Anda di halaman 1dari 18

Review Buku Tetralogi Pramoedya

By : Kelompok 6
Anggota Kelompok 6 :

1. Afgan Satrio Akbar (201903102028)


2. Yusuf Fani Dwi Cahyono (201903102021)
3. Maulana Fariz Syach Hatta (201903102031)
4. Nisrina Kaut Sarani (211510701033)
5. Muhammad Nafiur Rofiq (201910101104)
Table of contents

01 02
Review Buku Bumi Review Buku Anak
Manusia Semua Bangsa

03 04
Review Buku Jejak Review Buku Rumah
langkah Kaca
Introduction
Tetralogi Pramoedya
atau lebih tepatnya
Tetralogi Buru adalah
nama untuk empat novel
karya Pramoedya
Ananta Toer yang
terbit dari tahun 1980
hingga 1988.
01
Bumi
Manusia
1980
Buku series pertama dari Pramoedya Ananta Toer Bumi
Manusia ini bercerita pada zaman dimana Indonesia masih
diduduki oleh Belanda. Pramoedya membawa alur cerita
sangat kental dengan budaya Jawa pada zaman dahulu dan
bercampur dengan budaya Belanda.
Dikisahkan tokoh utama yaitu Minke seorang remaja
cerdas yang mencintai negaranya dan bangga akan darah
Jawanya, juga selalu semangat menempuh pendidikannya.
Serta tokoh utama wanita Annelies seorang perempuan
berdarah Belanda dan Pribumi dambaan lelaki, terdidik
dengan sangat pandai oleh ibu kesayangannya, mandiri,
sopan dan santun, pintar, dan pekerja keras.
Selain menyorot tentang kisah asmara manis maupun
menyakitkan dari Minke dan Annelies, Bumi Manusia juga
menggambarkan keadaan Indonesia pada zamannya. Dimana
Indonesia dalam masa penjajahan Belanda, orang-orang
Jawa di bawah naungan orang Belanda. Belanda dan Eropa
yang dianggap sangat tinggi pada zamannya. Cerita ini
sangat memperlihatkan sudut-sudut memprihatinkannya
Indonesia pada saat itu.
Hingga saat terjadinya perselisihan antara hukum
Belanda dan Indonesia, dimana hukum pemerintahan Belanda
dianggap tidak adil dan menguntungkan satu pihak yaitu
tentunya pihak Belanda, Pribumi tidak diberi kesempatan
dalam mengambil peran di perselisihan hukum tersebut.
02
Anak Semua
Bangsa 1980
Dalam buku series kedua ini penulis masih tetap
menceritakan tokoh Minke yang kisahnya berakhir tragis dengan
Annelies sekaligus menandai terbentuknya dendam dihati Minke
dan Nyai Ontosoroh yang adalah titik balik Minke mulai melihat
Eropa tidak lain sebagai sosok penjajah yang mampu merampas
apapun yang mereka inginkan, sama sekali berbeda dengan
ajaran dan citra sebuah bangsa terpelajar yang didapatkannya.
Pramoedya tetap menyuguhkan drama kehidupan, namun kali
ini tidak lagi tentang Minke sendiri. Minke hanyalah sebuah
lensa yang kemana ia mengarahkan kakinya, pembaca akan
melihat nasib orang-orang lain disekitarnya, kali ini lebih
banyak tentang pribumi, masyarakat jawa yang mendiami desa
tulangan. Lewat tokoh-tokoh baru ini, tokoh utama kita mulai
mengenal sesamanya pribumi, kesulitan hidup mereka.
Selain itu juga Pramoedya pun menyinggung Revolusi
Perancis yang pada waktu itu memang menjadi pendorong
berkembangnya paham-paham liberalis, demokrasi dan
nasionalisme. Memang masih terlalu awal, namun paham-
paham itulah yang dalam catatan sejarah kita akan memicu
lahirnya pergerakan untuk menentang imperialisme dan
kolonialisme.
Dibuku ini juga diceritakan sebuah keluarga yang tidak
sama sekali tertarik dengan mimpi apapun kalau kebutuhan
perut belum terpenuhi, berbanding terbalik dengan tokoh
Minke yang sangat tertarik akan teknologi serta ilmu. Hal
ini menggambarkan Pribumi Indonesia yang dulu sangat
terbatasi hak haknya sehingga sengsara dan tidak lagi
memikirkan pendidikan tetapi lebih mengutamakan cara
bertahan hidup.
03
Jejak
Langkah
1985
Berbeda dari dua buku sebelumnya yang sama terbit pada 1980
buku series ketiga ini terbit pada tahun 1985. Di buku ini dikisahkan
perubahan pola pikir tokoh Minke yang semakin dewasa dan terbuka.
Minke mengawali Jejak Langkahnya dengan melakukan perjalanan ke
Jakarta dan mendaftar sebagai murid di sekolah kedokteran yang
bernama STOVIA. Namun, sayang sekali, Minke memilih untuk
hengkang dari STOVIA.
Minke menjadi seseorang yang mulai berperang melalui tulisan.
Ada banyak kejadian yang terjadi pada Minke yang sedang hidup
sebagai perantauan. Salah satunya yang paling kuat, yaitu bagaimana
Minke terpengaruh dengan sangat kuat melalui kuliah umum yang
menghadirkan Dokter Jawa yang telah tua. Kuliah umum yang
disampaikan Dokter Jawa ini menceritakan bagaimana organisasi telah
terbentuk di negara-negara seberang, namun di Hindia belum ada satu
pun organisasi yang terbentuk. Karena kuliah tamu inilah, Minke
terpacu untuk membentuk Medan Priyayi.
Pada Novel Jejak Langkah karya Pramoedya ini juga
menyoroti beberapa organisasi yang terbentuk pada
awalnya. Mulai dari Syarikat Priyayi, Budi Utomo, dan
Syarikat Dagang Islamiyah. Selain itu, juga ada Medan
Prijaji sebagai media yang pergerakannya kuat dibawah
naungan Minke.
Meski Medan Prijaji bukan organisasi, namun cara kerja
Medan Priyayi sebagai media ini sangat disoroti dan menjadi
media kuat untuk menggugah semangat nasionalisme kepada
pribumi. Media Medan menjadi ruang bagi pribumi untuk
percaya bahwa pribumi bisa bersatu dan melawan penjajah.
04
Rumah Kaca
1988
Series terakhir yang terbit pada tahun 1988 ini bukan
mengisahkan dari sudut pandang Minke melainkan sudut
pandang seorang polisi kolonial Belanda yang mendapat tugas
untuk mengawasi Minke yaitu Jacques Pangemanann.
Pada Novel Rumah Kaca, Pramoedya menceritakan
tentang bagaimana usaha Pemerintah Kolonial Belanda dalam
memukul aktivitas Minke sebagai salah satu tokoh
pergerakan nasional. Mereka melakukannya dengan cara
operasi mata-mata, serta pengarsipan yang rapi dan
sistematis. Pramoedya mengistilahkan politik arsip ini
sebagai kegiatan per rumah kaca-an.
Meskipun demikian, pada Buku Rumah Kaca juga
dijelaskan pergolakan batin Pangemanann terkait tugasnya
mengawasi Minke karena ia juga salut dengan apa yang
dilakukan Minke dalam membela tanah airnya, namun di sisi
lain, dia tidak bisa melakukan apa-apa.
Buku Rumah Kaca dalam keseluruhannya hanya berisi
detail dan aktivitas Jacques dalam memata-matai Minke
secara garis besar menceritakan politik arsip sebagai
kegiatan rumah kaca.
Alasan mengapa buku Tetralogi Pramoedya
dilarang oleh pemerintah Orde Baru

01 02
Karena Pramoedya Ananta Toer tergabung
Ananta Toer adalah dalam Lekra yang
seorang Tahanan Politik digadang-gadang dekat
oleh PKI
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai