Kebanksentralan Group8
Kebanksentralan Group8
07 Bagian Ketiga
Sistem Pembayaran dan
Pengedaran Uang
// THIS IS THE NAME OF THE
PROJECT
STABILITAS SISTEM
KEUANGAN DAN
KEBIJAKAN
MAKROPRUDENSIA
05
L
Umboh, Florentiano
K O N S E P S TA B I L I TA S SISTEM
KEUANGAN
01 02
Umboh, Florentiano
S TA B I L I TA S S I S T E M K E U A N G A N
Kondisi di mana sistem keuangan berfungsi secara baik di dalam perekonomian dan menunjukan
ketahanan terhadap berbagai gejolak yang mungkin terjadi.
Ada 5 aspek penting dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dan mencegah krisis.
• Kesehatan individual lembaga keuangan dan keterkaitan makro-finansial dari sistem keuangan dengan aktivitas
perekonomian.
• Empat jenis faktor mikro-finansial yang sering menyebabkan krisis :asset bubbles, credit boom, akumulasi hutang
berlebihan, dan capital outflow secara tiba-tiba harus dikelola dengan baik.
• Kebijakan pengendalian guncangan perekonomian domestic dan kemampuan antisipasi guncangan luar negeri.
Kebijakan fiskal dan moneter, reformasi structural di sektol riil, dan manajemen aliran modal asing.
• Krisis dapat dipicu dari kegagalan Lembaga keuangan, terjadinya prosiklikalitas pada ketidakseimbangan makro-
finansial, atau guncangan ekonomi domestik/internasional.
• Interkoneksi dan jejaring keuangan terjadi bersamaan dengan perilaku herding behavior dan information contagion.
Umboh, Florentiano
P R O S I K L I K A L I TA S P E R I L A K U S E K T O R
KEUANGAN
Umboh, Florentiano
Tipe Fase Siklus Bisnis Siklus Perilaku Risiko Siklus Keuangan
Fase • Stabilitas makroekonomi • Meningkatnya keyakinan dan optimism • Penilaian risiko turun, spread
Ekspansi • Pertumbuhan ekonomi naik • Meningkatnya perilaku ambil risiko suku bunga turun
• Permintaan terhadap kredit meningkat • Harga asset naik mendorong nilai
kolateral
• Laverage meningkat
• Arus modal masuk asing
meningkat
• Penyerahan kredit naik
Fase • Meningkatnya volatilitas makro • Menurunnya keyakinan pelaku pasar • Bank melakukan delveraging
Kontraksi • Menurunnya aktivitas • Risk averse • Loan loss provision naik
perekonomian • Permintaan kredit menurun • Spread suku bunga naik
• Penyeluran kredit turun
• Arus modal masuk menurun
/ / TA B E L 5 . 1 I N T E R A K S I A N TA R A
S I K L U S B I S N I S P E R I L A K U T E R H A D A P
R I S I K O D A N S I K L U S K E U A N G A N Umboh, Florentiano
Konsep dan Karakteristik Kebijakan Makropridensial
5.3 TINJAUAN
KONSEPTUAL
KEBIJAKAN Instrumen Kebijakan Makroprudensial
MAKROPRUDEN
SIAL
Umboh, Florentiano
Umboh, Florentiano
Umboh, Florentiano
INSTRUMEN KEBIJAKAN
MAKROPRUDENSIAL
Umboh, Florentiano
INTERAKSI KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL
DENGAN KEBIJAKAN LAIN
Umboh, Florentiano
Dimensi
Dimensi
Kebijakan Time Dampak
Cross Section
Series
Kebijakan Moneter Ya Tidak Makroekonomi
Umboh, Florentiano
// THIS IS THE NAME OF THE
PROJECT
KEBIJAKAN
MAKROPRUDENSIA
L DI INDONESIA
Tumbel, Ruth
// THIS IS THE NAME OF THE
PROJECT
Tumbel, Ruth
• Peran Bank Indonesia dalam menjalankan fungsi
M A N D AT makroprudensial secara eksplisit terdapat dalam UU
Tumbel, Ruth
INSTRUMEN KEBIJAKAN
MAKROPRUDENSIAL
Bank Indonesia telah mengeluarkan 4 ketentuan yang menjadi instrument kebijakan makroprudensial
yang mengacu kepada Peraturan Bank Indonesia (PBI).
1) Instrumen untuk memperkuat ketahanan permodalan dan mencegah leverage yang berlebihan yaitu
Countercyclical Capital Buffer (CCB).
2) Instrumen untuk mengelola fungsi intermediasi dan mengendalikan resiko kredit, yakni Loan to
Value (LTV) dan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM)
3) Instrumen untuk mengelola resiko likuiditas dengan mencegah pemupukan resiko likuiditas dan
menambah cadangan likuiditas saat kondisi ekonomi up-turn.
4) Instrumen untuk mengelola resiko likuiditas dengan mencegah pemupukan resiko likuiditas dan
menambah cadangan likuiditas saat kondisi ekonomi up-turn.
Tumbel, Ruth
K O O R D I N A S I A N TA R O TO R I TA S D A L A M
M E N J A G A S TA B I L I TA S S I S T E M K E U A N G A N
INDONESIA
Tumbel, Ruth
Bank Indonesia dan Pemerintah secara bersama-sama
mengelola kebijakan makroekonomi melalui
kementrian yang terkait.
Tumbel, Ruth
C ATATA N P E N U T U P
• Bab ini menjelaskan bagaimana pentingnya kita harus menjaga stabilitas dari system keuangan untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan.
• Krisis keuangan global dan krisis-krisis sebelumnya sering disebabkan karena ada resiko sistematik,
kredit yang berlebihan, kenaikan harga asset dan akumulasi hutang luar negri yang tidak terkendali.
• Kebijakan makroprudensial mencakup pengaturan dan pengawasan lembaga keuangan.
• Kebijakan makroprudensial telah menjadi instrument yang bermanfaat bagi bank-bank sentral di banyak
negara.
Tumbel, Ruth
// THIS IS THE NAME OF THE
PROJECT
LINKAGE
STABILITAS
MONETER DAN
SISTEM KEUANGAN 06
Tambani, David
Tambani, David
6.2
PERILAKU SEKTOR KEUANGAN DAN
E F E K T I V I TA S K E B I J A K A N M O N E T E R
Tambani, David
Tambani, David
6.3.1
PERAN KEBIJAKAN
MAKROPRUDENSIAL
A D A 2 D I M E N S I K E B I J A K A N M A K R O P R U D E N S I A L :
1. Cross-section
2. Time-series
Tambani, David
•6.3.2
Integrasi kebijakan
moneter dan
makroprudensial
Tambani, David
Perlunya pemahaman yang baik terhadap kerangka
keterkaitan antara kebijakan moneter, kebijakan
P E R S YA R ATA N makroprudensial, dan kebijakan mikroprudensial.
AGAR
INTEGRARASI
KEBIJAKAN
MONETER DAN
MAKROPRUDEN Perlunya pemahaman mengenai mekanisme kerja
S I A L D A PAT transmisi kebijakan moneter dan makroprudensial
DILAKSANAKAN dalam memengaruhi kegiatan ekonomi.
DENGAN BAIK:
Tambani, David
// THIS IS THE NAME OF THE
PROJECT
KEBIJAKAN
Tumbuan, Anastasya
S E C A R A E M P I R I S , VA R I A S I D A L A M P E N G G U N A A N
B A U R A N I N S T R U M E N D I D A S A R I O L E H B E B E R A PA
P E RT I M B A N G A N ATA U T U J U A N S E B A G A I B E R I K U T
( B A L I N O A N D Z A M A L L O A , 1 9 9 7 ) .
Tumbuan, Anastasya
VA R I A S I R E S P O N S B A U R A N
KEBIJAKAN
Tumbuan, Anastasya
Tumbuan, Anastasya
Sebagaimana dimensi makroprudensial yang cukup luas, format bauran
instrumen kebijakan yang diterapkan oleh banyak bank sentral juga variatif.
Salah satunya adalah dengan mengandalkan intervensi pasar valuta asing,
yang umumnya dikaitkan dengan akumulasi cadangan devisa, dalam rangka
mengelola keseimbangan eksternal.
