Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Galung Tropika, 4 (1) Januari 2015, hlmn.

19-27 ISSN Online 2407-6279


ISSN Cetak 2302-4178

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KISAMPANG (MELICOPE


DENHAMII) DALAM KONSENTRASI RENDAH TERHADAP
PERKEMBANGAN STADIUM LARVA-PUPA AEDES AEGYPTI L.

The Influence of The Leaf Extract Kisampang (Melicope denhamii) in Low


Concentration on The Stadium Larva of Aedes aegypti

Aminah Hajah Thaha


Email: aminah.hajahthaha@gmail.com
Jurusan Ilmu Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar

ABSTRAK

Salah satu upaya untuk mengurangi penyebaran vektor Dengue Hemmorhagic


Fever (DHF) yaitu dengan penggunaan insektisida botani yang dapat mempengaruhi lama
perkembangan dan tingkat kematian pradewasa Aedes aegypti L. Tanaman Kisampang
(Melicope denhamii) merupakan salah satu alternatif untuk pencegahan DBD. Tanaman ini
mengandung zat-zat aktif yaitu alkaloid dengan komponen utama evodiamine,
rutaecarpine, minyak atsiri (essential oil), saponin, tanin, dan flavanoid serta senyawa lain
yang diduga mempengaruhi tahap perkembangan serangga. Melalui penelitian ini
diharapkan bahwa Kisampang dalam konsentrasi yang lebih rendah dari penelitian-
penelitian sebelumnya. Ini mampu mempengaruhi tahapan perkembangan dan tingkat
kematian nyamuk Aedes aegypti L. sehingga tanaman ini masih dapat berpotensi sebagai
insektisida botani. Upaya ini diharapkan dapat mengurangi kepadatan vektor nyamuk
hingga mencapai tingkat dimana penularan virus epidemik tidak terjadi lagi, sehingga
tercapai peningkatan kesehatan masyarakat dan peningkatan produktifitas ternak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian juvenil hormon asal ekstrak
daun Kisampang (Melicope denhamii) terhadap perkembangan pradewasa nyamuk Aedes
aegypti L. pada konsentrasi 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, dan 100 ppm dalam pelarut
aquades, metanol dan etanol, lima kali ulangan untuk masing-masing konsentrasi dan
pelarut. Pengamatan dilakukan setiap 8 jam sekali. Hasil analisis uji statistik ANOVA
dilanjutkan dengan uji Duncan. Ekstrak daun Kisampang (Melicope denhamii)
mengandung zat-zat yang bersifat Juvenil Hormon (JH) sehingga berpengaruh terhadap
konsentrasi Juvenil Hormon (JH) dalam tubuh Aedes aegypti L, terlihat dari perkembangan
waktu yang abnormal dengan adanya penambahan dan pengurangan waktu meskipun tidak
memperlihatkan nilai signifikan. Tingkat kematian pada stadium larva dan pupa
disebabkan efek insektisida daun Kisampang yang lebih besar dibandingkan efek JH pada
tanaman tersebut. Berdasarkan persentase rata-rata keberhasilan larva dan pupa menjadi
dewasa melalui interaksi antara daun Kisampang dan pelarut. Pelarut metanol dan etanol
persentase tersebut semakin kecil seiring dengan meningkatnya konsentrasi daun
Kisampang dalam pelarut. Meskipun demikian nyamuk yang telah mencapai stadium
dewasa secara otomatis telah terpapar ekstrak daun Kisampang yang berarti secara
fisiologis tubuh nyamuk tersebut telah tergangggu (abnormalitas).
Kata Kunci: ekstrak daun, kisampang, konsentrasi rendah, Aedes aegypti
20 Thaha

ABSTRACT

One of many efforts to reduce the spread of a vector hemmorhagic dengue fever
(DHF) namely by the use of an botany insecticide of botany which can affect the
development and mortality rates of aedes aegypti premature l. Kisampang (Melicope
denhamii) is one of the alternative for the prevention of dengue fever. These plants
containing active substances which is an alkaloid with the main component for
evodiamine, rutaecarpine, the volatile oil) essential oil, saponin, tannin, and flavanoid as
well as other compound that allegedly affect stage of development insects. Through
research is expected that kisampang in lower concentration than previous studies. It able
to affecting the stage of development and the death rate of Aedes aegypti L. So that these
plants can still be potential as an insecticide botany. This effort is expected to reduce
mosquito vector density to reach the level of virus transmission of where the epidemic does
not happen again, so that achieved an increase in public health and livestock productivity
increase. This research aims to know the influence of the hormone origin juvenil leaves
extract Kisampang (Melicope denhamii) pra mature to the development of Aedes aegypti
L. On the concentration of 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, and 100 ppm in a
solvent aquades, ethanol and methanol, five times for each test concentration and a
solvent. Observation is conducted every 8 hours once. The results of the analysis statistical
tests anova continued with duncan. Test. Extract leaves Kisampang (Melicope denhamii)
containing substances having the character of juvenil hormones (JH) so it influences
concentration juvenil hormones (JH) in the body of Aedes aegypti L, can be seen from the
development of abnormal time with the additional and a reduction in the time though not
show the value of significant. The death rate in stadium larva and pupa caused the effect of
an insecticide leaves Kisampang larger compared by JH on the effects of such a plant. The
death rate in the stadium the larva and pupa caused the effect of an insecticide leaves
Kisampang greater than the effect of JH at the plant. Based on the percentage of an
average of the success of the larva and pupa become adults through the interaction
between the leaves kisampang and solvent. Methanol solvent and ethanol this percentage
is getting smaller as increased concentration Kisampang leaves in a solvent. Nevertheless
mosquito that had reached stadium adult automatically have been exposed to extract
leaves kisampang which means that is physiologically the body of the mosquito has
disturbed ( abnormality).
Key words: leaves extract, kisampang, low concentration, Aedes aegypti

PENDAHULUAN (Russel 1996). Dengue Hemmorhagic


Fever (DHF)/Demam Berdarah Dengue
Serangga berperan sebagai vektor (DBD) merupakan salah satu masalah
penularan berbagai macam kesehatan yang serius di Indonesia dan
penyakit.
Salah satu spesies serangga patut mendapatkan perhatian dari kita
yang
dianggap penting dan berbahaya adalah semua karena jumlah penderita dan angka
nyamuk Aedes aegypti L. Spesies ini kematian yang tinggi. DBD adalah
merupakan vektor penyakit demam virus akut secara mendadak dan
Equine Enchepalitis, Septicaemia terus menerus selama 2-7 hari yang
Haemorrhagica, Enzootic tanpa/disertai renjatan. Penyakit ini juga
Fillariasis, dan Yellow Fever Hepatitis,
(Ross menyebabkan gangguan pada pembuluh
1948), dan Dengue Hemmorhagic Fever darah kapiler dan sistem pembekuan
Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kisampang (Melicope denhamii) dalam 21
Konsentrasi Rendah Terhadap Perkembangan Stadium Larva-Pupa Aedes aegypti L.

