Anda di halaman 1dari 10

Asuhan

keperawatan
Pada Pasien

PPOK
NACIA
 Nim: 113063C1120048
 DIFSI KALMI
 Nim: 113063C1120038
 RIFKA IMELDA BABY ANGGI
 Nim: 113063C1120058
 YOSUA RYCO SUSANTO
 Nim: 113063C1120066
Definis Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)

● . Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronik Obstructibe Pulmonanart Diseases
(COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru
yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai
gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal
dengan COPD adalah asma bronkial, bronkitis kronis, dan emfisema paru-paru. Sering juga
penyakit penyakit ini disebut dengan Chronic Airflow Limitation (CAL) dan Chronic Obstructive
Lung Disiase (COLD). (Iman Somantri, 2009)
● 2. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan sejumlah gangguan yang memengaruhi
pergerakan udara dari dan ke luar paru. Gangguan yang penting adalah bronkhitis obstruktif,
emfisema, dan asma bronkhial. (Arif Muttaqin, 2008)
● 3. Penyakit paru obsruktif kronik (PPOK) adalah klasifikasi luar dari gangguaan, yang mencakup
bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema, dan asma. PPOK merupakan kondisi ireversibel yang
berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-
paru. (Brunner and Suddarth, 2002)
Etiologi Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)

Penyebab

1. Roko 5. Bronkhitis kronis

2. Infeksi 6. Emfisema

.
3 Polusi 7. Usia

4. Asma Bronkhial 8. Faktor Keterunuan


Epidemiologi Penyakit Paru Obstrukturtib Kronis
(PPOK)
Insidensi PPOK penduduk negeri belanda adalah 10-
15 % pria dewasa, 5% wanitadewasa dan 5% anak-
anak.faktor resiko yang utama adalah rokok,
perokok mempunyairesiko 4 kali lebih besar dari
pada bukan perokok,dimana faal paru cepat
menurun. Penderita pria : wanita = 3-10 : 1.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun
1990 PPOK menempati urutan keenam sebagai
penyebab kematian di dunia, tahun 2002 PPOK
menempati urutan kelima sebagai penyebab
kematian di dunia, dan WHO memprediksi tahun
2030 PPOK akan menempati urutan ketiga sebagai
penyebab kematian di dunia.1,2,14-16 Prevalensi dari
PPOK

Meningkat tahun 1994 kira-kira 16,2 juta laki-laki


dan perempuan menderita ppok di indonesia dan
lebih dari 52 juta individu di dunia.
MANIFESTASI KLINIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)
Gejala-gejala umum PPOK yaitu:
1. Denyut jantung abnormal
2 .Sesak napas
3. Henti nafas atau nafas tidak teratur dalam aktivitas sehari-hari.
4. Kulit, bibir atau kuku menjadi biru.
5. Batuk menahun, atau disebut juga 'batuk perokok' (smoker cough)
6. Batuk berdahak (batuk produktif)
○ PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
● Pemeriksaan Penunjang
● 1. Pengukuran Fungsi Paru
● a. Kapasitas inspirasi menurun.
● b. Volume residu : meningkat pada emfisema, bronkhitis,
● dan asma.
● c. FEV1 selalu menurun = derajat obstruksi progresif penyakit
● paru obstruktif kronik.
● d. FVC awal normal : menurun pada bronkhitis dan asma.
● e. TLC normal sampai meningkat sedang (predominan pada
● emfisema).
● 2. Analisa Gas Darah
● PaO2 menurun, PCO2 meningkat, sering menurun pada
● asma. Nilai pH normal, asidosis, alkalosis respiratorik ringan
● sekunder.
Penatalaksanaan Non Medis

● TERAPI NON FARMAKOLOGI


● Tujuan utama rehabilitas paru adalah mengurangi gejala, memperbaiki kualitas hidup , dan meningkatkan partsipasi fisik dan
emosional dalam aktifitas sehari hari.
● Aktivitas Olahraga
● Program aktifitas olahraga untuk PPOK dapat terdiri atas sepeda ergometri, latihan treadmill, atau berjalan dengan diatur
waktunya , dengan frekuensinya dapat berkisar dari setiap hari dan setiap minggu , dengan durasi 10 sampai 45 menit per
sesi, dan intensitas latihan dari 50% konsumsi oksigen puncak sampai maksimum yang ditoleransi . banyak dokter
menganjurkan pasien untuk melatih mereka sendiri (misalnya berjalan 20 menit setiap hari) jika mereka tidak mampu
berpasrtisipasi dalam program latihan terstkruktur. Mamfaat rehabilitasi parupa pasien PPOK meliputi hal hal berikut ini :
● 1. Memperbaiki kapasitas aktifitas fisik.
● 2. Mengurangi intensitas sesak nafas (yang dirasakan).
● 3. Memperbaiki kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan.
● 4. Mengurangi jumlah bhospitalisasi dan hari rawatdirumah sakit.
● 5. Mengurangi ansietas dan depresi yang berkaitan dengan PPOK.
● 6. Memperbaiki fungsi lengan latihan kekuatan dan daya tahan ekstremitas atas.
● 7. Manfaat yang melebihi periode latihan seger
● - PENATALAKSANAAN MEDIS
● 1. Memelihara kepatenan jalan napas dengan menurunkan
● spasme bronkhus dan membersihkan sekret yang berlebihan.
● 2. Memelihara keefektifan pertukaran gas.
● 3. Mencegah dan mengobati insfeksi saluran pernapasan.
● 4. Meningkatkan toleransi latihan.
● 5. Mencegah adanya komplikasi (gagal napas akut dan status
● asmitikus).
● 6. Mencegah alergen / iritasi jalan napas.
● 7. Membebaskan adanya kecemasan dan mengobati depresi
● yang sering menyertai adanya obstruksi jalan napas kronis.
. PENGKAJIAN
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala: Keletihan, kelelahan, malaise.
Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari
karena sulit bernapas.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi
duduk tinggi.
Dispnea pada saat istirahat atau respons terhadap
aktivitas atau latihan.
Tanda: Keletihan.
Gelisah, insomnia.
Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
SIRKULASI
Gejala: Pembengkakan pada ekstremitas
bawah.
Tanda: Peningkatan TD
Peningkatan frekuensi jantung/takikardia
berat, disritmia.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. BERSIHAN JALAN NAPAS, TAK EFEKTIF berhubungan dengan bronkospasme.
Peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental.
Penurunan energi/kelemahan
2. PERTUKARAN GAS, KERUSAKAN berhubungan dengan Gangguan suplai oksigen
(obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara) Kerusakan
alveoli.
3. NUTRISI, PERUBAHAN, KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH berhubungan
dengan Dispnea, kelemahan, efek samping obat, produksi sputum, anoreksia,
mual/muntah.
4. INFEKSI,RISIKO TINGGI TERHADAP berhubungan dengan Tidak adekuatnya
pertahanan utama (penurunan kerja silia, menetapnya sekret. Tidak adekuatnya
imunitas (kerusakan jaringan, peningkatan pemajanan pada lingkungan). Proses
penyakit kronis, malnutrisi.
5. KURANG PENGETAHUAN (KEBUTUHAN BELAJAR) MENGENAI KONDISI
TINDAKAN berhubungan dengan kurang informasi/tidak mengenal sumber
informasi. Salah mengerti tentang informasi. Kurang mengingat/keterbatasan kognitif.

Anda mungkin juga menyukai