Anda di halaman 1dari 20

FILSAFAT ILMU

IMPLIKASI FILSAFAT
MAHARANI AYU LESTARI
D032211007

Prof. Dr. Ir. Ansar Suyuti ,M.T


MANUSIA

Manusia adalah salah satu kajian


terpenting dalam hampir semua
segmen turunan filsafat.

Pokok-pokok pandangan
tentang manusia dalam berbagai tema
untuk ditimbang dan diperbandingkan
antar pandangan yang ada yakni dalam
sains, sastra, filsafat, dan mistisme.
Manusia dalam Sains Psikoanalisa Sigmun Frued

Psikoanalisis dianggap bagian dari imu (science). Sebab itulah Sigmun


Frued cocok untuk mewakili pemikiran Barat tentang manusia dalam
kacamata sains.
Penemuan Frued yang khas adalah adanya ketidaksadaran
psikis yang bersifat dinamis. Artinya, yang mengerjakan sesuatu dalam
kehidupan psikis manusia

Frued melakukan analisa terhadap kondisi kejiwaan


manusia melalui konsultasi, melakukan analisa statistik antara bahasa
pasiennya dan memadukannya dengan tindakan-tindakan mereka. Bukankah
setiap tingkah laku manusia tidak pernah luput dari makna, bukankah bahasa itu
dapat menjadi fasilitas informasi mengenai perasaan-perasaan. Selain
bahasa, tubuh juga dapat menjadi wadah dalam memenuhi tujuan jiwa.
(Bertens 2005:63)
Manusia dalam Kesusastraan Kahlil Gibran

"Kemarin aku pikir diriku adalah sebuah fragmen bergetar tanpa irama
dalam ruang kehidupan. Kini kutahu bahwa akulah ruang, dan semua
kehidupan adalah fragmen-fragmen bernyanyi yang bergerak dalam
diriku"
Berangkat dari syair di atas maka tahulah kita bahwa Kahlil Gibran
menganggap manusia sebagai sentral dari alam semesta. Pandangan ini sesuai
dengan kebanyakan ajaran mistisme, sastra, filsafat dan teologi.

Gibran menyayangkan manusia. Mereka senang menipu dengan


memanfaatkan kecerdasan mereka. “Sekolahlah engkau agar engkau tak
menipu orang”, kata orang bijak.Lalu melanjutkan, “mengajilah agar tak
sampai menipu orang”. Artinya kecerdasan pikiran takkan mampu membantu
eksistensi manusia.
Manusia dalam Kesusastraan Kahlil Gibran
"Ingatan adalah sebentuk pertemuan" kata Gibran. Sepertinya penyair
ini meyakini bahwa alam ini hanyalah persepsi akal manusia semata. Gambar
yang muncul dalam ingatan dan gambar yang ditangkap akal pada waktu saat
ini dan sekarang ini tidaklah memiliki perbedaan, keduanya hanyalah fantasi
yang muncul dalam ingatan.

"Kemanusiaan adalah sungai cahaya yang mengalir dari keabadian ke


keabadian". Gibran meyakini kekekelan dan mengalami tahap demi tahap dan
proses demi proses yang harus ditempuh jiwa manusia yang pada hakikatnya
ruh itu tidak pernah mengalami penghancuran.

"Jadikan dakau, O Tuhan, mangsa untuk si singa, sebelum Kau


menjadikan kelinci mangsa untukku". Di sini, Gibran tampak hanya
menghargai satu pencapaian yang diraih dengan proses sistematis dan kerja
keras yang biasanya dilengkapi dengan penderitaan.
Manusia dalam Kesusastraan Kahlil Gibran

Gibran juga sejalan dengan Freud yang menyatakan bahwa


bahasa merupakan media yang sangat hebat yang dapat
digunakan untuk melakukan interaksi antara kesadaran
seseorang dengan orang lainnya.

