjualan bruto semua
cabang.
3. Jumlah peredaran bruto merupakan penggabungan peredaran
bruto usaha suami dan istri apabila suami-istri menghendaki
perjanjian pemisahan harta dan penghasilan secara tertulis
maupun istrinya menghendaki memilih untuk menjalankan
hak dan kewajiban perpajakan sendiri.
4. Jumlah peredaran bruto tidak termasuk penghasilan dari jasa
sehubungan dengan pekerjaan bebas.
Peredaran Bruto Usaha
5. Jumlah peredaran bruto tidak termasuk penghasilan
diterima atau diperoleh di luar negeri yang pajaknya
telah dibayar atau terutang di luar negeri.
6. Jumlah peredaran bruto tidak termasuk penghasilan
yang telah dikenai PPh bersifat final.
7. Jumlah peredaran bruto tidak termasuk penghasilan
dikecualikan sebagai objek pajak.
8. Jumlah peredaran bruto usaha tahun ini digunakan
untuk menentukan pengenaan PPh bersifat final 0,5%
tahun berikutnya.
Penyetoran dan Pelaporan
 Penyetoran dilakukan setiap bulan paling
lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah
masa pajak berakhir.
 Pelaporan pajak dilakukan dengan
menyampaikan SPT Masa PPh paling lambat
20 hari setelah masa pajak berakhir.

Anda mungkin juga menyukai