Anda di halaman 1dari 56

Manajer Pengendali Mutu BBIS Lajoa

UPTD PPBAT BBI Sentral Lajoa


Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Sulsel
JL. Muh. Idrirs Km.155. Lajoa. Poros Soppeng-Wajo
1. Apa CPIB?
2. Siapa yang menerapkan CPIB?
3. Mengapa menerapkan CPIB?
4. Di mana CPIB diterapkan?
5. Kapan CPIB diterapkan?
Landasan Hukum
1. UU No. 31/2004 tentang Perikanan
2. UU No. 45/2009 tentang Perubahan UU No. 31/2004
3. PP No. 28/2004 tentang Keamanan, mutu dan gizi pangan
4. KepmenPertanianNo. 26/Kpts/OT/ 210/98 tentang Pedoman Pengembangan Perbenihan Perikanan Nasional
5. PermenKP No. KEP.01/MEN/2007 tentang Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
6. PermenKP No. PER.02/MEN/2007 tentang Monitoring Residu Obat, BahanKimia, Bahan Biologi dan Kontaminan pada
Pembudidaya Ikan
7. KepmenKP No. KEP.02/MEN/2007 tentang Cara Budidaya Ikan yang Baik
WHAT WHO WHY WHERE WHEN

Standar sistem mutu perbenihan paling sederhana/


dasar yang seharusnya diterapkan oleh pembenih ikan
dalam memproduksi benih ikan yang bermutu.

Dengan cara melakukan manajemen induk,


pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva/benih
dalam lingkungan yang terkontrol melalui penerapan
teknologi yang memenuhi persyaratan SNI atau
persyaratan teknis lainnya, serta memperhatikan
biosecurity, mampu telusur (traceability) dan
keamanan pangan (foodsafety)
WHAT WHO WHY WHERE WHEN

SEMUA PEMBENIH
IKAN
WHAT WHO WHY WHERE WHEN

1. Perdagangan global yang sangat kompetitif


2. Persyaratan mutu yang ketat dan keamanan
pangan (Food Safety)
3. Tuntutan konsumen terhadap mutu dan
penyajian produk
4. Tuntutan melaksanakan tatacara budidaya yg
bertanggung jawab dan berkelanjutan
(Responsible and sustainable aquaculture)
WHAT WHO WHY WHERE WHEN

DALAM UNIT
PEMBENIHAN
WHAT WHO WHY WHERE WHEN

DALAM KEGIATAN PRODUKSI BENIH


1. Pra produksi
2. Kegiatan produksi
3. Pasca produksi
1. Meningkatkan efisiensi produksi dan
produktivitas;
2. Mampu ditelusuri (Tracebility)
3. Memperkecil resiko kegagalan;
4. Meningkatkan kepercayaan pelanggan;
5. Meningkatkan daya saing melalui
peningkatan mutu benih serta menjamin
kesempatan ekspor.
PASAR

PANEN TOTAL/SEBAGIAN

KAT/TAMBAK KAD KJA KARAMBA MINA PADI

PEMBESARAN
Lahan, air, ikan, tenaga, dana, management, teknologi

PENDEDERAN
Lahan, air, ikan, tenaga, dana, management, teknologi

PEMIJAHAN
Teknik (alami, induced breding/spawning)
Program (inbred/outbred line, hibridisasi)
Nilai (sepasang, massal) ~ Ne
Wadah (akuarium, bak, hapa, kolam)
Aspek
 Sehat
Lingkungan
 Bermutu
Aspek  Bebas residu
Teknis B
UNIT E
antibiotik
 Bebas logam
PEMBENIHA N berat
I  Aman bagi
Aspek N H kesehatan
Manajemen  Ramah
Aspek lingkungan
Keamanan Pangan
ASPEK TEKNIS:
Kelayakan Lokasi