Meskipun demikian, Gibran tidak menyukai orang yang


banyak berbual namun tidak memberi manfaat apapun.
Pembual diumpamakannya sapi yang kulitnya dapat
dibikin sepatu dan dapat membajak sawah. Dia juga
mengakui kepada orang-orang bahwa tidak perlu dianggap
salut dan jangan pernah merasa cemburu terhadap
pembual.
Manusia dalam Kesusastraan Kahlil Gibran

Gibran berusaha menyadarkan manusia agar mampu


menemukan pesan yang terkandung dalam setiap peristiwa
dan benda alam. Dia mengajak kita untuk tidak hanya
menerima begitu saja apa yang ditangkap masing-masing
indranya. Kita harus mampu membaca pesan dari segala
halnya.
Segala sesuatu tidak berada dengan sendirinya. Semuanya
memberikan makna. Bukankah alam semesta diciptakan
Tuhan sebagai fasilitas
Mengenal-Nya. "Untuk lebih dekat dengan Tuhan, lebih
dekatlah kepada manusia" kata Gibran
Manusia dalam Estimasi Friedrick N ietzsche

Sama seperti Kahlil Gibran, Nietzsche selalu membenci


para pendeta yang mengumpul-ngumpulkan harta dari
rakyat kecil jelata, dengan
mengatasnamakan agama dan Tuhan, dan memasukkannya
ke dalam sakupribadi. Dengan harta rakyat, mereka
mencongkakkan diri dan mengganggap diri terhormat.

Manusia-unggul bukanlah yang mencita-citakan


surga namun memilih hidup sengsara dan berpangku
tangan. Menurut Nietzsce, "manusia-unggul adalah dia
yang mampu melepaskan diri dari fantasi surgawi dan
menciptakan makna baru bagi tubuh dan bumi".
Manusia dalam Estimasi Friedrick N ietzsche

Manusia-manusia yang hidup di zaman Nietzsche adalah


mereka yang telah tertipu oleh rahib dan pendeta yang
sibuk mendakwahkan mimpi-mimpi
surga pada jemaatnya hingga mereka terlena. Sementara
itu, para pendeta sibuk mengumpulkan harta dari keringat
jemaatnya.

Fungsi utama kekhalifahan manusia di muka bumi adalah


untuk berkarya. Berkarya sebagaimana Iqbal menyerukan
"Engkau menciptakan batu, akulah yang mengubahnya
menjadi perhiasan". Khalifah bertugas sebagai penerus
tangan Tuhan.
Manusia dalam Estimasi Friedrick N ietzsche
Manusia-manusia yang hidup di zaman Nietzsche adalah mereka
yang telah tertipu oleh rahib dan pendeta yang sibuk
mendakwahkan mimpi-mimpi
surga pada jemaatnya hingga mereka terlena. Sementara itu, para
pendeta sibuk mengumpulkan harta dari keringat jemaatnya.

Bukankah fungsi utama kekhalifahan manusia di muka bumi


adalah untuk berkarya. Berkarya sebagaimana Iqbal menyerukan
"Engkau menciptakan batu, akulah yang mengubahnya menjadi
perhiasan". Khalifah bertugas sebagai penerus tangan Tuhan.
Manusia yang tidak mahu berkarya dan hanya duduk
berpangkutangan, menurut Nietzsche adalah parasit. Yaitu "...
yang mau hidup dari cinta, namun tidak mau memeberikan
apapun dari cinta".
Manusia dalam Estimasi Friedrick N ietzsche
Manusia yang bijaksana bukanlah dia yang selalu
bernafsu membuat seseorang merasa malu. Dia yang
bijaksana itu adalah dia yang mau "... berbagi rasa
malu yang harus ditanggung seseorang”. Bukanlah
ksatria sejati
yang terus menghajar musuhnya setelah dia
tersungkur tak berdaya. Kata Nabi: Mereka yang
betul-betul berjiwa ksatria bukanlah yang jago
bergulat, namun yang mampu menahan amarahnya.
"Balaslah keburukan dengan kebaikan" kata Nabi-
nabi. "...siapa yang sanggup, dialah manusia sejati",
mengutip Iqbal dalam Javid Nama. Manusia sejati
yang dimaksud Iqbal tentunya hampir identik
dengan manusia-unggul milik Nietzsche.
Manusia dalam Estimasi Friedrick N ietzsche
Menurut Nietzsche banyak diantara bukanlah sebenar-benar
manusia, mereka adalah mesin-mesin. Mesin-mesin yang
menjadi bagian dari
komponen alam semesta, mereka tidak memiliki kehendak,
mereka hanyalah bagian dari buih yang diarahkan dan
bergerak kemana kebudayaan, adat istiadat serta dogma-
dogma mengalir.

