Anda di halaman 1dari 59

KELAINAN METABOLIK

 Pembangun tubuh:
- Karbohidrat,
- Protein (AA), dan
- lipid
 Metabolisme:proses kompleks 
memecah dan membentuk zat yang
sederhana (bantuan enzim)
Metabolisme karbohidrat
 Kbh: sumber energi utama
 Jenis:
1. Monosakarida: glukosa, fruktosa, galaktosa
Benedict/Fehling (tereduksi)
2. Disakarida:
Sukrosa (glukosa+ fruktosa)
Laktosa ( glukosa + galaktosa)
Maltosa ( glukosa + glukosa)
3. Polisakarida: Glikogen
HORMON PENGATUR GULA DARAH:

1. Insulin: sel beta Langerhans pankreas,


disekresi ke dalam darah, jika KGD 
 Metabolisme KBH  Langsung:  GD
1. Uptake Glukosa  (otot, hati, jar.lemak)
2. Sintesa Glikogen  (glikogenesis) disimpan
dalam hepar + otot
3. Glikogenolisis  (pemecahan glikogen)
4. Glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari

AA, laktat, piruvat)


Insulin (2)

 Metabolisme Protein :
1. Rangsang transport aktif AA ke dalam sel
2. Rangsang sintesis protein
 Metabolisme Lemak :
1. Rangsang lipogenesis (pembentukan
lemak) dalam sel hepar, jar. lemak
2. Menghambat lipolisis (pemecahan
lemak)
2. ACTH & GH(ant-hipofise)
-  KGD,
 uptake glukosa oleh jaringan.
Sekresi dirangsang: hipoglikemia

3.Glukokortikoid (korteks adrenal)


-  glukoneogenesis:uptake AA
oleh hati + aktivitas enzim
4. Epinefrin:
- Menyebabkan penguraian glikogen
otot dan merangsang pengeluaran
glukosa dari hati ( glikogen + dalam hati)
5. Glukagon(sel alfa pulau Langerhans
Pankreas)
- Mengakibatkan glikogenolisis dg mengaktifkan
fosforilasi di hati, glukoneogenesis
6. Kel. Tiroid

-  metabolisma KH
 abs. glukosa: GIT(Gastro
Instestinal
- Tract)
-  uptake glukosa: otot/adiposa
-  glikolisis,glukoneogenesis
Diabetes Mellitus
Definisi:
 Sindroma klinik ditandai dengan
hiperglikemia kronik akibat defisiensi
insulin absolut / relatif
.: Etiologi :.
 Sel Beta Pankreas:  insulin
(kualitas/kuantitas)
 Reseptor Insulin:  kualitas / kuantitas
 Pasca Reseptor:  gangguan sist. Enzim
 Inhibitor Insulin:  antibodi anti insulin
counter regulation
hormones (glukagon,
epinefrin, kortisol, growth
hormone)
Etiologi:
 Sebab tepat belum diketahui
 berhubungan dgn kelainan hormonal
 Insulin
 Growth hormon
 Hormon steroid
 Keadaan diabetes timbul akibat ketidak seimbangan dalam
interaksi pankreas, hipofisis dan adreanal

Pankreas
 Pankreas mempunyai pulau Langerhans : sel beta dan sel alpha
 Sel beta : hormon insulin
 Sel alpha : menghasilkan hormon glukgon
 Efek anti insulin → berfungsi sebagai faktor hiperglikemik dan
glikogenolitik → meningkatkan kadar gula darah
Cara kerja insulin
Ada 2 teori cara kerja insulin
 Teori 1 = Teori Levine :
 Insulin mentransfer glukosa melalui membran sel
otot serat lintang, tetapi tidak menggangu
perpindahan glukosa melalui sel membran hati
 Teori 2
 Insulin diperlukan untuk fosforilasi glukosa dalam sel
→ glukosa 6 posfatase
 Untuk pengikatan ini dibutuhkan enzim hexokinase
yang dihasilkan oleh sel hati
 Kelenjar hipofisis menghasilkan zat inhibitor
hexokinase
 Insulin merupakan zat antagonis terhadap
hexokinase
Kelenjar Hipofisis
 Growth hormon
 Hormon ACTH
 Efek menghambat enzim hexoki nase.
 Bila kelenjar hipofisis hiperaktif → menyebabkan terjadi
diabetes

