Anda di halaman 1dari 74

LAPORAN KASUS

ANAK LAKI-LAKI USIA 5 BULAN DENGAN TB Paru +


GIZI BURUK

Oleh :
Siti Lingga Oktafiani
(H1AP15008)

Pembimbing:
dr. Ikhsan Trinadi,Sp.A., M.Kes.
01 Pendahuluan
Pendahuluan

TB Paru adalah infeksi pada paru


yang diakibatkan oleh
Mycobacterium tuberculosis

Tahun 2010, Indonesia menempati


peringkat ke-4 negara dengan
insidensi TB tertinggi di dunia

TB Paru merupakan penyebab


kematian terbesar pertama untuk
kelompok penyakit infeksi
Salah satu masalah terkait erat dengan
TB yaitu malnutrisi (Kekurangan Energi
Protein/KEP).

KEP diklasifikasikan menjadi KEP


derajat ringan (gizi kurang) dan KEP
derajat berat (gizi buruk).

Balita disebut gizi buruk apabila indeks


Berat Badan menurut Umur (BB/U)
kurang dari -3 SD
02 Laporan Kasus
Identitas Pasien

Nama : An. MAM

Umur/Tanggal lahir : 5 bulan 18 hari/09-03-2021


Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Desa Rami Mulia, Kec. Air Rami,
Kab.Mukomuko
Tanggal Masuk : 23-08-2021, pukul 10.15 WIB
Nomor RM : 840386
IDENTITAS AYAH IDENTITAS IBU
Nama : Tn. MG Nama : Ny. ES
Umur : 40 Tahun Umur : 36 Tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : Petani Pekerjaan : IRT
Alamat : Desa Rami Mulia, Alamat : Desa Rami Mulia,
Kec. Air Rami, Kab.Mukomuko Kec. Air Rami, Kab.Mukomuko
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada tanggal 27 Agustus 2021 pukul 12.30 WIB secara
Alloanamnesis dengan orang tua pasien.

Keluhan Utama :
Batuk berdahak semakin memberat sejak 2 hari
SMRS
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

Bayi rujukan dari klinik Abdul Khair datang ke IGD RSUD M.YUNUS, dengan
keluhan batuk yang memberat sejak 2 hari SMRS. Ibu pasien mengatakan
batuk sudah sejak 2 bulan yang lalu. Batuk disertai dahak yang sulit keluar
tanpa disertai dengan darah. Batuk dirasakan sudah sejak usia 3 bulan dan
sudah sering berobat. Setelah minum obat keluhan batuk berkurang namun
keluhan batuk muncul berulang lagi. Karena keluhan batuk tersebut bayi
menjadi kurang minum ASI. Riwayat kontak dengan orang yang memiliki batuk
lama disangkal. Pasien juga mengalami demam yang hilang timbul. Ibu pasien
juga mengatakan sejak bayi mengalami batuk yang berulang, bayi tidak
mengalami peningkatan berat badan.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat batuk berulang sejak usia 3 bulan.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


• Riwayat keluhan serupa disangkal (-)
• Riwayat Rhinitis Alergi pada ayah pada pasien
RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN

Pasien merupakan anak ketiga, selama hamil ibu rutin


melakukan ANC di Posyandu setiap bulannya dan ke dokter 1
kali pada usia kehamilan 7 bulan, riwayat demam (-),
keputihan (-), Diabetes Mellitus (+), dan hipertensi (+). Pasien
lahir cukup bulan 38 minggu secara sectio caesaria atas
indikasi ketuban pecah dini (KPD) di RS Tiara sella Bengkulu,
ketuban jernih. BBL: 2700 gr, PBL: 56 cm, lahir langsung
menangis, dan tidak ada kelainan yang ditemukan saat lahir.
RIWAYAT NUTRISI

Pada usia 0 bulan sampai usia sekarang pasien diberikan ASI+Susu


Formula.
RIWAYAT IMUNISASI

Imunisasi

0 hari Hepatitis B O (HB O)


