Anda di halaman 1dari 85

Urutan berdasarkan Materi Presentasi:

Umboh, Florentiano Miguel


NAMA
Tumbel, Ruth Putri Debora
A N G G O TA Tambani, David Rico
KELOMPOK Tumbuan, Anastasya Debora

Tasik, Melania Nikita (record)

Toding, James Sampe (record)

Tewu, Reinhard (record)

Tatilu, Rechita Aprilia (record)

SEMUA MENGAMBIL BAGIAN PRESENTASI BAIK LANGSUNG MAUPUN REKAMAN


KEBANKSENTRALAN
G R O U P 8
TA B L E O F C O N T E N T S

05 Bagian Pertama 06 Bagian Kedua


Stabilitas Sistem Keuangan dan LINKAGE Stabilitas Moneter
Kebijakan Makroprudensial dan Sistem Keuangan

07 Bagian Ketiga
Sistem Pembayaran dan
Pengedaran Uang
// THIS IS THE NAME OF THE
PROJECT

STABILITAS SISTEM
KEUANGAN DAN
KEBIJAKAN
MAKROPRUDENSIA
05
L
Umboh, Florentiano
K O N S E P S TA B I L I TA S SISTEM
KEUANGAN

01 02

Definisi Stabilitas Sistem Prosiklikalitas Perilaku Sektor


Keuangan Keuangan

Umboh, Florentiano
S TA B I L I TA S S I S T E M K E U A N G A N

Kondisi di mana sistem keuangan berfungsi secara baik di dalam perekonomian dan menunjukan
ketahanan terhadap berbagai gejolak yang mungkin terjadi.

Ada 5 aspek penting dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dan mencegah krisis.
• Kesehatan individual lembaga keuangan dan keterkaitan makro-finansial dari sistem keuangan dengan aktivitas
perekonomian.
• Empat jenis faktor mikro-finansial yang sering menyebabkan krisis :asset bubbles, credit boom, akumulasi hutang
berlebihan, dan capital outflow secara tiba-tiba harus dikelola dengan baik.
• Kebijakan pengendalian guncangan perekonomian domestic dan kemampuan antisipasi guncangan luar negeri.
Kebijakan fiskal dan moneter, reformasi structural di sektol riil, dan manajemen aliran modal asing.
• Krisis dapat dipicu dari kegagalan Lembaga keuangan, terjadinya prosiklikalitas pada ketidakseimbangan makro-
finansial, atau guncangan ekonomi domestik/internasional.
• Interkoneksi dan jejaring keuangan terjadi bersamaan dengan perilaku herding behavior dan information contagion.

Umboh, Florentiano
P R O S I K L I K A L I TA S P E R I L A K U S E K T O R
KEUANGAN

Prosiklikalitas adalah perilaku system


keuangan yang mendorong perekonomian
Adanya informasi asimetris pada pasar keuangan
tumbuh lebih cepat ketika ekspansi dan
mendorong terjadinya ‘financial acelerator’, suatu
memperlemah perekonomian ketika siklus
kondisi ketika perekonomian mengalami kontraksi
kontraksi.
disertai menurunnya nilai kolateral, yang
mengakibatkan perusahan berkualitas baikpun dengan
Perilaku prosiklikal pada system keuangan
proyek yang jelas akan sulit mendapatkan kredit.
meningkatkan ketidakstabilan makroekonomi
dengan menciptakan kondisi output yang
fluktuatif.

Umboh, Florentiano
Tipe Fase Siklus Bisnis Siklus Perilaku Risiko Siklus Keuangan

Fase • Stabilitas makroekonomi • Meningkatnya keyakinan dan optimism • Penilaian risiko turun, spread
Ekspansi • Pertumbuhan ekonomi naik • Meningkatnya perilaku ambil risiko suku bunga turun
• Permintaan terhadap kredit meningkat • Harga asset naik mendorong nilai
kolateral
• Laverage meningkat
• Arus modal masuk asing
meningkat
• Penyerahan kredit naik

Fase • Meningkatnya volatilitas makro • Menurunnya keyakinan pelaku pasar • Bank melakukan delveraging
Kontraksi • Menurunnya aktivitas • Risk averse • Loan loss provision naik
perekonomian • Permintaan kredit menurun • Spread suku bunga naik
• Penyeluran kredit turun
• Arus modal masuk menurun

/ / TA B E L 5 . 1 I N T E R A K S I A N TA R A
S I K L U S B I S N I S P E R I L A K U T E R H A D A P
R I S I K O D A N S I K L U S K E U A N G A N Umboh, Florentiano
Konsep dan Karakteristik Kebijakan Makropridensial

5.3 TINJAUAN
KONSEPTUAL
KEBIJAKAN Instrumen Kebijakan Makroprudensial
MAKROPRUDEN
SIAL

Interaksi Kebijakan Makroprudensial dengan Kebijakan


Lain

Umboh, Florentiano
Umboh, Florentiano

IMF menyatakan bahwa kebijakan makroprudensial


merupakan kebijakan yang menggunakan instrument yang
berpegang pada prinsip kehati-hatian (prudential) sebagai
instrument utamanya untuk membatasi risiko sitemik atau
risiko system keuangan secara luas.

Beberapa definisi kebijakan makroprudensial:


• IMF: Kebijakan yang memiliki tujuan utama untuk
memelihara stabilutas system keuangan secara
keseluruhan melalui pembatasan peningkatan risiko
sistemik.
• Bank Indonesia: Kebijakan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia untuk mencegah dan mengurangi risiko
sitemik, mendorong fungsi intermediasi yang seimbang
dan berkualitas, meningkatkan efisiensi Sistem KONSEP DAN
Keuangan, askes keuangan dan UMKM dalam KARAKTERISTIK
mendorong terpeliharnya SSK, serta mendukung
stabilitas monoter dan system pembayaran.
KEBIJAKAN
MAKROPRUDENSIAL
• Memiliki tujuan utama mitigasi risiko sitemik
Karakteristik • Memiliki ruang lingkup system keuangan secara
keseluruhan
Kebijakan • Memiliki piranti prudensial atau piranti moneter
Makroprudensial: • Memiliki interaksi dengan kebijakan lainnya
• Mencakup dimensi cross section dan time series

Umboh, Florentiano
INSTRUMEN KEBIJAKAN
MAKROPRUDENSIAL

Tujuan Perumusan Kebijakan

Kategori Kebijakan yang akan


Dirumuskan

Pendekatan Penggunaan Instrumen

Umboh, Florentiano
INTERAKSI KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL
DENGAN KEBIJAKAN LAIN

Secara umum, kebijakan makroprudensial


berfokus untuk melakukan pemantauan
dalam menjaga stabilitas system
keuangan secara keseluruhan, guna
Kebijakan Mikroprudensial dan
menghindari terjadinya risiko sistemik.
Kebijakan Makroprudensial pada
Sementara itu, kebijakan mikroprudensial
dasarnya merupakan satu kesatuan yang
lebih menekankan kepada pemantauan
terikat dan tergantung satu sama lain.
dalam menjaga stabilitas institusi
keuangan secara individu, untuk
mempertahankan Kesehatan dan
ketahanan individual Lembaga keuangan.

Umboh, Florentiano
Dimensi
Dimensi
Kebijakan Time Dampak
Cross Section
Series
Kebijakan Moneter Ya Tidak Makroekonomi

Kebijakan Fiskal / Ya Ya, rumah tangga Makroekonomi dan


Sektor Riil dan korporasi Sektor Riil
T A B E L 5 . 4
P E R B A N D I N G A N
K E B I J A K A N
M A K R O P R U D E N S I A L
Kebijakan Tidak Ya, institusi Sistem Keuangan
D E N G A N L A I N N Y A Mikroprudensial keuangan

Kebijakan Ya Ya, institusi Sistem Keuangan,


Makroprudensial keuangan dengan dengan potensi
perhatian pada dampak kepada
rumah tangga dan rumah tangga dan
korporasi korporasi

Umboh, Florentiano
// THIS IS THE NAME OF THE
PROJECT

KEBIJAKAN
MAKROPRUDENSIA
L DI INDONESIA

Tumbel, Ruth
// THIS IS THE NAME OF THE
PROJECT

• Istilah makroprudensial di Indonesia secara


implisit digunakan sejak awal tahun 2000 dan
berkaitan dengan peran Bank Indonesia.
• Sejak tahun 2003 Bank Indonesia berperan
aktif dalam mendorong terciptanya stabilitas
system keuangan di Indonesia

Tumbel, Ruth
• Peran Bank Indonesia dalam menjalankan fungsi
M A N D AT makroprudensial secara eksplisit terdapat dalam UU

DAN RI No. 21 Tahun 2011 mengenai OJK.

• Dalam kapasitasnya sebagai otoritas


KERANGKA
makroprudensial, Bank Indonesia dapat melakukan
KEBIJAKAN pemeriksaan secara langsung kepada bank tertentu.

MAKROPRU- • OJK berkoordinasi dengan Bank Indonesia daklam


membuat peraturan pengawasan di bidang perbankan
DENSIAL dalam penentuan institusi perbankan.
Tumbel, Ruth
M A N D AT K E B I J A K A N
MAKROPRUDENSIAL

Mandat kebijakan makroprudensial tercantum dalam UU OJK No.21 Tahun 2011


tentang OJK dan lebih khususnya dalam pasal 7 dan pasal 40.
• Pasal 7. Adanya pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan,
kesehatan, aspek kehati-hatian dan pemeriksaan bank yang menjadi tugas dan
wewenang OJK.
• Pasal 40. Dalam melaksanakan fungsi, tugas dan wewenang BI perlu melakukan
pemeriksaan terhadap bank tertentu. BI dapat melakukan pemeriksaan secara
langsung kepada bank yang termasuk systemically important bank.
Tumbel, Ruth
P E N E TA PA N
KERANGKA
KEBIJAKAN
MAKROPRUDENSIAL

Dalam melaksanakan kebijakan makroprudensial, BI perlu


memiliki kerangka yang jelas, tepat, serta transparan.
Penetapan kerangka kebijakan makroprudensial terdapat
dalam Peraturan Bank Indonesia. Strategi Kebijakan
Makroprudensial:

 Mencegah dan mengurangi risiko sistemik

 Mendorong fungsi intermediasi yang seimbang dan


berkualitas

 Meningkatkan efisiensi system keuangan, akses


keuangan dan UMKM

Tumbel, Ruth
INSTRUMEN KEBIJAKAN
MAKROPRUDENSIAL
Bank Indonesia telah mengeluarkan 4 ketentuan yang menjadi instrument kebijakan makroprudensial
yang mengacu kepada Peraturan Bank Indonesia (PBI).
1) Instrumen untuk memperkuat ketahanan permodalan dan mencegah leverage yang berlebihan yaitu
Countercyclical Capital Buffer (CCB).
2) Instrumen untuk mengelola fungsi intermediasi dan mengendalikan resiko kredit, yakni Loan to
Value (LTV) dan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM)
3) Instrumen untuk mengelola resiko likuiditas dengan mencegah pemupukan resiko likuiditas dan
menambah cadangan likuiditas saat kondisi ekonomi up-turn.

4) Instrumen untuk mengelola resiko likuiditas dengan mencegah pemupukan resiko likuiditas dan
menambah cadangan likuiditas saat kondisi ekonomi up-turn.

Tumbel, Ruth
K O O R D I N A S I A N TA R O TO R I TA S D A L A M
M E N J A G A S TA B I L I TA S S I S T E M K E U A N G A N
INDONESIA

• Dalam menjaga stabilitas system keuangan Indonesia, diperlukan kerja


sama antara berbagai otoritas yang berwenang. Otoritas yang berwenang
dalam menjaga system keuangan:
 Kementerian Keuangan
 Bank Indonesia (BI)
 Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
 Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
• Hubungan kerja antar otoritas tidak terbatas pada penanganan krisis saja.
• Peran BI dalam stabilitas system keuangan dikaitkan dengan peran BI
sebagai otoritas kebijakan moneter, makroprudensial, dan system
pembayaran.

Tumbel, Ruth
Bank Indonesia dan Pemerintah secara bersama-sama
mengelola kebijakan makroekonomi melalui
kementrian yang terkait.

Kebijakan Fiskal dari Kementrian Keuangan secara


tidak langsung mempengaruhi kondisi stabilitas system
PERAN keuangan.
P E M E R I N TA H
, OJK DAN OJK bertugas menerapkan aturan-aturan prudensial
LPS yang bertujuan untuk menjaga kesehatan individual
institusi keuangan.

LPS berperan dalam memberikan jaminan atas


simpanan nasabah dalam bank.

Tumbel, Ruth
C ATATA N P E N U T U P

• Bab ini menjelaskan bagaimana pentingnya kita harus menjaga stabilitas dari system keuangan untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan.
• Krisis keuangan global dan krisis-krisis sebelumnya sering disebabkan karena ada resiko sistematik,
kredit yang berlebihan, kenaikan harga asset dan akumulasi hutang luar negri yang tidak terkendali.
• Kebijakan makroprudensial mencakup pengaturan dan pengawasan lembaga keuangan.
• Kebijakan makroprudensial telah menjadi instrument yang bermanfaat bagi bank-bank sentral di banyak
negara.

Tumbel, Ruth
// THIS IS THE NAME OF THE
PROJECT

LINKAGE
STABILITAS
MONETER DAN
SISTEM KEUANGAN 06
Tambani, David
Tambani, David
6.2
PERILAKU SEKTOR KEUANGAN DAN
E F E K T I V I TA S K E B I J A K A N M O N E T E R

Karakteristik prosiklikal dari sektor keuangan secara inheren di sebabkan oleh


factor:

Prosiklikalitas juga dapat


Adanya asimetri informasi muncul sejalan dengan
di pasar keuangan memicu karakteristik dari regulasi
akselerator keuangan. sektor keuangan, pada
dasarnya bersifat prosiklikal.

Tambani, David
Tambani, David
6.3.1
PERAN KEBIJAKAN
MAKROPRUDENSIAL

A D A 2 D I M E N S I K E B I J A K A N M A K R O P R U D E N S I A L :

1. Cross-section
2. Time-series

Tambani, David
•6.3.2

Integrasi kebijakan
moneter dan
makroprudensial

Tambani, David
Perlunya pemahaman yang baik terhadap kerangka
keterkaitan antara kebijakan moneter, kebijakan
P E R S YA R ATA N makroprudensial, dan kebijakan mikroprudensial.
AGAR
INTEGRARASI
KEBIJAKAN
MONETER DAN
MAKROPRUDEN Perlunya pemahaman mengenai mekanisme kerja
S I A L D A PAT transmisi kebijakan moneter dan makroprudensial
DILAKSANAKAN dalam memengaruhi kegiatan ekonomi.
DENGAN BAIK:

Perlunya pengukuran indikator perilaku resiko yang


tepat dalam mendukung pemantauan risiko sistem.

Tambani, David
// THIS IS THE NAME OF THE
PROJECT

BAURAN • Tujuan Bauran


Pada kondisi pasar keuangan ideal, berfungsi dengan

INSTRUMEN baik dan kompetitif, biasanya bank sentral cukup


mengandalkan instrumen tunggal dalam mencapai
tujuan kebijakan moneter.

KEBIJAKAN

Tumbuan, Anastasya
S E C A R A E M P I R I S , VA R I A S I D A L A M P E N G G U N A A N
B A U R A N I N S T R U M E N D I D A S A R I O L E H B E B E R A PA
P E RT I M B A N G A N ATA U T U J U A N S E B A G A I B E R I K U T
( B A L I N O A N D Z A M A L L O A , 1 9 9 7 ) .

Kedua, untuk melakukan


Pertama, untuk menjamin Ketiga, untuk mencapai tujuan-
penyesuaian dan adaptasi Keempat, untuk menyesuaikan
pencapaian tujuan tujuan kebijakan lain yang
instrumen dan prosedur operasi diri terhadap lingkungan
pengendalian moneter dalam dianggap penting dan sekaligus
sejalan dengan kendala kebijakan ekonomi makro,
mengatasi gejolak yang mendorong bekerjanya
kelembagaan yang terutama tipe rezim moneter
mengganggu permintaan dan mekanisme transmisi kebijakan
memengaruhi bekerjanya suatu dan nilai tukar.
penawaran reserve bank-bank. moneter.
instrumen.

Tumbuan, Anastasya
VA R I A S I R E S P O N S B A U R A N
KEBIJAKAN

Sebagaimana disampaikan sebelumnya, kompleksitas permasalahan akibat krisis


keuangan global 2008/09 menjadikan peningkatan kadar peran kebijakan moneter, yang
tidak hanya terkait dengan stabilitas moneter, namun juga memperhitungkan stabilitas
sistem keuangan.

Untuk itu, kebijakan moneter memerlukan instrumen tambahan untuk mendukungnya


dalam mengendalikan kenaikan harga aset di pasar keuangan. Dalam hal ini, instrumen
kebijakan makroprudensial yang didesain untuk melakukan countercyclical dapat
digunakan untuk mengatasi prosiklikalitas dan mendukung kebijakan moneter dalam
mencapai stabilitas makroekonomi.

Tumbuan, Anastasya
Tumbuan, Anastasya
Sebagaimana dimensi makroprudensial yang cukup luas, format bauran
instrumen kebijakan yang diterapkan oleh banyak bank sentral juga variatif.
Salah satunya adalah dengan mengandalkan intervensi pasar valuta asing,
yang umumnya dikaitkan dengan akumulasi cadangan devisa, dalam rangka
mengelola keseimbangan eksternal.

Tumbuan, Anastasya
Dalam implementasi bauran instrumen
kebijakan, terdapat beberapa aspek yang perlu
ASPEK dipertimbangkan agar bauran instrumen
kebijakan optimal, diantaranya:
TEKNIS 1. Sinyal yang Perlu Direspons
DALAM 2. Karakteristik Respons

IMPLEME 3. Timing Implementasi dan Prosiklikalitas


4. Efektivitas dan Kalibrasi Langkah
N TA S I Kebijakan
5. Komunikasi Kebijakan

Tumbuan, Anastasya
1 . S I N YA L Dalam perspektif kebijakan forward looking, respons
kebijakan harus diarahkan untuk mengantisipasi sinyal
YA N G potensi gangguan pada keseimbangan makroekonomi ke
PERLU depan. Respons kebijakan mungkin tidak perlu dilakukan
DIRESPONS apabila hanya terjadi gejolak yang bersifat temporer.

Tumbuan, Anastasya
Dalam merumuskan respons suatu kebijakan
2. makroprudensial, salah satu isu yang penting adalah apakah
KARAKTER respons akan menggunakan sebuah aturan atau direksi (rules
ISTIK vs discretion). Seperti halnya dalam kebijakan moneter,
selalu ada trade-off antara menggunakan rules vs discretion.
RESPONS

Tumbuan, Anastasya
Timing penerapan kebijakan selama siklus ekonomi penting
untuk diperhatikan. Hal ini antara lain karena suatu
peraturan makroprudensial seringkali bersifat prosiklikal.
Sejumlah isu lain yang berkaitan dengan penerapan
kerangka makroprudensial yang bersifat countercyclical.
3. TIMING • Pertama, terkait dengan berapa bobot yang diberikan
pada upaya menstabilkan siklus ekonomi (misalnya
IMPLEMEN GDP) dibandingkan dengan upaya untuk mengelola
TA S I D A N siklus sektor keuangan (misalnya kredit dan harga aset).
PROSIKLIK • Kedua, terkait dengan siapa yang harus menilai siklus
(sektor publik atau swasta)
A L I TA S
• Ketiga, terkait dengan ketepatan waktu tindakan.
• Keempat, terkait dengan apakah rasio kehati-hatian harus
tetap atau bergerak dengan siklus.

Tumbuan, Anastasya
4. Efektivitas bekerjanya suatu instrumen kebijakan akan
memengaruhi kalibrasi pilihan langkah kebijakan yang
E F E K T I V I TA dianggap sesuai. Berbeda dengan analisis transmisi
S DAN kebijakan moneter, belum ada kerangka teoretis kebijakan
KALIBRASI makroprudensial yang telah dikembangkan dengan baik atau
hasil empiris yang kokoh untuk memandu kalibrasi.
LANGKAH
KEBIJAKAN

Tumbuan, Anastasya
Komunikasi dalam konteks integrasi kebijakan moneter dan
5. makroprudensial merupakan hal yang sangat krusial, namun
sekaligus sebuah tantangan yang tidak ringan.
KOMUNIKASI
KEBIJAKAN

Tumbuan, Anastasya
// THIS IS THE NAME OF THE
PROJECT

IMPLIKASI PADA
MANDAT KEBIJAKAN
BANK SENTRAL

Tasik, Melania
6 . 5 . 1 P E N Y E S U A I A N M A N D AT D A N
K O N S E K U E N S I N YA PA D A TATA K E L O L A
KEBIJAKAN

Terdapat beberapa alasan yang mendasari komplikasi pada tata kelola kebijakan bank sentral
(Crockett,2010).
1. Belum adanya pemahaman terhadap tujuan stabilitas keuangan yang tegas (unik) dan
terkuantifikasi, sebagaimana yang dipahami pada tujuan stabilitas harga.
2. Tanggung jawab untuk menjaga stabilitas sistem keuangan pada dasarnya bersifat multidimensi.
Cakupan tanggung jawab mulai dari pengawasan prudensial, penetapan kebijakan untuk
mencegah risiko sistemik, sampai dukungan likuiditas pada pasar keuangan maupun individu
lembaga keuangan
3. Keputusan terkait dengan stabilitas sistem keuangan cenderung sensitif secara politis,
dibandingkan dengan stabilitas moneter

Tasik, Melania
Salah satu alternatif format kebijakan moneter yang dapat disusun adalah dengan tetap
menjadikan kestabilan harga sebagai unsur utama yang memengaruhi respons kebijakan
moneter.
Alternatif format kebijakan lain adalah dengan menetapkan pengelolaan stabilitas
sistem keuangan sebagai salah satu mandat kebijakan moneter, di samping menjaga
stabilitas harga.
Terkait dengan hal itu, Svensson (2010) menegaskan bahwa terdapat keterkaitan yang erat
antara pencapaian stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan.
Beberapa pandangan (antara lain Svensson (2010), Hannoun (2010a), Jordan (2010))
menyarankan bahwa sebaiknya stabilitas harga menjadi tujuan utama kebijakan moneter.