darah sehingga terjadi manifestasi Penelitian ini dilaksanakan di


perdarahan seperti ptekia, epistaksis, dan Bagian Entomologi Departemen
perdarahan gusi. Selain itu juga terjadi Parasitologi dan Patologi, Fakultas
trombositopeni (100.000/μl atau kurang) Kedokteran Hewan, Institut Pertanian
dan pembesaran hati (WHO 1975 dalam Bogor. Bahan yang digunakan dalam
Soedarmo 1988). Pada keadaan yang penelitian ini adalah daun Kisampang,
lebih parah bisa terjadi gangguan air, etanol, metanol, aquadest, air gula,
sirkulasi darah dan penderita jatuh dalam pellet ikan, marmut, dan larva dari instar
keadaan shock akibat kebocoran plasma. III dari nyamuk Ae.aegypty L .
Keadaan ini disebut juga sebagai Dengue Sedangkan alat yang digunakan berupa
Shock Syndrome (DDS). Menurut Untung nampan plastik, kandang nyamuk, gelas
(2004), telah banyak usaha plastik 250 ml, blender, gelas arloji,
penanggulangan yang direkomendasikan spoid, pipet tetes, kandang jepit marmut,
dan dilakukan baik oleh pemerintah botol kecil, cawan petri, kertas, dan
maupun masyarakat, baik itu berupa timbangan (OHAUS GA 200).
pendekatan kimiawi, biologi, ataupun Metode Pemeliharaan Nyamuk.
lingkungan. Salah satu cara yang sedang Telur Ae. aegypti L. ditetaskan dalam
di upayakan oleh berbagai pihak adalah nampan plastik yang berisi air.
penggunaan insektisida botani. Indonesia Telur akan menetas menjadi larva instar
merupakan salah satu negara didunia I, II, III, dan IV, diberi cadangan makan
yang memiliki keanekaragaman hayati hati ayam. Larva yang telah menetas
yang cukup banyak, sehingga peluang menjadi pupa dipindahkan ke dalam
untuk memperoleh tanaman-tanaman gelas plastik yang berisi air dan
yang berpotensi sebagai insektisida nabati dimasukkan ke dalam kandang nyamuk.
menjadi lebih muda. Nyamuk dewasa betina diberi makan
Kisampang merupakan salah satu berupa darah marmut, dengan cara
dapat tanamanyang
dijadikan sebagai alternatif memasukkan marmut yang telah dicukur
insektisida nabati. Melalui penelitian ini punggungnya ke dalam kandang jepit dan
diharapkan bahwa tanaman Kisampang dimasukkan ke dalam kandang nyamuk.
dalam konsentrasi yang lebih rendah dari Sedangkan nyamuk jantan diberi
penelitian-penelitian sebelumnya, masih makanan berupa larutan gula yang
mampu mempengaruhi tahapan dimasukkan ke dalam botol kecil yang
perkembangan dan dilengkapi kapas. Nyamuk betina akan
tingkat Aedes aegypti L. Penelitian
nyamuk kematian
ini meletakkan telurnya pada dinding bagian
bertujuan untuk mengetahui pengaruh dalam gelas plastik yang telah ditempeli
pemberian ekstrak daun Kisampang kertas. Telur yang telah menetas dan telah
(Melicope denhamii) sebagai penghasil berkembang menjadi larva instar
insektisida nabati dalam konsentrasi yang III digunakan untuk
pengujian.
rendah terhadap Pembuatan Ekstrak Daun
perkembangan pradewasa nyamuk Aedes Kisampang. Daun Kisampang yang baru
aegypti L. dipetik dibersihkan dengan air sampai
METODE PENELITIAN bersih, kemudian diangin-anginkan dan
22 Thaha