1 Bulan BCG

Kesan: Imunisasi dasar pasien tidak lengkap


RIWAYAT PERKEMBANGAN

Tengkurap : 4 bulan (normal 6-9 bulan)

Kesan : Perkembangan anak sesuai dengan umur


PEMERIKSAAN FISIK 27 Agustusi 2021

Keadaan umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Composmentis
Kesan Gizi : Gizi kurang
Tanda-tanda vital:
Nadi : 135 x/menit (regular, isi dan

RR 24h 37m 23s


tegangan cukup)
: 36 x/menit
Suhu is Jupiter’s rotation
: 36,70C period
(axilla)
Saturasi oksigen : 98%
BB : 4,4 kg
TB : 63 cm
Status Gizi : Gizi buruk
is the distance to the Moon
PEMERIKSAAN FISIK

2.3.2. Status Generalis


• Kepala : Normocephali
• Mata : Edema palpebra (-/-) konjungtiva anemis (-/-), perdarahan
subkonjungtiva (-/-), sklera ikterik (-/-),
• Hidung : Napas cuping hidung (-), deviasi (-), sekret (-)
• Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-), gusi berdarah (-), lidah
kotor (-), Tonsil T1-T1, faring hiperemis (-), caries gigi (-)
• Telinga : Sekret (-/-), nyeri tekan tragus (-), nyeri tekan mastoid (-)
• Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Thoraks :
Pulmo :
• Inspeksi : Dinding dada simetris kanan dan kiri
• Palpasi : Stem fremitus normal, kanan dan kiri sama
• Perkusi : Sonor di semua lapang paru
• Auskultasi : vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi basah halus (+/+)
Cor :
• Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
• Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
• Perkusi : batas jantung sulit dinilai
• Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, regular, murmur (-), gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen :
• Inspeksi : Datar
• Auskultasi : Bising usus (+) normal
• Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien sulit di raba
• Perkusi : Timpani
Status Anogenital
• Genitalia: Dalam batas normal
• Anus : Dalam batas normal
PEMERIKSAAN FISIK
EKSTREMITAS
  Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-

Edema -/- -/-

Sianosis -/- -/-

CRT <2” <2”

clubbing finger -/- -/-


KURVA STATUS GIZI

BB : 4,4 kg
Interpretasi: < -3
SD (Berat badan
sangat kurang)
KURVA STATUS GIZI

TB : 63 cm
Interpretasi: 0 sampai
-2 SD (normal)
KURVA STATUS GIZI

BB: 4,4 kg
TB: 63 cm
Interpretasi: < -3 SD
(gizi buruk)
KURVA STATUS GIZI

TB : 63 cm
BMI : 11,08
Interpretasi : < -3 (gizi
buruk
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil Laboratorium
Tanggal 23/08/ 2021
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Interpretasi:
Foto simetris dan inspirasi cukup
Trakea masih di tengah
Cor tidak membesar, CTR <50%
Sinuses dan diafragma normal

Pulmo:
Hili normal
Corakan bronkovaskular normal
Perbecakan minimal dilapang paru
kanan dan kiri

Kesan:
Bronkopneumonia
 
DIAGNOSIS KERJA
TB Paru + GIZI BURUK

DIAGNOSIS BANDING
Bronkopneumonia
Asma bronkial
Bronkiolitis
PENATALAKSANAAN
IVFD KAEN 1B 6tpm mikro
Ampicilin 3 x 150 mg IV
Gentamicin 2 x 11 mg IV
Asam Folat 1x1 mg p.o
Apialys Syr 1x0,3 cc p.o
Zink Syr 1x5 ml p.o
Ambroxol 3x0,3 ml p.o
ASI+Susu Formula 8x57 cc/ogt
Chest Therapy
PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam


Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
FOLLOW-UP
FOLLOW UP
FOLLOW UP
03 Tinjauan Pustaka
TB Paru
DEFINISI
Penyakit TBC adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberkulosis. Kuman ini pada
umumnya menyerang paru – paru sehingga disebut
dengan TB Paru.
EPIDEMIOLOGI
Menurut WHO dalam Annual Report on Global TB Control 2011 menyatakan bahwa
terdapat 22 negara dikategorikan sebagai high burden countriesterhadap TB, termasuk
Indonesia.