Tasik, Melania
6 . 5 . 2 M A N D AT P E L A K S A N A A N
KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL DAN
MIKROPRUDENSIAL

Dalam melaksanakan fungsinya untuk mencapai dan memelihara stabilitas sistem keuangan, bank
sentral akan memerlukan instrumen pendukung berupa pengawasan makroprudensial dan pengawasan
mikroprudensial.
Pengawasan makroprudensial

Proses pengelolaan kesehatan sistem keuangan secara menyeluruh yang dilaksanakan


melalui serangkaian analisis keterkaitan kegiatan di sektor keuangan, kondisi pasar
keuangan dan perilaku sektor keuangan.

Pengawasan mikroprudensial

Proses pengelolaan kesehatan institusi keuangan secara individual yang dilakukan


melalui penerapan pengawasan dan regulasi yang diharapkan secara agregat mampu
menciptakan kesinambungan dan stabilitas pada sistem keuangan serta memberikan
perlindungan kepada konsumen.

Tasik, Melania
Kebijakan makroprudensial mempunyai peran
Secara substantif dapat ditarik pemahaman bahwa
yang sangat vital, baik dalam mendukung
hal yang paling utama bagi efektivitas bank
kebijakan moneter dan menjaga kestabilan
sentral dalam menjaga stabilitas sistem keuangan
makroekonomi maupun kebijakan
adalah kesinambungan arus pertukaran dan
mikroprudensial. Kebijakan makroprudensial
kualitas informasi antara pengawasan
dalam dimensi yang lebih sempit memerlukan
mikroprudensial dan makroprudensial, mengingat
konsistensi dengan penggunaan instrumen
fungsi diantara keduanya bersifat komplemen.
mikroprudensial; sementara kebijakan
terkait dengan hal ini, informasi yang feasible
makroprudensial dalam dimensi yang lebih
sangat tergantung bentuk kelembagaan, kebiasaan
sempit memerlukan konsistensi dengan kebijakan
serta faktor manusianya.
moneter.

Tasik, Melania
6 . 5 . 3 K E J E L A S A N M A N D AT D A L A M
PENANGANAN KRISIS
• Salah satu hal yang menarik dalam proses penanganan krisis ialah bahwa meluasnya peran dan
inisiatif yang dilakukan berbagai bank sentral dalam melakukan resolusi atau menyelamatkan
sisstem keuangan domestiknya, telah memunculkan dimensi politik yang juga tidak kalah
menarik untuk diperdebatkan
• Di sisi lain, dalam proses resolusi sebuah atau beberapa lembaga keuangan, faktor waktu atau
kecepatan menjadi penentu utama berhasil tidaknya pilihan kebijakan yang diambil (time is of the
essence)

Tasik, Melania
Dimensi lain yang juga penting dalam proses resolusi krisis adalah
pelonggaran ketentuan(regulatory forbearance) yang dilakukan otoritas
dengan tujuan pemulihan sistem perbankan secara perlahan atau transisi
bertahap ke arah penerapan ketentuan yang makin ketat

UU nomor 9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem


Keuangan (PPSK)

Tasik, Melania
// THIS IS THE NAME OF THE
PROJECT

SISTEM
PEMBAYARAN DAN
PENGEDARAN UANG
07
Tasik, Melania
7.2.1 Pembayaran dan sistem pembayaran

Suatu persetujuan untuk melakukan suatu transfer nilai


(perpindahan dana) dari pembeli dan penjual dalam suatu
transaksi barang dan/atau jasa.

Pembeli Penjual
(pemilik uang) (pemilik barang)

Toding, James
AKTIFITAS EKONOMI CONTOH PEMBAYARAN

Pasar barang dan jasa Berbagai macam pembayaran atas pembelian barang
dan/jasa

7.2 JENIS Pasar uang antar bank Transter dana dari lending bank ke borrowing bank,
biasanya untuk memenuhi kebutuhan likuiditas
A K T I F I TA S
EKONOMI Pasar valuta asing Transfer sana untuk pembayaran rupiah (IDR-leg) dari
bank penjual Rupiah ke bank penjual valas
DAN
SISTEM Pasar Surat berharga pembayaran sisi dana dari securities buyer ke securities
seller
P E M B AYA R
Operasi moneter Konraksi : debit transfer dari BI ke bank
AN Ekspansi : credit tranfer dari BI ke bank

Pemerintah (a.l. fiskal) Penyelesaian transaksi SBN/SUN, pembayaran d/r


DAU, pajak, dan lain-lain

Toding, James
• Sistem pembayaran

Mekanisme yang memungkinkan penyelesaian atau


transfer dana antara pembeli dan penjual.

Di sisi yang lain, sistem pembayaran dapat memberikan tekanan dan


risiko tertentu bagi pesertanya, dan dapat juga menjadi saluran untuk
berpindahnya krisis keuangan dari satu sistem ekonomi atau keuangan di
suatu negara kepada negara lainnya.
 

Toding, James
7.2.2 Komponen sistem pembayaran

Menurut CPSS (2001), sistem pembayaran terdiri dari beberapa instrument,


prosedur perbankan dan sistem transfer dana antar bank yang menjamin
peredaran uang.

