Anda di halaman 1dari 24

HSE

TM 4
PERAN PERAWAT DALAM
PATIENT SAFETY
▫ Penerapan patient safety di rumah sakit sangat dipengaruhi oleh peran
perawat.
▫ Hal ini karena perawat merupakan komunitas terbesar di rumah sakit
dan perawat adalah orang yang paling dekat dengan pasien.
▫ Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan baik didalam
maupun diluar negeri sesuai dengan peraturan perundang- undangan
(Permenkes, 2010)

3
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan adalah :

1. Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat mematuhi standart


pelayanan dan SOP yang ditetapkan.
2. Menerapkan prinsip-prinsip etik dalam pemberian pelayanan
keperawatan.
3. Memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang asuhan
yang diberikan.

4
4. Menerapkan kerjasama tim kesehatan yang handal dalam
pemberian pelayanan kesehatan.
5. Menerapkan komunikasi yang baik terhadap pasien dan
keluarganya. Peka, proaktif dan melakukan penyelesaian
masalah terhadap kejadian tidak diharapkan.
6. Mendokumentasikan dengan benar semua asuhan keperawatan
yang diberikan kepada pasien dankeluarga.

5
Manfaat penerapan sistim keselamatan pasien antara lain:

▫ Budaya safety meningkat dan berkembang


▫ Komunikasi dengan pasien berkembang
▫ Kejadian tidak diharapkan menurun.
▫ Peta KTD selalu ada dan terkini,
▫ Resiko klinis menurun,
▫ Keluhan dan litigasi berkurang,
▫ Mutu pelayananmeningkat,
▫ Citra rumah sakit dan kepercayaan masyarakat meningkat.

6
Kewajiban perawat secara umum terhadap keselamatan pasien adalah

▫ Mencegah malpraktek dan kelalaian dengan mematuhi standart.


▫ Melakukan pelayanan keperawatan berdasarkan kompetensi.
▫ Menjalin hubungan empati dengan pasien.
▫ Mendokumentasikan secara lengkap asuhan.
▫ Teliti, obyektif dalam kegiatan.
▫ Mengikuti peraturan dan kebijakan institusi.
▫ Peka terhadap terjadinya kemungkinan cedera

7
Sembilan solusi keselamatan Pasien di RS yaitu (Daud, 2007):

1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike


medication names). Hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya
kesalahan obat rekomendasinya adalah memperbaiki penulisan resep
dengan cara memperbaiki tulisan tangan atau membuat resep
elektronik.
2. Pastikan identifikasi pasien. Cek ulang secara detail identifikasi pasien
sebelum dilakukan tindakan.
3. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien. Repeat back dan
read back yaitu penerima informasi membacakan ulang informasi yang
telah ditulisnya untuk memastikan bahwa informasi telah diterima
secara benar.
8
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar. Tugas petugas
dalam memberikan tanda agar tidak terjadi salah persepsi serta harus
melibatkan pasien
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat. Memonitor, meresepkan,
menyiapkan, mendistribusi, memverifikasi, dan memberikan cairan
pekat seperti Potasium Chloride (KCL) sesuai rencana agar tidak terjadi
KTD.
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan.

9
7. Hindari salah kateter dan salah sambung selang.
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai. Program pelatihan untuk petugas
kesehatan mengenai prinsip pengendalian infeksi, penyuntikan yang
aman, dan manajemen limbah benda tajam.
9. Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.

10
Standar Praktik (Asuhan keperawatan)

Setiap perawat mempunyai tanggung jawab melakukan :


▫ Assesment (Pengkajian) : Status kesehatan pasien saat ini dan masa lalu
serta potensi resiko (keselamatan pasien)
▫ Diagnosa : menetapkan diagnosa/ masalah keperawatan
▫ Planning : Rencana asuhan keperawatan
▫ Implementation : Pelaksanaan asuhan sesuai rencana
▫ Evaluation : evaluasi terhadap respon pasien dan outcome.

11
Standars Of Care : Safety

Setiap perawat menerapkan prinsip Sasaran Keselamatan Pasien


(International Patient Safety Goals) :

12
(International Patient Safety Goals) :

1. Ketepatan Identifikasi Pasien


Perawat harus mengidentifikasi seluruh pasien yang dirawat di RS
dengan benar :
a. Memastikan identitas pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan
atau pengobatan
b. Memastikan kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut
c. Proses identifikasi dilakukan untuk mengidentifikasi pasien pada saat :
Pemberian obat, darah atau produk darah, Pengambilan darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan, klinis; atau tindakan lain (pembedahan, non pembedahan,
pemeriksaan klinis dan penunjang)
d. Identifikasi pasien mencakup 3 detail wajib yaitu Nama pasien, Tanggal lahir /
umur, Nomor rekam medis pasien.
(International Patient Safety Goals) :

2. Peningkatan Komunikasi Efektif


a. Komunikasi secaran lisan dan atau melalui telepon dilakukan
dengan metode T B K :
• Penerima perintah menulis perintah ( T )
• Penerima perintah membacakan kembali perintah yang ditulis dan
menanyakan kebenaran isi perintah ( B )
• Pemberi perintah memberikan konfirmasi kebenaran perintah yang
telah ditulis dan telah dibacakan kembali tersebut ( K ).
Pemberi perintah harus sudah memberikan konfirmasi langsung dengan
cara membubuhkan tanda tangan dalam waktu 24 jam sejak pemberian
perintah.
(International Patient Safety Goals) :

b. Komunikasi pelaporan pelayanan dilakukan dengan metode SBAR :