Tumbuan, Anastasya
Dalam implementasi bauran instrumen
kebijakan, terdapat beberapa aspek yang perlu
ASPEK dipertimbangkan agar bauran instrumen
kebijakan optimal, diantaranya:
TEKNIS 1. Sinyal yang Perlu Direspons
DALAM 2. Karakteristik Respons
Tumbuan, Anastasya
1 . S I N YA L Dalam perspektif kebijakan forward looking, respons
kebijakan harus diarahkan untuk mengantisipasi sinyal
YA N G potensi gangguan pada keseimbangan makroekonomi ke
PERLU depan. Respons kebijakan mungkin tidak perlu dilakukan
DIRESPONS apabila hanya terjadi gejolak yang bersifat temporer.
Tumbuan, Anastasya
Dalam merumuskan respons suatu kebijakan
2. makroprudensial, salah satu isu yang penting adalah apakah
KARAKTER respons akan menggunakan sebuah aturan atau direksi (rules
ISTIK vs discretion). Seperti halnya dalam kebijakan moneter,
selalu ada trade-off antara menggunakan rules vs discretion.
RESPONS
Tumbuan, Anastasya
Timing penerapan kebijakan selama siklus ekonomi penting
untuk diperhatikan. Hal ini antara lain karena suatu
peraturan makroprudensial seringkali bersifat prosiklikal.
Sejumlah isu lain yang berkaitan dengan penerapan
kerangka makroprudensial yang bersifat countercyclical.
3. TIMING • Pertama, terkait dengan berapa bobot yang diberikan
pada upaya menstabilkan siklus ekonomi (misalnya
IMPLEMEN GDP) dibandingkan dengan upaya untuk mengelola
TA S I D A N siklus sektor keuangan (misalnya kredit dan harga aset).
PROSIKLIK • Kedua, terkait dengan siapa yang harus menilai siklus
(sektor publik atau swasta)
A L I TA S
• Ketiga, terkait dengan ketepatan waktu tindakan.
• Keempat, terkait dengan apakah rasio kehati-hatian harus
tetap atau bergerak dengan siklus.
Tumbuan, Anastasya
4. Efektivitas bekerjanya suatu instrumen kebijakan akan
memengaruhi kalibrasi pilihan langkah kebijakan yang
E F E K T I V I TA dianggap sesuai. Berbeda dengan analisis transmisi
S DAN kebijakan moneter, belum ada kerangka teoretis kebijakan
KALIBRASI makroprudensial yang telah dikembangkan dengan baik atau
hasil empiris yang kokoh untuk memandu kalibrasi.
LANGKAH
KEBIJAKAN
Tumbuan, Anastasya
Komunikasi dalam konteks integrasi kebijakan moneter dan
5. makroprudensial merupakan hal yang sangat krusial, namun
sekaligus sebuah tantangan yang tidak ringan.
KOMUNIKASI
KEBIJAKAN
Tumbuan, Anastasya
// THIS IS THE NAME OF THE
PROJECT
IMPLIKASI PADA
MANDAT KEBIJAKAN
BANK SENTRAL
Tasik, Melania
6 . 5 . 1 P E N Y E S U A I A N M A N D AT D A N
K O N S E K U E N S I N YA PA D A TATA K E L O L A
KEBIJAKAN
Terdapat beberapa alasan yang mendasari komplikasi pada tata kelola kebijakan bank sentral
(Crockett,2010).
1. Belum adanya pemahaman terhadap tujuan stabilitas keuangan yang tegas (unik) dan
terkuantifikasi, sebagaimana yang dipahami pada tujuan stabilitas harga.
2. Tanggung jawab untuk menjaga stabilitas sistem keuangan pada dasarnya bersifat multidimensi.
Cakupan tanggung jawab mulai dari pengawasan prudensial, penetapan kebijakan untuk
mencegah risiko sistemik, sampai dukungan likuiditas pada pasar keuangan maupun individu
lembaga keuangan
3. Keputusan terkait dengan stabilitas sistem keuangan cenderung sensitif secara politis,
dibandingkan dengan stabilitas moneter
Tasik, Melania
Salah satu alternatif format kebijakan moneter yang dapat disusun adalah dengan tetap
menjadikan kestabilan harga sebagai unsur utama yang memengaruhi respons kebijakan
moneter.
Alternatif format kebijakan lain adalah dengan menetapkan pengelolaan stabilitas
sistem keuangan sebagai salah satu mandat kebijakan moneter, di samping menjaga
stabilitas harga.