ditimbang sebanyak 300 gram untuk dan 100 ppm) dengan lima ulangan
dicampurkan ke dalam pelarut yang pengamatan. Rancangan model yang
berbeda (aquades, metanol, dan etanol) digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan perbandingan percampuran 1 : 3 rancangan faktorial RAL (Rancangan
yang berarti tiap 1 gram daun Kisampang Acak Lengkap). Data–data tersebut
di campur dengan masing–masing 3 ml dianalisis secara statistik dengan
aquades, 3 ml metanol, dan 3 ml etanol. menggunakan uji Analisis Sidik Ragam
Daun yang telah ditimbang diblender dan (ANOVA) yang dilanjutkan dengan uji
disaring sehingga didapat ekstrak daun Multiple Range Test (Duncan).
Kisampang dalam ketiga pelarut. Ekstrak
dimasukkan ke dalam botol yang terpisah HASIL DAN PEMBAHASAN
dan didiamkan selama 24 jam.
Pengkuran berat kering ekstrak daun 1. Pengaruh Pemberian
Daun Ekstrak
Kisampang dengan menggunakan cawan
Dalam
denhamii) Kisampang Konsentrasi
(Melicope
petri. Cawan petri kosong ditimbang Rendah Terhadap Lama
sebagai A gram dan dimasukkan 5 ml Perkembangan Stadium
ekstrak lalu dimasukkan dalam inkubator Menjadi Pupa Aedes aegypti L.Larva
37OC. Setelah ekstrak mengering, cawan Interaksi antara pelarut aquades,
petri ditimbang sebagai B gram. metanol, dan etanol serta
Pengujian ini dilakukan dalam berbagai
konsentrasi yang telah dipaparkan ekstrak
gelas uji bervolume 240 ml. Setiap gelas daun Kisampang, maka
uji diisi air 200 ml (V2) dan X ml dilakukan
analisis tiap pelarut pada berbagai tingkat
(V1) ekstrak daun Kisampang dalam konsentrasi sebagaimana ditunjukkan
pelarut
sesuai dengan konsentrasi yang pada Tabel 1.
diinginkan, selanjutnya 20 ekor larva Berdasarkan Tabel 1, secara
instar III dimasukkan ke dalam gelas uji statistik diketahui
dan ditambahkan pelet ikan sebagai bahwa larva Aedes aegypti lama
perkembangan L.
persediaan makanan bagi larva. pada seluruh konsentrasi pelarut aquades
Pengamatan yang dilakukan pada tidak berbeda nyata dengan kontrol.
penelitian ini meliputi jumlah Begitu pula pelarut metanol kecuali pada
persentase kematian larva, pupa, dan konsentrasi 80, 90, dan 100 ppm.
lama stadium larva menjadi pupa Sedangkan pelarut etanol pada seluruh
maupun pupa menjadi dewasa dengan konsentrasi kecuali 100 ppm juga tidak
tingkat konsentrasi yang berbeda. berbeda nyata dengan kontrol. Ekstrak
Pengamatan
jam sekali dilakukan setiapinstar
sejak larva 8 III daun Kisampang juga berpengaruh
dikontakkan dengan larutan penguji. terhadap lama perkembangan
Analisis Data diperoleh dari pengamatan menjadi larva pupa. Hal ini
pada tiga perlakuan pelarut (aquades, seluruh konsentrasi
terlihat pada pelarut aquades,
metanol dan etanol). Masing-masing pelarut metanol dengan konsentrasi 10,
pelarut mendapat 10 taraf perlakuan dosis 40, dan 50 ppm serta pelarut etanol
(10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40, 50,
ppm, 60 ppm, 70 ppm, 80 ppm, 90 ppm dan 60 ppm, waktu perkembangan larva
Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kisampang (Melicope denhamii) dalam 23
Konsentrasi Rendah Terhadap Perkembangan Stadium Larva-Pupa Aedes aegypti L.

Tabel 1. Lama Perkembangan Larva Menjadi Pupa Antar Perlakuan Dosis Pada Tiap
Pelarut (Jam)
Pelarut
Konsentrasi (ppm)
Aquades
100 Metanol
37.65 (fg)
54.69 (ab)
57.14 (a)

90 Etanol
35.51 (g)
49.17 (abc)
47.64
(bcde)
(fg) (abc)
80 37.83 49.23 40.95
(cdefg) (efg) (bcd)
70 39.33 48.71 40.56
(cdefg)
60 32.90 (g)
45.69 (cdef)
38.86
(fg)
(g)
50 33.55 38.30 (fg) 34.77 (g)
40 37.02 (fg)
36.94 (fg)
35.95 (g)
(g) (cdefg)
30 34.25 41.63 35.29 (g)
(fg)
20 37.69 42.17 (cdefg) 35.23 (g)
10 37.93 (fg)
(defg) 36.01 (defg)
(g)
35.93 (g)
Keterangan: Huruf superskrip
Kontrol 40.36
yang berbeda 40.36
menunjukkan uji beda 40.36pada taraf 5%
nyata
(defg)

menjadi pupa lebih daripada Mordue et al. (1980) bahwa komponen


cepat kontrol. dengan inilah yang akan mempengaruhi
Berbeda halnya
perkembangan larva yang lebih lama perkembangan serangga yang normal dan
dibandingkan kontrol yang nampak pada cara kerjanya menyerupai
pelarut metanol dengan konsentrasi 20, Juvenil
Hormon (JH) pada serangga.
30, 60, 70, 80, 90, dan 100 ppm serta Daya polaritas masing-masing
pelarut etanol dengan konsentrasi 70, 80, pelarut dan zat-zat aktif daun Kisampang
90, dan 100 ppm. juga mempengaruhi perkembangan larva
Adanya variasi lama menjadi pupa. Daya polaritas
perkembangan stadium larva Ae. aegypti menyebabkan terbentuknya ikatan antara
L. dipengaruhi oleh ekstrak daun zat-zat aktif daun Kisampang dengan
Kisampang yang memiliki daya kerja pelarut yang selanjutnya mempengaruhi
sebagai pengatur pertumbuhan serangga titer JH dalam tubuh larva Ae. aegypti L.
(Insect Growth Regulators). Menurut Dari Tabel 1 terlihat bahwa daya polaritas