Komponen sistem pembayaran diantaranya adalah :


(Rambure dan Nacamuli, 2008).

• Mekanisme untuk memproses transfer dana dan/atau setelmennya.

Toding, James
7.2.3 Evolusi sistem pembayaran

Barter Uang Komoditas Kartal Paper Based

Uang komoditas Card based/Uang elektronik


Virtal currency

Toding, James
7.2.3 Peran sistem pembayaran dalam perekonomian

Keberhasilan Sistem Pembayaran secara cepat aman dan efesien akan menunjang
perkembangan sistem keuangan dan perbankan, oleh karna itu stabilitas sistem keuangan
dalam suatu negara hanya akan tercapai bila terdapat Lembaga yang sehat, pasar
keuangan yang efesien, dan sistem pembayaran yang handal.

Menurut sheppard (1996 ), Sistem pembayaran berperan penting dalam


perekonomian.

• Sistem pembayaran merupakan bagian penting dalam infrastruktur keuangan


suatu perekonomian dalam upaya mendukung stabilitas keuangan.

Toding, James
Stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan
Gambar 7.3 Keterkaitan sistem pembayaran, stabilitas moneter, dan sistem keuangan

Stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan

Sistem pembayaran Stabilitas sistem


Stabilitas moneter
aman dan efesien keuangan

Volume transaksi
Financial system
Efektifitas transmisi pembayaran
intermediation &
moneter
effeciency
Efesiensi transaksi
pembayaran

Keamanan operasi Resiko transaksi Financial system


moneter pembayaran resilience

Toding, James
1. Stabilitas sistem keuangan

Sistem pembayaran dan sistem keuangan merupakan suatu kesatuan yang utuh, jadi ketika
adanya gangguan keterlambatan atau kegagalan pembayaran dalam jumlah besar, dapat memengaruhi
kepercayaan masyarakat terhadap likuiditas perekonomian dan stabilitas sistem keuangan maupun
perbankan begitupun sebaliknya , jenis pembayaran bernilai besar maupun kecil keduanya dapat
memengaruhi stabilitas sistem keuangan.

2. Stabilitas moneter

Sistem pembayaran mempunyai peran dasar sebagai infrastruktur pendukung dalam


pengendalian moneter, Pengembangan sistem pembayaran senantiasa diarahkan untuk
terciptanya sistem pembayaran yang efisien, cepat, dan aman, Pengaruh saldo rekening
akibat time lag dikenal sebagai float yang merupakan faktor penting dalam keseimbangan
money supply dan demand.

Toding, James
7.2.5 Resiko sistem pembayaran

CPSS (2001) mengklasifikasikan risiko sistem pembayaran

Resiko kredit Resiko operational

Resiko hukum

Resiko Liquiditas Resiko Sistematik

Toding, James
Van Den Bergh dan Veale (1994)

Resiko kredit Resiko kredit Resiko kredit

Sheppard (1996)

Resiko kredit Resiko kredit Resiko kredit

Toding, James
// THIS IS THE NAME OF THE
PROJECT

SISTEM
PEMBAYARAN DI
INDONESIA

Tewu, Reinhard
P E R K E M B A N G A N S I S T E M P E M B AYA R A N
DI INDONESIA DIDORONG OLEH;

semakin besarnya volume dan nilai transaksi,


peningkatan risiko,
kompleksit transaksi
dan perkembangan teknologi.

Tewu, Reinhard
7.3.1 KOMPONEN SISTEM
P E M B AYA R A N D I
INDONESIA

Tewu, Reinhard
7.3.1 KOMPONEN SISTEM
P E M B AYA R A N D I
INDONESIA
1. INSTITUSI & LEMBAGA
Di Indonesia, institusi-institusi ini terbagi dalam 2 bagian.
• Pertama, Bank Indonesia, dalam penyelenggaraan sistem Bl-RTGS, BI-
SSSS, dan SKNBI.
• Dengan BI-RTGS, Bank Indonesia memproses setelmen transfer kredit
antarbank untuk bigh value transfer secara real time, setelmen kliring BI,
setelmen kliring pasar modal, setelmen kliring Switcbing company, setelmen
surat berharga dan transfer dalam rangka pengelolaan dan fiskal.

Tewu, Reinhard
7.3.1 KOMPONEN SISTEM
P E M B AYA R A N D I
INDONESIA
2. INFRASTRUKTUR
sarana dan prasarana yang tersedia dalam sistem pembayaran, antara lain:
• Electronic Data Capturing (EDC) yang ada di merchant/toko unnuk
membaca transaksi yang dilakukan menggunakan alat pembayaran, seperti
kartu ATM, debet, dan kartu kredit
• Mesin ATM (Anjungan Tunai Mandiri) pengganti transaksi di kantor bank
yang dapat memproses instruksi transfer dana see terotomasi, pengambilan
tunai, dll.

Tewu, Reinhard
7.3.1 KOMPONEN SISTEM
P E M B AYA R A N D I
INDONESIA
3. INSTRUMEN
alat pembayarun dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu alat pembayaran
tunai dan alat pembayaran nontunai
• Alat pembayaran tunai yang sudah berlaku di Indonesia contohnya adalah
uang kartal (uang Rupiah kertas & logam).
• Alat pembayaran nontunai di Indonesia tersedia dalam bentuk
dokumen/warkat dan elektronik, contohnya:
kartu kredit/ATM/Debet dari bank-bank yang beroperasi di Indonesia,
Uang elektronik, dompet elektronik, cek/bilyet giro, travellers cheque, dll.
Tewu, Reinhard
7.3.1 KOMPONEN SISTEM
P E M B AYA R A N D I
INDONESIA
4. MEKANISME
Di Indonesia, mekanisme pembayaran ini ada yang dilakukan oleh Bank
Indonests (misalnya sistem BI-RTGS dan SKN) dan banyak pula yang
dilakukan oleh industri sistem pembayaran di luar Bank Indonesia, misalnya
kliring mnsaksi ATM, kartu kredit, e-money, dan lain-lain.