Terkait dengan hal itu, Svensson (2010) menegaskan bahwa terdapat keterkaitan yang erat
antara pencapaian stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan.
Beberapa pandangan (antara lain Svensson (2010), Hannoun (2010a), Jordan (2010))
menyarankan bahwa sebaiknya stabilitas harga menjadi tujuan utama kebijakan moneter.
Tasik, Melania
6 . 5 . 2 M A N D AT P E L A K S A N A A N
KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL DAN
MIKROPRUDENSIAL
Dalam melaksanakan fungsinya untuk mencapai dan memelihara stabilitas sistem keuangan, bank
sentral akan memerlukan instrumen pendukung berupa pengawasan makroprudensial dan pengawasan
mikroprudensial.
Pengawasan makroprudensial
Pengawasan mikroprudensial
Tasik, Melania
Kebijakan makroprudensial mempunyai peran
Secara substantif dapat ditarik pemahaman bahwa
yang sangat vital, baik dalam mendukung
hal yang paling utama bagi efektivitas bank
kebijakan moneter dan menjaga kestabilan
sentral dalam menjaga stabilitas sistem keuangan
makroekonomi maupun kebijakan
adalah kesinambungan arus pertukaran dan
mikroprudensial. Kebijakan makroprudensial
kualitas informasi antara pengawasan
dalam dimensi yang lebih sempit memerlukan
mikroprudensial dan makroprudensial, mengingat
konsistensi dengan penggunaan instrumen
fungsi diantara keduanya bersifat komplemen.
mikroprudensial; sementara kebijakan
terkait dengan hal ini, informasi yang feasible
makroprudensial dalam dimensi yang lebih
sangat tergantung bentuk kelembagaan, kebiasaan
sempit memerlukan konsistensi dengan kebijakan
serta faktor manusianya.
moneter.
Tasik, Melania
6 . 5 . 3 K E J E L A S A N M A N D AT D A L A M
PENANGANAN KRISIS
• Salah satu hal yang menarik dalam proses penanganan krisis ialah bahwa meluasnya peran dan
inisiatif yang dilakukan berbagai bank sentral dalam melakukan resolusi atau menyelamatkan
sisstem keuangan domestiknya, telah memunculkan dimensi politik yang juga tidak kalah
menarik untuk diperdebatkan
• Di sisi lain, dalam proses resolusi sebuah atau beberapa lembaga keuangan, faktor waktu atau
kecepatan menjadi penentu utama berhasil tidaknya pilihan kebijakan yang diambil (time is of the
essence)
Tasik, Melania
Dimensi lain yang juga penting dalam proses resolusi krisis adalah
pelonggaran ketentuan(regulatory forbearance) yang dilakukan otoritas
dengan tujuan pemulihan sistem perbankan secara perlahan atau transisi
bertahap ke arah penerapan ketentuan yang makin ketat
Tasik, Melania
// THIS IS THE NAME OF THE
PROJECT
SISTEM
PEMBAYARAN DAN
PENGEDARAN UANG
07
Tasik, Melania
7.2.1 Pembayaran dan sistem pembayaran
Pembeli Penjual
(pemilik uang) (pemilik barang)
Toding, James
AKTIFITAS EKONOMI CONTOH PEMBAYARAN
Pasar barang dan jasa Berbagai macam pembayaran atas pembelian barang
dan/jasa
7.2 JENIS Pasar uang antar bank Transter dana dari lending bank ke borrowing bank,
biasanya untuk memenuhi kebutuhan likuiditas
A K T I F I TA S
EKONOMI Pasar valuta asing Transfer sana untuk pembayaran rupiah (IDR-leg) dari
bank penjual Rupiah ke bank penjual valas
DAN
SISTEM Pasar Surat berharga pembayaran sisi dana dari securities buyer ke securities
seller
P E M B AYA R
Operasi moneter Konraksi : debit transfer dari BI ke bank
AN Ekspansi : credit tranfer dari BI ke bank
Toding, James
• Sistem pembayaran
Toding, James
7.2.2 Komponen sistem pembayaran
Toding, James
7.2.3 Evolusi sistem pembayaran
Toding, James
7.2.3 Peran sistem pembayaran dalam perekonomian
Keberhasilan Sistem Pembayaran secara cepat aman dan efesien akan menunjang
perkembangan sistem keuangan dan perbankan, oleh karna itu stabilitas sistem keuangan
dalam suatu negara hanya akan tercapai bila terdapat Lembaga yang sehat, pasar
keuangan yang efesien, dan sistem pembayaran yang handal.
