Anda di halaman 1dari 22

SP dan LP

HALUSINASI

By : Kelompok 7
Nama kelompok

1.Antonita Lintang Pawestri 1903015


2.Lisa Amalia 1903035 3.Mei
Noviyanti 1903038
4.Sofie Damayanti 1903059
Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala
gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori persepsi : merasakan
sensori palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan
manusia dalam membedakan ransangan
internal (pikiran) dan rangsangan ekternal
(dunia luar).
Rentang Respon Neurobiologis
1. Respon Adaptif:
2. Respon Psikososial
3. Respon Maladaptif
Etiologi:

- Faktor Predisposisi
1. Faktor perkembangan
2. Faktor sosiokultural
3. Faktor biokimia
4. Faktor psikologis
5. Faktor genetik dan pola asuh
Faktor Presipitasi
6. Dimensi fisik
7. Dimensi emosional
8. Dimensi intelektual
9. Dimensi sosial
10. Dimensi spiritual
Tanda dan Gejala
1. Bicara sendiri., Senyum sendiri., Ketawa sendiri.
2. Menggerakkan bibir tanpa suara.
3. Pergerakan mata yang cepat
4. Respon verbal yang lambat.
5. Menarik diri dari orang lain.
6. Berusaha untuk menghindari orang lain.
7. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
8. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
9. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
10. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
11. Sulit berhubungan dengan orang lain.
12. Ekspresi muka tegang.
13. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
14. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
15. Tampak tremor dan berkeringat.
16. Curiga dan bermusuhan.
17. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
18. Ketakutan.
19. Tidak dapat mengurus diri.
20. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.
Tahap halusinasi Karakteristik
Stage I: Slep disorder Klien merasa banyak masalah, ingin menghindari lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa
Fase awal seeprang sebelum muncul dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa sulit karena berbagai stressor terakumulasi, minsalnya
halusinasi kekasih hamil, terlibat narkoba, dihianati kekasih, masalah kekampus, drop out, dst. Masalah terasa
menekan karena teraakumulasi sedangkan support sistem kurang dan persepsi terhadap masalah sangat
buruk. Sulit idur berlngsung terus menerus sehingga terbiasa menghayal. Klien menganggap lamunan-
lamunan awal tersebut sebagai pemecahan masalah.
Stage II: Comforting Klien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaaan yang cemas, kesepian, perasaan
Halusinasi secara umum dia terima berdosa, ketakutan dan mencoba memusatkan pemikiran pada timbulnya kecemasan. Ia beranggapan
sebagai sesuatu yang alami bahwa pengalaman pikiran dan sensorinya dapat dia control bila kecemasannya diatur, dalam tahap ini
ada kecendrungan klien merasa nyaman dengan halusinasinya.
Stage III: Condemning Pengalaman sensori klien menjadi sering adatang dan mengalami biasa. Klien mulai merasa tidak
Secara umum halusinasi mampu lagi mengontrolnya dan mulai berupaya menjaga jarak antara dirinya gengan objek yng
mendatanngi klien dipersepsikan klien mulai menarik diri dari oang lain, dengn intensitas waktu yang lama.
Stage IV: Controling Severa Level Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori abnormalyang datang. Klien dapat merasakan
Of Anxiety kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah mulai fase gangguan pisikotik.
Fugsi sensori menjadi tidak releven
dengan kenyataan
Stage V: Conquering Panic Level Of Pengalaman sensorinya terganggu. Klien mulai terasa terancamengan datangnya suara-suara terutama
Anxiety bila klien tidak dapat menuruti ancaman atau perintah yang ia dengar dari halusinasinya. Halusinasi
Klien mengalami gangguan dalam dapat berlangsung selama minimal empat jam atau seharian bila klien tidak mendapatkan komunikasi
menilai lingkungannya terapeutik. Terjadi gangguan psikotik berat.
Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Yosep (2007) halusinasi terdiri dari delapan jenis. Penjelasan secara detail
mengenai karakteristik dari setiap jenis halusinasi adalah sebagai berikut:
1. Halusinasi pendengaran (Auditif, Akustik)
2. Halusinasi Penglihatan (Visual, Optik) 
3. Halusinasi Pengciuman (Olfaktorik)
4. Halusinasi Pengecapan (Gustatorik).
5. Halusinasi Perabaan (Taktil)
6. Halusinasi Seksual, ini termasuk halusinasi raba.
7. Halusinasi kinesthetik
8. Halusinasi visceral
9. Depersonalisasi
10. Direalisasi
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada halusinasi di bagi menjadi dua
yaitu penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan
keperawatan, yaitu :
1. Penatalaksanaan Medis
a. Psikofarmakoterapi
b. Psikoterapi (Terapi kejang listrik)
c. Rehabilitasi
2.. Penatalaksanaan Keperawatan
d. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Kognitif/Persepsi
e. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Sensori
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN HALUSINASI
A. Pengkajian Pasien Halusinasi
     

Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif


Halusinasi Bicara atau tertawa sendiri Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
Dengar/suara
Marah-marah tanpa sebab Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.

Menyedengkan telinga ke arah tertentu Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya.
Menutup telinga
Halusinasi Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk
Penglihatan kartoon, melihat hantu atau monster
Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.

Halusinasi Menghidu seperti sedang membaui bau- Membaui bau-bauan seperti bau darah, urin, feses,
Penghidu bauan tertentu. kadang-kadang bau itu menyenangkan.

Menutup hidung.
Halusinasi Sering meludah Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
Pengecapan
Muntah
Halusinasi Menggaruk-garuk permukaan kulit Mengatakan ada serangga di permukaan kulit
Perabaan
Merasa seperti tersengat listrik
2. Isi halusinasi
3. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
 -Kapan halusinasi terjadi?
-Apakah pagi, siang, sore atau malam?
-Jika mungkin jam berapa?
-Frekuensi terjadinya apakah terus-menerus atau hanya sekali-kali?
-Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu . 4.
Respons halusinasi

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan data subyektif dan obyektif yang
ditemukan pada pasien adalah gangguan sensori persepsi halusinasi.

C. Tindakan Keperawatan Pasien Halusinasi


1. Membantu pasien mengenali halusinasi.
2. Bercakap-cakap dengan orang lain
3. Melakukan aktivitas yang terjadwal
4. Menggunakan obat secara teratur
SP HALUSINASI

SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara mengontrol


halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama: menghardik
halusinasi
Fase Orientasi:
Menyapa pasien:”Assalamualaikum ibu.”
Memperkenalkan diri : ”Saya perawat yang akan merawat ibu, nama saya perawat Lintang.
Nama ibu siapa? Senang dipanggil apa?”
Menanyakan perasaan pasien: ”Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apa keluhan ibu, saat ini”
Menanyakan tempat dan waktu berbicara: ”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap
tentang suara yang selama ini ibu dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk?
Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit”
 
Fase Kerja:
”Apakah ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering ibu
dengar suara? Berapa kali sehari ibu alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah
pada waktu sendiri?”
LANJUTAN

” Apa yang ibu rasakan pada saat mendengar suara itu?”


 ”Apa yang ibu lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara
itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk
mencegah suara-suara itu muncul?
” ibu , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama,
dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal,
dan yang ke empat minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung ibu
bilang, pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu
suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi.
Coba ibu peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus ibu
sudah bisa”
 