Tahun 2010, Indonesia menempati peringkat ke-4 negara dengan insidensi TB tertinggi di
dunia sebanyak 0,37 – 0,54 juta.

Penyakit ini merupakan penyebab kematian terbesar ke-3 setelah penyakit kardiovaskular
dan penyakit saluran pernapasan serta merupakan nomor satu terbesar dalam kelompok
penyakit infeksi.
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
Peningkatan
Perad anganaliran darah
p ermula an
dan permeabilitas
Peningkatan kapiler
yang
Perad be
angan aliran
rlangsu ngdarah
p ada
p ermula an
yang terjadi
danerah akibat
permeabilitas kapiler
da
yang bebrlangsu
pelepasan aru yangng p ada
yang terjadimediator
terinfeksi akibat
da erah b aru
peradangan
pelepasan yang
dari sel mast.
mediator
terinfeksi
peradangan dari sel mast.

Degra
Degra
nulasi
nulasi
sel
sel
mast
mast
juga
juga
meng
meng
aktifka
aktifka
n jalur
n jalur
kompl
kompl
emen
emen
bekerj
bekerj
asam
asam
a
a
denga
denga
n
n
histam
histam
in
in dan
dan
prosta
prosta
gladin
gladin
untuk
untuk
mele
mele
maska
maska
n otot
n otot
polos
polos
vaskul
vaskul
er
er
paru
paru
dan
dan
penin
penin
gkata
gkata
n
n
perme
perme
abilita
abilita
ss
kapiler
kapiler
paru.
paru.

Stadium pertama yaitu stadium kongesti (4-12 jam pertama)


PATOFISIOLOGI
Terjadi perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitial sehingga terjadi
pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus, yang meningkatkan jarak
yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini
paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen
hemoglobin

Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan sel PMN,
fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman di alveoli.

Stadium ini disebut stadium hepatisasi


merah (48 jam berikutnya).
PATOFISIOLOGI
deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan
terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi kelabu
(3-8 hari).

Jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan mengalami degenerasi, fibrin


menipis, kuman dan debris menghilang, stadium ini disebut stadium resolusi (7-11
hari).
GEJALA KLINIS

Nafas cepat dan dangkal


Suhu dapat naik sangat disertai pernafasan cuping
mendadak sampai 39-40C hidung dan sianosis sekitar
mulut

Batuk mula-mula kering Anak tampak gelisah.


kemudian produktif. Tidak mau menyusu
KLASIFIKASI
Bayi usia kurang dari 2 bulan

BRONKOPNEUMONIA
BRONKOPNEUMONIA BERAT
SANGAT BERAT
Tidak mau menetek/minum, kejang,
Napas cepat atau retraksi yang berat
letargis, demam atau hipotermia,
bradipnea atau pernapasan ireguler
KLASIFIKASI
Anak usia 2 bulan-5 tahun

BRONKOPNEUMONIA BRONKOPNEUMONIA BRONKOPNEUMONIA


RNGAN BERAT SANGAT BERAT

Napas cepat; >50 x/menit Retraksi, tanpa sianosis Tidak dapat minum/makan,
pada anak usia 2 bulan-1 dan masih sanggup minum, kejang, letargis, sianosis
tahun; >40 x/menit pada maka anak harus dirawat di sentral
anak usia 1-5 tahun rumah sakit dan diberi
antibiotik
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
• Demam
• Batuk
• Sesak napas
• Malaise
• Penurunan nafsu makan
PEMERIKSAAN FISIK
Palpasi ditemukan
Suhu tubuh ≥ 38,5o C fremitus vokal menurun