• S (SITUATION) : Kondisi terkini yang terjadi pada pasien.
• B (BACKGROUND) : Informasi penting apa yang berhubungan
dengan kondisi pasien.
• A (ASSESMENT) : Hasil pengkajian / penilaian kondisi pasien terkini.
• R (RECOMMENDATION) : Apa yang perlu dilakukan untuk
mengatasi masalah pasien saat ini
(International Patient Safety Goals) :

3. Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai


• Obat yang harus diwaspadai adalah obat yang sering menyebabkan
terjadi kesalahan / kesalahan serius (sentinel event) serta obat yang
beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome) yaitu elektrolit konsentrat + obat-obat yang terlihat mirip dan
kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/ NORUM,
atau Look Alike Sound Alike / LASA)
• Semua obat High Alert Medication harus memiliki identifikasi dan
penandaan khusus dan dikelola oleh petugas yang kompeten terhadap
obat-obat yang dimaksud (apoteker / tenaga kefarmasian)
(International Patient Safety Goals) :

• Tempat penyimpanan obat-obat dalam kelompok ini khususnya


elektrolit konsetrat di Instalasi Farmasi, IRIN, IBS, IRJ, Kamar
Bersalin (khususnya magnesium sulfat). Dimana obat-obat dimaksud
diberi tempat tersendiri / khusus.
• Verifikasi ulang sebelum obat diberikan kepada pasien harus dilakukan
meliputi ketepatan pasien, obat, dosis, waktu serta cara pemberian
• Syarat pemberian obat-obat yang perlu diwaspadai adalah mampu
melakukan monitoring efek samping, tersedia protokol pengelolaan
efek samping dan tersedia antidotumnya.
(International Patient Safety Goals) :

4. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi


a. Proses Verifikasi
Merupakan proses untuk mengidentifikasi hal-hal yang harus tersedia pada
saat tindakan pembedahan, terdiri dari :
• Dokumen-dokumen yang terkait dengan Tindakan, pembedahan,
Assesmen pra operasi, diagnosis pra operasi, rencana operasi dan
rencana anesthesi, - Infomed Consent yang sudah ditanda tangani oleh
pasien/ keluarganya, dokter operator dan dokter anesthesi.
• Hasil pemeriksaan penunjang (radiologi, laboratorium, dll)
• Alat-alat atau bahan khusus yang perlu disiapkan pada saat tindakan
seperti implan, tranfusi darah, dll
(International Patient Safety Goals) :

• Mencocokkan hal-hal tersebut diatas dengan pasien.


• Proses verifikasi sedapat mungkin dilakukan dengan melibatkan pasien.
• Proses verifikasi dicatat dalam lembar verifikasi.
• Proses verifikasi dilakukan sebelum pasien. masuk kamar operasi
(International Patient Safety Goals) :

b. Penandaan Lokasi Prosedur (Marking)


Semua pasien yang akan dioperasi dimana lokasi operasi memiliki
lateralisasi (sisi kanan dan kiri), struktur ganda (jari-jari tangan, kaki, lesi)
atau tingkatan berlapis (tulang belakang, tulang iga) harus dilakukan
pemberian “Surgical Marking”.
(International Patient Safety Goals) :

c. Time Out
• RS melaksanakan Time Out dalam rangkaian prosedur keselamatan
pasien bedah terstandar yang diadaptasi dari WHO – surgical Safety
Checklyst berupa : Sign In. Time Out, Sign In.
• Proses Time Out harus diikuti oleh seluruh anggota tim yang terlibat
dalam prosedur bedah atau prosedur invasive
• Check list keselamatan bedah harus dilakukan dan dilengkapi untuk
seluruh pasien yang menerima tindakan bedah atau prosedur invasif
lainnya.
• Tindakan Time Out dilakukan sebelum prosedur invasif atau sebelum
dilakukan insisi.
(International Patient Safety Goals) :

5. Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan


Pokok dari eliminasi infeksi adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat.
a. Kebersihan tangan merupakan proses membersihkan tangan dengan
menggunakan sabun dan air yang menghalir (hand wash) atau dengan
menggunakan antiseptik berbasis alkohol (hand rub)
b. Semua orang yang berada di RS wajib menjaga dan melaksanakan
kebersihan tangan
c. Rumah Sakit memfasilitasi sarana prasarana kebersihan tangan yang
dibutuhkan.
(International Patient Safety Goals) :

6. Pengurangan Resiko Pasien Jatuh


a. Perawat wajib melakukan pengkajian resiko jatuh untuk setiap pasien
yang dirawat, guna meminimalkan resiko jatuh dengan metode “Morse
Fall” untuk pasien dewasa dan metode “Humpty Dumpty” untuk
pasien anak.
b. Pengurangan resiko jatuh dilakukan dengan memberikan identifikasi
jatuh pada setiap pasien, memberikan intervensi pada pasien yang
beresiko serta memberikan lingkungan yang aman.
SELESAI

24

Anda mungkin juga menyukai