1. Bebas cemaran,
2. Bebas banjir
3. Sumber daya air layak untuk pembenihan ikan
mas, tersedia sepanjang tahun, dan bebas
cemaran
4. Mudah dijangkau, prasarana cukup
5. Mudah dalam memperoleh tenaga kerja yang
kompeten, berdedikasi tinggi sesuai dengan
kebutuhan
ASPEK TEKNIS:
Kelayakan Fasilitas
• Bangunan
1. Bangsal atau fasilitas • Sarana filtrasi, pengendapan
panen atau bak tandon
2. Tempat penyimpanan • Bak karantina
pakan • Bak/kolam pemeliharaan
3. Ruang administrasi induk
• Wadah pemijahan
4. Tempat penyimpanan • Wadah penetasan
peralatan • Bak/kolam pemeliharaan
5. Tempat penyimpanan benih
bahan kimia/obat-obatan • Bak kultur pakan alami
6. Laboratorium • Wadah penampungan benih
7. Ruang mesin • Sarana pengolah limbah
CONTOH Sarana Water Treatment
UV water sterilisation Pressure Filter

Kolam filter
ASPEK TEKNIS:
Kelayakan Fasilitas

• Mesin dan Peralatan Kerja


1. Peralatan produksi
2. Peralatan panen
3. Peralatan mesin
4. Peralatan Laboratorium
ASPEK TEKNIS:
Kelayakan Fasilitas

Sarana Biosecurity:
1.Pagar dan penyekat
2.Sarana sterilisasi (foot bath,
sterilisasi tangan)
3.Pakaian dan perlengkapan personil
unit produksi
FASILITAS BIOSECURITY

Konsep Biosecurity :
- Mencegah masuknya penyakit
- Mencegah penyebaran penyakit
BIOSECURE AREA

17
Back to CPIB

18
ASPEK TEKNIS:
Proses Produksi Ikan Mas

Induk/calon induk berasal dari


lembaga penghasil induk berkualitas
(SKA induk/calon induk)
Air untuk pemeliharaan induk dikelola
dengan baik (debit, pengontrolan
kualitas air)
ALUR PENYEDIAAN INDUK
DALAM RANGKA PENYEDIAAN BENIH BERMUTU

PEMULIAAN CPIB/SISTU

DJPB/LSSM
UPT/UPT
BROODSTO HATCHERY/
GPS D PS UPR
CK CENTER (SPO)
B
E
N
PENGAWASAN I
H

MASYARAKAT
PEMBUDIDAYA
INDUK IKAN MAS

 Betina dan jantan dipelihara terpisah


 Umur dan bobot : 1,5 – 2 th dan > 2 kg
(betina)
8 bulan dan > 0,5 kg (jantan)
 Wadah : KAT, KAD
 Padat Tebar : 0,5 – 1 ekor/m2 untuk KAT
3-5 ekor/m3 untuk KAD
 Pakan : Pellet (protein 28-30 %)
 Dosis pakan : 2-3 % bb/hari
 Recovery gonad : 2-3 bulan untuk betina
Koleksi Induk

Majalaya
• Warna sisik, hijau keabu-abuan; badan pendek dan relatif tinggi;
• Dinding perut lebih tebal dibanding strain lainnya.
Koleksi Induk

Punten
• Warna sisik hijau kehitam-hitaman;
• Badan relatif pendek dibanding strain lainnya.
Koleksi Induk

Rajadanu
• Warna sisik hijau keabu-abuan; badan relatif panjang;
• Kepala bagian atas agak menonjol.
Koleksi Induk

Wildan
• Warna sisik, hijau keabua-abuan (mirip Majalaya) namun sisi
luar sisiknya lebih gelap dibandingkan Majalaya.
Koleksi Induk

Sinyonya
• Warna sisik, kuning terang; badan relatif ramping;
• Mata sipit saat dewasa.
Koleksi Induk

Cangkringan
• Warna sisik, merah kekuningan; badan relatif panjang;
• Mata menonjol
Koleksi Induk

Szarvas
• Bersisik penuh, homozigot;
• Warna sisik, putih keperakan hingga putih ke kuningan;
• Linea lateralis, mirip strain lainnya;
Koleksi Induk