Kelenjar Adrenal
 Glukoneogenesis yaitu perubahan bentuk protein menjadi
karbohidrat.
 Karena pengaruh hormon steroid yang dihasilkan oleh kortex
adrenal
 Bila berlangsung terus menerus → menekan sel beta
pankreas → menimbulkan difesiensi insulin permanen
 Aktivitas adrenal bergantung kepada kelenjar hipofisis anterior
KOMPLIKASI DIABETES MELITUS
 Merupakan gangguan biokimia.
 Cedera morfologik sebenarnya tidak dapat untuk menegakkan
diagnosis
 Tidak selalu sebagai dasar dari pada gangguan metabolisme
 20 % penderita meninggal tidak menunjukkan bukti-bukti
kelainan anatomik

Pankreas
 Seperempat penderita : pankreasnya normal
 Pada umumnya kerusakan pada sel beta ringan → tidak
mungkin menimbulkan gangguan produksi insulin
 Bila ada :
 Hialinisasi
 Fibrosis
 Vakoalisasi hidropik yang sebenarnya merupakan
penimbunan glikogen
Pembuluh darah
 Bila gangguan metabolisme karbohidrat terlalu lama →
hiperglikemik menahun, pada otot, hati dan jantung terjadi
difisiensi.
 Lemak dimobilisasi sebagai sumber tenaga →lemak dalam darah
bertambah.
 Lipaemia dan cholestrolimia → gangguan vaskular, dengan
komplikasi aterioskelosis merata → skeloris pembuluh darah arteri
coronaria, ginjal dan retina

Mata
 Skelosis arteri retina → retinitis diabetika.
 Berupa
 perdarahan kecil-kecil tidak teratur
 pelebaran pembuluh darah retina dan berkeluk-keluk
 kapiler-kapiler membentuk mikroaneurisma
Jantung
 Sklerosis arteri coronaria → infrak otot jantung

Ginjal
 Kelainan degeneratif pada alat vaskular glomeruler – tubular
 pyleonepritis akut maupun kronis

Kulit
 Penimbunan lipid dlm makropag-makropag pada dermis
→xantoma diabetikum

Susunan syaraf
 Pada syaraf tepi dan kadang medula spinalis
 Perubahan degeneratif
 Demyelinisasi
 Fibrosis
 Mungkin berhubungan dengan skelosis pembuluh darah
.: Klasifikasi Diabetes Mellitus (Perkeni 1998) :.

 DM tipe 1 : defisiensi insulin absolut


akibat destruksi sel beta
● Penyebab :
○ otoimun
○ idiopatik
 DM tipe 2 : gemuk
tidak gemuk
Diabetes melitus (Hiperglykemia)
 Dasar penyakit adalah defisiensi insulin

 Gejala klinis penyakit :


 Hiperglikemia
 Glikosuria
 Dapat diikuti gangguan sekunder metabolisme protein dan
lemak
 Dapat berakhir dengan kematian

 Insidensi terbanyak usia 50 – 60 thn

 Dapat juga dekade pertama atau pada yang sudah lanjut

 Penyakit ini diturunkan secara autosomal resesif


.: Klasifikasi D.M (2) :.
 D.M tipe lain :
1. Defek genetik fungsi sel beta :
- MODY (Maturity Onset Diabetes of the Young)
- Mutasi mitokondria DNA 3243
2. Penyakit eksokrin pankreas :
- pankreatitis
- pankreatektomi
3. Endokrinopati :
- Akromegali
- Cushing
- Hipertiroidisme
.: Klasifikasi D.M (3) :.
 … lanjutan D.M tipe lain :
4. Akibat obat :
- glukortikoid
- hormon tiroid
5. Infeksi :
- cytomegalo virus
- rubella
6. Imunologi : (jarang)
- antibodi anti insulin
7. Sindrom genetik lain :
- Sindrom Down, Klinefelter, Turner
8. DM pada kehamilan (Gestitional DM)
Kadar Gula darah

