Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
HALUSINASI
By : Kelompok 7
Nama kelompok
- Faktor Predisposisi
1. Faktor perkembangan
2. Faktor sosiokultural
3. Faktor biokimia
4. Faktor psikologis
5. Faktor genetik dan pola asuh
Faktor Presipitasi
6. Dimensi fisik
7. Dimensi emosional
8. Dimensi intelektual
9. Dimensi sosial
10. Dimensi spiritual
Tanda dan Gejala
1. Bicara sendiri., Senyum sendiri., Ketawa sendiri.
2. Menggerakkan bibir tanpa suara.
3. Pergerakan mata yang cepat
4. Respon verbal yang lambat.
5. Menarik diri dari orang lain.
6. Berusaha untuk menghindari orang lain.
7. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
8. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
9. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
10. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
11. Sulit berhubungan dengan orang lain.
12. Ekspresi muka tegang.
13. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
14. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
15. Tampak tremor dan berkeringat.
16. Curiga dan bermusuhan.
17. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
18. Ketakutan.
19. Tidak dapat mengurus diri.
20. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.
Tahap halusinasi Karakteristik
Stage I: Slep disorder Klien merasa banyak masalah, ingin menghindari lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa
Fase awal seeprang sebelum muncul dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa sulit karena berbagai stressor terakumulasi, minsalnya
halusinasi kekasih hamil, terlibat narkoba, dihianati kekasih, masalah kekampus, drop out, dst. Masalah terasa
menekan karena teraakumulasi sedangkan support sistem kurang dan persepsi terhadap masalah sangat
buruk. Sulit idur berlngsung terus menerus sehingga terbiasa menghayal. Klien menganggap lamunan-
lamunan awal tersebut sebagai pemecahan masalah.
Stage II: Comforting Klien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaaan yang cemas, kesepian, perasaan
Halusinasi secara umum dia terima berdosa, ketakutan dan mencoba memusatkan pemikiran pada timbulnya kecemasan. Ia beranggapan
sebagai sesuatu yang alami bahwa pengalaman pikiran dan sensorinya dapat dia control bila kecemasannya diatur, dalam tahap ini
ada kecendrungan klien merasa nyaman dengan halusinasinya.
Stage III: Condemning Pengalaman sensori klien menjadi sering adatang dan mengalami biasa. Klien mulai merasa tidak
Secara umum halusinasi mampu lagi mengontrolnya dan mulai berupaya menjaga jarak antara dirinya gengan objek yng
mendatanngi klien dipersepsikan klien mulai menarik diri dari oang lain, dengn intensitas waktu yang lama.
Stage IV: Controling Severa Level Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori abnormalyang datang. Klien dapat merasakan
Of Anxiety kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah mulai fase gangguan pisikotik.
Fugsi sensori menjadi tidak releven
dengan kenyataan
Stage V: Conquering Panic Level Of Pengalaman sensorinya terganggu. Klien mulai terasa terancamengan datangnya suara-suara terutama
Anxiety bila klien tidak dapat menuruti ancaman atau perintah yang ia dengar dari halusinasinya. Halusinasi
Klien mengalami gangguan dalam dapat berlangsung selama minimal empat jam atau seharian bila klien tidak mendapatkan komunikasi
menilai lingkungannya terapeutik. Terjadi gangguan psikotik berat.
Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Yosep (2007) halusinasi terdiri dari delapan jenis. Penjelasan secara detail
mengenai karakteristik dari setiap jenis halusinasi adalah sebagai berikut:
1. Halusinasi pendengaran (Auditif, Akustik)
2. Halusinasi Penglihatan (Visual, Optik)
3. Halusinasi Pengciuman (Olfaktorik)
4. Halusinasi Pengecapan (Gustatorik).
5. Halusinasi Perabaan (Taktil)
6. Halusinasi Seksual, ini termasuk halusinasi raba.
7. Halusinasi kinesthetik
8. Halusinasi visceral
9. Depersonalisasi
10. Direalisasi
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada halusinasi di bagi menjadi dua
yaitu penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan
keperawatan, yaitu :
1. Penatalaksanaan Medis
a. Psikofarmakoterapi
b. Psikoterapi (Terapi kejang listrik)
c. Rehabilitasi
2.. Penatalaksanaan Keperawatan
d. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Kognitif/Persepsi
e. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Sensori
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN HALUSINASI
A. Pengkajian Pasien Halusinasi
Menyedengkan telinga ke arah tertentu Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya.
