Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN

ISOLASI SOSIAL (ISOS)


kelompok :
1. Amelia Devin Krisnawati (1903009)
2. Giyan Syaiful Caesa (1903029)
3. Indah Ayu Septyaningrum (1903031)
4. Roqimayatun Novitasari (1903053)
 
LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia,
karena tanpa kesehatan manusia sulit untuk menjalankan aktivitas. Menurut
Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan, kesehatan adalah suatu
keadaan sehat, baik secara fisik,mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup untuk produktif secara sosial dan ekonomis.
Berdasarkan Undang Undang No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa,
kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja, secara produktif,
dan mampu memberikan kontribusi pada komunitasnya

2
PENGERTIAN
Isolasi sosial menurut Townsend, dalam Kusumawati F dan
Hartono Y (2010) adalah suatu keadaan kesepian yang dirasakan
seseorang karena orang lain menyatakan negatif dan mengancam.
Sedangkan Menarik diri adalah usaha menghindari interaksi
dengan orang lain. Individu merasa kehilangan hubungan akrab
dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi perasaan,
pikiran, prestasi atau kegagalanya (Depkes, 2006 dalam
Dermawan D dan Rusdi, 2013).

3
ETIOLOGOI
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor
predisposisi dan faktor presipitasi.

Faktor predisposisi Faktor Presipitasi

1. Faktor Tumbuh 1. Faktor Eksternak


Kembang 2. Faktor Internal
2. Faktor Komunikasi
3. Faktor Sosial Budaya
4. Faktor Biologis

4
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial :
menarik diri menurut Dermawan D dan Rusdi (2013) adalah sebagai
berikut:
Gejala Objektif
Gejala Subjektif
1. Klien banyak diam dan tidak mau bicara
1. Klien menceritakan perasaan kesepian.
2. Tidak mengikuti kegiatan.
2. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
3. Banyak berdiam diri dikamar.
3. Respon verbal kurang atau singkat.
4. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi
4. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang yang terdekat.
dengan orang lain.
5. Klien tampak sedih ekspresi datar dan dangkal.
5. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
6. Kontak mata kurang
6. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat
keputusan. 7. Kurang sopan

7. Klien merasa tidak berguna. 8. Apatis (acuh terhadap lingkungan)

8. Klien tidak yakan dapat melangsungkan hidup. 9. Ekspresi wajah kurang berseri

9. Klien merasa ditolak. 10. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan
kebersihan. 5
PATHWAY
Perubahan sensori
atau persepsi

Isolasi sosial
menarik diri

Gangguan konsep
diri

Harga diri rendah


kronis

6
ANALISIS DATA
Hari/ Data Fokus Masalah Etiologi
tgl
Rabu Ds : Perubahan Menarik diri
13 Tidak didapatkan data subjektif persepsi sensor
april Halusinasi
2021 Do :
1. Sering terlihat melamun
2. Klien tampak bingung dan
bicara sendi.
3. Klien kurang koorperatif
dan menundukkan kepala
saat wawancara.
4. Pendiam dan suka
menyendiri

7
Ds : Gangguan isolasi sosial Harga diri
1. Klien mengatakan malu dan : menarik diri rendah
malas berinteraksi dengan
orang lain.
2. Klien merasa malu karena
tidak mempunyai pekerjaan
dan penghasilan sendiri
3. Klien memilih memndam
masalahnya sendiri.
Do :
4. Klien tampak lemah dan tidak
bersemangat
5. Kontak mata kurang
6. Klien lebih sering menyendiri
dan jarang mengikuti kegiatan
diruangan

8
Ds : Gangguan Koping individu
1. Klien mengatakan konsep diri : tidak evektif
merasa malu dan minder Harga diri
dengan keadaanya rendah
2. Klien merasa malu
karena tidak mempunyai
pekerjaan dan
penghasilan
3. Klien lebih memilih
memendam masalahnya
sendiri.