Glukosa  : DM, Cushing’s Synd (10-15%) DM: > 126 mg/dl


Serum N Pankreatitis kr (30%), Obat :
60-110 mg/dl kortikosteroid, thiazid, estrogen
(3,3-6,1 mmol/L)
Panic: : Insulinoma, adrenocortical insuf. Hypoglikema
< 40 atau hypopituitarism, diffuse liver D KGD :  < 50 mg/dl
> 500 mg/dl malignancy (adenocortical, stomach),  < 40 mg/dl
enzyme defisiency D (galactocemia)
Drug: Insulin, propanolol, ethanol
.: Karakteristik D.M (1) :.
DM Tipe 1 (IDDM) DM Tipe 2 (NIDM)
Insulin Dependent DM Non-Ins DM)
1. Mudah ketoasidosis 1. Tidak mudah
2. Obat: harus insulin 2. Tidak harus
3. Onset akut 3. Onset lambat
4. Biasanya kurus 4. Gemuk/tidak gemuk
(obesitas faktor
pencetus)
5. Biasanya umur muda 5. Biasanya > 45 tahun
.: Karakteristik D.M (2) :.
DM Tipe 1 DM Tipe 2
6. Berhubungan dengan 6. Tidak
HLA DR 3 & DR 4
7. Islet Cell Ab + (ICA) 7. -

(proses otoimun)
8. Riwayat kel. DM + 8. 30 %
9. Kembar identik 30-50 9. ± 100 %
% terkena
10. Insulin serum rendah 10. Normal / tinggi
.: Diagnosis :.
 Glukosa Darah Puasa (GDP) dan 2 jam
sesudah makan (2 JSM) atau sesudah
beban glukosa 75 gram (2 JSB) atau acak
(GDA)
.: Glukosa Darah Normal – Patologis :.

Vena
DM GDP ≥ 126 mg/dL = 7 mmol/L
2JSM/GDA ≥ 200 mg/dL = 11 mmol/L
GTG GDP 110 – 125 mg/dL
2JSB 140 – 199 mg/dL
NORMAL GDP < 110 mg/dL
2JSM < 140 mg/dL
*) Catatan : - GTG = Gangguan Toleransi Glukosa
- 1 mmol/L glukosa = 18 mg/dL glukosa
Indikasi 2JSB (TTGO)
Tes Toleransi Glukosa Oral
 GDP : 110 – 125 mg/dL
 2JSM : 140 sd < 200 mg/dL
 DM keluarga +
 Gejala DM +
 Hamil : bayi > 4 kg, toksemia, hidramnion

abortus spontan
.: Syarat TTGO :.
 Ambulatoir, exercise minimal
 Bebas kopi, alkohol, rokok, kortikosteroid,
diuretika
 Tidak stress / sakit berat
 Tidak ada gangguan absorbsi
 Diet karbohidrat + 150 kal / hari selama 3
hari
Kurva tes toleransi Glukosa peroral
( 75 gr glukosa )
300
Diabetik
250

200
mg / dl

Ggn toleransi ringan


150

100 normal

50 Toleransi meningkat

0
30 60 90 120
Waktu ( menit )
.: Pemeriksaan Glukosa Urine (penyaring) :.

1. Reduksi : Fehling / Benedict


kurang spesifik
positif palsu karena reduktor :
fruktosa, maltosa, laktosa, vit. C, salisilat
INH, PAS, penicillin
2. Enzimatik : clinistix, glukotest
lebih spesifik