Toding, James
Stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan
Gambar 7.3 Keterkaitan sistem pembayaran, stabilitas moneter, dan sistem keuangan
Volume transaksi
Financial system
Efektifitas transmisi pembayaran
intermediation &
moneter
effeciency
Efesiensi transaksi
pembayaran
Toding, James
1. Stabilitas sistem keuangan
Sistem pembayaran dan sistem keuangan merupakan suatu kesatuan yang utuh, jadi ketika
adanya gangguan keterlambatan atau kegagalan pembayaran dalam jumlah besar, dapat memengaruhi
kepercayaan masyarakat terhadap likuiditas perekonomian dan stabilitas sistem keuangan maupun
perbankan begitupun sebaliknya , jenis pembayaran bernilai besar maupun kecil keduanya dapat
memengaruhi stabilitas sistem keuangan.
2. Stabilitas moneter
Toding, James
7.2.5 Resiko sistem pembayaran
Resiko hukum
Toding, James
Van Den Bergh dan Veale (1994)
Sheppard (1996)
Toding, James
// THIS IS THE NAME OF THE
PROJECT
SISTEM
PEMBAYARAN DI
INDONESIA
Tewu, Reinhard
P E R K E M B A N G A N S I S T E M P E M B AYA R A N
DI INDONESIA DIDORONG OLEH;
Tewu, Reinhard
7.3.1 KOMPONEN SISTEM
P E M B AYA R A N D I
INDONESIA
Tewu, Reinhard
7.3.1 KOMPONEN SISTEM
P E M B AYA R A N D I
INDONESIA
1. INSTITUSI & LEMBAGA
Di Indonesia, institusi-institusi ini terbagi dalam 2 bagian.
• Pertama, Bank Indonesia, dalam penyelenggaraan sistem Bl-RTGS, BI-
SSSS, dan SKNBI.
• Dengan BI-RTGS, Bank Indonesia memproses setelmen transfer kredit
antarbank untuk bigh value transfer secara real time, setelmen kliring BI,
setelmen kliring pasar modal, setelmen kliring Switcbing company, setelmen
surat berharga dan transfer dalam rangka pengelolaan dan fiskal.
Tewu, Reinhard
7.3.1 KOMPONEN SISTEM
P E M B AYA R A N D I
INDONESIA
2. INFRASTRUKTUR
sarana dan prasarana yang tersedia dalam sistem pembayaran, antara lain:
• Electronic Data Capturing (EDC) yang ada di merchant/toko unnuk
membaca transaksi yang dilakukan menggunakan alat pembayaran, seperti
kartu ATM, debet, dan kartu kredit
• Mesin ATM (Anjungan Tunai Mandiri) pengganti transaksi di kantor bank
yang dapat memproses instruksi transfer dana see terotomasi, pengambilan
tunai, dll.
Tewu, Reinhard
7.3.1 KOMPONEN SISTEM
P E M B AYA R A N D I
INDONESIA
3. INSTRUMEN
alat pembayarun dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu alat pembayaran
tunai dan alat pembayaran nontunai
• Alat pembayaran tunai yang sudah berlaku di Indonesia contohnya adalah
uang kartal (uang Rupiah kertas & logam).
• Alat pembayaran nontunai di Indonesia tersedia dalam bentuk
dokumen/warkat dan elektronik, contohnya:
kartu kredit/ATM/Debet dari bank-bank yang beroperasi di Indonesia,
Uang elektronik, dompet elektronik, cek/bilyet giro, travellers cheque, dll.
Tewu, Reinhard
7.3.1 KOMPONEN SISTEM
P E M B AYA R A N D I
INDONESIA
4. MEKANISME
Di Indonesia, mekanisme pembayaran ini ada yang dilakukan oleh Bank
Indonests (misalnya sistem BI-RTGS dan SKN) dan banyak pula yang
dilakukan oleh industri sistem pembayaran di luar Bank Indonesia, misalnya
kliring mnsaksi ATM, kartu kredit, e-money, dan lain-lain.
Tewu, Reinhard
7.3.1 KOMPONEN SISTEM
P E M B AYA R A N D I
INDONESIA
5. ATURAN
seperangkat aturan yang mengatur sistem pembayaran antara lain:
• UU Transfer Dana, UU Bank Indonesia, UU Informasi dan Transaksi
Elektronik,
• UU Mata Uang, dan berbagai bebijakan tertulis dari otoritas sistem
pembayaran dalam bentuk Peraturan Bank Indonesia (PBI),
• Peraturan Anggota Dewan Gubernur PADG), dan/atau surat himbauan dalam
rangka moral suasion.
Tewu, Reinhard
7 . 3 . 1 K O M P O N E N S I S T E M P E M B AYA R A N
DI INDONESIA
5. ATURAN
seperangkat aturan yang mengatur sistem pembayaran antara lain:
• UU Transfer Dana, UU Bank Indonesia, UU Informasi dan Transaksi Elektronik,
• UU Mata Uang, dan berbagai bebijakan tertulis dari otoritas sistem pembayaran dalam bentuk
Peraturan Bank Indonesia (PBI),
• Peraturan Anggota Dewan Gubernur PADG), dan/atau surat himbauan dalam rangka moral
suasion.
Tewu, Reinhard
7.3.2 ARSITEKTUR
S I S T E M P E M B AYA R A N D I
INDONESIA
Tewu, Reinhard
empat prinsip dasar yang harus dipenuhi baik
dalam penyelenggaraan pengembangan dan
7.3.2 pengawasan sistem pembayaran, yaitu:
ARSITEKTUR
peningkatan keamanan,
SISTEM
P E M B AYA R A N
efisiensi,
DI INDONESIA
perluasan akses,
Tewu, Reinhard
2. Retail Value Payment System (RVPS)
Dalam sistem pembayaran di Indonesia, selain Bank Indonesia,
terdapat penyelenggara sistem pembayaran lainnya yang berasal
dari bank maupun lembaga keuangan nonbank, yaitu:
7.3.2 • anggota BI-RTGS, Anggota SKNBI, dan anggota (BI-SSSS),
ARSITEKTUR • Instrumen SP ritel
SISTEM • Intrastruktur
P E M B AYA R A N
• Penerbit
DI INDONESIA
• Acquirer
• Prinsipal
• Penyelenggara kliring
• Penyelenggara Setelmen,
• Dan Penyelernggara Transfer.
Tewu, Reinhard
7.3.2 2. Retail Value Payment System
(RVPS)
Tewu, Reinhard
7.3.3 PERAN & Keberadaan bank sentral di Indonesia
merupakan amanat Undang Undang
Tewu, Reinhard
7.3.4 BLUEPRINT SISTEM
P E M B AYA R A N I N D O N E S I A 2 0 2 5 – B A N K
INDONESIA:
M E N AV I G A S I S I S T E M P E M B A Y A R A N
N A S I O N A L D I E R A D I G I TA L
BSPI 2025 adalah arah kebijakan sistem pembayaran Bank Indonesia untuk menavigasi peran industri
sistem pembayaran di era ekonomi dan keuangan digital. Blueprint berisi 5 (lima) Visi Sistem
Pembayaran Indonesia 2025 yang dilaksanakan oleh 5 (lima) working group yaitu Open banking,
Sistem Pembayaran Ritel, Sistem Pembayaran Nilai Besar dan Infrastruktur Pasar Keuangan, Data dan
Digitalisasi, dan Reformasi Regulasi, Perizinan, dan Pengawasan
Tewu, Reinhard
// THIS IS THE NAME OF THE
PROJECT
PENGELOLAAN
UANG RUPIAH DI
INDONESIA
Tatilu, Rechita
MISI BANK INDONESIA
Memenuhi kebutuhan uang Rupiah di masyarakat dalam jumlah nominal yang cukup
Jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi layak edar (berkualitas).
Tatilu, Rechita
PENGELOLAAN UANG RUPIAH DI
INDONESIA
Tatilu, Rechita
7.4.1 KONSEP UANG DAN PERENCANAANNYA
PADA PEREKONOMIAN
U A N G D I D E F I N I S I K A N S E B A G A I A L AT T U K A R YA N G
D A PAT D I T E R I M A S E C A R A U M U M , S E D A N G K A N D A L A M
I L M U E K O N O M I M O D E R N , U A N G D I D E F I N I S I K A N
S E B A G A I S E S U AT U YA N G T E R S E D I A D A N S E C A R A
U M U M D I T E R I M A S E B A G A I A L AT P E M B AYA R A N .