Usia < 2 bulan ≥ 60 x/menit Perkusi lapangan paru redup


Takipneu pada daerah paru yang
Usia 2-12 bulan ≥ 50 x/menit
Usia 1-5 tahun ≥ 40 x/menit terkena
Usia 6-12 tahun ≥ 28 x/menit
Retraksi otot epigastrik,
Auskultasi: suara napas
interkostal, suprasternal,
menurun, terdengar rhonki
dan pernapasan cuping
basah halus.
hidung
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada bronkopneumonia tampak
bercak-bercak infiltrate di dapatkan
pada satu atau beberapa lobus
disertai dengan peningkatan
corakan peribronkial.

Gambaran infiltrate ini merupakan


gambaran khas pada
bronkopneumonia.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000-40.000/mm3


dengan predominan PMN. Pada pneumonia virus dan mikoplasma umumnya
leukosit dalam batas normal.
PENATALAKSANAAN

PNEUMONIA RAWAT JALAN


Pada pneumonia ringan dapat diberikan antibiotik lini pertama secara oral
dengan efektifitas yang mencapai 90% seperti amoksisilin atau kotrimoksazol.
Pemberian amoksisilin dan kotrimoksazol dua kali sehari mempunyai efektifitas
yang sama. Dosis amoksisilin sebesar 25 mg/kgBB sedangkan kotrimoksazol
adalah 4 mg/kgBB
PENATALAKSANAAN
PNEUMONIA RAWAT INAP
• Dasar tatalaksana bronkopneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal
debgan antibiotic yang sesuai, serta tindakan suportif.

• Pengobatan suportif meliputi pemberian cairan intravena, terapi oksigen,


koreksi terhadap gengguan elektrolit dan gula darah. Untuk nyeri dan demam
dapat diberikan antipiretik.

• Antibiotik empiris dipilih berdasarkan pada kemungkinan etiologi penyebab


dengan mempertimbangkan usia dan keadaan klinis pasien
PENATALAKSANAAN
PNEUMONIA RAWAT INAP
• Antibiotik yang direkomendasikan adalah antibiotik spectrum luas seperti
kombinasi beta-laktam/klavulanat dengan aminoglikosida, atau sefalosporin
generasi ketiga. Beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM
setiap 6 jam), yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama.

• Bila anak memberi respons yang baik maka diberikan selama 5 hari.
Selanjutnya terapi dilanjutkan di rumah atau di rumah sakit dengan
amoksisilin oral (15 mg/ kgBB/kali tiga kali sehari) untuk 5 hari berikutnya.
KOMPLIKASI

EMPIEMA ABSES PARU


Cairan inflamasi Pneumonia yang
terkumpul di ruang pleura, menyebabkan
kondisi ini mengakibatkan terjadinya nekrosis
efusi parapneumonik jaringan paru
PROGNOSIS

Anak akan sembuh dari pneumonia dengan cepat dan sembuh sempurna,
walaupun kelainan radiologi dapat bertahan selama 6-8 minggu sebelum
kembali ke kondisi normal.

Mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada pasien dengan keadaan malnutrisi
energi-protein dan datang terlambat untuk pengobatan.
GIZI BURUK

Gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks berat
badan menurut umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah
underweight (gizi kurang) dan severely underweight (gizi buruk).
Balita disebut gizi buruk apabila indeks Berat Badan menurut Umur
(BB/U) kurang dari -3 SD. Gizi buruk (severe malnutrition) adalah
suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi,
kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari
proses terjadinya kekurangan gizi menahun.
FAKTOR YG MEMPENGARUHI GIZI BURUK

status sosial ekonomi, ketidaktahuan ibu tentang pemberian


gizi yang baik untuk anak, dan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR).
KLASIFIKASI GIZI BURUK