Tewu, Reinhard
7.3.1 KOMPONEN SISTEM
P E M B AYA R A N D I
INDONESIA
5. ATURAN
seperangkat aturan yang mengatur sistem pembayaran antara lain:
• UU Transfer Dana, UU Bank Indonesia, UU Informasi dan Transaksi
Elektronik,
• UU Mata Uang, dan berbagai bebijakan tertulis dari otoritas sistem
pembayaran dalam bentuk Peraturan Bank Indonesia (PBI),
• Peraturan Anggota Dewan Gubernur PADG), dan/atau surat himbauan dalam
rangka moral suasion.
Tewu, Reinhard
7 . 3 . 1 K O M P O N E N S I S T E M P E M B AYA R A N
DI INDONESIA
5. ATURAN
seperangkat aturan yang mengatur sistem pembayaran antara lain:
• UU Transfer Dana, UU Bank Indonesia, UU Informasi dan Transaksi Elektronik,
• UU Mata Uang, dan berbagai bebijakan tertulis dari otoritas sistem pembayaran dalam bentuk
Peraturan Bank Indonesia (PBI),
• Peraturan Anggota Dewan Gubernur PADG), dan/atau surat himbauan dalam rangka moral
suasion.

Tewu, Reinhard
7.3.2 ARSITEKTUR
S I S T E M P E M B AYA R A N D I
INDONESIA

Tewu, Reinhard
empat prinsip dasar yang harus dipenuhi baik
dalam penyelenggaraan pengembangan dan
7.3.2 pengawasan sistem pembayaran, yaitu:

ARSITEKTUR
peningkatan keamanan,
SISTEM
P E M B AYA R A N
efisiensi,
DI INDONESIA
perluasan akses,

dan perlindungan konsumen.


Tewu, Reinhard
7.3.2 ARSITEKTUR SISTEM
Tewu, Reinhard
P E M B AYA R A N D I I N D O N E S I A
7.3.2 ARSITEKTUR SISTEM
P E M B AYA R A N D I I N D O N E S I A

1. High Value Payment System (HVPS)


Contoh penyelenggaraan HVPS yang dilakukan oleh Bank Indonesia adalah
• Bank Indonesia Real Time Grass Settlement (BI-RTGS)
• dan Bank Indonesia-Seripless Securities Settlement System (BI-SSSS).

Tewu, Reinhard
2. Retail Value Payment System (RVPS)
Dalam sistem pembayaran di Indonesia, selain Bank Indonesia,
terdapat penyelenggara sistem pembayaran lainnya yang berasal
dari bank maupun lembaga keuangan nonbank, yaitu:
7.3.2 • anggota BI-RTGS, Anggota SKNBI, dan anggota (BI-SSSS),
ARSITEKTUR • Instrumen SP ritel
SISTEM • Intrastruktur
P E M B AYA R A N
• Penerbit
DI INDONESIA
• Acquirer
• Prinsipal
• Penyelenggara kliring
• Penyelenggara Setelmen,
• Dan Penyelernggara Transfer.
Tewu, Reinhard
7.3.2 2. Retail Value Payment System
(RVPS)

ARSITEKTUR Dalam sistem pembayaran di Indonesia,


selain Bank Indonesia, terdapat
SISTEM penyelenggara sistem pembayaran
lainnya yang berasal dari bank maupun
P E M B AYA R A N lembaga keuangan nonbank, yaitu:

DI INDONESIA • anggota BI-RTGS, Anggota SKNBI,


dan anggota (BI-SSSS),

Tewu, Reinhard
7.3.3 PERAN & Keberadaan bank sentral di Indonesia
merupakan amanat Undang Undang

ASPEK HUKUM Dasar 1945, di mana susunan,


kedudukan, kewenangan tanggung
BI DALAM jawab, dan independensinya.
dalam UU BI Salah satu tugas Bank
SISTEM Indonesia adalah menetapkan kebijakan,

P E M B AYA R A N mengatur, melaksanakan, memberi


persetujuan, perizinan, dan pengawasan
atas penyelenggaraan jasa sistem
pembayaran.

Tewu, Reinhard
7.3.4 BLUEPRINT SISTEM
P E M B AYA R A N I N D O N E S I A 2 0 2 5 – B A N K
INDONESIA:
M E N AV I G A S I S I S T E M P E M B A Y A R A N
N A S I O N A L D I E R A D I G I TA L

BSPI 2025 adalah arah kebijakan sistem pembayaran Bank Indonesia untuk menavigasi peran industri
sistem pembayaran di era ekonomi dan keuangan digital. Blueprint berisi 5 (lima) Visi Sistem
Pembayaran Indonesia 2025 yang dilaksanakan oleh 5 (lima) working group yaitu Open banking,
Sistem Pembayaran Ritel, Sistem Pembayaran Nilai Besar dan Infrastruktur Pasar Keuangan, Data dan
Digitalisasi, dan Reformasi Regulasi, Perizinan, dan Pengawasan

Tewu, Reinhard
// THIS IS THE NAME OF THE
PROJECT

PENGELOLAAN
UANG RUPIAH DI
INDONESIA

Tatilu, Rechita
MISI BANK INDONESIA
Memenuhi kebutuhan uang Rupiah di masyarakat dalam jumlah nominal yang cukup

Jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi layak edar (berkualitas).