Fitrah manusia adalah ingin dirinya memiliki pengaruh, kata-


katanya didengar, perintahnya dituruti dan tindakannya ditiru.
Untuk menjadi seperti itu manusia harus berkompetisi. Dan
yang mampu melakukannya adalah manusia unggul. Dalam
itulah Nietzsche, melalui mulut Zarathustra, hanya mencinta
dan berharap pada manusia-unggul saja. Manusia-unggul
adalah dia yang pemberani dan berhati teguh, bukan dia yang
tidak sadar dan tidak tahu akan bahaya dan rintangan, tapi dia
yang menyadarinya namun mampu mengatasinya.
Manusia dalam Filsafat Muhammad Iqbal

Manusia beserta alam berada dalam waktu. Manusia


selaku bagian dari alam mendapatkan tugas khusus
dari Allah guna melakukan pengendalian akan alam
dengan tujuan utama yaitu menjadikannya sebagai
wadah pengenalan akan Tuhan. Melakukan tugas ini
nyatanya amat berat bagi manusia, namun karena
karena semangatnya yang begitu kuat, manusia
menyatakan mampu melakukan tugas tersebut . (QS.
Al-Ahzab: 72) Karena besar apresiasi-Nya pada
manusia, Dia memberi manusia aneka fasilitas lebih
guna manusia dapat menjalankan amanah besar
tersebut.
Manusia harus terus mengasah akalnya guna dapat
terus meningkatkan pengenalannya dengan Tuhan.
Manusia dalam Filsafat Muhammad Iqbal
Bila secara kolektif manusia mampu mempertahankan
keagungan dirinya, maka pastinya akan tercipta kebudayaan
yang luarbiasa tangguh. Semangat kolektifitas dapat diambil
inspirasinya dari shalat berjamaah. Meski kolektifitas
mempunyai pengaruh yang sangat berarti, namun apa saja
yang dilakukan masing-masing individu, konsekwansinya
akan ditanggung masing-masing tanpa sedikitpun melibatkan
individu lain.

Pertanggung jawaban akan perbuatan masing-masing


individu dimungkinkan bila jiwa manusia tidak pernah
mengalami kematian. Kematian akan mengakibatkan segala
konsekwensi takkan berlaku. Sebab itu, Iqbal menolak
pendapat kaum
mutakallimi yang menyatakan jiwa itu tidak kekal (Iqbal,
1966: 112).menanggung konsekwensi akan perbuatannya
sangat memungkinkan bagi manusia sebab dia adalah
makhluk istimewa pilihan Tuhan.
Manusia dalam Filsafat Muhammad Iqbal
Salah satu kelebihan dari manusia adalah kemampuannya
untuk menerima berbagai (sebut saja) dimensi kesadaran.
Misalkan Muhammad yang mampu 'memasuki' dimensi lain
saat beliau menerima wahyu hingga sahabat disisinya tidak
menyadari.

