Anda di halaman 1dari 69

Laporan Kasus

Hemorrhoid Interna Grade IV


BPH

Oleh :
dr. Nurul Hadiyati Maharani

Pendamping :
dr. Desfi Delfiana Fahmi

Pembimbing :
dr. Priha Nur Achsanti, Sp.B

INTERNSIP PERIODE 2021/2022


RSUD H. DAMANHURI BARABAI HULU SUNGAI
TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
Latar Belakang
Kategori lansia di Indonesia yaitu berusia atas 60 tahun. Kelompok usia lansia ini
lebih rentan mengalami gangguan kesehatan dibanding usia lain
Hemoroid dapat mengenai segala usia namun memiliki prevalensi puncak
yang terjadi antara usia 45-65 tahun. hemoroid dapat terjadi juga akibat dari
sering mengejan pada saat BAK maupun akibat dari peningkatan tekanan
intraabdominal. BPH umumnya suatu tumor jinak yg ditemukan pada laki-
laki dan kejadiannya berhubungan dengan umur, 20% ditemukan pada umur
41-50 th, 50% pada umur 51-60 th, 90% pada kelompok umur lebih dari 80
th. BPH pada pria akan dapat menyebabkan menyebakan obstruksi pada
aliran urin dan bila tidak ditangani akan muncul berbagai komplikasi
Tinjauan Pustaka
Definisi Hemorroid

Pembengkakan submukosa pada lubang anus yang


mengandung pleksus vena, arteri kecil, dan jaringan
areola yang melebar, yang disebabkan gangguan aliran
balik vena hemoroidalis.
Anatomi
Klasifikasi

Hemoroid Interna
Derajat Berdarah Menonjol Reposisi

I (+) (-) (-)


II (+) (+) Spontan
III (+) (+) Manual
IV (+) Tetap Tidak
dapat
Anamnesis
 Rendahnya mengkonsumsi serat
 Defekasi yang keras
 Disertai rasa nyeri
 Perdarahan
 Rasa gatal perianal
 Gejala-gejala anemi sekunder, dapat berupa sesak nafas bila
bekerja, pusing bila berdiri, lemah, pucat.
Faktor Resiko
 Anatomik : vena daerah anorektal tidak mempunyai katup, pleksus
hemoroidalis kurang mendapat sokongan
 U m u r : degenerasi dari seluruh jaringan tubuh
 Keturunan : dinding pembuluh darah lemah dan tipis.
 Pekerjaan : berdiri , duduk lama, atau mengangkat barang berat mempunyai
predisposisi untuk hemoroid.
 Mekanis : keadaan meningkatnya tekanan intra abdomen, misalnya penderita
hipertrofi prostat, konstipasi menahun dan sering mengejan pada waktu BAB
maupun BAK.
 Endokrin : dilatasi vena ekstremitas dan anus karena ada sekresi hormone
relaksin.
Manifestasi Klinik
Derajat 1
 Gejala dan Tanda:
Keluar darah setelah BAB, darah menetes, warna merah segar
Tak tampak benjolan di anus
 RT : tidak teraba benjolan,ttp terdapat darah di sarung tangan
 Anuskopi : tampak pelebaran vena hemorhoidalis
Manifestasi Klinik
Derajat 2
 Gejala dan Tanda:
Keluar darah setelah defekasi, darah menetes, merah segar
Keluar benjolan saat mengejan  masuk spontan
 RT: tidak teraba massa / teraba massa yang hilang pada
penekanan, darah di sarung tangan
 Anuskopi: tampak pelebaran vena hemorhoidalis
Manifestasi Klinik
Derajat 3
 Gejala dan Tanda:
Keluar darah setelah defekasi, darah menetes, merah segar
Keluar benjolan bila mengejan  tidak dapat masuk spontan, masuk
bila didorong
 RT: teraba massa yang hilang pd penekanan, darah di sarung
tangan
 Anuskopi: hemoroid memanjang seperti bertangkai
Manifestasi Klinik
Derajat 4
 Gejala dan Tanda:
Keluar darah saat defekasi, darah menetes, merah segar
Benjolan di anus, dengan sumbatan, terkadang didapatkan perdarahan
 tidak dapat dimasukkan
Nyeri pd saat aktifitas terutama duduk
 RT: sulit, sangat nyeri
 Anuskopi  sulit, sangat nyeri
Manifestasi Klinik
Eksterna
 Gejala dan Tanda Akut
Pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus
Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal
RT: tidak didapatkan massa
 Gejala dan Tanda Kronik
Disebut juga skin tag
Berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan
penyambung dan sedikit pembuluh darah
RT: tidak didapatkan massa
Pemeriksaan Tambahan