Negatif Palsu :
- Usia lanjut  glomerulosklerosis  nilai ambang ginjal
thd glukosa
- Infeksi saluran kemih (glukosa dikonsumsi kuman, sel radang)
.: Pemantauan :.
 Glukosa Urine : banyak kelemahan
 2JSM (+OAD/Insulin) : monitor terapi
 GDP : utk regulasi insulin
 Fruktosamin/Hemoglobin A1C : status regulasi glukosa jangka
panjang
 Fruktosamin/Hemoglobin A1C terjadi karena proses glikosilasi
irreversible dari glukosa dengan protein (albumin/globin)
 Fruktosamin/Hemoglobin A1C berubah (meningkat/menurun) setelah
perubahan glukosa minimal selama 2 minggu atau 6 minggu
 Protein urine : Dx nefropati
.: Penyulit :.
 Angiopati :  atherosklerosis
iskemia jantung, nefropati, neuropati,
impotensi, ulkus/gangren
 Katarak

infeksi bakteri / jamur, gangguan koagulasi


.: Perawatan Gigi pada DM :.
 Tindakan Operatif : GDA/2JSM < 200
mg/dL
 Waspada : infeksi

perdarahan
.: Dekompensasi Metabolik (1) :.
1. Ketoasidosis Diabetik
● sering pada DM tipe 1
● faktor pencetus :
- infeksi, operasi, kehamilan, insulin
inadekuat
● Lab: - glukosa darah
- pH darah
- Bikarbonas
- Keton Bodies Urine (Rothera) +
.: Dekompensasi Metabolik (2) :.
2. Ketoasidosis Euglikemik :
● jarang, terjadi pd tipe 1 dengan intake
KBH
● Lab : - glukosa darah sedikit
- pH darah
- Bikarbonas
.: Dekompensasi Metabolik (3) :.
3. Koma Hiperosmolar, Hiperglikemik, Non Ketotik :
● sering terjadi pada tipe 2
● faktor pencetus :
- infeksi berat, intake KBH berlebih, pemakaian
diuretika
● biasanya dehidrasi
● Lab : - glukosa darah
- pH darah normal
- Bikarbonas normal
- Osmolaritas darah
.: Diagnosis DM tipe 1 :.
1. C. Peptide / Insulin serum :
2. Tes Autoimmune :
● I.C.A (Islet Cell Ab)
● I.A.A (Insulin Auto Ab)
● Ab Glutamic Acid Decarboxylase
.: Tes Keton Uria (Dng Nitroprusid) :.

 Hanya deteksi aceton/acetoacetic acid


 Tidak dapat deteksi ß hydroxy butiric acid
 Positif palsu pada :
- starvation, diet tinggi lemak, alcoholic
ketoasidosis, demam
 Pada diabetik ketoasidosis mayoritas ß OH
butiric acid, sehingga tes keton uria sering
negatif
.: DM Tipe 2 :.
 Resistensi Insulin
 Defek Reseptor / Pasca Reseptor
Defisiensi Insulin

Glukosa Uptake Proteolisis Lipolisis

As. Amino Nitrogen Gliserol FFA


Loss

Ketogenesis
Glukoneogenesis
Hiperglikemi +
Ketonemia
Glikogenolisis
Ketonuria
Osmotic Diuresis  electrolyte depletion

Hypotonic Loss  dehydration

Asidosis
Hipoglykemia

Patologis : Sering ditemukan pada 3 keadaan:


1. Akibat pemakaian insulin berlebihan pada diabetes
2. Pada pengobatan psykosis dengan shock hipoglikemik
3. Akibat pembentukan insulin berlebihan pada tumor
pankreas yg dibentuk oleh sel beta
GANGGUAN METABOLISME PROTEIN.
 Penyakit akibat kelebihan protein (-)
 Defisiensi protein
 Terjadi pada pemasukan protein kurang → kekurangan
kalori, asam amino, mineral, dan faktor lipotropik
 Akibatnya :
 Pertumbuhan tubuh

 Pemeliharaan jaringan tubuh

 Pembentukkan zat anti dan serum protein akan

terganggu.
 Penderita mudah terserang penyakit infeksi, perjalanan
infeksi berat, luka sukar sembuh dan mudah terserang
penyakit hati akibat kekurangan faktor lipotropik
MACAM-MACAM PENYAKIT DEFISIENSI PROTEIN.
Hipoproteinemia
 Sebab :
 Exkresi protein darah berlebihan melalui air kemih
 Pembentukan albumin terganggu spt pada penyakit hati
 Absorpsi albumin berkurang akibat kelaparan atau penyakit
usus, juga pada penyakit ginjal