Dalam hal ini terdapat perbedaan antara pengalaman


kenabian dengan gejala-gejala psikologis. Iqbal menyatakan
bahwa perbedaan antara pengalaman kenabian dengan
penyakit psikologis dapat dibedakan setelah pengalaman
mistik tersebut berakhir dan bagaimana tindakan aksi
dilakukan setelah masa penerimaan dimensi lain itu.

Nabi menemukan dirinya lebih peka terhadap realitas sosial


setelah pengalaman itu. Di sini kita juga menemukan
perbedaan antara pengalaman ruh saat sedang tidur dengan
pengalaman mistik ini.
Manusia dalam Filsafat Muhammad Iqbal
Mengenai hubungan antara ruh dengan jasad badaniyah,
Iqbal menyatakan kedua hal ini tidak memiliki perbedaan
yang signifikan, persamaan antara keduanya adalah sama-
sama berdasarkan sistem-sistem dan tindakan-tindakan
(Iqbal, 1966: 123).

"Sesungguhnya dalam menafsirkan alam setjara begini itu


memahami dan menguasai lingkungannja, dan dengan
demikian memperoleh dan memperluas kemerdekaannja"
(Iqbal, 1966: 126). Dalam hal ini, pemikiran Iqbal
bersamaan dengan Nietzsche secara metaforis, mereka sama-
sama menginginkan manusia berkompetisi di dunia
termasuk dengan sesama manusia.

Untuk mengambil kekuatannya dalam berkompetisi dan


melawan musihnya, manusia harus bersembahyang guna
berefleksi akan janji primordial dan mengambil kekuatan
melaluinya. Melalui sembahyang, kerja ruh sebagai ‘aql,
akan mampu memenangi kompetisi ini.
Manusia dalam Filsafat Muhammad Iqbal

Kahlil Gibran pernah berkata: “Bila engkau mencinta maka


jangan katakan aku dalam diri Tuhan, tapi
katakan Tuhan ada dalam diriku”. Ini menunjukkan bahwa
Iqbal dengan Gibran sama-sama lebih mendukung manusia
agar setelah mengalami
pengalaman spiritual dia mampu menciptakan dunia sesuai
amanah Tuhan.

Iqbal menolak pemikiran Nietzsce mengenai konsep


pengulangan waktu, menurutnya pengulangan waktu tidak
memungkinkan kekekalan ruh, bahkan malah menghancur-
leburkan roh. Meskipun demikian, Iqbal mengaku, ruh
manusia itu mempunyai permulaan. Iqbal menguatkan
pandangannya mengenai kekekalan waktu dengan QS. Az-
Zumar: 68.

Kematian jasad merupakan satu tempat bagi ruh guna


mempersiapkan diri menghadapi realitas nyata yang disebut
kiamat.
TERIMA KASIH
SOAL
1. Bagaimana pandangan Filsafat Muhammad Iqbal mengenai konsep
pengulangan waktu?
2. Bagaimana pendangan fitrah manusia menurut Friedrick Nietzsche?
3. Bagaimana pendangan manusia unggul menurut Friedrick Nietzsche
JAWABAN
1. Pengulangan waktu menurut Muhammad Iqbal tidak memungkinkan kekekalan ruh,
bahkan malah menghancur-leburkan roh. Meskipun demikian, Iqbal mengaku, ruh
manusia itu mempunyai permulaan.
2. Fitrah manusia menurut Friedrick Nietzsche ialah ingin dirinya memiliki pengaruh,
kata-katanya didengar, perintahnya dituruti dan tindakannya ditiru. Untuk menjadi
seperti itu manusia harus berkompetisi. Dan yang mampu melakukannya adalah
manusia unggul
3. Manusia-unggul menurut Friedrick Nietzsche ialah bukanlah yang mencita-citakan surga
namun memilih hidup sengsara dan berpangku tangan. Menurut Nietzsce, "manusia-
unggul adalah dia yang mampu melepaskan diri dari fantasi surgawi dan menciptakan
makna baru bagi tubuh dan bumi".

Anda mungkin juga menyukai