Marasmus
Kwashiorkor
Marasmus-kwashiorkor
Salah satu metode untuk mengukur status gizi
masyarakat adalah ukuran antropometri. Hasil
pengukuran antropometri mencerminkan status gizi
anak yang dapat digolongkan menjadi status gizi
baik, kurang atau buruk.
04 PEMBAHASA
N
PEMBAHASAN
DIAGNOSIS
• Berdasarkan anamnesis, didapatkan keterangan, bayi perempuan berusia 5
bulan rujukan dari Klinik Abdul Khair dengan keluhan batuk berdahak sejak 2
hari SMRS. Ibu pasien mengatakan batuk sudah sejak 2 bulan yang lalu
yang hilang timbul. Batuk disertai dahak yang sulit keluar. Ibu pasien
mengatakan Pasien juga mengalami demam yang hilang timbul serta berat
badan bayi tidak mengalami peningkatan.
PEMBAHASAN
DIAGNOSIS
• Hasil pemeriksaan fisik ditemukan, keadaan umum: tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis, kesan gizi sangat kurangl. Pemeriksaan tanda-
tanda vital didapatkan nadi 135 x/menit (regular, isi dan tegangan cukup),
pernafasan 36 x/menit, suhu 36,70C (axilla), saturasi oksigen 98%.
Pemeriksaan status gizi didapatkan BB 4,4 kg dan TB 63 cm.
• Pemeriksaan fisik didapatkan suara rhonki basah halus di kedua lapang
paru.
• Pada pemeriksaan penunjang laboratorium darah, didapatkan hasil Leukosit
yaitu; 12.600 mm3.
• Pemeriksaan radiologi rontgen thorax didapatkan kesan Bronkopneumonia.
PEMBAHASAN
DIAGNOSIS BANDING
• Diagnosis banding pasien dalam kasus ini adalah Bronkiolitis, asma bronkial
dan bronkitis akut.

• Bronkiolitis, gejala awal berupa gejala infeksi respiratori atas akibat virus,
seperti pilek ringan, batuk, dan demam. Satu hingga dua hari kemudian
timbul batuk yang disertai dengan sesak napas, dapat ditemukan wheezing,
sianosis, merintih (grunting), napas berbunyi, muntah setelah batuk, rewel,
dan penurunan napsu makan.
• Pemeriksaan fisik pada anak yang mengarah ke diagnosis bronkiolitis adalah
adanya takipnea, takikardi, dan peningkatan suhu di atas 38,5 °C.
PEMBAHASAN
DIAGNOSIS BANDING
• Diagnosis banding pasien dalam kasus ini adalah Bronkiolitis, asma bronkial
dan bronkitis akut.

• Gejala asma bronkial terdapat gejala sulit bernafas, mengi atau dada terasa
berat, serta batuk kering, dan adanya riwayat asma atau penyakit atopi pada
anggota keluarga.

• Pada bronkitis, umumnya gejala batuk awalnya keras dan kering kemudian
menjadi batuk yang ringan dan produktif. Pada pemeriksaan fisik dapat
terdengar rhonki, napas yang berat dan kasar, wheezing, ataupun suara
kombinasi.
PEMBAHASAN
Gizi Buruk
TATALAKSANA
TATALAKSANA
TATALAKSANA
TATALAKSANA
05 KESIMPULAN
KESIMPULAN

Telah dilaporkan pasien batuk berdahak yang sulit keluar pada seorang bayi
laki-laki, berusia 5 bulan 18 hari rujukan dari Klinik Abdul Khair dengan
keluhan utama Batuk berdahak yang hilang timbul. Diagnosis
Bronkopneumonia + gizi buruk ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik serta pemeriksaan penunjang. Dari anamnesa didapatkan batuk dirasakan
semakin lama semakin memberat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nadi 135
x/menit, pernafasan 36 x/menit, suhu 36,7 C, adanya suara rhonki basah halus di
kedua lapang paru dan pada pemeriksaan status gizi pasien adalah gizi buruk.
Pemeriksaan radiologi rontgen torax didapatkan kesan Bronkopneumonia.
DAFTAR PUSTAKA
TERIMA KASIH.

Anda mungkin juga menyukai