“Mas Adi”
• Warna sisik, hijau keabu-abuan; panjang badan-tinggi badan-
ukuran kepala mengacu pada Szarvas ;
• Kombinasi gen dari 7 strain
PEMILIHAN INDUK MATANG
GONAD
 Betina dan jantan dipelihara terpisah
 Induk yang baik : - kesesuaian umur dan bobot
- normal (FA ~ 0)
- tidak sekerabat, …
 Jantan siap pijah : bila distriping, keluar sperma
putih pekat
 Betina siap pijah : - perut buncit dan terasa
lunak,
- genital kemerahan dan agak
membengkak,
INDUK MATANG GONAD
PEMIJAHAN
(produksi benih sebar)

 Wadah : hapa dalam kolam/bak


 Kepadatan : 2 kg induk betina/4 m2
 Ratio induk : 1:1 (b/b)
 Tinggi air : 50-70 cm
 Debit air : 0,5 liter/detik
 Substrat utk telur : kakaban, tanaman air
 Waktu : malam-pagi hari (alami)
 Teknik : alami, buatan
 Tujuan : produksi benih untuk
konsumsi/calon induk
Pemijahan alami dalam hapa hitam (mesh size 5 mm)
Pemijahan alami dalam hapa hijau (mesh size 1 mm)
Pemijahan alami dalam hapa hijau di bak (mesh size 1 mm)
PEMIJAHAN
(produksi induk)

Induk Jantan Induk Betina


1 1

2 dst… 2

… …

25 25

Tujuan : menekan inbreeding, mempertahankan variasi genetik


Pijah : induce breeding/alami (15 btn dan 75 jtn)
Pend. I : pateb 50 e/m2, pbpa 20% bb/hari, 15 hari
Pend. II : pateb 25 e/m2, pbpa 15% bb/hari, 30 hari
Pend. III : pateb 15 e/m2, pbpa 10% bb/hari, 30 hari (seleksi)
Pemb. I : pateb 10 e/m2, pbpa 5% bb/hari, 60 hari (seleksi)
Pemb. II : pateb 50 e/m3, pbpa 4-5% bb/hari (seleksi)
Produksi calon induk populasi dasar sintetik

Ke-1 Ke-2 Ke-12

1♀ x 1♂ 1♀ x 1♂ 1♀ x 1♂

Pendederan selama 3 bulan, padat tebar 25 ekor/m 2

Pembesaran, padat tebar 25 ekor/m3

Seleksi group ♀ dan ♂ hanya yang di atas nilai tengah seluruh group

Populasi Populasi Populasi Populasi Populasi Populasi


♀ ♂ ♀ ♂ ♀ ♂

Populasi Induk Betina Populasi Induk Jantan

Protokol 05
Seleksi individu ikan mas
Ke-1 Ke-2 Ke-16

2♀ x 2♂ 2♀ x 2♂ 2♀ x 2♂

Pemeliharaan larva Pemeliharaan larva Pemeliharaan larva

Larva dari semua kelompok pemijahan dengan jumlah yang sama

Pendederan di kolam selama 3 bulan, padat tebar 25 ekor/m2

Pembesaran kepadatan rendah, hingga 100 gram

Pilih 100 calon Pilih 5 – 10% calon


induk ♀ dan ♂ induk ♀ dan ♂
pada nilai tengah cepat tumbuh

Induk (F1) Kontrol Induk (F1) Hasil Seleksi

Produksi Benih Produksi Benih

Menghitung Respon Seleksi F2

Protokol 06
Perbanyakan Calon Induk Galur Murni
Pemijahan

25 ♀ x 25 ♂

Pendederan di kolam tenang 3 bulan, padat tebar


25 ekor/m2

Pembesaran di KAD 3 bulan, padat tebar 50


ekor/m3

Pemisahan populasi ♀ dan ♂ pada ukuran sekitar


100 gram

Populasi Betina Populasi Jantan


Seleksi 5-10% populasi yang Seleksi 5-10% populasi yang
unggul untuk dijadikan calon induk unggul untuk dijadikan calon induk

Protokol 09
NILAI PEMIJAHAN (Ne) DALAM PERBANYAKAN
INDUK
4 x (jumlah betina x jumlah jantan)
Ne =
jumlah betina + jumlah jantan

1
F =
2 x Ne
Berapa nilai Ne yang aman?
1. 50 (wp) dan 500 (wl) ---FAO, 1981
2. 263-344 (food fish) dan 424-685 (restocking)---Tave, 1986
PENETASAN

 Agitasi oksigen ke dalam air


 Fluktuasi suhu air, tidak lebih 1-2 oC.
 Secara umum, suhu optimum untuk pemijahan, inkubasi telur
dan larva tetas 24-28°C (75-82°F).
 Hindari suhu di atas/bawah nilai optimum dan fluktuasinya, jika
tidak?
 Rendahnya SR embrio,
 Rendahnya HR
 Meningkatnya kelainan bentuk
 Meningkatnya serangan penyakit terhadap larva
Pendederan dalam hapa hijau(mesh size 1 mm)
PERSIAPAN KOLAM
PENDEDERAN
(1/2)
 Wadah : KAT
 Kondisi kolam : kedap air dan sudah disiapkan
 Ketinggian air : 40 – 70 cm
NO STANDAR P-1 P-2 P-3
1 Pupuk organik (g/m2) 500 200 200
2 Kapur (g/m2) 50 50 50
3 Benih
• ukuran (cm) 0,6-0,7 1-3 3-5
• padat tebar (ekor/m2) 100 50 25
4 Pakan per Hari
• dosis (%biomas) 20 10 5
• frekuensi (kali) 2 3 3
5 Panen
• waktu piara (hari) 15-20 30 30
• sintasan (%) 60 70 80
• ukuran (cm) 2-3 5-7 8-10
PENEBARAN LARVA/BENIH
KONSTRUKSI
B

G
Keterangan:
A
E
A. Panjang kolam
B. Lebar kolam
C. Dasar Kolam
C
D. Kemalir
E. Kobakan
F. Outlet Kolam
D
G. Outlet kobakan
H. Inlet kolam

H
Telur, larva, benih,
konsumsi, calin dan
induk Waktu Dekat Jauh Alat angkut

Deras, tenang,
Terapung,
resirkulasi, Indoor, outdoor Dengan penampungan Jenis dan dosis
kobakan

Lambit, scoopnet,
Konstruksi/ waring, jala, anco Ukuran Lokasi Langsung jual Olah Waktu Pengobatan
sistem

Alat Panen Panen Pasca Panen Berok Sortasi


Kolam, Tambak,
Akuarium, Pagi, siang, sore, malam
Wadah BD

Distribusi
Bak, hapa/jaring PANEN DAN
dll PASCA PANEN Jarak/Waktu
IKAN Darat,
Hias Jenis Ikan air,
Alat Transp.
udara
Kondisi ikan Kualitas air
Wadah
Konsumsi Olahan Ganti O2

Mati segar Tertutup Terbuka


Hidup + bahan kimia
Nila, Udang
windu,
Kerapu, Mas, Basah Sistem Kering Drum, Ganti air dan O2
Plastik
Gurame, styrofoam
Lele, Kakap, Dll
Bius Tanpa Bius
Belut, sidat, kodok
TRANSPORTASI…1
So what…
 Sangat menentukan keberhasilan usaha di tahap selanjutnya
 Kerusakan benih terjadi bila terjadi kesalahan cara penanganan
dalam proses transportasi benih
 Oksigen memenuhi kebutuhan ikan selama perjalanan
 Suhu air media rendah, berkisar 20oC untuk mengurangi
konsumsi oksigen
 Bila diperlukan ditambahkan es batu pada wadah plastic
packing terutama pada pengankutan jarak jauh melalui darat
atau pesawat terbang
TRANSPORTASI…2
 Spesies yang berbeda akan berbeda pula karakter biologis,
penanganan, sensitivitas, konsumsi oksigen, dll
 Transportasikan hanya ikan yang sehat
 Kepadatan benih dalam satu kantong disesuaikan dengan:
ukuran ikan, suhu air media, lamanya penangkutan, kondisi
medan jalan
 Ukuran ikan : ukuran dan umur ikan
berpengaruh thd cara, teknologi transportasi
dan konsumsi O2. 25 kg rainbow trout
ukuran 250 g/ekor perlu O2 = 20
kg ukuran 18 g/ekor = 17 kg ukuran
5.3 g/ekor = 12 kg ukuran 0.5 g/ekor
(Berka, 1986).
PERSIAPAN IKAN
(1/2)

Panen
Untuk mengurangi stres pada ikan, penangan berikut dapat
dijadikan acuan khususnya selama panen:
 ukuran jaring/lambit/skoopnet disesuaikan dengan ukuran
ikan,
 lakukan penangkapan dengan hati-hati,
 gunakan oksigen murni atau aerasi jika diperlukan,
 perpindahan ikan “dari air ke air” sangat penting diperhatikan
khususnya ukuran larva,
 perbedaan suhu air antar wadah seminimum mungkin
PERSIAPAN IKAN
(2/2)

Pemberokan
 Lakukan pemberokan sebelum ikan ditrasportasikan untuk
mengurangi polutan hasil metabolisme
 Lakukan sortasi/grading dengan hati-hati terutama terhadap
ikan hasil polikultur. Sebaiknya lakukan sortasi berdasarkan
spesies sebelum ukuran,
 Jika melakukan penimbangan (sebelum ikan dikirim/dijual),
sebaiknya treatment dengan obat/antiparasit, misalnya garam
3-5 %
 Lama pemberokan untuk perjalanan lebih dari 12 jam, lebih
dari 24 jam
METODE TRANSPORTASI
Telur
Telur dapat ditransportasikan dalam 4 tahapan perkembangan:
• Telur tidak matang, masih dalam ovari betina pemijah
• Matang. Stripping telur dan sperma tanpa pembuahan. Sperma diberi
oksigen dalam wadah tertutup (10 bagian udara: 1 bagian sperma). Telur
dalam fase ini belum perlu oksigen. Telur dan sperma dimasukkan
dalam wadah pendingin (8-11 oC). Dengan teknik ini, pembuahan
dapat dilakukan 4 jam kemudian.
• Telur terbuahi. Sperma dan telur distripping dan lakukan pembuahan.
Masukkan keduanya dalam wadah tahan goncangan. Gunakan substrat
penempelan telur. Transportasi dapat dilakukan dalam beberapa jam atau
beberapa hari tergantung suhu dalam box selama transportasi.
• Telur bintik mata. Gunakan box kedap udara (styrofoam) agar suhu
tetap stabil
METODE TRANSPORTASI
Larva dan Benih
• Gunakan kantong plastik
• Perbandingan volume air + ikan dengan oksigen = 30 : 70
• Jumlah larva/benih (.000) dan waktu tempuh pada suhu
tertentu tertera dalam Tabel
Suhu ( oC)
15 20 25
Fase
Durasi (jam)

4 8 12 24 4 8 12 24 4 8 12 24
Larva 200 150 100 50 120 80 60 40 100 80 60 30
Benih 2-3 cm 15 12 10 8 12 10 8 6 10 8 6 4
Panjang Total (cm)
Suhu 15-17 oC 2-3 4-6 6-8 8-12 12-16 16-20 20-25 25-30
5000 1000 500 300 250 80 30 10
PENGGUNAAN BAHAN KIMIA
• Gunakan bahan anastesi untuk mengurangi CO2 dan
NH3 atau suhu rendah (lk 8 oC).
• Bahan anastesi sebaiknya digunakan pada suhu
diatas 15 oC
• Jangan gunakan bahan ini untuk ikan ukuran
konsumsi
• Bahan yang dapat digunakan : tricaine methane-
sulphonate (MS222)
• Benih, 1: 50.000 atau 10 gram : 500 liter air
• Induk, 1: 10.000 atau 10 gram : 100 liter air
TERIMA KASIH
Atas perhatiannya

Anda mungkin juga menyukai