60

50
WAKTU (jam)

40

30

20

10

0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

KONSENTRASI (ppm)

AQUADES METHANOL ETANOL KONTROL

Gambar 1. Lama Perkembangan Larva Menjadi Pupa Pada Tiap Pelarut.


24 Thaha

pelarut aquades lebih kecil dibandingkan pada konsentrasi tinggi (pelarut metanol
pelarut metanol dan etanol, sehingga pada konsentrasi 80, 90, dan 100 ppm
kemampuan untuk melarutkan zat-zat serta pelarut etanol pada konsentrasi 100
aktif daun Kisampang lebih sedikit yang ppm) yang berbeda nyata dengan kontrol.
kemudian mempengaruhi titer JH dalam Dengan demikian diketahui bahwa efek
tubuh larva hingga mengalami deplesi JH dalam daun Kisampang dengan
dan merangsang terbentuknya pupa, kisaran konsentrasi 10 ppm hingga 100
dengan demikian perkembangan larva ppm pada ketiga pelarut tersebut sangat
menjadi pupa dipercepat dibandingkan sedikit sehingga efek JH yang diharapkan
waktu normal perkembangan larva tidak nyata terlihat.
menjadi pupa. Berbeda halnya dengan Berdasarkan penelitian sebelum-
perkembangan larva yang lebih lama nya dengan menggunakan daun
dibandingkan kontrol. Penambahan Kisampang terhadap Culex
waktu dapat disebabkan adanya kerja nyamuk
quenquifasciatus L, diketahui
secara sinergis antara zat-zat aktif ekstrak bahwa
adanya kemampuan hidup yang berbeda-
yang terlarut dan JH dalam tubuh larva beda dari masing-masing larva
sehingga konsentrasi JH dalam tubuh menyebabkan upaya mempertahankan
larva bertambah. Pelarut metanol dan hidup juga berbeda, baik dengan cara
etanol merupakan pelarut organik yang memperpanjang maupun mempercepat
baik untuk melarutkan sebagian besar perkembangan (Apriyansyah 2003).
zat-zat aktif tanaman terutama alkaloid
(Depdikbud 1988). 2. Persentase Kematian Larva Aedes
Meskipun terdapat perbedaan aegypti L.
lama perkembangan (jam) larva menjadi Pemaparan ekstrak daun
pupa pada tiap pelarut yang berbeda Kisampang dalam ketiga pelarut juga
dengan kontrol tetapi secara statistik berpengaruh terhadap kematian larva
konsentrasi-konsentrasi tersebut tidak Aedes aegypti L. dan dapat dilihat pada
berbeda nyata dengan kontrol. Hanya Tabel 2.
Tabel 2. Persentase Kematian Larva Aedes aegypti L. (%).
Pelarut
Konsentrasi (ppm)
Aquades Metanol Etanol
100 0 c 8 bc
0 c
a
90 0 66 4
80 0 c 16 bc
0 c
c
70 0 0 0
60 0 c 22 bc
0 c
b
50 0 26 0
c c c
40 0 2 0
c
30 0 2 0
c bc c
20 0 12 0
c
10 0 0 0
c c c
Kontrol 0 0 0
Keterangan: Huruf superskrip yang berbeda
c menunjukkan uji beda nyata
c pada taraf 5%

c c

c c

c c
Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kisampang (Melicope denhamii) dalam 25
Konsentrasi Rendah Terhadap Perkembangan Stadium Larva-Pupa Aedes aegypti L.

