Anda di halaman 1dari 27

TUBERCULOSIS

NISHI DEWI RUCI


- NEIL ARMSTRONG
ANATOMI
SALURAN NAPAS BAGIAN BAWAH
TUBERCULOSIS
DEFINISI :
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis complex yang dapat
menyerang paru dan organ tubuh lainnya. Hal ini biasanya menyerang paru-paru (disebut TB paru), tetapi juga dapat
mempengaruhi organ lainnya (TB ektrapulmoner).

ETIOLOGI :

Bakteri penyebab tuberkulosis termasuk ordo Actinomycetalis, familia Mycobacteriaceae dan genus Mycobacterium. Genus
Mycobacterium memiliki beberapa spesies diantaranya Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan infeksi pada manusia.

Di dalam jaringan, bakteri batang tuberkel berbentuk tipis, berbatang lurus dengan ukuran 0,4 x 3 μm sehingga dapat dengan
mudah masuk ke saluran pernapasan bawah. Komponen dinding selnya sangat kompleks, hampir 60% terdiri dari asam lemak
mikolat, wax D, fosfatida, sulfatida dan trehalosa dimikolat menyebabkan bakteri ini lebih tahan terhadap proses fagositosis
dibandingkan bakteri lain.
EPIDEMIOLOGI
Pada tahun 1993, WHO menyatakan TB menjadi keadaan darurat kesehatan masyarakat global, dimana
diperkirakan 7-8 juta kasus TB dan 1.300.000 - 1.600.000 kematian akibat TB terjadi setiap tahun.

Tuberkulosis adalah penyebab kematian utama kedua dari penyakit infeksi setelah HIV di seluruh dunia.
Laporan WHO dalam Global Tuberculosis Report 2016, pada tahun 2015 diperkirakan 10,4 juta kasus TB baru
di seluruh dunia, dimana 5,9 juta (56%) adalah laki-laki, 3,5 juta (34%) diantaranya adalah perempuan dan 1
juta (10%) diantaranya adalah anak-anak.

Enam negara di dunia menyumbang 60% kasus baru diantaranya: India , Indonesia, Cina, Nigeria, Pakistan dan
Afrika selatan

Secara Global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC yang setara dengan 120 kasus per 100.000
penduduk. Lima negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina,dan Pakistan
Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017 (data per 17 Mei 2018).
Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar
dibandingkan pada perempuan. Bahkan berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada laki-
laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Begitu juga yang terjadi di negara-negara lain. Hal
ini terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada fakto risiko TBC misalnya merokok dan
kurangnya ketidakpatuhan minum obat. Survei ini menemukan bahwa dari seluruh partisipan laki-laki yang
merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,7% partisipan perempuan yang merokok.
FAKTOR RISIKO TBC
FAKTOR RISIKO  

Terdapat beberapa kelompok orang yang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit TB, kelompok tersebut adalah:  

1. Orang dengan HIV positif dan penyakit imunokompromais lain.  

2. Orang yang mengonsumsi obat imunosupresan dalam jangka waktu panjang.  

3. Perokok  

4. Konsumsi alkohol tinggi  

5. Anak usia <5 tahun dan lansia  

6. Memiliki kontak erat dengan orang dengan penyakit TB aktif yang infeksius.  

7. Berada di tempat dengan risiko tinggi terinfeksi tuberkulosis (contoh: lembaga permasyarakatan, fasilitas perawatan jangka panjang)  

8. Petugas kesehatan  
KLASIFIKASI TUBERCULOSIS
1. TB TERKONFIRMASI SECARA BAKTERILOGIS

2. TB YANG DI DIAGNOSIS SECARA KLINIS

BERDASARKAN LETAK ANATOMIS :

1. TB PARU

2. TB EXTRA PARU

BERDASARKAN RIWAYAT PENGOBATAN SEBELUMNYA :

1. KASUS BARU TB

2. TB RELAPSE

3. TB GAGAL PENGOBATAN

BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN BTA :

1. TB PARU DENGAN BTA POSITIF

2. TB PARU DENGAN BTA NEGATIF

TB MDR
PATOGENESIS
Secara patogenesis, perjalanan tuberkulosis ada dua yaitu tuberkulosis primer dan tuberkulosis post primer.

1. TUBERKULOSIS PRIMER

Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan paru sehingga akan
terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer mungkin
timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan
peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh
pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan
limfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer.
2. TUBERKULOSIS POST PRIMER
Bagi individu yang melewati infeksi awal atau berhasil menghindari penyakit TB primer, mycobacteria
laten dapat disembuhkan, fibrotik dan/atau kalsifikasi granulomata. Pada tahap ini, mycobacteria tidak
dapat dikultur dari sputum atau spesimen jaringan dan tidak tampak gejala klinis. Tuberkulosis post primer
akan muncul bertahun-tahun kemudian setelah infeksi primer, yang biasanya muncul di usia 15-40 tahun.
Bentuk tuberkulosis inilah yang menjadi masalah utama pada kesehatan masyarakat karena menjadi sumber
penularan. Dimulai dari sarang dini yang umumnya berlokasi di segmen apikal lobus superior maupun lobus
inferior, mengadakan invasi ke parenkim dan tidak ke hilus paru.
RESPON IMUNOLOGI TUBUH
DIAGNOSIS TUBERKULOSIS
Tuberkulosis sering mendapat julukan the great imitator yaitu suatu penyakit yang mempunyai kemiripan
dengan penyakit-penyakit paru lain. Diagnosis TB paru ditegakkan berdasarkan gejala kinis, pemeriksaan
fisis, pemeriksaan bakteriologis, radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya.

Gejala klinis TB dibagi atas 2 golongan, yaitu gejala respiratorik dan gejala sistemik.

1. Gejala respiratoris berupa batuk, batuk darah, sesak napas, dan nyeri dada.

2. Gejala sistemik berupa demam, malaise, keringat malam, anoreksia dan penurunan berat badan
PEMERIKSAAN FISIK
Pada awal perkembangan penyakit sulit menemukan kelainan pada pemeriksaan fisis. Pada pemeriksaan fisis dapat
dijumpai antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru,
diapragma dan mediastinum1

PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS

Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan
dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)

PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Pemeriksaan standar adalah foto toraks PA. Gambaran radiologis yang dicurigai sebagai lesi TB aktif: adanya bayangan
berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah: kavitas, terutama
lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular; bayangan bercak milier; efusi pleura unilateral
(umumnya) atau bilateral (jarang).
PENGOBATAN TUBERKULOSIS
  Tahap Intensif tiap hari selama 56 hari RHZE Tahap Lanjutan 3 kali seminggu selama
Berat Badan (150/75/400/275) 16 minggu
RH (150/150)

30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT

38-54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT

55-70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT

≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT


EVALUASI KETERATURAN BEROBAT
Yang tidak kalah pentingnya selain dari panduan obat yang digunakan adalah keteraturan berobat. Dalam
hal ini sangat pentingnya penyuluhan atau pendidikan mengenai penyakit dan keteraturan berobat yang
diberikan kepada penderita, keluarga dan lingkungan. Ketidakteraturan berobat akan menyebabkan
timbulnya masalah resistensi.
EVALUASI PENGOBATAN
Penderita TB yang telah dinyatakan sembuh tetap dievaluasi minimal 2 tahun setelah sembuh untuk
mengetahui adanya kekambuhan. Yang dievaluasi adalah sputum BTA mikroskopis dan foto toraks. Sputum
BTA mikroskopis 3,6,12, dan 24 bulan setelah dinyatakan sembuh. Evaluasi foto toraks 6,12,24 bulan
setelah dinyatakan sembuh.
DOTS (Directly Observed Treatment Short-Course)

WHO telah merekomendasikan strategi DOTS dalam penanggulangan TB sejak tahun 1995. Bank Dunia menyatakan
strategi DOTS sebagai salah satu intervensi kesehatan yang paling efektif. Integrasi ke dalam pelayanan kesehatan dasar
sangat dianjurkan demi efisiensi dan efektifitasnya.
Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen kunci:
1. Komitmen politis.

2. Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya.

3. Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan
langsung pengobatan.

4. Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu.

5. Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program
secara keseluruhan.
TERAPI NUTRISI
TB menyebabkan atau memperburuk kondisi malnutrisi yang sudah ada sebelumnya dan meningkatkan
katabolisme. Pedoman WHO menyarankan rawat inap pasien yang kekurangan gizi parah dengan melihat
risiko kematian mereka. Suplementasi makanan dianjurkan sampai pasien meraih IMT 18.5

Dalam jangka pendek, malnutrisi meningkatkan risiko infeksi dan perkembangan awal infeksi untuk
menghasilkan TB aktif. Dalam jangka panjang, malnutrisi meningkatkan risiko reaktivasi penyakit TBC
KEBUTUHAN NUTRISI PASIEN DENGAN TB
1. Rekomendasi energi saat ini untuk pasien kurang gizi dan katabolik adalah 35 hingga 40 kkal/kg berat
badan ideal.

2. Secara umum pasien TB direkomendasikan mengkonsumsi sekitar 15-30% energi sebagai protein, 25-
35% sebagai lemak dan 45-65% sebagai karbohidrat.

3. Tambahkan mikronutrien lain, seperti vitamin A, E dan D, dan mineral besi, seng, dan selenium

4. Prosedur standar untuk melengkapi nutrisi pada orang dewasa adalah 25 mg vitamin B6 per hari.

5. Semua wanita hamil dengan TB aktif harus menerima beberapa suplemen mikronutrien yang
mengandung zat besi dan asam folat dan vitamin dan kalsium.

6. Pemberian air susu ibu tetap diberikan, jika masih dalam periode menyusui
TERIMA KASIH
MOHON BIMBINGAN DAN ARAHANNYA

Anda mungkin juga menyukai