Hipo dan Agammaglubulinemia


Ada 3 jenis :
1. Hipoagammaglobulinemia kongenital
 Penyakit herediter, terutama anak laki-laki antara 9 – 12 thn
 Mudah terserang infeksi. Kematian sering terjadi akibat
infeksi
 Plasma darah tidak mengandung gamma protein
 Dapat terjadi penyakit hipersensitivas (ex: penyakit artritis)
krn tubuh tidak dapat membentuk Ig
2. Hipo/ (a) gammaglobulinemia didapat
 Pada pria dan wanita pada semua usia
 Penderita mudah terkena infeksi
 Terjadi hiperplasi konpensatorik sel retikulum →
mengakibatkan limfadenopathi dan splenomegali

3. Hipoagammaglobulinemia sementara
 Hanya ditemukan pada bayi
 Merupakan peralihan pada waktu gamma globulin yang
didapat dari ibu habis dan anak harus membentuk
gamma globulin sendiri
Pirai atau Gout

 Akibat gangguan metabolisme asam urat → asam urat serum


meninggi → pengendapan urat pada berbagai jaringan
 Asam urat merupakan hasil akhir dari pada metabolisme purin.
 Secara klinis :
 Arthritis akut yg sering kambuh secara menahun
 Pada jaringan ditemukan tonjolan-tonjolan disebut “tophus”
 Di sekitar sendi
 Bursa
 Tulang rawan
 Telinga
 Ginjal
 Katup jantung
GANGGUAN METABOLISME LEMAK
Kelebihan lemak (Obesitas)
 Terjadi kalori didapat > kalori yg dimetabolisme
(hipometabolisme)
 Terjadi pada hipopituitarisme dan hipotiroidisme.
 Kalori yg dibutuhkan menurun → berat badan naik, meskipun
diberi makan tidak berlebihan
 Lemak ditimbun pada:
 Jaringan subkutis
 Jaringan retroperitoneum
 Peritoneum
 Omentum
 Pericardium
 Pankreas
 Obesitas → memperberat hipertensi, diabetes, penyakit jantung
Hiperlipemia
 Jumlah lipid darah total dan kholesterol meningkat
 Terdapat pada :
 Diabetes melitus tidak diobati
 Hipotiroidisme
 Nefrosis lupoid
 Penyakit hati
 Sirhrosis biliaris
 Xantomatosa
 Hiperlipidemi
 Hiperkholesterolemi
 Penimbunan lemak terjadi di dinding pembuluh
darah → arteriosklerosis
Defisiensi lemak
 Terjadi pada
 Kelaparan (starvation)
 Gangguan penyerapan (malabsorption) : penyakit
celiac, sprue, penyakit Whipple.
 Tubuh terpaksa mengambil kalori dari simpanannya krn
intake kurang
 Yang mula-mula dimobilisasi : karbohidrat dan lemak,
dan hanya pada keadaan gizi buruk akhirnya protein
diambil dari jaringan
 Pada penyakit Whipple selain difisiensi lemak, juga
difisensi protein, karbohidrat dan vitamin.
SUSUNAN ENDOKRIN
 Sistem endokrin : kelenjar yang tidak mempunyai saluran
keluar (duktus eksretorius)
 Produknya
 Disebut hormon
 langsung masuk aliran darah → mempengaruhi
pertum- buhan, metabolisme, reproduksi dll.
Sistem endokrin:
1. Kelenjar Hipofisis 5. Kelenjar adrenal
2. Kelenjar Thyroid 6. Kelenjar Langerhans pankreas
3. Kelenjar Para thyroid 7. Gonad: Ovarium dan testis
4. Kelenjar thymus 8. Placenta
HIPOFISIS
 Menghasilkan hormon yang tidak langsung mempengaruhi sel
tubuh, tapi mempengaruhi kelenjar endokrin lain
 Target organ
 Thyroid
 Adrenal → menghasilkan hormon → mempengaruhi sel tubuh
 Gonad
 Kelenjar hipofisis terdiri dari 2 lobus yaitu lobus anterior dan
posterior.
 Lobus anterior
 Growth hormon
 Thyrotropin (TSH)