Do :
4. Klien tampak lemah dan
tidak bersemangat.
5. Klien sering menunduk
saat berinteraksi
6. Kontak mata kurang
7. Klien lebih sering
menyendiri dan jarang
mengikuti kegiatan
diruang.

9
Diagnosa

1. Resiko perubahan sensori persepsi: halusinasi dengan


gangguan interaksi sosial
2. menarik diri. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan
dengan harga diri rendah.
IMPLEMENTASI DAN
EVALUASI
Tgl Diagnosa Implementasi Respon Hasil TTD
Keperawatan
16 Resiko SP1 : S:
april gangguan 1. Membina
2021 sensori hubungan saling a. Klien menjawab
jam persepsi : percaya. salam perawat
09.30 Halusinasi 2. Membantu klien b. Klien mengatakan
berhubungan mengenal namanya Tn.S.
dengan penyebab Senang dipanggil
menarik diri 3. Membantu klien Tn.S
mengenal c. Klien mengatakan
keuntungan kabar baiknya
berhubungan dan d. Klien mengatakan
tidak tidak mau bergaul
berhubungan dengan orang lain
dengan orang karena malas dan
lain. malu

11
4. Mengajarkan klien
cara berkenalan. f. Klien mengatakan keuntungan
berinteraksi dengan orang lain
5. Memasukkan kejadwal adalah kebanyakan teman
harian klien banyak ilmu.
g. Klien mengatakan kerugian
tidak berikteraksi dengan
orang lain adalah tidak punya
teman.
h. Klien mengatakan mau
berkenalan dengan orang lain

O:
i. Klien menjawab salam
perawat dan mengungkapkan
alasan menarik diri.
j. Klien mengerti tentang
manfaat berinteraksi dan
kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain
k. Kontak mata sedikit saat
berkurang

12
d. Klien tidak mau memulai pembicaraan.
e. Klien kurang koorperatif sering menunduk.
f. Dan kurang fokus peda pembicara

A:
Klien mampu mempraktekan cara
berkenalan.

P:
a. Motivasi klien untuk belajar berkenalan
dengan perawat.
b. Anjurkan klien untuk memasukkan ke
jadwal kegiatan harian.

Perawat :
c. Evaluasi SP1
d. Anjurkan klien untuk berinteraksi dengan
perawat lain (SP2)

13
17 SP2 : S:
april 1. Mengevaluasi SP1 a. Klien mengatakan kabarnya baik
2021 2. Mengajarkan klien berinteraksi b. Klien mengatakan masih
jam secara bertahap (berkenalan mengingat yang diajarkan
09.30 dengan orang pertama seorang perawat kemarin yaitu cara
perawat. tentang berkenalan
3. Memasukkan ke jadwal harian c. Klien mengatakan mau
klien, berkenalan dengan perawt

O:
d. Klien tampak lebih semangat
e. Kontak mata mulai ada
f. Klien sudah bisa tersenyum
sedikit
g. Klien tampak lebih kooperatif dari
sebelumnya

A:
h. Klien mampu mengulang cara
berkenalan (SP1)
i. Klien mampu berkenalan dengan
perawat lain(SP2)

14
P:
Klien:
a. Motivasi klien untuk
berkenalan dan berinteraksi
dengan perawat lain
b. Anjurkan klien untuk
memasukan jadwal harian

Perawat:
c. Evaluasi SP1 dan SP2
d. Ajarkan klien untuk
berkenalan dengan orang
lain
 
18 SP3:
april a. Mengevaluasi sp 1 dan 2.
2021 b. Melatih klien berinteraksi S:
jam secara bertahap( berkenalan e. Klien mengatakan
09.30 dengan dengan Orang kedua perasaannya lebih baik Dari
seorang klien) hari kemarin
c. Memasukan ke jadwal harian f. Klien mengatakan masih
klien mengingat SP1 yaitu cara
berkenalan dengan perawat
yang lain. 15
c. Klien mengatakan mau berkenalan dengan klien yang lain

O:
a. Klien lebih kooperatif dari sebelumnya
b. Kontak mata ada
c. Klien tidak Bisa fokus dengan klien lain karena lebih
terbiasa dengan perawat

A:
d. Klien mampu mengulang SP1 yaitu cara berkenalan dan
SP2 yaitu berkenalan dengan perawat lain
e. Klien belum Mampu melakukan SP3 yaitu berkenalan
dengan klien lain

P:
Klien :
f. Motivasi klien untuk berkenalan dengan klien yang lain
g. Ajarkan klien untuk untuk memasukan ke jadwal harian

Perawat :
h. Evaluasi SP1 dan SP2.
i. Ulangi tindakan untuk SP3 karena belum optimal
16
Terapi Keperawatan
1. Terapi Kognitif
Proses terapi kognitif bertujuan untuk mengubah keyakinan yang tidak rasional
dan mengubah fungsi berpikir pasien kearah yang positif dan akhirnya
menimbulkan perasaan yang menyenangkan
Social skills training (SST) dapat di diberikan kepada individu yang mengalami hambatan
dalam menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, individu tersebut dapat dibagi
menjadi empat kelompk keterampilan sosial yaitu :
1. Kemampuan Komunikasi Kemampuan penggunaan bahas tubuh yang tepat,
memberikan salam, memperkenalkan diri individu, dalam menjawab pertanyaan,
menjawab pertanyaan dengan baik, kemampuan untuk bertanya dan bertanya untuk
klarifikasi dalam sebuah kelompok.
2. Kemampuan menjalin persahabatan Menjalin pertemanan dengan orang lain,
mengucapkan dan menerima ucapan terima kasih, memberikan pujian dan menerima
pujian dari individu
17
3. Terlibat dalam melakukan aktivitas yang dilkukan bersama, berfikiran
melakukan kegiatan dengan orang lain, meminta dan memberikan dalam
bentuk pertolongan
4.Kemampuan individu dalam menghadapi situasi yang sulit
yakni memberikan dan menerima untuk kritik, menerima
untuk penolakan, bertahan dalam tekanan didalam kelompok
dan meminta maaf.

18
2. Terapi Suportif
Terapi suportif merupakan bentuk terapi yang dapat dilakukan pada
berbagai situasi dan kondisi diantaranya pada individu dengan masalah
isolasi sosial di tatanan rumah sakit. Hasil penelitian mengindikasikan
peer support (dukungan kelompok) berhubungan dengan peningkatan
fungsi secara psikologis dan beban keluarga, sedangkan mutual support
(dukungan yang bermanfaat) adalah suatu proses partisipasi dimana
terjadi aktifitas berbagi berbagai pengalaman (sharing experiences),
situasi dan masalah yang difokuskan pada prinsip memberi dan
menerima, mengaplikasikan keterampilan swabantu (self help) dan
pengembangan pengetahuan (Chien, Chan, dan Thompson, 2006).

19
3. Terapi Spiritual
Terapi musik instrumental diberikan sebanyak 7 kali yang
dilaksanakan selama 35 menit menggunakan handphone,
speaker dan diruang yang telah disedikan. Penggunaan musik
sebagai terapi mempunyai tujuan untuk membantu
mengekspresikan perasaan, memantu rehabilitasi fisik,
memberi pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati dan
emosi, meningkatkan memori, serta menyediakan
kesempatan yang unik untuk berinteraksi dan membangun
kedekatan emosional (Djohan, 2016). Musik insrumental
berasal dari suara alat musik dan tanpa syair atau lirik.

20
Kesimpula
n
Upaya yang dilakukan perawat dalam fase ini adalah klien
untuk tetap melakukan cara-cara yang sudah klien miliki
dengan tetap mengevaluasi kemampuan klien sehingga
diharapkan klien mampu menggunakan cara-cara tersebut
selamanya. Hal ini perlu adanya dukungan dari keluarga
dan masyarakat.
THANK
YOU!

22

Anda mungkin juga menyukai