Tabel 2 memperlihatkan Interaksi antara toksisitas zat-zat aktif dalam daun


ekstrak daun Kisampang dengan pelarut, Kisampang dapat menyebabkan tingkat
dimana seluruh konsentrasi pada pelarut kematian larva yang rendah.
aquades dan pelarut etanol tidak berbeda Pada Gambar 2 terlihat bahwa
nyata dengan kontrol. Begitu pula halnya kematian larva meningkat dengan
dengan pelarut metanol pada kecuali pada adanya peningkatan konsentrasi.
konsentrasi 50 dan 90 ppm yang berbeda Kematian larva tertinggi terlihat pada
nyata dengan kontrol. Kematian larva pelarut metanol pada konsentrasi 90 ppm
(lebih besar dari kontrol) terlihat pada bahkan menyebabkan kematian larva
pelarut metanol dengan konsentrasi 20, lebih dari 50%. Dari penelitian terdahulu
30, 40, 50, 60, 80, 90, dan 100 ppm serta ekstrak daun Kisampang dalam pelarut
pelarut etanol pada konsentrasi 90 ppm. metanol mempunyai daya kerja yang
Pelarut aquades tidak menunjukkan tinggi terhadap kematian larva
kematian pada seluruh konsentrasi juga dibandingkan pelarut aquades dan etanol.
pelarut metanol pada konsentrasi 10 dan Berdasarkan penelitian Panus (2003),
70 ppm serta pelarut etanol konsentrasi diperoleh LC50 terhadap larva Ae. aegypti
10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, dan 100 L. dengan menggunakan ekstrak daun
ppm. Kematian pada stadium larva ini Kisampang
dicapai pada konsentrasi
disebabkan pengaruh JH pada tubuh Sedangkan 0,0421%. penelitian
serangga, yaitu tidak adanya kemampuan pada (2004) Andesfhadaun
menggunakan
untuk melakukan pupasi (Arjentinia dengan
Legundi (Vitex negundo)
2001). Adanya kinerja JH dari luar konsentrasi 10 ppm pelarut etanol pada
dan
(eksogenus) yang bersifat analog dengan konsentrasi 40 ppm pelarut metanol
JH dalam tubuh serangga akan mulai menunjukkan kematian larva Ae.
menyebabkan ketidakseimbangan aegypti L. diatas 50 %. Begitu pula pada
fisiologis dan perubahan atau pergantian penelitian Manalu (2004), pada
metamorfosis yang kemudian konsentrasi 80 ppm mulai menunjukkan
menyebabkan kematian hewan kematian larva Ae. aegypti L. sebesar
(Cymborowski 1992). 50%. Dengan demikian diketahui bahwa
ketahanan dari tiap individuSedangkan
terhadap pada konsentrasi rendah daun Kisampang

35%
30%
25%
WAKTU (jam)

20%
15%
10%
5%
0%
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

KONSENTRASI (ppm)

AQUADES METHANOL ETANOL KONTROL

Gambar 2. Persentase Kematian Larva Aedes aegypti L.


26 Thaha

masih berpengaruh terhadap kematian Selain itu saponin juga dianggap salah
larva Ae. aegypti L. satu zat yang dapat
Adanya akumulasi zat-zat aktif menyebabkan
kematian larva karena sifat sapogenin
daun Kisampang yang dapat bersifat yang dapat menghemolisis darah,
toksik dalam tubuh larva juga dapat mengikat kolesterol, dan toksik pada
menyebabkan keracunan yang hewan berdarah dingin. Saponin dapat
mengakibatkan kematian pada pula menurunkan tegangan permukaan
Semakin banyak zat yang berdaya larva.
kerja mukosa traktus digestivus sehingga
insektisida, semakin besar terjadi korosif dan selanjutnya kematian.
pula
kemungkinan larva tersebut mengalami
keracunan. Menurut Sastrodihardjo KESIMPULAN DAN SARAN
(1979), zat-zat yang bersifat toksik ini
dapat masuk melalui beberapa bagian Kesimpulan dari penelitian ini
tubuh serangga yaitu, dinding tubuh, jalur adalah:
pernapasan, dan alat percernaan. 1. Ekstrak daun Kisampang (Melicope
Alkaloid merupakan salah satu zat denhamii) dalam ketiga pelarut
aktif yang diduga dapat menyebabkan (aquades, metanol, dan
kematian pada serangga berpengaruh terhadap perkembangan
etanol)
dengan larva-pupa Aedes aegypti L. yang
mempengaruhi sistem syaraf pusat
menyebabkan waktu perkembangan
sehingga apabila terjadi toksisitas maka
abnormal yaitu penambahan dan
larva akan mengalami kejang-kejang
pengurangan waktu perkembangan
yang berlanjut dengan kematian
larva dan pupa dibandingkan kontrol.
(Depdikbud 1988). Alkaloid pada
2. Zat-zat aktif daun Kisampang
tanaman kisampang mengandung bahan
(Melicope
aktif (komponen utama) evodiamine dan
denhamii)insektisida botani,berpotensi
sebagai hal ini
rutaecarpine. Evodiamine menyebabkan
kehilangan produksi panas dan pada saat terlihat pada tingkat kematian
yang bersamaan menghilangkan energi stadium larva Aedes aegypti L
Saran dari penelitian ini adalah
yang berada dalam makanan yang
perlu penelitian lebih lanjut mengenai
selanjutnya berakibat pada kehilangan
zat-zat yang bersifat insektisida maupun
berat badan (Anonim 2004). Sedangkan
Juvenil Hormon (JH) yang berasal dari
rutaecarpine merupakan zat yang
ekstrak daun Kisampang (Melicope
menyebabkan hypotensi and vasorelaxasi
denhamii) dalam pelarut terhadap
(Wang 2002).
perkembangan stadium pradewasa nyamuk
Minyak atsiri juga merupakan
Aedes aegypti L. serta pengaruh pemaparan
salah satu zat aktif yang terdapat pada
tersebut pada generasi selanjutnya dengan
tanaman Kisampang yang menghasilkan
uji yang lebih spesifik.
aroma yang cukup tajam sehingga
nyamuk tidak menyukai tanaman ini.
DAFTAR PUSTAKA
Menurut Aminah (1995), minyak atsiri
pada daun urang aring bekerja sebagai Aminah NS. 1995. Evaluasi Tiga Jenis
larvasida pada nyamuk Ae. aegypti L. Tumbuhan Sebagai Insektisida
Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kisampang (Melicope denhamii) dalam 27
Konsentrasi Rendah Terhadap Perkembangan Stadium Larva-Pupa Aedes aegypti L.

dan Repelen Terhadap Nyamuk Russel RC. 1996.


Di Laboratorium [Tesis]. Bogor: Departement of Medical
Program Pasca Sarjana, Institut Entomology.
http://www.medent.usyd.
Pertanian Bogor. edu.au./photos/aedes%
Anonim. 2004. Evodia Fruit (Evodia 20 aegypti htm # charac. [22
Juli 2004].
rutaecarpa).
http://www.healthychoicesnm. Sastrodihardjo S. 1979. Pengantar
com/prod_thermozin.htm. [6 Entomologi Terapan. Bandung:
Desember 2004]. Penerbit ITB. hlm 20-21.
Cymborowski B. 1992. Insect Soedarmo SSP. 1988. Demam Berdarah
Endocrinology. Warsawa: Polish (Dengue) Pada Anak. Jakarta:
Scientific Publishers. Universitas Indonesia Press.
Depdikbud. 1988. Tetumbuhan Sebagai Wang GJ et al. 2002. Rutaecarpine on
Sumber Bahan Calcium Channel Activities in
Obat. Pusat Endothelial and
Penelitian Andalas. Vascular Muscle Cells1.
Mordue WGJ. Goldsworthy. J. http://jpet.aspetjournals.org/
Smooth
Brady and cgi/content/full/289/3/1237.
W. M. Blaney. 1980. Insect [6
Physiology. London: Billing & Desember 2004].
Ross HH. 1982. A Text Book of
Sons Ltd. hlm 34 – 52.
Entomology. Ed ke-4. New York:
John Wiley & Sons. Inc. hlm
640-642.

Anda mungkin juga menyukai