 Folikel stimulating hormon (FSH) dan Luteinizing


hormon
 Prolaktin hormon
 Lobus posterior
 Anti diuretik (ADH)
THYROID
 Embriologi:
 Dari invaginasi tuber (endoderm) dari dasar lidah (foramen caecum) →
tumbuh ke bawah, di muka trachea dan tulang rawan thyroid
 Fisiologi:
 Mempertahankan derajat metabolisme lebih tinggi
 Merupakan alat tubuh yg sensitif dan dapat bereksi terhadap berbagai
rangsangan
 Pada masa pubertas, kehamilan, dan stres atau pada waktu haid kelenjar
membesar dan berfungsi lebih aktif
 Kelainan yg terjadi :
 Hiperplasi epitel
 Resorpsi koloid
 sel-sel folikel menjadi lebih tinggi kadang membentuk tonjolan-tonjolan
ke dalam lumen.
 Apabila stres dan rangsangan lain hilang → involusi, kelenjar mengecil
 Fungsi thyroid dipengaruhi oleh hipofisis melalui TSH.
 Apabila TSH negatif (ex: pada hipopituitarisme) → thyroid
atropi
 Apabila TSH meningkat → hormon thyroid juga
meningkat → menekan hungsi hipofisis, dan sebaliknya
 Apabila thyroid menurun → merangsang hipofisis
mengeluarkan TSH lebih banyak.
 Menyebabkan hiperplasi dan pembesaran kelenjar thyroid
seperti pada penderita kekurangan jodium pada penyakit
gondok.
BIOSINTESIS PRODUKSI H.THYROID.

Produksi hormon thyroid melalui 4 tingkat.


Tingkat 1. TRAPPING: plasma I gradient Thyroid I

Tingkat II. BINDING: I Oxidasi (I) monoiodothyrosin (MTI)


MTI + (I) Diioxdotrhyrosin (DIT)
Tingkat III. COUPLING : DIT + DIT Tetraiodothyrosin =
thyrosin (T4).
DIT + MIT Triodothyronine (T3).
Tingkat IV. Releasing: Thyroglobulin proteolisis MIT +
DIT + T3 + T4 plasma T3 + T4
MIT + DIT Deiodinisasi Thyrosin

Thyroid I
KETERANGAN
 Jodium dari makanan dan minuman diabsorpsi dari sal
percernaan sebagai jodida
 Thyroid mempunyai kemampuan utk menarik jodida kemudian
dikonsentrasi
 Trapingkan yaitu mempertahankan jodida gradient melalui
dinding sel antara plasma dan thyroid
 Gradient dapat meningkat secara langsung melalui TSH atau
tdk langsung melalui simpanan thyroid yg rendah
 Jodium dengan cepat terikat dengan tyrosin membentuk MIT,
DIT
 DIT + DIT→ Thyrosin (T4) atau MIT +DIT → T3 dan disimpan
dalam folikel kelenjar thyroid sebagai Thyroglobulin
Glikogen
galaktosa
glukosa Glukosa 6-fosfat
Hexosa fruktosa Jalur embden meyerhof
monofosf Triosa fofat
at shunt
Gliserol 3 fosfat
urea
Fosfoenol piruvat
Trigliserida
protein As. amino laktat
piruvat

Asetil Co-A Asam lemak


Oxalo
asetat
Siklua as.
trikarboksilat

CO2 dan H2O


Kurva tes toleransi Glukosa peroral
( 75 gr glukosa )
300
Diabetik
250

200
mg / dl

Ggn toleransi ringan


150

100 normal

50 Toleransi meningkat

0
30 60 90 120
Waktu ( menit )

Anda mungkin juga menyukai