Menutup telinga
Halusinasi Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk
Penglihatan kartoon, melihat hantu atau monster
Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
Halusinasi Menghidu seperti sedang membaui bau- Membaui bau-bauan seperti bau darah, urin, feses,
Penghidu bauan tertentu. kadang-kadang bau itu menyenangkan.
Menutup hidung.
Halusinasi Sering meludah Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
Pengecapan
Muntah
Halusinasi Menggaruk-garuk permukaan kulit Mengatakan ada serangga di permukaan kulit
Perabaan
Merasa seperti tersengat listrik
2. Isi halusinasi
3. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
-Kapan halusinasi terjadi?
-Apakah pagi, siang, sore atau malam?
-Jika mungkin jam berapa?
-Frekuensi terjadinya apakah terus-menerus atau hanya sekali-kali?
-Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu . 4.
Respons halusinasi
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan data subyektif dan obyektif yang
ditemukan pada pasien adalah gangguan sensori persepsi halusinasi.
Fase Orientasi:
Mengucapkan salam: “Selamat siang ibu.”
Menanyakan perasaan pasien: “Bagaimana perasaan
ibu hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul?
Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih?
Bagaimana hasilnya? Bagus! Sesuai janji kita, hari ini
kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah
halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal.
Menanyakan tempat dan waktu: ”Mau di mana kita
bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama
kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”
Fase Kerja:
“Apa saja yang biasa ibu lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya
(terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali
kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus
sekali ibu bisa lakukan. Kegiatan ini dapat ibu lakukan untuk mencegah suara
tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam
ada kegiatan.
Fase Terminasi:
Data subyektif: “Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap.
Data obyektif: “Cara yang ketiga untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba
sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali.
Rencana tindak lanjut :”Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian ibu.
Coba lakukan sesuai jadwal ya!
Kontrak waktu dan topik: (Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada
pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam)
Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat
yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi? Di
ruang makan ya!
Berpamitan : ”Sampai jumpa. Selamat siang”
SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara
teratur
Fase Orientasi:
Mengucapkan salam:“Selamat siang ibu.”
Menanyakan perasaan: “Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga
cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik.
Menanyakan topik, waktu, dan tempat: ”Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang ibu minum. Kita akan
diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya ibu?”
Fase Kerja:
“Ibu adakah bedanya setelah minum obat secara teratur?”
”Apakah suara-suara berkurang/hilang?. Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang ibu dengar dan mengganggu selama
ini tidak muncul lagi.
” Berapa macam obat yang ibu minum?
(Perawat menyiapkan obat pasien)
” Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. ”
”Ini yang putih (THP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku.
”Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang.”
Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, ibu
akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis ibu bisa minta ke dokter untuk mendapatkan
obat lagi. ibu juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya ibu harus memastikan bahwa itu
obat yang benar-benar punya ibu. Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum
pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya. ibu juga harus perhatikan berapa jumlah
obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
Fase Terminasi:
Data subyektif: “Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap
tentang obat?
Data obyektif : ”Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah
suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar).
Rencana tindak lanjut: ”Mari kita masukkan jadwal minum obatnya
pada jadwal kegiatan ibu. Jangan lupa pada waktunya minta obat pada
perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah
datang.
Kontrak waktu dan topik: Besok kita ketemu lagi untuk melihat
manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam
berapa? Bagaimana kalau jam 10.00.
Berpamitan : ”Sampai jumpa, selamat siang”A