4 29 3 PB
4 29 3 PB
ABSTRAK
ABSTRACT
One of many efforts to reduce the spread of a vector hemmorhagic dengue fever
(DHF) namely by the use of an botany insecticide of botany which can affect the
development and mortality rates of aedes aegypti premature l. Kisampang (Melicope
denhamii) is one of the alternative for the prevention of dengue fever. These plants
containing active substances which is an alkaloid with the main component for
evodiamine, rutaecarpine, the volatile oil) essential oil, saponin, tannin, and flavanoid as
well as other compound that allegedly affect stage of development insects. Through
research is expected that kisampang in lower concentration than previous studies. It able
to affecting the stage of development and the death rate of Aedes aegypti L. So that these
plants can still be potential as an insecticide botany. This effort is expected to reduce
mosquito vector density to reach the level of virus transmission of where the epidemic does
not happen again, so that achieved an increase in public health and livestock productivity
increase. This research aims to know the influence of the hormone origin juvenil leaves
extract Kisampang (Melicope denhamii) pra mature to the development of Aedes aegypti
L. On the concentration of 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, and 100 ppm in a
solvent aquades, ethanol and methanol, five times for each test concentration and a
solvent. Observation is conducted every 8 hours once. The results of the analysis statistical
tests anova continued with duncan. Test. Extract leaves Kisampang (Melicope denhamii)
containing substances having the character of juvenil hormones (JH) so it influences
concentration juvenil hormones (JH) in the body of Aedes aegypti L, can be seen from the
development of abnormal time with the additional and a reduction in the time though not
show the value of significant. The death rate in stadium larva and pupa caused the effect of
an insecticide leaves Kisampang larger compared by JH on the effects of such a plant. The
death rate in the stadium the larva and pupa caused the effect of an insecticide leaves
Kisampang greater than the effect of JH at the plant. Based on the percentage of an
average of the success of the larva and pupa become adults through the interaction
between the leaves kisampang and solvent. Methanol solvent and ethanol this percentage
is getting smaller as increased concentration Kisampang leaves in a solvent. Nevertheless
mosquito that had reached stadium adult automatically have been exposed to extract
leaves kisampang which means that is physiologically the body of the mosquito has
disturbed ( abnormality).
Key words: leaves extract, kisampang, low concentration, Aedes aegypti
ditimbang sebanyak 300 gram untuk dan 100 ppm) dengan lima ulangan
dicampurkan ke dalam pelarut yang pengamatan. Rancangan model yang
berbeda (aquades, metanol, dan etanol) digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan perbandingan percampuran 1 : 3 rancangan faktorial RAL (Rancangan
yang berarti tiap 1 gram daun Kisampang Acak Lengkap). Data–data tersebut
di campur dengan masing–masing 3 ml dianalisis secara statistik dengan
aquades, 3 ml metanol, dan 3 ml etanol. menggunakan uji Analisis Sidik Ragam
Daun yang telah ditimbang diblender dan (ANOVA) yang dilanjutkan dengan uji
disaring sehingga didapat ekstrak daun Multiple Range Test (Duncan).
Kisampang dalam ketiga pelarut. Ekstrak
dimasukkan ke dalam botol yang terpisah HASIL DAN PEMBAHASAN
dan didiamkan selama 24 jam.
Pengkuran berat kering ekstrak daun 1. Pengaruh Pemberian
Daun Ekstrak
Kisampang dengan menggunakan cawan
Dalam
denhamii) Kisampang Konsentrasi
(Melicope
petri. Cawan petri kosong ditimbang Rendah Terhadap Lama
sebagai A gram dan dimasukkan 5 ml Perkembangan Stadium
ekstrak lalu dimasukkan dalam inkubator Menjadi Pupa Aedes aegypti L.Larva
37OC. Setelah ekstrak mengering, cawan Interaksi antara pelarut aquades,
petri ditimbang sebagai B gram. metanol, dan etanol serta
Pengujian ini dilakukan dalam berbagai
konsentrasi yang telah dipaparkan ekstrak
gelas uji bervolume 240 ml. Setiap gelas daun Kisampang, maka
uji diisi air 200 ml (V2) dan X ml dilakukan
analisis tiap pelarut pada berbagai tingkat
(V1) ekstrak daun Kisampang dalam konsentrasi sebagaimana ditunjukkan
pelarut
sesuai dengan konsentrasi yang pada Tabel 1.
diinginkan, selanjutnya 20 ekor larva Berdasarkan Tabel 1, secara
instar III dimasukkan ke dalam gelas uji statistik diketahui
dan ditambahkan pelet ikan sebagai bahwa larva Aedes aegypti lama
perkembangan L.
persediaan makanan bagi larva. pada seluruh konsentrasi pelarut aquades
Pengamatan yang dilakukan pada tidak berbeda nyata dengan kontrol.
penelitian ini meliputi jumlah Begitu pula pelarut metanol kecuali pada
persentase kematian larva, pupa, dan konsentrasi 80, 90, dan 100 ppm.
lama stadium larva menjadi pupa Sedangkan pelarut etanol pada seluruh
maupun pupa menjadi dewasa dengan konsentrasi kecuali 100 ppm juga tidak
tingkat konsentrasi yang berbeda. berbeda nyata dengan kontrol. Ekstrak
Pengamatan
jam sekali dilakukan setiapinstar
sejak larva 8 III daun Kisampang juga berpengaruh
dikontakkan dengan larutan penguji. terhadap lama perkembangan
Analisis Data diperoleh dari pengamatan menjadi larva pupa. Hal ini
pada tiga perlakuan pelarut (aquades, seluruh konsentrasi
terlihat pada pelarut aquades,
metanol dan etanol). Masing-masing pelarut metanol dengan konsentrasi 10,
pelarut mendapat 10 taraf perlakuan dosis 40, dan 50 ppm serta pelarut etanol
(10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40, 50,
ppm, 60 ppm, 70 ppm, 80 ppm, 90 ppm dan 60 ppm, waktu perkembangan larva
Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kisampang (Melicope denhamii) dalam 23
Konsentrasi Rendah Terhadap Perkembangan Stadium Larva-Pupa Aedes aegypti L.
Tabel 1. Lama Perkembangan Larva Menjadi Pupa Antar Perlakuan Dosis Pada Tiap
Pelarut (Jam)
Pelarut
Konsentrasi (ppm)
Aquades
100 Metanol
37.65 (fg)
54.69 (ab)
57.14 (a)
90 Etanol
35.51 (g)
49.17 (abc)
47.64
(bcde)
(fg) (abc)
80 37.83 49.23 40.95
(cdefg) (efg) (bcd)
70 39.33 48.71 40.56
(cdefg)
60 32.90 (g)
45.69 (cdef)
38.86
(fg)
(g)
50 33.55 38.30 (fg) 34.77 (g)
40 37.02 (fg)
36.94 (fg)
35.95 (g)
(g) (cdefg)
30 34.25 41.63 35.29 (g)
(fg)
20 37.69 42.17 (cdefg) 35.23 (g)
10 37.93 (fg)
(defg) 36.01 (defg)
(g)
35.93 (g)
Keterangan: Huruf superskrip
Kontrol 40.36
yang berbeda 40.36
menunjukkan uji beda 40.36pada taraf 5%
nyata
(defg)
60
50
WAKTU (jam)
40
30
20
10
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
KONSENTRASI (ppm)
pelarut aquades lebih kecil dibandingkan pada konsentrasi tinggi (pelarut metanol
pelarut metanol dan etanol, sehingga pada konsentrasi 80, 90, dan 100 ppm
kemampuan untuk melarutkan zat-zat serta pelarut etanol pada konsentrasi 100
aktif daun Kisampang lebih sedikit yang ppm) yang berbeda nyata dengan kontrol.
kemudian mempengaruhi titer JH dalam Dengan demikian diketahui bahwa efek
tubuh larva hingga mengalami deplesi JH dalam daun Kisampang dengan
dan merangsang terbentuknya pupa, kisaran konsentrasi 10 ppm hingga 100
dengan demikian perkembangan larva ppm pada ketiga pelarut tersebut sangat
menjadi pupa dipercepat dibandingkan sedikit sehingga efek JH yang diharapkan
waktu normal perkembangan larva tidak nyata terlihat.
menjadi pupa. Berbeda halnya dengan Berdasarkan penelitian sebelum-
perkembangan larva yang lebih lama nya dengan menggunakan daun
dibandingkan kontrol. Penambahan Kisampang terhadap Culex
waktu dapat disebabkan adanya kerja nyamuk
quenquifasciatus L, diketahui
secara sinergis antara zat-zat aktif ekstrak bahwa
adanya kemampuan hidup yang berbeda-
yang terlarut dan JH dalam tubuh larva beda dari masing-masing larva
sehingga konsentrasi JH dalam tubuh menyebabkan upaya mempertahankan
larva bertambah. Pelarut metanol dan hidup juga berbeda, baik dengan cara
etanol merupakan pelarut organik yang memperpanjang maupun mempercepat
baik untuk melarutkan sebagian besar perkembangan (Apriyansyah 2003).
zat-zat aktif tanaman terutama alkaloid
(Depdikbud 1988). 2. Persentase Kematian Larva Aedes
Meskipun terdapat perbedaan aegypti L.
lama perkembangan (jam) larva menjadi Pemaparan ekstrak daun
pupa pada tiap pelarut yang berbeda Kisampang dalam ketiga pelarut juga
dengan kontrol tetapi secara statistik berpengaruh terhadap kematian larva
konsentrasi-konsentrasi tersebut tidak Aedes aegypti L. dan dapat dilihat pada
berbeda nyata dengan kontrol. Hanya Tabel 2.
Tabel 2. Persentase Kematian Larva Aedes aegypti L. (%).
Pelarut
Konsentrasi (ppm)
Aquades Metanol Etanol
100 0 c 8 bc
0 c
a
90 0 66 4
80 0 c 16 bc
0 c
c
70 0 0 0
60 0 c 22 bc
0 c
b
50 0 26 0
c c c
40 0 2 0
c
30 0 2 0
c bc c
20 0 12 0
c
10 0 0 0
c c c
Kontrol 0 0 0
Keterangan: Huruf superskrip yang berbeda
c menunjukkan uji beda nyata
c pada taraf 5%
c c
c c
c c
Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kisampang (Melicope denhamii) dalam 25
Konsentrasi Rendah Terhadap Perkembangan Stadium Larva-Pupa Aedes aegypti L.
35%
30%
25%
WAKTU (jam)
20%
15%
10%
5%
0%
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
KONSENTRASI (ppm)
masih berpengaruh terhadap kematian Selain itu saponin juga dianggap salah
larva Ae. aegypti L. satu zat yang dapat
Adanya akumulasi zat-zat aktif menyebabkan
kematian larva karena sifat sapogenin
daun Kisampang yang dapat bersifat yang dapat menghemolisis darah,
toksik dalam tubuh larva juga dapat mengikat kolesterol, dan toksik pada
menyebabkan keracunan yang hewan berdarah dingin. Saponin dapat
mengakibatkan kematian pada pula menurunkan tegangan permukaan
Semakin banyak zat yang berdaya larva.
kerja mukosa traktus digestivus sehingga
insektisida, semakin besar terjadi korosif dan selanjutnya kematian.
pula
kemungkinan larva tersebut mengalami
keracunan. Menurut Sastrodihardjo KESIMPULAN DAN SARAN
(1979), zat-zat yang bersifat toksik ini
dapat masuk melalui beberapa bagian Kesimpulan dari penelitian ini
tubuh serangga yaitu, dinding tubuh, jalur adalah:
pernapasan, dan alat percernaan. 1. Ekstrak daun Kisampang (Melicope
Alkaloid merupakan salah satu zat denhamii) dalam ketiga pelarut
aktif yang diduga dapat menyebabkan (aquades, metanol, dan
kematian pada serangga berpengaruh terhadap perkembangan
etanol)
dengan larva-pupa Aedes aegypti L. yang
mempengaruhi sistem syaraf pusat
menyebabkan waktu perkembangan
sehingga apabila terjadi toksisitas maka
abnormal yaitu penambahan dan
larva akan mengalami kejang-kejang
pengurangan waktu perkembangan
yang berlanjut dengan kematian
larva dan pupa dibandingkan kontrol.
(Depdikbud 1988). Alkaloid pada
2. Zat-zat aktif daun Kisampang
tanaman kisampang mengandung bahan
(Melicope
aktif (komponen utama) evodiamine dan
denhamii)insektisida botani,berpotensi
sebagai hal ini
rutaecarpine. Evodiamine menyebabkan
kehilangan produksi panas dan pada saat terlihat pada tingkat kematian
yang bersamaan menghilangkan energi stadium larva Aedes aegypti L
Saran dari penelitian ini adalah
yang berada dalam makanan yang
perlu penelitian lebih lanjut mengenai
selanjutnya berakibat pada kehilangan
zat-zat yang bersifat insektisida maupun
berat badan (Anonim 2004). Sedangkan
Juvenil Hormon (JH) yang berasal dari
rutaecarpine merupakan zat yang
ekstrak daun Kisampang (Melicope
menyebabkan hypotensi and vasorelaxasi
denhamii) dalam pelarut terhadap
(Wang 2002).
perkembangan stadium pradewasa nyamuk
Minyak atsiri juga merupakan
Aedes aegypti L. serta pengaruh pemaparan
salah satu zat aktif yang terdapat pada
tersebut pada generasi selanjutnya dengan
tanaman Kisampang yang menghasilkan
uji yang lebih spesifik.
aroma yang cukup tajam sehingga
nyamuk tidak menyukai tanaman ini.
DAFTAR PUSTAKA
Menurut Aminah (1995), minyak atsiri
pada daun urang aring bekerja sebagai Aminah NS. 1995. Evaluasi Tiga Jenis
larvasida pada nyamuk Ae. aegypti L. Tumbuhan Sebagai Insektisida
Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kisampang (Melicope denhamii) dalam 27
Konsentrasi Rendah Terhadap Perkembangan Stadium Larva-Pupa Aedes aegypti L.