Fase Terminasi:
Data subyektif :”Bagaimana perasaan ibu setelah peragaan
latihan tadi?”
Data obyektif: ”Kalau suara-suara itu muncul lagi, silakan coba
cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya.”
Rencana tindak lanjut: ”Mau jam berapa saja latihannya?
(Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian pasien).”
Kontrak waktu, topik, dan tempat:”Bagaimana kalau kita
bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara
dengan cara yang kedua? Jam berapa ibu? Bagaimana kalau dua
jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih? Dimana tempatnya”
Berpamitan:”Baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaikum”
SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua:
bercakap-cakap dengan orang lain
 Fase Orientasi:
Menyapa pasien:“Selamat siang ibu.”
Menanyakan perasaan: ”Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih? Berkurangkan suara-
suaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20
menit. Mau di mana? Di sini saja?
Fase Kerja:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau ibu mulai mendengar suara-suara,
langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan
ibu. Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan
saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya bapak ibu katakan: pak, ayo ngobrol
dengan ibu. Ibu sedang dengar suara-suara. Begitu ibu. Coba ibu lakukan seperti saya
tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya bu!”
Fase Terminasi
Data subyektif: “Bagaimana perasaan ibu setelah latihan ini?
Data obyektif: ”Jadi sudah ada berapa cara yang ibu pelajari
untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara
ini kalau ibu mengalami halusinasi lagi.
Rencana tindak lanjut :”Bagaimana kalau kita masukkan
dalam jadwal kegiatan harian ibu. ”
Kontrak waktu, topik, dan tempat: ”Mau jam berapa latihan
bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta
sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke
mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu
melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana
kalau jam 10.00? Mau di mana/ Di sini lagi?
Berpamitan: ”Sampai besok ya. Selamat siang”
SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan
cara ketiga:
melaksanakan aktivitas terjadwal

Fase Orientasi:
Mengucapkan salam: “Selamat siang ibu.”
Menanyakan perasaan pasien: “Bagaimana perasaan
ibu hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul?
Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih?
Bagaimana hasilnya? Bagus! Sesuai janji kita, hari ini
kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah
halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal.
Menanyakan tempat dan waktu: ”Mau di mana kita
bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama
kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”
 Fase Kerja:
 “Apa saja yang biasa ibu lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya
(terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali
kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus
sekali ibu bisa lakukan. Kegiatan ini dapat ibu lakukan untuk mencegah suara
tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam
ada kegiatan.
 Fase Terminasi:
 Data subyektif: “Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap.
 Data obyektif: “Cara yang ketiga untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba
sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali.
 Rencana tindak lanjut :”Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian ibu.
Coba lakukan sesuai jadwal ya!
 Kontrak waktu dan topik: (Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada
pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam)
Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat
yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi? Di
ruang makan ya!
 Berpamitan : ”Sampai jumpa. Selamat siang”
SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara
teratur
Fase Orientasi:
 Mengucapkan salam:“Selamat siang ibu.”
 Menanyakan perasaan: “Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga
cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik.  
 Menanyakan topik, waktu, dan tempat: ”Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang ibu minum. Kita akan
diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya ibu?” 
 Fase Kerja:
 “Ibu adakah bedanya setelah minum obat secara teratur?”
 ”Apakah suara-suara berkurang/hilang?. Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang ibu dengar dan mengganggu selama
ini tidak muncul lagi.
 ” Berapa macam obat yang ibu minum?
 (Perawat menyiapkan obat pasien)
 ” Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. ”
 ”Ini yang putih (THP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku.
 ”Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang.”
 Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, ibu
akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis ibu bisa minta ke dokter untuk mendapatkan
obat lagi. ibu juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya ibu harus memastikan bahwa itu
obat yang benar-benar punya ibu. Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum
pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya. ibu juga harus perhatikan berapa jumlah
obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari” 
Fase Terminasi:
Data subyektif: “Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap
tentang obat?
Data obyektif : ”Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah
suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar).
Rencana tindak lanjut: ”Mari kita masukkan jadwal minum obatnya
pada jadwal kegiatan ibu. Jangan lupa pada waktunya minta obat pada
perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah
datang.
Kontrak waktu dan topik: Besok kita ketemu lagi untuk melihat
manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam
berapa? Bagaimana kalau jam 10.00.
Berpamitan : ”Sampai jumpa, selamat siang”A

Anda mungkin juga menyukai