1. Cek laboratorium lengkap


2. Anoskopi
3. Proktosigmoidoskopi
Penatalaksanaan

 Diet dan Obat


 Skleroterapi
 Ligasi dengan gelang karet
 Krioterapi/Bedah Beku
 Hemorroid Arteri Ligational (HAL)
 Infra Red Coagulation (IRC)/Koagulasi Infra Red
 Generator Galvanis
 Bipolar Coagulation/ Diatermi Bipolar
 Terapi Bedah
 Bedah Konvensional
 Bedah Laser
 Bedah Stapler
Prognosis
Prognosis pasien yang menjalani tatalaksana hemoroid yang
sesuai adalah baik.
Definisi BPH

Benign Prostate Hiperplasia (BPH) merupakan


perbesaran kelenjar prostat, memanjang ke atas kedalam
kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan
menutupi orifisium uretra
Anatomi
Fisiologi
 Dihidrotestosteron (DHT) adalah hormon pertumbuhan epitel kelenjar prostat.
 DHT mampu berikatan dengan reseptor androgen menghasilkan growth factor
(GF), berfungsi untuk membantu pertumbuhan dan proliferasi sel kelenjar
prostat
 Estrogen yang berpengaruh pada pertumbuhan atau proliferasi sel kelenjar
prostat dan memperpanjang usia sel kelenjar prostat.
 Prostat membuat suasana basa agar spermatozoa dapat bertahan disuasana asam
vagina.
Patogenesis
Pembesaran prostat

penyempitan lumen uretra prostatika

menghambat aliran urine

peningkatan tekanan intravesikal.
Untuk mengeluarkan urine, buli‑buli harus berkontraksi
lebih kuat guna melawan tahanan itu

perubahan anatomik dari buli‑buli berupa hipertrofi otot
detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula dan
divertikel buli‑buli.
Etiologi

Hipotesis penyebab timbulnya hiperplasi prostat :

1. Perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan


estrogen pada usia lanjut.
2. Peranan dari growth factor
3. Teori sel stem: terjadinya proliferasi abnormal sel stem
produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi
berlebihan.
Faktor Resiko

 laki-laki dengan usia lebih dari 60 tahun.


 Merokok
 Riwayat keluarga dengan BPH
Gambaran Klinik
Obstruksi Iritasi
Hesitansi (susah Frekuensi
memulai miksi)
Pancaran miksi Nokturia (>>kencing
lemah malam hari)
Urgensi (merasa ingin
Intermitensi (kencing kencing yg tidak bisa
tiba2 berhenti & ditahan)
lancar kmbali)
Disuria (rasa tidak enak
Miksi tidak puas pada saat kencing)

Menetes setelah miksi


Gambaran Klinik

Gejala pada saluran kemih bagian atas


Gejala obstruksi:
- Nyeri pinggang
- Benjolan di pinggang
- Demam
Gejala di luar saluran kernih
– Hernia inguinali
– Hemoroid
– retensi urine.
Tabel IPSS
Pada colok dubur diperhatikan :
1. Tonus sfingter ani
2. Mukosa rektum
3. Keadaan prostat, antara lain :
kemungkinan adanya nodul, krepitasi,
konsistensi prostat, simetri antar lobus
dan batas prostat.
4. Colok dubur pada BPH:
Pemeriksaan Fisik - Konsistensi prostat kenyal seperti
meraba ujung hidung.
- Lobus kanan dan kiri
simetris dan tidak
didapatkan nodul.
Pada karsinoma prostat:
- Konsistensi prostat
keras/teraba nodul
- Lobus prostat mungkin tidak
simetri.
Laboratotium
 Sedimen urin
 Kultur urin
 Pemeriksaan Prostat Specific Antigen (PSA)
 Nilai PSA < 4ng/ml (tdk perlu biopsy)
 Nilai PSA 4-10 ng/ml (hitung prostate specific antigen density (PSAD) yaitu PSA
serum dibagi vol prostat)
 Nilai PSAD ≥ 0.15 & PSA > 10 ng/ml (biopsi prostat)
 Gula darah (untuk mencari kemungkian DM yang dapat menimbulkan kelainan saraf
buli‑buli)
Radiologi  Foto polos abdomen
 USG transrektal
 Pielografi intravena
Pengobatan
Observasi Medikamentosa Operasi

Watch full  Penghambat  Transurethral Resection of


waiting, adrenergik α the Prostate (TURP)
Mengurangi  Penghambat  Transurethral Incision of the
kopi, alkohol, reduktase Prostate
mengurangi  5 alfa  Open simple prostatectomy
makanan yang (kelenjar >100 gram)
mengiritasi buli-
buli, makanan
pedas dan asin
Komplikasi
1. Hematuria
2. Sistitis
3. Pielonefritis
4. Retensi urin akut/kronik
5. Refluks vesico-ureter
6. Hidronefrosis
7. Hidroureter
8. Gagal ginjal
Sistitis
sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh
infeksi asenden dari uretra. Penyebab lainnya mungkin aliran balik urine
dari uretra kedalam kandung kemih. Kontaminasi fekal atau penggunaan
kateter atau sistoskop.
Gejala yang terlihat, sering timbulnya dorongan untuk berkemih, rasa terbakar dan
perih pada saat berkemih, seringnya berkemih, namun urinnya dalam jumlah sedikit
(oliguria),adanya sel darah merah pada urin (hematuria), urin berwarna gelap dan
keruh, serta adanya bau yang menyengat dari urin, ketidaknyamanan pada daerah
pelvis renalis, rasa sakit pada daerah di atas pubis, perasaan tertekan pada perut
bagian bawah
Pielonefritis
Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada
individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau refluks vesikoureter. Pada
pielonefritis kronik, terjadi pembentukan jaringan parut dan obstruksi tubulus yang
luas. Kemampuan ginjal untuk memekatkan urin menurun karena rusaknya tubulus-
tubulus, hal ini dapat menimbulkan gagal ginjal kronik. Gejala pada pielonefritis ini
adalah adanya darah atau nanah dalam urine, bau urine yang tidak seperti
biasanya, sakit pinggang atau nyeri punggung bawah demam, menggigil, lemas,
tidak nafsu makan ,mual dan muntah, diare
Prognosis
Prognosis dari BPH tergantung dari kecepatan dan
ketepatan menindak lanjuti kasus tersebut, apabila
penatalaksanaannya tepat dan cepat maka
kemungkinan prognosisnya baik akan tetapi jika
penatalaksanaannya kurang tepat dan terlambat maka
kemungkinan prognosisnya buruk dan dapat
menimbulkan komplikasi lain.
LAPORAN KASUS
Identitas

Nama : Tn K
Umur : 64 tahun
Alamat : Batang alai
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Masuk RS : 9-6-2021
Anamnesis
Keluhan Utama :
Bab berdarah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan BAB berdarah sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, darah
berwarna segar menetes setiap kali bab, dan terasa nyeri dianus. Ada terasa benjolan disekitar anus, benjolan
ini teraba selalu ada sejak 1 bulan ini. Sekitar 6 bulan yang lalu benjolan dirasa bisa masuk dengan bantuan
tangan, sekarang benjolan tidak bisa masuk lagi.
Pasien memiliki aktifitas dirumah sering duduk. Riwayat tidak suka memakan makanan yang
mengandung serat, dan jarang minum air putih, pasien setiap hari minum kopi dan merokok Pasien biasanya
BAB bisa 2-3 hari sekali. Makan menurun takut bila BAB berdarah
Tidak didapatkan keluhan lain seperti batuk, demam, mual dan muntah. Pasien juga tidak mengeluhkan
adanya penurunan berat badan

Riwayat Penyakit Dahulu :


Keluhan serupa (-), DM (-) HT (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien mengatakan bahwa tidak terdapat anggota keluarganya yang memiliki keluhan serupa.
Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Komposmentis
 
TTV:
TD : 148/80 mmHg
Nadi : 75x/ menit, kuat angkat
RR : 20x/ menit
T : 36,2 oC
SpO2 : 97% on air room
VAS : 3-4
Status Generalis :

Kepala : Bentuk kepala normocephali, komjumgtiva anemis


(-/-), sklera
ikterus (-/-), benjolan pada leher (-/-)
Thorax
Thorax Cardio : Bunyi jantung S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Thorax Respi : suara nafas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen
Inspeksi : datar, tidak distensi
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), defans muscular (-)
Perkusi : timpani, organomegali (-)
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik, edem (-)
Status lokalis Regio Anorektal
Inspeksi : dubur hiperemi, massa (-) darah (-)
RT :
- Jepitan sfingter kuat
- Ampula : kolaps (-)
- Mukosa : licin, teraba benjolan di arah jam 12 dan 6 konsistensi kenyal, licin,
nyeri tekan (+), permukaan rata, mobile
- jari : feses (+), darah (+)
Diagnosis sementara

 Hemoroid interna Grade 4


Rencana Terapi
 

IVFD NaCl 20 tpm


Inj. Ceftriaxone 1gr iv
Inj. Ranitidin 50mg iv
Inj. Asam Traneksamat 1 amp iv
Inj vit K 1 amp iv
Inj. Norages 1 gram
Anti hemoroid supp
Amvar 2tab
Pemeriksaan Laboratorium
Follow Up Tanggal 10 juni 2021

Subjektif Objektif
- Pasien mengeluh nyeri saat bak. BAK terasa masih bersisa - KU : composmentis, tampak sakit sedang
kadang kadang, dalam 2 jam pasien ingin bak Kembali - TTV
kadang-kadan, urin saat bak jarang terputus putus, jarang TD : 130/90 mmHg
susah untuk menunda kencing. Jarang pancaran lemah, N : 82 x/menit
sering mengejan diawal bak (lebih dari ½ kali). Kadang- RR : 20 x/menit
kadang bangun dimalam hari untuk bak. Urin berwarna T : 36,6 oC
kuning normal, nyeri pinggang (-), nyeri suprapubis(-) SpO2 : 98%
- Perdarahan (+)
- Makan minum (+/+) sedikit
Planning
Diet tinggi serat

Status lokalis Regio Anorektal IVFD RL 20 tpm

Inspeksi : dubur hiperemi, massa (+) darah (-) Inj. Ceftriaxone 1gr/24jam iv

RT : Inj Ranitidin 50mg/12 jam iv

- Jepitan sfingter kuat Inj. Asam Traneksamat 1 amp/8jam iv

- Ampula : kolaps (-) Inj vit K 1 amp iv/12 jam iv

- Mukosa : licin, teraba benjolan di arah jam 12 dan 6 konsistensi Inj. Norages 1 gr/12 jam iv

kenyal, licin, nyeri tekan (+), permukaan rata, mobile Anti hemoroid supp 2x1

-Prostat teraba kenyal, nodul (-) Amvar 3x2tab

- jari : feses (+), darah (+) Dulcolax supp 1x1


Assesment
Harnal 1x0,2mg
- Hemoroid interna grade IV
Avodart 1x1
- BPH
USG Abdomen
Follow Up Tanggal 11 juni 2021
Subjektif
- Nyeri
- Perdarahan (+)
- Makan minum (+/+)
Objektif Hasil usg

- KU : composmentis, tampak sakit sedang - Cystitis kronik

- TTV - PNC dd CKD

TD : 120/80 mmHg - Prostat ukuran normal

N : 78 x/menit Assesment

RR : 21 x/menit - Hemoroid interna grade IV

T : 36,6 oC - BPH

SpO2 : 98%
Planning
Diet tinggi serat
IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 1gr/24jam iv
Inj Ranitidin 50mg/12 jam iv
Inj. Norages 1 gr/12 jam iv KP
Anti hemoroid supp 2x1
Amvar 3x2tab
Harnal 1x0,2mg
Avodart 1x1
Follow Up Tanggal 12 juni 2021
Planning
Subjektif Objektif
Diet tinggi serat
- Nyeri - KU : composmentis, tampak sakit sedang
IVFD RL 20 tpm
- Perdarahan (-) - TTV
Inj. Ceftriaxone 1gr/24jam iv
- Makan minum (+/+) TD : 130/90 mmHg
Inj Ranitidin 50mg/12 jam iv
N : 74 x/menit
Inj. Norages 1 gr/12 jam iv KP
RR : 22 x/menit
Anti hemoroid supp 2x1
T : 36,3 oC
Amvar 3x2tab
SpO2 : 99%
Harnal 1x0,2mg
Assesment
Avodart 1x1
- Hemoroid interna grade IV
- BPH
Follow Up Tanggal 13 juni 2021
Planning
Subjektif Objektif
Diet tinggi serat
- Nyeri - KU : composmentis, tampak sakit sedang
IVFD RL 20 tpm
- Perdarahan (+) - TTV
Inj Ranitidin 50mg/12 jam iv
- Makan minum (+/+) TD : 130/90 mmHg
Inj. Norages 1 gr/12 jam iv KP
N : 80 x/menit
Anti hemoroid supp 2x1
RR : 20 x/menit
Amvar 3x2tab
T : 36,5oC
Harnal 1x0,2mg
SpO2 : 98%
Avodart 1x1
Assesment
- Hemoroid interna grade IV
- BPH
Follow Up Tanggal 14 juni 2021
Subjektif Objektif
Planning
- Nyeri - KU : composmentis, tampak sakit sedang
Diet tinggi serat
- Perdarahan (+) - TTV
IVFD RL 20 tpm
- Makan minum (+/+) TD : 120/80 mmHg
Inj. Norages 1 gr/12 jam iv KP
N : 88 x/menit
Anti hemoroid supp 2x1
RR : 20 x/menit
Amvar 3x2tab
T : 36,2 C
o
Harnal 1x0,2mg
SpO2 : 99%
Avodart 1x1
Assesment
- Hemoroid interna grade IV
- BPH
Follow Up Tanggal 15 juni 2021

Subjektif Objektif Planning

- Nyeri - KU : composmentis, tampak sakit sedang Diet tinggi serat

- Perdarahan (+) - TTV IVFD RL 20 tpm

- Makan minum (+/+) TD : 120/80 mmHg Inj. Norages 1 gr/12 jam iv KP

N : 72 x/menit Anti hemoroid supp 2x1

RR : 20 x/menit Amvar 3x2tab

T : 36,6 oC Harnal 1x0,2mg

SpO2 : 99% Lactulose syr 2x1

Assesment Cetirizine 1x1

- Hemoroid interna grade IV Avodart 1x1

- BPH
Follow Up Tanggal 16 juni 2021
Subjektif Objektif Planning
- Nyeri - KU : composmentis, tampak sakit sedang Diet tinggi serat
- Bak sering - TTV IVFD RL 20 tpm
- Perdarahan (+) TD : 130/90 mmHg Inj. Norages 1 gr/12 jam iv KP
- Makan minum (+/+) N : 87 x/menit Anti hemoroid supp 2x1
RR : 21 x/menit Amvar 3x2tab
T : 36,3 oC Harnal 1x0,2mg
SpO2 : 98% Lactulose syr 2x1
Assesment Cetirizine 1x1
- Hemoroid interna grade IV Avodart 1x1
- BPH Pasang DC, Bladder training
Follow Up Tanggal 17 juni 2021
Subjektif Objektif Planning
- Nyeri - KU : composmentis, tampak sakit sedang Diet tinggi serat
- Perdarahan (-) - TTV IVFD RL 20 tpm
- Makan minum (+/+) TD : 130/90 mmHg Inj. Norages 1 gr/12 jam iv KP
N : 82 x/menit Anti hemoroid supp 2x1
RR : 20 x/menit Amvar 3x2tab
T : 36,6 oC Harnal 1x0,2mg
SpO2 : 98% Lactulose syr 2x1
Assesment Avodart 1x1
- Hemoroid interna grade IV Cetirizine 1x1
- BPH AFF DC
Follow Up Tanggal 18 juni 2021
Planning
Subjektif Objektif
Diet tinggi serat
- Nyeri - KU : composmentis, tampak sakit sedang
IVFD RL 20 tpm
- Perdarahan (-) - TTV
Amvar 3x2tab
- Makan minum (+/+) TD : 130/90 mmHg
Harnal 1x0,2mg
N : 68 x/menit
Lactulose syr 2x1
RR : 20 x/menit
Avodart 1x1
T : 36,5 C
o
Cetirizine 1x1
SpO2 : 99%
Assesment
- Hemoroid interna grade IV
- BPH
Follow Up Tanggal 19 juni 2021
Subjektif Objektif Planning
- Nyeri berkurang - KU : composmentis, tampak sakit sedang Diet tinggi serat
- Perdarahan (-) - TTV IVFD RL 20 tpm
- Makan minum (+/+) TD : 130/90 mmHg Amvar 3x2tab
N : 82 x/menit Harnal 1x0,2mg
RR : 20 x/menit Lactulose syr 2x1
T : 36,6 oC Avodart 1x1
SpO2 : 98% Cetirizine 1x1
Assesment
- Hemoroid interna grade IV
- BPH
Follow Up Tanggal 20 juni 2021
Subjektif Objektif Planning

- Nyeri berkurang - KU : composmentis, tampak sakit sedang Diet tinggi serat

- Perdarahan (-) - TTV IVFD RL 20 tpm

- Makan minum (+/+) TD : 130/90 mmHg Amvar 3x2tab

N : 82 x/menit Harnal 1x0,2mg

RR : 20 x/menit Lactulose syr 2x1

T : 36,6 oC Avodart 1x1

SpO2 : 98% Cetirizine 1x1

Assesment  

- Hemoroid interna grade IV


- BPH
Follow Up Tanggal 21 juni 2021
Subjektif Objektif Planning
- Nyeri (-) - KU : composmentis, tampak sakit sedang Diet tinggi serat
- Perdarahan (-) - TTV Amvar 3x2tab
- Makan minum (+/+) TD : 120/80 mmHg Harnal 1x0,2mg
N : 82 x/menit Lactulose syr 2x1
RR : 20 x/menit Avodart 1x1
T : 36,7oC Pasang DC, bladder training
SpO2 : 99% Boleh Pulang
Assesment Kontrol Poli senin 28-6-2021
- Hemoroid interna grade IV
- BPH
Pembahasan
Diagnosis Hemorroid
Pada pasien ditemukan :

Pada anamnesis dapat ditanyakan mengenai riwayat  Lansia


penyakit, gaya hidup, faktor resiko dapat meliputi:  BAB berdarah merah segar menetes setiap sesudah bab,

 Rendahnya mengkonsumsi serat terasa nyeri dianus. benjolan disekitar anus,

  sekarang benjolan tidak bisa masuk lagi.


Defekasi yang keras
  Pasien memiliki aktifitas dirumah sering duduk.
Rasa nyeri
  Riwayat tidak suka memakan makanan yang mengandung
Perdarahan
 Rasa gatal perianal serat

  jarang minum air putih


Gejala-gejala anemi sekunder, dapat berupa sesak nafas bila bekerja, pusing bila
 pasien setiap hari minum kopi dan merokok.
berdiri, lemah, pucat.
 Pasien biasanya BAB bisa 2-3 hari sekali
 Umur
 adanya BPH
 Pekerjaan berdiri , duduk lama, atau mengangkat barang berat
 Mekanis, keadaan meningkatnya tekanan intra abdomen, misalnya penderita
hipertrofi prostat, konstipasi menahun dan sering mengejan pada waktu BAB
maupun BAK.
Diagnosis Hemorroid

Gejala dan Tanda: Pada pemeriksaan Fisik pasien ditemukan


Benjolan di anus, dengan sumbatan, terkadang didapatkan  Inspeksi : dubur hiperemi, massa (-) darah (-)
perdarahan  RT :
 RT: sulit, sangat nyeri  Jepitan sfingter kuat, susah masuk
 Anuskopi  sulit, sangat nyeri  Mukosa : licin, teraba benjolan di arah jam 12
dan 6 konsistensi kenyal, licin, nyeri tekan (+),
permukaan rata, mobile
 jari : feses (+), darah (+)
Diagnosis Hemorroid

Pemeriksaan tambahan
Pemeriksaan tambahan yang dilakukan pasien
1. Cek laboratorium lengkap
1. Cek laboratorium lengkap
2. Anoskopi
3. Proktosigmoidoskopi
Diagnosis Hemorroid

Tatalaksana Pada pasien ini di lakukan pemberian tatalaksana


 Diet dan Obat berupa
 Skleroterapi  Diet tinggi serat
 Ligasi dengan gelang karet  Obat-obatan
 Krioterapi/Bedah Beku
 Hemorroid Arteri Ligational (HAL)
 Infra Red Coagulation (IRC)/Koagulasi Infra Red
 Generator Galvanis
 Bipolar Coagulation/ Diatermi Bipolar
 Terapi Bedah
 Bedah Konvensional
 Bedah Laser
 Bedah Stapler
Diagnosis BPH

Pada anamnesis dapat ditanyakan mengenai riwayat


penyakit, gaya hidup, faktor resiko dapat meliputi:  Laki laki usia 64 thn
laki-laki dengan usia lebih dari 60 tahun.  Riwayat merokok
Merokok
Riwayat keluarga  nyeri saat bak
Hesitansi (susah memulai miksi)  BAK terasa masih bersisa
Pancaran miksi lemah
Intermitensi (kencing tiba2 berhenti & lancar kmbali)  Kadang kadang dalam 2 jam pasien ingin bak kembali
Miksi tidak puas
Menetes setelah miksi  urin saat bak jarang terputus putus,
Frekuensi sering  jarang susah untuk menunda kencing.
Nokturia (>>kencing malam hari)
Urgensi (merasa ingin kencing yg tidak bisa ditahan)  Jarang pancaran lemah,
Disuria (rasa tidak enak pada saat kencing)
Nyeri pinggang  sering mengejan diawal bak (lebih dari ½ kali).
Benjolan di pinggang
 Kadang-kadang bangun dimalam hari untuk bak
Demam
Adanya pernyakit Hernia inguinali  Adanya hemoroid
Hemoroid
retensi urine.
Dari Tabel IPSS
Didapatkan hasil 23
Diagnosis BPH
Pada colok dubur diperhatikan :
1. Tonus sfingter ani
2. Mukosa rektum Pada pasien didapatkan
3. Keadaan prostat, antara lain : kemungkinan Inspeksi : dubur hiperemi, massa (+) darah (-)
adanya nodul, krepitasi, konsistensi prostat, RT :
simetri antar lobus dan batas prostat. - Jepitan sfingter kuat
4. Colok dubur pada BPH: - Ampula : kolaps (-)
- Konsistensi prostat kenyal seperti meraba - Mukosa : licin, teraba benjolan di arah jam 12 dan 6
konsistensi kenyal, licin, nyeri tekan (+), permukaan rata,
ujung hidung. mobile
- Lobus kanan dan kiri simetris -Prostat teraba kenyal, nodul (-)
dan tidak didapatkan nodul. - jari : feses (+), darah (+)
Pada karsinoma prostat:
- Konsistensi prostat keras/teraba
nodul
- Lobus prostat mungkin tidak
simetri.
Diagnosis BPH

Dilakukan pemeriksaan penunjang


 Laboratorium lengkap Pemeriksaan tambahan yang dilakukan
 Sedimen urin pasien
 Kultur urin
 Cek laboratorium lengkap
 Pemeriksaan Prostat Specific Antigen (PSA)
 USG Hasil usg
 Foto polos abdomen
 USG transrektal  Cystitis kronik
 Pielografi intravena  PNC dd CKD
 Prostat ukuran normal
Diagnosis BPH
Tatalaksana pada BPH Pada pasien ini di lakukan pemberian
 Watchfull waiting tatalaksana berupa
 Obat-obatan
 Untuk pasien skor IPSS <7, keluhan ringan dan tidak  Blader training
mengganggu aktivitas
 Tidak banyak minum kopi, alkohol, mengurangi makanan
yang mengiritasi buli-buli, mengurangi makanan pedas
dan asin
 Medikamentosa
 Antagonis Adrenergik Reseptor α
 5α-Reductase Inhibitors
 Operatif
 Transurethral Resection of the Prostate (TURP)
 Transurethral Incision of the Prostate
 Open simple prostatectomy (kelenjar >100 gram)
Kesimpulan
Telah dilaporkan kasus Tn K, usia 64 tahun dengan
keluhan utama BAB berdarah. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan adanya hiperemi pada anus, massa (+), saat di
RT didapatkan jepitan sfingter kuat, mukosa : licin, teraba
benjolan di arah jam 12 dan 6 konsistensi kenyal, licin,
nyeri tekan (+), permukaan rata, mobile, Prostat teraba
kenyal, nodul (-) jari : feses (+), darah (+) Pasien
didiagnosis Hemorroid interna grade IV dengan BPH
Faktor risiko yang ditemukan pada pasien ini adalah
adanya usia, Riwayat diet, Riwayat defekasi, Riwayat
penyakit penyerta. Adapun tatalakasana pada pasien ini
adalah pemberian diet tinggi serat dan pemberian obat
obatan, dan blader training
Terima Kasih
DAFTAR PUSTAKA
 
• Haemorrhoids, www.hcd2.bupa.co.uk/ fact_sheet/html/haemorrhoids.html
• Grace PA, Borley NR. At A Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2019
• Silvia A.P, Lorraine M.W, Dalam: Konsep – konsep Klinis Proses Penyakit, Edisi VI, Patofisiologi Vol.1. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2016
• Nelson, Heidi MD., Roger R. Dozois, MD., in Sabiston Text Book of Surgery, Saunders Company, Phyladelphia 2020
• Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed.2, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2018
• Werner Kahle, dr Marjadi Hardjasudarma ( alih bahasa ), Berwarna dan teks anatomi Manusia Alat – Alat Dalam. 2018
• Linchan W.M ,Sabiston Buku Ajar Bedah Jilid II,EGC, Jakarta.2018
• Anonim, Hemorhoid, http://www.hemorjoid.net/hemoroid galery.html. Last update Desember 2009.
• Mansjur A dkk ( editor ) Kapita selekta Kedokteran, Jilid II, Edisi III, FK UI, Jakarta,pemeriksaan penunjang. 2013
• Ikatan Ahli Urologi Indonesia. Pedoman Penatalaksanaan BPH di Indonesia. Available at: http://www.iaui.or.id/ast/file/bph.pdf.
• Roehrborn CG. Benign prostatic hyperplasia: etiology, pathophysiology, epidemiology, and natural history 10th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2012.
• AUA practice guidelines committee. AUA guideline on management of benign prostatic hyperplasia. Chapter 1: diagnosis and treatment recommendations. American
Urological Association 2010.
• Dorland, WA Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Huriawati Hartanto et al, editor. 29 th ed. Jakarta: EGC; 2002.

Anda mungkin juga menyukai