Fungsi Uang
1) Alat tukar (medium of exchange)
2) alat penyimpan nilai (tore of value)
3) satuan hitung (unit of account)
4) ukuran pembayaran yang tertunda ( standard for deffered payment).
Tatilu, Rechita
• T E O R I K U A N T I T A S YA N G D I K E M B A N G K A N O L E H D AV I D
R I C A R D O
K U AT L E M A H N YA N I L A I U A N G S A N G AT T E G A N T U N G PA D A
J U M L A H U A N G YA N G B E R E D A R . A PA B I L A J U M L A H U A N G
B E R E D A R B E R U B A H M E N J A D I D U A K A L I L I PAT M A K AT
N I L A I U A N G A K A N M E N U R U N M E N J A D I S E T E N G A H D A R I
N I L A I S E M U L A , D A N J U G A S E B A L I K N YA .
T E O R I K U A N T I T A S I R V I N G F I S H E R
K U AT L E M A H N YA N I L A I U A N G T I D A K H A N YA B E R G A N T U N G
PA D A J U M L A H U A N G YA N G B E R E D A R S A J A , M E L A I N K A N
J U G A D I P E N G A R U H I O L E H K E C E PATA N P E R E D A R A N U A N G ,
S E R T A V O L U M E P E R D A G A N G A N B A R A N G D A N J A S A .
T E O R I P E R S E D I A A N K A S O L E H A L F R E D M A R S H A L
T I N G G I R E N D A H N YA N I L A I U A N G B E R G A N T U N N G PA D A
J U M L A H U A N G YA N G D I T A H A N M A S YA R A K AT U N T U K
P E R S E D I A A N K A S ( T I D A K D I B E L I K A N B A R A N G D A N J A S A ) .
T E O R I K U A N T I T A S M O D E R N O L E H F R I E D M A N
P E R M I N T A A N U A N G I T U S E J A L A N D A N I D E N T I K D E N G A N
P E R M I N T A A N U N T U K K O M O D I T I T A H A N L A M A .
Tatilu, Rechita
7.4.2 PERAN BANK INDONESIA DALAM
PENGELOLAAN UANG RUPIAH
Tiga Pilar dan Strategi yang dilakukan oleh Bank Indonesia
Ketersediaan uang rupiah yang Distribusi pengolahan uang yang Layanan Kas yang Prima
berkualitas dan terpercaya aman dan optimal
1. Penerbitan uang rupiah sesuai 1. Distribusi dan penyempurnaan • Penyempurnaan mekanisme layanan
dengan UU mata uang struktur jaringan dan penguatan kas dan peningkatan peran pihak
2. Peningkatan kualitas uang rupiah di kerja sama. lain dalam layanan kas dan
masyarakat 2. Peningkatan efektivitas dan perluasan layanan layanan kas
3. melakukan optimalisasi percetakan efisiensi kegiatan distribusi uang keliling di wilayah terpencil dan
uang 3. Pengoperasian kantor operasional terdepan.
4. pencegahan dan penanggulangan Cilangkap
uang palsu. 4. Peningkatan kapasitas &
optimalisasi Mesin Sortir Uang
Kertas (MSUK) & Mesin Racik
Uang Kertas (MRUK)
5. Pengaturan perusahaan Jasa
Pengolahan Uang Rupiah (PJPUR).
Tatilu, Rechita
• Undang – Undang No.7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, ada Tahapan yang
mencakup enam kegiatan
7 . 4 . 3 TA H A PA N P E N G E L O L A A N U A N G D I
INDONESIA
Tatilu, Rechita
Instrumen dan sistem pembayaran yang digunakan akan terus
mengalami perkembangan sesuai dengan peradaban manusia yang
terus berkembang serta inovasi dan teknologi yang semakin maju.
7.5 KESIMPULAN
Bank Indonesia dapat menciptakan system pembayaran , sekaligus
mendukung tercapainya system keuangan yang inklusif.
Tatilu, Rechita
THANKYOU