Tiga Pilar Pengelolaan Uang


1. Ketersediaan uang Rupiah yang berkualitas dan terpercaya
2. Distribusi dan pengolahan uang yang aman dan optimal
3. Layanan kas yang prima

Tatilu, Rechita
PENGELOLAAN UANG RUPIAH DI
INDONESIA

7.4.2 Peran Bank


7.4.1 Konsep Uang 7.4.3 Tahapan
Indonesia dalam
dan Peencanaanya Pengelolaan Uang di
Pengelolaan Uang
pada Perekonomian Indonesia
Rupiah

Tatilu, Rechita
7.4.1 KONSEP UANG DAN PERENCANAANNYA
PADA PEREKONOMIAN

U A N G D I D E F I N I S I K A N S E B A G A I A L AT T U K A R YA N G
D A PAT D I T E R I M A S E C A R A U M U M , S E D A N G K A N D A L A M
I L M U E K O N O M I M O D E R N , U A N G D I D E F I N I S I K A N
S E B A G A I S E S U AT U YA N G T E R S E D I A D A N S E C A R A
U M U M D I T E R I M A S E B A G A I A L AT P E M B AYA R A N .

Fungsi Uang
1) Alat tukar (medium of exchange)
2) alat penyimpan nilai (tore of value)
3) satuan hitung (unit of account)
4) ukuran pembayaran yang tertunda ( standard for deffered payment).

Tatilu, Rechita
• T E O R I K U A N T I T A S YA N G D I K E M B A N G K A N O L E H D AV I D
R I C A R D O
K U AT L E M A H N YA N I L A I U A N G S A N G AT T E G A N T U N G PA D A
J U M L A H U A N G YA N G B E R E D A R . A PA B I L A J U M L A H U A N G
B E R E D A R B E R U B A H M E N J A D I D U A K A L I L I PAT M A K AT
N I L A I U A N G A K A N M E N U R U N M E N J A D I S E T E N G A H D A R I
N I L A I S E M U L A , D A N J U G A S E B A L I K N YA .

T E O R I K U A N T I T A S I R V I N G F I S H E R
K U AT L E M A H N YA N I L A I U A N G T I D A K H A N YA B E R G A N T U N G
PA D A J U M L A H U A N G YA N G B E R E D A R S A J A , M E L A I N K A N
J U G A D I P E N G A R U H I O L E H K E C E PATA N P E R E D A R A N U A N G ,
S E R T A V O L U M E P E R D A G A N G A N B A R A N G D A N J A S A .

T E O R I P E R S E D I A A N K A S O L E H A L F R E D M A R S H A L
T I N G G I R E N D A H N YA N I L A I U A N G B E R G A N T U N N G PA D A
J U M L A H U A N G YA N G D I T A H A N M A S YA R A K AT U N T U K
P E R S E D I A A N K A S ( T I D A K D I B E L I K A N B A R A N G D A N J A S A ) .

T E O R I K U A N T I T A S M O D E R N O L E H F R I E D M A N
P E R M I N T A A N U A N G I T U S E J A L A N D A N I D E N T I K D E N G A N
P E R M I N T A A N U N T U K K O M O D I T I T A H A N L A M A .

Tatilu, Rechita
7.4.2 PERAN BANK INDONESIA DALAM
PENGELOLAAN UANG RUPIAH
Tiga Pilar dan Strategi yang dilakukan oleh Bank Indonesia
Ketersediaan uang rupiah yang Distribusi pengolahan uang yang Layanan Kas yang Prima
berkualitas dan terpercaya aman dan optimal
1. Penerbitan uang rupiah sesuai 1. Distribusi dan penyempurnaan • Penyempurnaan mekanisme layanan
dengan UU mata uang struktur jaringan dan penguatan kas dan peningkatan peran pihak
2. Peningkatan kualitas uang rupiah di kerja sama. lain dalam layanan kas dan
masyarakat 2. Peningkatan efektivitas dan perluasan layanan layanan kas
3. melakukan optimalisasi percetakan efisiensi kegiatan distribusi uang keliling di wilayah terpencil dan
uang 3. Pengoperasian kantor operasional terdepan.
4. pencegahan dan penanggulangan Cilangkap
uang palsu. 4. Peningkatan kapasitas &
optimalisasi Mesin Sortir Uang
Kertas (MSUK) & Mesin Racik
Uang Kertas (MRUK)
5. Pengaturan perusahaan Jasa
Pengolahan Uang Rupiah (PJPUR).
Tatilu, Rechita
• Undang – Undang No.7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, ada Tahapan yang
mencakup enam kegiatan

7 . 4 . 3 TA H A PA N P E N G E L O L A A N U A N G D I
INDONESIA
Tatilu, Rechita
Instrumen dan sistem pembayaran yang digunakan akan terus
mengalami perkembangan sesuai dengan peradaban manusia yang
terus berkembang serta inovasi dan teknologi yang semakin maju.

Perkembangan sistem pembayaran didorong oleh semakin


besarnya volume dan nilai transaksi peningkatan risiko,
kompleksitas transaksi dan adopsi teknologi yang semakin
berkembang, serta upaya Pemerintah untuk menginklusikan
semakin berkembang,melalui berbagai landasan hukum dan
peraturan yang keuangannya.

Peran uang dalam pembayaran tunai adalah dasar dari transaksi


pembayaran yang masih mendominasi di Indonesia.

7.5 KESIMPULAN
Bank Indonesia dapat menciptakan system pembayaran , sekaligus
mendukung tercapainya system keuangan yang inklusif.

Tatilu, Rechita
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai